Senin, 31 Januari 2011

Uji iman

Beberapa waktu yang lalu ada sebuah stasiun televisi yang memiliki
program "Uji nyali". Dalam program itu, seseorang akan ditempatkan
di sebuah lokasi yang dianggap angker. Bila peserta kemudian
merasa tidak sanggup untuk meneruskan, maka ia diperbolehkan untuk
berhenti. Itu berarti bahwa orang itu tidak punya cukup nyali.

Badai yang datang tanpa tanda-tanda sebelumnya mem-buat perahu dan
penumpangnya berada dalam bahaya serius (23). Bisa diduga, bahwa
dalam ketakutan para murid melakukan berbagai cara untuk
menyelamatkan diri. Maka mereka begitu heran saat melihat Yesus
dapat tidur dalam situasi yang membuat mereka panik. Namun
ketakutan para murid tidak berhenti sampai di situ saja. Yesus
kemudian menenangkan angin dan air yang mengamuk dengan sebuah
hardikan, seolah hardikan orang tua kepada anak yang sedang nakal.
Bagi para murid, fakta ini tidak kalah menakutkan dibanding angin
badai yang baru saja berlalu (25). Bayangkan, orang yang selalu
bersama mereka, ternyata berkuasa atas angin dan air yang
mengamuk. Lalu dengan siapa sesungguhnya mereka selama ini
berhadapan?

Kisah angin ribut diredakan adalah kisah Yesus yang mau melihat iman
para murid. Sayang, Ia tidak menemukannya. Dalam situasi gawat
darurat itu, Yesus tidak mengharapkan mereka melakukan berbagai
upaya untuk mengatasinya. Ia hanya ingin agar mereka memercayai
Dia. Ironis, mereka malah menegur Yesus karena dianggap tidak
punya perhatian untuk mengatasi masalah yang mengancam hidup. Bagi
Yesus, kurangnya iman para murid merupakan masalah serius. Ini
menunjukkan bahwa mereka tidak melihat Dia sebagai Anak Allah,
Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

Mengalami krisis dalam hidup adalah momen untuk melihat iman kita. Di
bawah tekanan situasi, kita bisa tahu sampai di mana iman kita
kepada Kristus. Iman memang merupakan masalah mendasar bagi
pengikut Kristus karena tanpa iman, orang tidak mungkin berkenan
kepada Allah (Ibr. 11:6).

TUNTUTAN

Saya memiliki seorang teman yang menjadi kepala sekolah. Ia adalah
orang yang sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Gaji guru
dan karyawan beberapa kali dinaikkan agar standar hidup mereka
membaik. Namun, di sisi lain ia pun menuntut agar semua karyawan
dapat memberikan yang terbaik untuk sekolah tersebut. Ia tidak
segan-segan untuk marah dan menegur karyawan yang malas dan tidak
melakukan hal yang seharusnya.

Dalam bacaan hari ini, Tuhan Yesus berbicara tentang tuntutan; siapa
yang diberi banyak akan dituntut banyak pula. Itu sudah hukumnya.
Tuhan tidak akan pernah memberikan sesuatu kepada manusia, apabila
hal itu akan mereka sia-siakan. Dia akan menuntut pertanggungjawaban
atas segala sesuatu yang diberikan kepada kita. Ini bukan berarti
Tuhan tidak rela memberikannya kepada kita, melainkan Dia ingin agar
semua yang ada pada kita dapat dipakai secara maksimal sesuai dengan
tujuan yang Allah kehendaki. Dan, tentunya Allah tidak akan
sembarangan memberikan sesuatu kepada manusia. Allah tidak akan
memberi cangkul kepada pemain sepak bola, atau gergaji kepada tukang
masak. Allah tetap akan memberikan bola kepada pemain sepak bola dan
gergaji kepada tukang kayu. Selanjutnya, Allah akan menuntut agar
bola dan gergaji itu digunakan secara maksimal oleh masing-masing
pribadi tersebut.

Seberapa besar kita menyadari segala pemberian Tuhan dan seberapa
besar kita memahami tuntutan-Nya? Bagaimana dengan waktu,
kepintaran, talenta atau bakat, bahkan harta yang Tuhan berikan
kepada kita? Apakah kita sudah menggunakannya sesuai tuntutan Allah?
--RY

INGATLAH BAHWA KETIKA SUATU BERKAT DIBERIKAN
BERARTI ADA MANDAT DI DALAMNYA YANG MESTI KITA KERJAKAN

Sabtu, 29 Januari 2011

HATI YANG BERBELAS KASIH

Pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi di Yogyakarta kembali
bergolak. Banyak orang di lereng Merapi berupaya menyelamatkan diri.
Namun, satu keluarga tak dapat mengungsi karena terjebak di rumah
mereka. Pada malam mencekam itu, seorang pemuda bernama Pandu Bani
Nugraha mendengar berita itu. Ia segera mengupayakan evakuasi
bersama dua rekannya. Sayang, debu vulkanik yang begitu tebal
menutup jalan menghentikan niat dua rekannya. Akhirnya, hanya Pandu
yang tetap bertekad naik untuk melakukan evakuasi. Pandu hanya
memiliki satu keinginan: agar semua anggota keluarga itu dapat
diselamatkan, tanpa memperhatikan keselamatan dirinya.

Posisi Pandu saat itu serupa dengan yang dialami Ester. Haman, yang
diberi kedudukan tinggi oleh Raja Ahasyweros, ingin membunuh semua
orang Yahudi. Ester, yang juga seorang Yahudi dan telah diangkat
sebagai ratu, menjadi satu-satunya harapan yang bisa menyelamatkan
bangsa Yahudi. Namun, itu berarti ia harus berani menanggung risiko
berat, sebab tak seorang pun diizinkan berbicara kepada raja apabila
raja tidak memanggil. Risikonya adalah hukuman mati. Dan, Ester
sungguh-sungguh mengambil risiko itu. Dengan dukungan dari seluruh
bangsa Yahudi yang berpuasa dan berdoa baginya.

Pengalaman Pandu dan Ester ini mengajak kita untuk punya hati yang
berbelas kasih kepada sesama. Tak banyak orang yang terpanggil untuk
melayani sesama dengan sepenuh hati, dengan menyingkirkan egoisme
diri. Adakah orang yang membutuhkan uluran tangan dan kepedulian
Anda saat ini? Ambillah bagian untuk melakukan sesuatu --GP

IZINKAN TUHAN MENYENTUH HATI ANDA DENGAN KASIH BAGI SESAMA

RASAKAN BEDANYA!

Anak lelaki kurus itu berjalan sambil menggendong adiknya yang
lumpuh di punggungnya. Melihatnya, seseorang berkomentar prihatin,
"Kasihan kau, Nak. Bebanmu pasti berat." Lalu terdengar jawaban
spontan, "Pak, ia bukan beban, ia saudaraku". Itulah ilustrasi di
balik lirik lagu pop balada karangan Bobby Scott dan Bob Russel, He
Ain't Heavy, He's My Brother. Satu perbuatan yang dipandang beban
oleh seseorang, nyatanya tidak bagi yang lain. Tergantung alasan ia
melakukannya. Jika ia melakukannya karena rasa cinta, pasti akan
berbeda.

Hati Yakub sedang digetarkan oleh cinta yang besar kepada Rahel.
Demi cintanya, ia bersedia mengabdi kepada Laban tujuh tahun penuh,
sebelum meminang Rahel. Jadi, ia tidak asal bekerja. Ia tidak
bekerja keras demi harta. Namun, demi dan karena cinta. Ia bekerja
dengan hati penuh cinta. Itulah yang memberinya tekad, semangat,
kekuatan, ketekunan. Lalu apa hasilnya? "Tetapi yang tujuh tahun itu
dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada
Rahel" (ayat 20). Sangat berbeda, bukan?

Apakah kekuatan terbesar di hidup ini? Jawabnya: cinta yang
bersumber dari Tuhan. Banyak hal yang tampak menjengkelkan,
melelahkan, dihindari orang, dapat dilakukan dengan setia oleh
pelakunya. Mengapa? Karena cinta membuat mereka punya cara pandang
lain. Merawat luka berbau, seperti dilakukan para misionaris "Cinta
Kasih" yang dipimpin Ibu Teresa. Merawat suami yang sakit.
Mendampingi anak belajar meski lelah. Mengantar nenek berobat rutin.
Memasak untuk orang banyak di gereja. Semua akan terasa berbeda jika
dilakukan karena dan dengan cinta --PAD

COBALAH MELAKUKAN SESUATU KARENA DAN DENGAN CINTA
LALU, RASAKAN BEDANYA

Jumat, 28 Januari 2011

Merespons firman

Bagi petani, menabur benih sangat penting bagi kelangsungan hidup.
Menabur benih menjanjikan harapan bahwa kelak akan ada panen yang
menggembirakan.

Perumpamaan yang Yesus sampaikan memperingatkan bahwa benih memang
punya potensi untuk bertumbuh, tetapi tanah tempat benih itu
ditanami akan menentukan apakah benih itu dapat berbuah dan
menghasilkan panen.

Perumpamaan tentang seorang penabur ditujukan kepada orang-orang yang
mendengarkan firman Tuhan. Sebab meski mendengar firman Tuhan yang
sama, respons mereka belum tentu sama. Respons itu akan menentukan
apakah firman akan bertumbuh dan menghasilkan buah dalam hidup
mereka. Jika firman Tuhan tidak tertanam dengan baik dalam hidup
seseorang, kerohaniannya pun tidak akan bertumbuh. Itu bisa
terjadi karena banyaknya penghalang saat firman Tuhan akan
berkarya dalam hidup seseorang. Lalu tipe pendengar seperti apa
yang sulit menyerap firman Tuhan?

Ada pendengar yang pikirannya tertutup dan sulit diajar, ia tidak
memiliki kepekaan rohani. Ada yang kerohaniannya dangkal, walau
bisa saja ia memberi respons positif pada mulanya. Tipe pendengar
lain adalah orang yang terlalu sibuk untuk berdoa atau merenungkan
firman Tuhan, mungkin karena mereka sudah bekerja keras hingga
terlalu lelah untuk memikirkan yang lain, selain pekerjaan mereka
sendiri. Ada juga orang berpikiran terbuka. Orang seperti ini
selalu ingin mendengar dan belajar kebenaran. Ia tak pernah merasa
terlalu sibuk.

Bagaimana respons Anda terhadap firman Tuhan, yang Anda baca dan
dengar? Perhatikan firman Tuhan baik-baik saat Anda mendengar atau
membacanya, karena firman-Nya berkuasa mentransformasi kita menuju
keserupaan dengan Kristus. Jauhkan hal-hal yang menyebabkan
firman-Nya tidak bertumbuh baik, hingga kita tidak dapat merasakan
berkat firman Tuhan. Allah memberi kasih karunia kepada orang yang
merindukan firman-Nya agar memahami dan memiliki kekuatan untuk
untuk hidup berdasarkan firman-Nya.

Kamis, 27 Januari 2011

Peranan wanita

Dalam budaya Yahudi pada zaman Yesus, wanita biasanya tidak diizinkan
tampil di muka umum. Mereka juga dianggap tidak perlu didengar
karena dianggap tidak layak.

Bacaan hari ini menunjukkan hal berbeda. Bagi Yesus, wanita bukanlah
warga kelas dua yang dikesampingkan kepentingannya. Wanita
berharga juga di mata-Nya. Wanita layak mendapat tempat dan
kesempatan yang setara dengan pria, juga dalam hal menerima
anugerah keselamatan dari Allah. Walaupun Alkitab menyebutkan
perbedaan peranan di antara pria dan wanita, yang jelas tak ada
perbedaan hak untuk menerima kasih karunia Allah (Gal. 3:28-29).
Karena itu Yesus memberi kesempatan kepada para wanita untuk
mengalami kuasa-Nya juga, yaitu disembuhkan dari roh jahat dan
berbagai penyakit (2). Para wanita itu berasal dari berbagai
status sosial (3). Rupanya pelayanan Yesus sudah menembus tembok
istana dan mencapai strata sosial tertinggi, karena ada juga
Yohana yang berasal dari kalangan istana.

Kasih dan kuasa Yesus membuat para wanita itu memberi respons konkret
dengan ikut berkontribusi dalam pelayanan bersama Yesus. Meski ada
pembatasan peran wanita pada masa itu, termasuk dalam pelayanan,
mereka berusaha memberikan kontribusi melalui apa yang dapat
mereka lakukan. Salah satunya adalah melalui kontribusi materi.
Dan Yesus sendiri tidak menghalangi kerinduan para wanita itu
untuk terlibat dalam pelayanan. Itu adalah kesempatan dan hak
istimewa yang Dia berikan kepada mereka. Lagi pula orang yang
mengabarkan Injil memang harus mendapat dukungan dari orang yang
menerima berkat Injil.

Perkenan Yesus atas dukungan wanita itu mengajarkan juga pentingnya
peranan wanita dalam pemberitaan Injil. Coba perhatikan peranan
wanita di gereja Anda? Dalam hal apa saja wanita diberikan
peranannya? Apakah hanya ditempatkan di bagian konsumsi saja?
Cobalah pikirkan hal-hal strategis yang dapat dilakukan wanita
dalam pelayanan di gereja atau dalam pelayanan misi. Lalu segera
libatkan mereka.

Rabu, 26 Januari 2011

Rencana untuk Masa Depan

Perencanaan adalah langkah untuk menetapkan lebih dahulu seperangkat
kegiatan demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut adalah
alasan orang Kristen harus membuat perencanaan:

a. Sebab orang Kristen harus hidup teratur (1 Korintus 14:33; Efesus
5:1; 1 Korintus 14:40). Perencanaan menghasilkan "keteraturan" yang
dimaksudkan.
b. Sebab Kristus mengutamakan perencanaan. Tuhan Yesus menggunakan
dua buah ilustrasi untuk menegaskan bagaimana seseorang dapat menjadi
"murid"-Nya dan melakukan sesuatu atas dasar yang benar-benar kuat.
(Lukas 14:28-32; Matius 7:24-27).
c. Sebab orang Kristen harus melangkah secara teratur untuk mencapai
tujuannya, bukan sekadar "memadamkan api kebakaran". Artinya, dia
harus mampu menyelesaikan masalah demi masalah yang urgen silih
berganti. (1 Korintus 9:24-26).
d. Sebab kita memunyai teladan yang sangat jelas bagaimana Allah
memberkati pelayanan dengan perencanaan yang baik dalam hidup Rasul
Paulus. 1) Tujuan Paulus: Kisah Para Rasul 18:9; Roma 15:18-24; 1
Tesalonika 2:1-20. 2) Strategi Paulus: Kisah Para Rasul 16:4-11. 3)
Tindakan Paulus: Kisah Para Rasul 13-28.
e. Sebab bagian-bagian lainnya dalam Alkitab, demikian pula teladan
tokoh-tokoh penginjilan, menunjukkan betapa pentingnya perencanaan.
Perhatikan beberapa contoh di kitab Nehemia 1-6, Amsal 14:8, 24:3-4;
29:18, dan kehidupan dan pelayanan Wesley, Moody, Bill Bright, Billy
Graham, dll..

Klasifikasi Perencanaan

Dilihat dari sudut lingkup, sasaran, dan kerangka waktunya,
perencanaan dibagi menjadi dua tataran, yaitu perencanaan strategis
dan perencanaan taktis.

Dalam menyusun perencanaan strategis kita perlu mengikuti
langkah-langkah berikut:
1. Berdoa berdasarkan firman Tuhan.
2. Identifikasi faktor-faktor internal yang memunyai pengaruh
terhadap pelayanan.
3. Identifikasi faktor-faktor eksternal yang turut berpengaruh
terhadap pelayanan.
4. Adakan analisis S-W-O-T (strength-weakness-opportunity-threat),
melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman/kendala yang
mungkin akan kita hadapi dalam pelayanan.
5. Tetapkan pokok-pokok strategi. Kalau dipilah-pilah, sebenarnya
hasil identifikasi itu mencakup faktor-faktor positif dan negatif.
Faktor-faktor positif harus dimanfaatkan, sedangkan faktor-faktor
negatif harus ditanggulangi secara kreatif.

Dalam menyusun perencanaan taktis operasional kita perlu mengikuti
langkah-langkah berikut:
- Teruslah berdoa berdasarkan janji-janji firman Tuhan yang telah
direnungkan dan dipelajari dalam rangka mempersiapkan perencanaan
strategis. Mungkin juga ada bagian firman Tuhan lainnya yang
"paralel" dan bersifat memberikan penegasan terhadap firman Tuhan
terdahulu. Dalam praktik, firman Tuhan dan doa dapat menolong para
perencana untuk kreatif; bahkan dalam beberapa kasus dapat juga
mengatasi 'deadlock' (jalan buntu, Red) yang terkadang muncul.
- Tetapkan sasaran-sasaran iman (faith goals, Red). Penetapan sasaran
iman menjawab pertanyaan "Apakah yang akan terwujud jikalau rencana
kerja dapat dilakukan dengan motivasi yang baik dan benar?" Sasaran
yang dirumuskan secara jelas dan sederhana sangat bermanfaat dalam
proses pelaksanaan kegiatan pelayanan.
- Susunlah program
- Tetapkan jadwal
- Susunlah anggaran

Pertimbangan-Pertimbangan Lebih Lanjut Mengenai Perencanaan

Ada beberapa hal lagi yang perlu dipertimbangkan dalam mengadakan perencanaan:
a. Agar kemuliaan Allah dinyatakan, buatlah rencana yang melampaui
kemampuan Anda sendiri.

1 Korintus 10:31: Lakukan bagi kemuliaan Tuhan. Ini mungkin, kalau
Allah "dilibatkan". (Ingat: Firman Tuhan dan Doa).

Hakim-hakim 7: Teladan Gideon. Tuhan lebih mementingkan kualitas
daripada kuantitas.

Nehemia 6:16: Seperti Nehemia, kita harus sadar bahwa suatu rencana
dapat terlaksana hanya karena pertolongan Tuhan.

Agar Anda yakin bahwa rencana Anda memuliakan Tuhan, hendaklah Anda
merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini:
1) Apakah Tuhan yang menaruh rencana ini dalam hatiku?
2) Apakah saya percaya pada Tuhan dalam rencana ini?
3) Apakah saya percaya bahwa dengan pertolongan Tuhan, hal-hal besar
dapat dicapai?
4) Apakah saya siap sedia untuk sungguh-sungguh taat kepada Tuhan
dalam rencana ini?

Dalam hubungan ini, ingatlah pesan berikut, "Expect great things from
God and attempt great things for God." (Berharaplah hal-hal yang
besar dari Allah dan rencanakan hal-hal besar bagi Allah, Red.
Disampaikan oleh William Carrey, dalam khotbahnya pada tahun 1792,
berdasarkan Yesaya 54:2-3).

b. Bersedialah untuk mengadakan perubahan dalam rencana Anda. Hal-hal
yang patut dipertimbangkan:
1) Bandingkan rencana dengan hasil aktual!
2) Mungkinkah ada tantangan atau peluang?
3) Perhatikan, kalau-kalau ada perkembangan baru yang memengaruhi rencana Anda!

c. Bagaimana jika sumber-sumber kebutuhan tidak cukup tersedia?
1) Berdoa dan bersyukur kepada Tuhan karena ia menyediakan kebutuhan
yang nyata dan sungguh-sungguh perlu.
2) Periksa kembali, apakah memang sumber-sumber sudah sungguh-sungguh
dimanfaatkan secara maksimal.
3) Kalau sumber-sumber terbatas, lakukan penyesuaian pada rencana dan jadwal.
4) Ubahlah rencana Anda, jika Anda yakin bahwa perubahan tersebut
sesuai dengan kehendak Tuhan.

d. Belajarlah memercayai orang lain dalam proses perencanaan. Dalam
menyusun rencana kerja, janganlah segan-segan meminta jasa baik orang
atau orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang ini. Sampaikan
kepadanya gagasan-gagasan Anda dan mintalah ia menyusun kerangkanya.
Mintalah juga bantuan orang-orang di bawah Anda untuk memperkaya gagasan Anda.

e. Bagaimana menggunakan rencana?
1) Rencana dapat dipakai agar Anda dan orang-orang yang Anda pimpin
terus terarah pada tujuan.
2) Rencana dapat dipakai untuk membagikan visi Anda kepada orang lain.

f. Bagaimana mengusahakan agar orang-orang yang Anda pimpin membuat
perencanaan untuk tugas-tugas mereka?
1) Hendaklah Anda menjadi teladan.
2) Minta mereka membuat rencana untuk tugas-tugas mereka. Tetapkan
tenggat waktu untuk tugas ini.
3) Bantulah mereka untuk menyusun rencana. Sediakan kerangka rencana.
4) Jangan lupa untuk menilai rencana tersebut.
5) Pakailah rencana mereka sebagai bahan diskusi.

g. Sebagai pemimpin, hendaknya Anda sendiri menerapkan "Manajemen
Pribadi"

Tanda diampuni

Pernahkah Anda mengasihi seseorang sedemikian rupa sehingga Anda
bersedia melakukan apa saja untuk dirinya? Biasanya hal itu kita
temukan pada pasangan yang sedang jatuh cinta. Mereka akan
bersedia melakukan apa saja untuk membahagiakan pasangannya,
sehingga berfalsafah "Gunung kan kudaki, laut pun kan
kuseberangi".

Namun perempuan yang dicap pendosa dalam bacaan hari ini, meminyaki
kaki Yesus bukan karena adanya perasaan kasih seorang perempuan
kepada seorang laki-laki. Sebenarnya tidak mudah bagi perempuan
dengan reputasi semacam itu untuk masuk ke dalam rumah seorang
Farisi (37). Ia butuh keberanian untuk mengekspresikan kasihnya
kepada Yesus. Begitu terharu hatinya ketika menjumpai Yesus
sehingga ia menangis dan air matanya membasahi kaki Yesus.
Menyadari hal itu, ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya (38).
Begitu besar penghormatannya kepada Yesus sampai-sampai ia
merelakan rambutnya difungsikan bagai kain lap pembersih. Ia juga
meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi untuk rambut (46). Seolah
minyak wangi itu hanya layak dipakai untuk mengurapi kaki Yesus.
Betapa besar penghargaannya terhadap Yesus.

Ini berbeda dari perlakuan Simon terhadap Yesus. Sebagai tuan rumah,
seharusnya Simon membasuh kaki Yesus, mencium Dia sebagai ucapan
salam, lalu meminyaki kepala Yesus (44-46). Maka waktu Simon
meragukan kenabian Yesus karena menerima perlakuan perempuan
pendosa itu (39), Yesus mengajar melalui suatu perumpamaan bahwa
orang yang banyak kesalahannya, ketika diampuni akan lebih besar
rasa syukurnya.

Kita tentu tidak perlu berbuat dosa lebih banyak agar ketika diampuni
akan mengasihi Tuhan lebih besar. Yang kita perlukan adalah lebih
menyadari status kita sebelumnya sebagai orang berdosa yang telah
menerima kasih karunia yang begitu besar dari Tuhan hingga kita
diselamatkan. Bila Anda sudah menyadarinya, nyatakanlah syukur
yang besar itu dengan ekpresi kasih yang besar pula. Apa yang akan
Anda lakukan?

Selasa, 25 Januari 2011

JALAN KEBAHAGIAAN

Apa lagi yang kurang dari hidup Kurt Cobain? Ia masih muda,
berusia 27 tahun, kaya, dan terkenal di seantero dunia. Ia adalah
vokalis Nirvana, grup musik rok terkenal asal Amerika. Pada 1991,
lagu yang diciptakannya, Smell Like Teen Spirit, sempat sangat
populer di Amerika dan Inggris. Namun, suatu hari pemuda itu
ditemukan bunuh diri dengan pistol setelah mengonsumsi heroin.

Kurt Cobain tidak sendiri. Kita bisa membuat daftar sangat panjang,
tentang orang kaya dan terkenal-yang dalam pandangan umum dianggap
sudah tidak kekurangan apa-apa-tetapi hidupnya merana dan depresi.
Bahkan, tidak sedikit yang berakhir tragis. Itu menunjukkan bah-wa
kekayaan dan popularitas tidak menjamin kebahagiaan hidup. Sukses
lahiriah tidak serta-merta menjadi petunjuk "sukses batiniah".

Lalu adakah jalan yang bisa mengantar kita meraih kebahagiaan? Ada.
Seperti yang ditunjukkan oleh pemazmur. Orang akan berbahagia kalau
tidak hidup di jalan orang fasik (ayat 1), dan kalau ia suka akan
firman Tuhan (ayat 2). Orang yang bahagia akan seperti pohon di tepi
aliran sungai, berbuah dan tidak layu daunnya (ayat 3). Dengan kata
lain, kebahagiaan akan mengimbas kepada orang lain, tidak hanya
menjadi milik pribadi.

Itu berarti: (1) Kalau kita tidak kaya dan tidak populer, jangan
berkecil hati, sebab itu bukan berarti kita tidak bisa bahagia. (2)
Tetapi kalau kita kaya dan populer, mesti tetap berhati-hati agar
jangan lupa diri, sebab dengan itu semua tidak serta-merta hidup
kita bahagia. Malah kalau tidak waspada, itu semua justru bisa
membawa bencana --AYA

KEBAHAGIAAN TIDAK BERGANTUNG PADA MATERI
NAMUN PADA TUHAN YANG MENJADI SUMBER DAMAI DI HATI

Senin, 24 Januari 2011

Duka jadi suka

Ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, biasanya orang-orang
yang datang untuk menyatakan rasa bela sungkawanya akan memberi
penghiburan dan mengatakan, "Sudahlah, jangan bersedih terlalu
lama. Relakanlah dia karena dia sudah bahagia berada di sisi-Nya".
Bila Anda berada dalam posisi yang kehilangan, mudahkah bagi Anda
untuk terhibur dengan cepat begitu mendengar kata-kata seperti
itu? Kebanyakan orang tidak bisa.

Dalam status sebagai janda yang hanya memiliki seorang anak laki-laki,
kita dapat memahami bahwa bagi si janda, anak laki-lakinya
merupakan harta terbesar bagi dia. Bisa dibayangkan kesedihan dan
ratap tangisnya ketika si anak laki-laki meninggal dunia. Apakah
lagi yang dia miliki di dunia ini? Anak itulah harapan untuk masa
depannya kelak.

Melihat sang ibu yang meratap sedih, Yesus jadi prihatin. Dia berkata
agar si ibu jangan menangis (13). Perkataan ini mungkin sama
seperti perkataan orang lain yang mencoba menghibur si ibu. Namun
perkataan Yesus diikuti dengan suatu tindakan mukjizat yang luar
biasa ajaib. Ia menyuruh anak muda itu bangkit! Ia hidup (15)!
Isak tangis si ibu pasti berubah jadi senyum lebar, bahkan bukan
tidak mungkin bila ia melompat-lompat kegirangan. Duka berubah
jadi suka.

Karya Yesus mengingatkan orang pada apa yang telah dilakukan Elia
(1Raj. 17:17-24) dan Elisa (2Raj. 4:32-37) pada masa Perjanjian
Lama. Maka muncullah kemudian perasaan takjub dan takut. Ada juga
timbul penghiburan dan pengharapan di antara orang banyak karena
melihat bahwa Allah telah melawat mereka.

Namun itu bukan hanya terjadi dulu. Masa kini pun Allah ada di
tengah-tengah kita dan memerhatikan kita. Ia juga berbelas kasihan
atas kita, terutama saat-saat kita harus menanggung beban berat.
Maka jangan pernah putus berharap, nyatakanlah permohonan Anda
kepada Dia. Setelah itu, nantikan Tuhan berkarya dan menyatakan
kuasa-Nya. Dia akan mengambil beban Anda dan meringankan Anda. Dia
akan mengubah duka Anda menjadi suka cita.

Minggu, 23 Januari 2011

TETAP DIBUTUHKAN

Pernahkah kita merasa rendah diri untuk bergabung dalam sebuah
kelompok paduan suara karena suara kita pas-pasan? Atau, pernahkah
kita merasa tidak dapat memberikan kontribusi apa pun dalam
pelayanan? Mungkin banyak di antara kita yang mengundurkan diri
dalam pelayanan karena ia berpikir tidak dapat memberi pengaruh apa
pun dalam pelayanan. Atau, merasa telah banyak orang yang melayani
di gereja, sehingga keterlibatannya hanya akan seperti "memberikan
setitik air kepada samudra".

Firman Tuhan mengingatkan bahwa masing-masing kita adalah anggota
tubuh Kristus yang saling membutuhkan. Mata tidak dapat melakukan
apa yang dikerjakan tangan, demikian juga sebaliknya. Mungkin kita
adalah setitik air bagi samudra. Akan tetapi, jika setiap titik air
tidak mau memberikan dirinya, bukankah samudra itu tidak pernah ada?
Demikian juga dengan setiap anggota tubuh Kristus. Meskipun kita
adalah bagian tubuh yang paling kecil dan lemah, kita tetap
dibutuhkan dan sangat berarti bagi pekerjaan Kristus (ayat 21, 22).
Bayangkan jika setiap anggota tubuh terkecil tidak mau memberikan
dirinya bagi tubuh, bukankah tubuh itu menjadi tidak sempurna?

Inilah saatnya kita mengubah cara pandang terhadap diri sendiri.
Jangan rendah diri dan merasa sebagai anggota tubuh terkecil dan
terlemah. Tak perlu berpikir kita tidak dapat memberi pengaruh apa
pun dalam pelayanan karena merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa.
Tanamkan keyakinan bahwa setiap pelayanan selalu sangat berarti.
Setiap orang dapat membuat sesuatu lebih baik demi kemuliaan Tuhan
--PK

SATU PELAYANAN, SATU ORANG, SATU ANGGOTA TUBUH
SELALU SANGAT BERARTI BAGI KRISTUS

Sabtu, 22 Januari 2011

PERTOBATAN SI ATLET

Seorang pemuda ateis sedang menjalani pelatihan untuk menjadi
peloncat indah Olimpiade. Ia memiliki seorang sahabat kristiani,
yang banyak bersaksi kepadanya dan berusaha membawanya kepada Tuhan.
Akan tetapi, si pemuda tak pernah menanggapi. Suatu malam, ia pergi
ke kolam indoor di kampusnya untuk berlatih sendirian. Semua lampu
padam ketika itu. Namun, karena bulan sangat cerah, ia merasa sudah
cukup ada penerangan untuk menemaninya berlatih. Ia pun naik ke
papan loncat yang paling tinggi.

Ketika ia berbalik dan merentangkan tangan, ia mendapati bayangan
tubuhnya di dinding berbentuk salib! Tiba-tiba saja, bayangan salib
itu menyentuh hatinya, dan semua kesaksian sahabatnya terngiang
jelas. Maka, ia tak jadi meloncat, tetapi malah berlutut dan berdoa
memohon agar Tuhan masuk ke dalam hatinya. Ketika ia bangkit berdiri
setelah berdoa, seorang petugas kampus masuk dan menyalakan lampu.
Baru pada saat itulah si pemuda melihat bahwa kolam renang di
bawahnya, ternyata sedang dikeringkan, sebab hendak ada perbaikan.
Tuhan menyelamatkannya pada waktu yang sangat tepat!

Ketika kita menabur kesaksian tentang Tuhan dan firman-Nya, ketika
kita melayani seseorang atau sekelompok orang, ketika kita mendoakan
seseorang, barangkali kita tak bisa segera melihat hasilnya. Namun,
jangan berkecil hati apalagi berhenti melakukannya. Sebab ketika
firman-Nya ditaburkan, Roh Allah akan bekerja dan melanjutkannya
dalam diri orang-orang yang menerimanya. Lakukan saja pelayanan kita
dengan cara terbaik sebagai kawan sekerja-Nya (ayat 9), lalu
serahkan hasilnya kepada Dia (ayat 6, 7) --AW

TERUS TABURKAN FIRMAN DENGAN SETIA
SELANJUTNYA TUHAN AKAN BERKARYA SEMPURNA

Jumat, 21 Januari 2011

Hidup orang percaya

Anda tentu pernah mendengar istilah "Kristen KTP". Ada yang
mengartikan istilah itu sebagai orang yang kekristenannya hanya
tertulis di KTP saja, tetapi kehidupannya sama sekali tidak
menggambarkan bahwa dia adalah pengikut Kristus. Namun ada juga
yang mengartikan "Kristen KTP" sebagai Kristen Tanpa Pertobatan.
Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang yang demikian.

Banyak orang mendeklarasikan diri sebagai orang percaya yang penuh
dengan Roh Kudus, tetapi buah yang dihasilkan berbeda jauh dari
apa yang diperintahkan Tuhan dalam firman-Nya. Tidak terpancar
sedikit pun hal-hal yang baik, yang dapat menunjukkan identitasnya
sebagai orang percaya. Padahal sebagai orang percaya di dalam
Kristus, kita harus meninggalkan kehidupan yang lama. Mengapa?
Karena hidup yang lama penuh dengan keinginan daging dan hawa
nafsu. Lagi pula pola kehidupan lama merupakan perseteruan dengan
Allah. Oleh sebab itu perlu ditanggalkan dan dimatikan.

Ketika kita percaya dan lahir baru di dalam Kristus, kita diberi
kehidupan yang baru. Ini membuat kita menjadi pribadi yang kokoh.
Dari kehidupan yang baru itu terpancar perbuatan-perbuatan yang
baru, yang berbeda dari perbuatan yang dihasilkan dari kehidupan
yang lama. Sama seperti setiap pohon dikenal dari buahnya (44),
demikian juga kita dikenal dari perbuatan kita. Dan perbuatan kita
itu menggambarkan apa yang sesungguhnya ada di dalam hati kita
(45). Karena hati adalah sumber dari segala tindakan yang kita
lakukan, maka kita harus menjaganya. Caranya? Dengan mengisinya
dengan kebenaran Allah. Roh Kudus yang berdiam di dalam hati kita
akan memberi kita kuasa untuk menghasilkan buah kebenaran seperti
yang Tuhan kehendaki.

Buah yang baik hanya akan dihasilkan oleh pohon yang baik. Bila Anda
ingin menjadi pohon yang baik, yang akan menghasilkan buah yang
baik, Anda memerlukan karya transformasi Allah dalam hidup Anda.
Maka mintalah Allah melakukannya dalam diri Anda hingga citra-Nya
nyata dalam hidup Anda.

Kamis, 20 Januari 2011

Jangan menghakimi

Biasanya, kita cenderung lebih mudah mengasihi orang-orang yang
dikenal atau orang-orang yang kepadanya kita memiliki hubungan
baik. Namun akan sulit bagi kita untuk mengasihi orang yang tidak
memiliki hubungan baik dengan kita. Malah lebih mudah bagi kita
untuk melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada dia.

Yesus menginginkan kita saling mengasihi, bukan saling menjatuhkan.
Lalu bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang mengasihi? Yaitu
dengan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Kasih yang
kita terima dari Allah dalam hidup kita harus kita alirkan dan
nyatakan kepada orang lain. Jangan menghakimi dan jangan menghukum
(37) karena ini akan menghasilkan permusuhan, kebencian, dan
perkelahian. Hal ini juga tidak memuliakan nama Tuhan, karena
dengan begitu kita tidak menjadi berkat bagi orang lain. Yang
Tuhan inginkan dari kita adalah agar kita mengasihi sesama dan
saling mengampuni (37). Itulah tindakan nyata yang harus kita
lakukan terhadap orang lain karena kasih Allah yang telah ada
dalam hidup kita. Kalau kita mengasihi maka kita akan dikasihi,
kalau kita membenci maka kita akan dibenci.

Memang lebih mudah bagi kita untuk menilai orang lain dibanding
melihat ke dalam diri sendiri. Untuk itu kita perlu membangun diri
kita yang rapuh ini dengan nilai-nilai yang berasal dari kebenaran
firman Tuhan. Hanya dengan mengisi diri kita dengan firman Tuhan,
maka kita dapat membangun diri menjadi lebih baik sehingga kita
dapat menjadi berkat bagi orang lain. Namun jika tidak, maka kita
ibarat orang buta menuntun orang buta (39). Oleh karena itu
penting bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Jangan begitu
gampang menunjukkan jari kita ke wajah orang lain untuk menuding
atau menyalahkan dia, sementara kehidupan kita sesungguhnya tidak
jauh berbeda bila dibandingkan dengan dia.

Untuk itu kita memerlukan kasih dan kemurahan hati. Kasih dan
kemurahan hati bukan hanya untuk didengar dan dibicarakan saja.
Kita harus memiliki kasih itu karena kasih merupakan tanda bahwa
kita adalah pengikut Tuhan Yesus Kristus yang sejati.

Selasa, 18 Januari 2011

MENGHARGAI KEHIDUPAN

Anak lelaki itu terlahir cacat tanpa dua tangan. Dua kakinya pun
tak sempurna, tak cukup kokoh untuk menopangnya berdiri. Apabila
"berjalan", ia harus menggulingkan badannya di lantai. Namun, yang
membuat saya terkesan tatkala melihatnya melalui tayangan televisi
adalah sorot matanya. Tegas. Berani. Gigih. Di panti penampungan
itu, ia disayangi dan dilatih untuk mandiri. Dengan jemari kakinya
yang mungil, ia mampu memakai dan melepas baju, makan, menggosok
gigi, menulis, melukis. Ia dibuang orangtuanya sewaktu bayi. Kini
usianya sudah 10 tahun. Kehidupan tidak ramah kepadanya, tetapi ia
menjalaninya dengan tangguh.

Orang Yahudi di masa Perjanjian Lama sangat menghargai kehidupan.
Sebab, hanya ketika hiduplah manusia dapat berkiprah ini dan itu. Di
alam maut, semua nihil dan mustahil. Maka, umur panjang dipandang
sebagai berkat dan kemuliaan (Amsal 3:16). Hidup lebih baik daripada
mati. "Anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati, " kata
Pengkhotbah. Jika Tuhan berkenan, hidup patut dipertahankan dan
diperjuangkan. Bahkan ketika penyakit mengancam, doa dan pengharapan
untuk hidup tak boleh surut. Pergumulan ini tertuang jelas dalam
Mazmur 88. Dalam menghargai hidup, ada perjuangan untuk
mempertahankan dan menjalaninya.

Apakah kita menghargai kehidupan? Bagaimana dengan kenyataan banyak
janin digugurkan? Bom teror diledakkan? Penggunaan narkoba yang
mempertaruhkan masa depan dan nyawa? Apalagi kecenderungan bunuh
diri? Menghargai kehidupan memang butuh perjuangan. Ketangguhan
bocah cacat itu menggugah sekaligus menantang. Hidup karunia Tuhan
layak dijalani dengan tangguh --PAD

SIAPA SAJA YANG MENGHORMATI TUHAN, IA MENGHARGAI KEHIDUPAN
SEBAB TUHANLAH PENCIPTA KEHIDUPAN

Senin, 17 Januari 2011

BUKAN PEKERJA BIASA

Dr. Cai Ming Jie, seorang Ph.D. lulusan Stanford University,
memutuskan untuk menjadi seorang sopir taksi setelah kehilangan
pekerjaannya. Dr. Cai Ming Jie tidak hanya berani menghadapi hidup
dengan melakukan pekerjaan yang mungkin jauh dari impiannya, tetapi
juga berusaha melakukan yang terbaik. Ia mencatat pengalamannya
sebagai sopir taksi dalam sebuah blog: A Singapore Taxi Driver's
Diary. Itu menjadikannya bukan "sopir taksi biasa".

Yusuf juga pernah mempunyai pekerjaan yang bukan merupakan
impiannya. Menjadi budak, jelas bukan cita-cita Yusuf, si anak orang
kaya. Namun apa daya, ia dijual dan harus menjadi budak. Pilihannya
hanya dua. Sekadar menjadi budak atau menjadi budak yang baik. Dalam
situasi sulit itu, Tuhan menyertai Yusuf (ayat 2, 3). Penyertaan
Tuhan menjadikannya budak yang tidak biasa. Ia menjadi budak yang
"berkuasa" (ayat 4, 5). Karena difitnah, Yusuf bahkan turun lebih
rendah lagi. Ia menjadi narapidana. Namun kali ini pun, Tuhan tetap
menyertai Yusuf, sehingga ia kembali menjadi bukan narapidana biasa,
tetapi narapidana yang "berkuasa" (ayat 21-23).

Andai Anda sedang berada di lingkungan pekerjaan yang bukan pilihan
Anda, jangan bekerja sekadarnya. Jangan menjadi pegawai biasa. Guru
biasa. Dokter biasa. Percayalah, dunia bisa tidak adil terhadap
Anda, tetapi Tuhan selalu adil. Kunci keberhasilan kita ada pada
Tuhan, bukan pada dunia. Tanggung jawab kita, bukan menuntut ini dan
itu, tetapi berjalan bersama Tuhan dan bekerja sebaik-baiknya. Tuhan
akan memampukan kita memberi yang terbaik di tengah kondisi yang tak
ideal sekalipun --GS

TUHAN DIMULIAKAN DI TEMPAT KITA BERKARYA
HINGGA KITA MENJADI BUKAN PEKERJA BIASA

Jumat, 14 Januari 2011

MURID, BUKAN SUPORTER

Banyak orang yang "gila" sepak bola memutuskan untuk menjadi
anggota fans club sebuah tim sepak bola. Biasanya mereka akan selalu
menonton tatkala tim yang didukungnya berlaga, entah langsung pergi
ke stadion ataupun melalui layar kaca. Yang menarik, biasanya mereka
juga suka memakai atribut tim kebanggaannya tersebut; mulai dari
kaos, selendang, sampai rela mengecat wajahnya dengan warna yang
identik dengan tim kesayangannya. Mereka bisa berpesta tatkala
timnya menang, juga sedih dan marah tatkala timnya kalah. Namun, itu
hanya terjadi selama beberapa saat.

George Barna, seorang peneliti kristiani, menulis dalam bukunya
Menumbuhkan Murid-Murid Sejati, bahwa banyak orang kristiani yang
suka menjadi "suporter" Kristus, tetapi tidak menjadi murid Kristus.
Banyak orang tertarik pada kekristenan, tetapi tidak sungguh-sungguh
berkomitmen kepada Kristus. Dalam bacaan hari ini, Yesus memberikan
beberapa syarat untuk menjadi murid-Nya. Dan, jika kita tidak dapat
memenuhi syarat tersebut, kita tidak layak menjadi murid-Nya. Memang
syarat yang disampaikan Tuhan lebih banyak berupa kiasan dan tidak
dapat diartikan secara harfiah. Namun, dari syarat-syarat tersebut
kita mendapati bahwa Tuhan tidak ingin orang mengikut Dia hanya
berdasarkan rasa tertarik. Orang itu harus berkomitmen dan mau
membayar harga.

Orang kristiani seperti apakah kita? Suporter atau murid? Orang yang
hanya senang memakai atribut kekristenan atau sungguh-sungguh
memiliki komitmen dan berani membayar harga untuk mengikut Kristus?
Apabila hanya sebatas suporter, kita tidak layak menjadi murid-Nya
--RY

JANGAN HANYA SENANG MEMAKAI ATRIBUT KEKRISTENAN
JADILAH MURID YANG SEBENAR-BENARNYA

Kamis, 13 Januari 2011

KHAWATIR

Jika saya adalah Abraham, saya pasti sudah khawatir karena anak
perjanjian dari Tuhan tak kunjung datang. Itu sebabnya, Abraham
sampai memperistri Hagar. Jika saya adalah Yakub, saya pasti sudah
khawatir bagaimana jika kelak akan bertemu Esau, setelah hak
kesulungannya dirampas. Itu sebabnya, ia sampai mempersiapkan
persembahan ternak untuk membujuk Esau.

Khawatir itu suatu perasaan yang manusiawi. Akan tetapi, tidaklah
baik apabila kita terus menerus tenggelam di dalamnya. Saat
kekhawatiran itu datang, setidaknya ada dua sikap yang cenderung
kita ambil. Pertama, kita menyerah. Terlalu berfokus pada masalah,
hingga masalah tersebut menjadi begitu besar dan menguasai diri,
hingga membentuk keyakinan kita. Akibatnya, kita kehilangan sukacita
dan semangat. Menjadi lumpuh dan tak berdaya. Kedua, kita memilih
menempuh jalan pintas. Terlalu percaya diri, mengandalkan kekuatan
sendiri. Nekat. Saat kehilangan akal sehat, tindakan didasarkan pada
emosi sesaat. Keduanya tidaklah membangun.

Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap apabila kekhawatiran itu
melanda? Redamlah kekhawatiran itu, dengan mengisi hati dan pikiran
kita dengan pengharapan. Lalu, berserah dan berharap kepada Tuhan
saja. Berserah dengan keyakinan bahwa bunga di padang pun Dia hiasi
(ayat 28-30). Sambil tetap berharap dengan keyakinan di dalam doa.

Jadi, saat Anda khawatir, janganlah putus berharap. Jalani hari ini
dengan ringan bersama Tuhan. Serahkan rencana hari esok di
tangan-Nya. Percayalah, Dia Mahakuasa menopang kita --DYA

KEKHAWATIRAN MENGINGATKAN AKAN BETAPA LEMAHNYA KITA
SEKALIGUS BETAPA BESARNYA KASIH PEMELIHARAAN TUHAN

Selasa, 11 Januari 2011

Penjala terjala

> Pernahkah Anda melihat seorang pemancing sedang memancing ikan?
> Pemancing ikan adalah orang yang tekun, rela menanti berjam-jam
> demi tertangkapnya seekor ikan.
>
> Simon Petrus dan rekan-rekannya adalah nelayan sejati. Mereka bekerja
> keras sepanjang malam untuk menangkap ikan. Sayang mereka tidak
> menghasilkan apa-apa (5). Sebab itu perintah Yesus agar mereka
> kembali menjala sebenarnya mendapat tanggapan yang tidak terlalu
> positif dari Petrus. Malam adalah waktu terbaik untuk menangkap
> ikan, lalu kenapa harus menjala di siang hari bila pada malam hari
> saja mereka tidak mendapat ikan? Sementara yang mengusulkan adalah
> anak seorang tukang kayu! Mana mungkin Ia lebih tahu tentang
> penangkapan ikan dibandingkan seorang nelayan yang sudah
> berpengalaman di bidangnya? Namun ketika Petrus akhirnya menuruti
> juga perkataan Yesus, dia melihat keajaiban. Ikan menjejali jala
> hingga hampir robek! Bahkan butuh bantuan perahu lain untuk
> menampung ikan-ikan tersebut (7).
>
> Petrus pun langsung bersujud di kaki Yesus (8). Bila sebelumnya Petrus
> menyebut Yesus sebagai Guru, saat itu dia menyebut Yesus sebagai
> Tuhan. Petrus juga menyadari kerendahannya di hadapan Yesus. Ini
> merupakan lompatan besar dalam pengenalannya akan kebesaran kuasa
> Yesus. Semula ia mengira dirinya adalah nelayan handal, tetapi
> kemudian ia melihat kuasa Yesus alam, atas danau dan ikan.
> Kesadaran ini menjadi titik balik yang menghasilkan keputusan
> besar dalam hidup Petrus. Ia mengikut Yesus dan arah hidupnya pun
> berubah.
>
> Kesadaran akan kemahakuasaan Tuhan dan ketidakmampuan diri akan
> membuat orang datang kepada Tuhan. Maka bila kegagalan sedang
> menerpa Anda secara beruntun, sehingga Anda seolah merasa tidak
> mampu berdiri lagi, mungkin itulah saat Anda harus datang pada
> Allah. Jangan keraskan hati dan menganggap bahwa Anda cukup mampu
> menyelesaikan masalah Anda. Rendahkan hati dan persilakan Dia
> untuk menyatakan kuasa dan karya-Nya dalam hidup Anda. Niscaya
> kasih karunia-Nya akan turun atas Anda.

Minggu, 09 Januari 2011

Jangan berontak

Problem utama kita seringkali bukan tidak mengerti kehendak Tuhan,
tetapi tidak mau taat. Ini memang problem manusia sejak manusia
pertama jatuh ke dalam dosa. Bukankah Iblis lewat ular menawarkan
pandangan alternatif terhadap firman Tuhan, sehingga timbul
keraguan di hati manusia pertama, dan mempertanyakan apakah Tuhan
berikhtikad baik pada mereka?

Mazmur 2 berbicara tentang sikap bangsa-bangsa yang tidak mau taat
pada penetapan Tuhan. Mereka menolak mengakui ketetapan Tuhan atas
Israel sebagai bangsa pilihan dan Daud serta keturunannya akan ada
di takhta Israel turun temurun. Menolak mengakui pilihan Tuhan
berarti meragukan ikhtikad baik Tuhan bahwa Dia peduli kepada
bangsa-bangsa serta ingin memakai Israel dan raja mereka untuk
memberkati bangsa-bangsa sedunia. Padahal inilah rencana Allah
ketika memilih Israel dan mengikatkan diri-Nya kepada mereka dalam
Perjanjian Sinai. Lihat Keluaran 19:5-6. Israel diikat dengan
perjanjian untuk difungsikan sebagai kerajaan imam dan bangsa yang
kudus. Kerajaan imam berarti kerajaan yang menjadi pengantara agar
kerajaan-kerajaan lain mengenal Allah Israel. Sebagai bangsa yang
kudus, Israel menjadi model hidup bangsa yang mengenal Tuhan.
Menolak mengakui pilihan Tuhan berarti menolak kedaulatan Tuhan.
Maka Tuhan pun menjatuhkan penalti. Bangsa-bangsa itu akan Dia
tundukkan lewat hamba-Nya, Raja yang telah Ia urapi!

Apakah ada kesamaan antara diri kita dengan Israel? Adakah hal yang
sulit kita serahkan kepada Tuhan sepenuhnya saat memasuki tahun
2011 ini karena kita meragukan ikhtikad baik Tuhan kepada kita?
Ingat, Yesus yang baru saja kita rayakan kedatangan-Nya di dunia
ini, adalah Raja yang Tuhan tetapkan atas semua bangsa di dunia
ini. Kalau kita menolak untuk tunduk pada otoritas-Nya, satu hari
kelak Ia akan datang dan dengan kuasa-Nya Dia akan menghakimi kita
tanpa ampun!

DISIPLIN

Korea Selatan kini merupakan salah satu negara yang disegani di
dunia, dan dipandang berhasil membangun bangsanya. Mereka berhasil
mencapai prestasi demikian dengan menanamkan kultur bangsa yang amat
positif, yakni kultur bangsa yang sangat disiplin, selalu bekerja
keras, pantang menyerah, dan tidak mau kalah dari bangsa lain. Ya,
disiplin menjadi kunci keberhasilan bangsa Korea.

Kata disiplin sendiri berasal dari bahasa Latin, disciplina, yang
berarti petunjuk; pengajaran; pendidikan. Dalam Oxford Dictionary,
kata discipline berarti pelatihan terutama atas akal budi dan
kepribadian demi menghasilkan kemampuan menguasai diri, juga
kebiasaan untuk taat. Intinya ada pada pembentukan akal budi yang
mendarah daging, yang melahirkan karakter yang taat berdasarkan
kemauan hati, bukan sekadar karena takut terhadap hukuman.

Demikian pula sosok muda Timotius yang mempunyai kepribadian
positif. Kepribadiannya tersebut merupakan hasil latihan
kedisiplinan yang dilakukan Paulus. Paulus telah banyak memberinya
kesempatan juga petunjuk, mengajar dan mendidiknya, selagi Timotius
masih muda. Timotius selalu diingatkan untuk tetap berpegang pada
kebenaran yang telah ia terima dan yakini (ayat 14). Belajar dari
Timotius, baiklah kita juga menertibkan dan membiasakan diri untuk
melakukan disiplin-disiplin rohani dengan kesadaran dan kerelaan.
Baik doa pribadi, persekutuan dengan saudara seiman, maupun
pembacaan dan perenungan firman. Sehingga, kita dapat disebut
disciple of Jesus (murid Yesus), yang selalu mendengarkan
pengajaran-Nya dan meneladani-Nya --ENO

MENJADI MURID YANG DISIPLIN BAGI YESUS
ADALAH TUGAS YANG MESTI DIJALANI SEUMUR HIDUP

Sabtu, 08 Januari 2011

LEBIH MURAH

Suatu pagi, saya memesan tiket pesawat pada teman beberapa hari
menjelang Lebaran. Ia mendapatkan tiket yang relatif murah pada
musim mudik, dan berjanji akan segera mengirimkannya. Saya
tunggu-tunggu, tiket tidak kunjung datang juga hingga sehari
menjelang keberangkatan. Dengan agak jengkel, saya meneleponnya.
Ternyata ia sedang mencari tiket yang lebih murah lagi dan, ya, ia
memang berhasil mendapatkannya! "Makanya, jangan menggerutu dulu, "
kata hati saya.

Pengalaman itu menolong saya memahami tingkah bangsa Israel. Tiga
hari berjalan di padang gurun tanpa mendapatkan air, begitu
mendapati air di Mara, ternyata airnya pahit. Jelas saja mereka
menggerutu. Namun, sungut-sungut itu menunjukkan ketidakpercayaan
mereka akan pemeliharaan Tuhan. Nyatanya, Tuhan mengulurkan bantuan
ketika Musa berseru kepada-Nya.

Kemudian, mereka sampai di Elim. Tempat ini berlimpah air dan
diteduhi pohon kurma. Menurut beberapa arkeolog, jarak dari Mara ke
Elim itu sekitar 20 kilometer atau satu hari perjalanan. Dengan kata
lain, seandainya saja bangsa Israel mau bersabar sehari lagi, mereka
tidak perlu mengomel pada Tuhan. Sayang, tidak diceritakan apakah di
Elim mereka bersorak-sorai dengan ucapan syukur.

Kadang-kadang kita juga melewati tempat seperti Mara: ketika kita
merasa merasa terjepit oleh persoalan hidup dan Tuhan seakan tidak
peduli, ternyata Dia sedang menyiapkan pertolongan yang tak terduga
dan lebih baik dari yang kita harapkan. Karenanya, ketika keadaan
memburuk, jangan biarkan sikap negatif menggerus kepercayaan kita
kepada Tuhan --ARS

PERTOLONGAN TUHAN DATANG MENURUT CARA DAN WAKTU-NYA
SERTA MELAMPAUI PERKIRAAN KITA

BANG SANDY

Bang Sandy, demikian kami memanggilnya. Saya mengenalnya saat saya
dan teman-teman dari NDC (No Drugs Community) sedang mengadakan
kampanye antinarkoba di sekolah-sekolah. Bang Sandy adalah salah
seorang narasumber yang bersaksi tentang keterikatan pada narkoba,
seperti yang pernah ia alami. Ia bahkan sampai terinfeksi HIV.
Hidupnya hancur berantakan, kesehatannya terus memburuk. Namun,
ketika ia mengenal Yesus, sedikit demi sedikit hidupnya berubah.
Bukan saja secara rohani, melainkan juga secara jasmani.
Kesehatannya membaik, walau tidak dapat sembuh seratus persen. Saat
ini ia aktif melayani Tuhan.

Sangat sulit untuk melepaskan diri, saat kita sudah "terikat" pada
sesuatu. Sayangnya, sesuatu yang negatif kadang justru mengikat
lebih kuat dibanding sesuatu yang positif. Keterikatan dosa
sesungguhnya berawal dari keinginan untuk mencoba. Dan apabila kita
memutuskan untuk mencicipinya, kita akan "diseret dan dipikat
olehnya" (ayat 14). Mulanya selalu terasa nikmat, tetapi
selanjutnya, hanya merusak dan menghancurkan. Tak hanya fisik,
tetapi juga hati dan jiwa. Akhirnya, dosa itu melahirkan maut (ayat
15).

Banyak dosa saat ini yang mewujud dalam berbagai tawaran yang tampak
menarik. Jangan pernah menginginkan atau mencobanya, karena sekali
kita merasakan nikmatnya, kita akan terikat, makin lama makin kuat.
Memang sulit bagi kita yang sudah terikat dosa, untuk melepaskan
diri. Akan tetapi, dengan komitmen kuat, doa dan dukungan
saudara-saudara seiman, serta campur tangan Tuhan, pasti kita dapat
terlepas dari itu semua --GK

KETERIKATAN DOSA SEPERTI PUSARAN AIR
YANG TERUS MEMBAWA KITA BERPUTAR DI DALAMNYA

Rabu, 05 Januari 2011

TIDAK HARUS SPEKTAKULER

Seorang teman saya berkata, "Hidup saya ini biasa-biasa saja. Saya
tidak pernah merasakan pengalaman rohani yang luar biasa; sesuatu
yang menakjubkan, yang bisa membuat saya atau orang lain yang tahu
tercengang. Karena itu, tidak ada yang bisa saya ceritakan sebagai
ke-saksian." Bisa jadi banyak orang seperti teman saya itu, yang
menganggap pengalaman rohani, atau pengalaman dengan Tuhan, mesti
dalam wujud kejadian-kejadian yang luar biasa, hebat, di luar akal.
Misalnya, sembuh dari sakit parah, ketika sang dokter sendiri sudah
angkat tangan, setelah didoakan Pendeta Anu. Atau, selamat dari
kecelakaan fatal setelah menyerukan nama Tuhan Yesus berulang-ulang.
Pokoknya kejadian yang spektakuler.

Padahal, sebetulnya pengalaman dengan Tuhan juga bisa kita nikmati
dalam peristiwa biasa dan sehari-hari. Seperti yang digambarkan
dalam bacaan Alkitab hari ini. Elia sangat tertekan karena hidupnya
terancam. Ia lalu melarikan diri ke Gunung Horeb. Dikatakan,
datanglah angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan
memecah bukit-bukit. Namun, tidak ada Tuhan di sana (ayat 11).
Begitu juga dalam gempa dan api, tidak ada Tuhan di sana. Sampai
kemudian datanglah angin sepoi-sepoi, dan Elia merasakan kehadiran
Tuhan (ayat 12, 13).

Ya, melalui kejadian-kejadian keseharian kita pun dapat merasakan
pengalaman dengan Tuhan. Seperti ketika kita bangun dari tidur dan
menghirup udara segar, atau ketika melihat anak-anak yang tengah
bermain gembira. Masalahnya, maukah kita membuka mata hati kita
untuk melihat dan merasakan kehadiran Tuhan di sana? --AYA

KEHADIRAN TUHAN BISA KITA RASAKAN DAN ALAMI
DALAM KEJADIAN SEHARI-HARI

Bertekad Untuk Berubah

Pada tahun 70-an, pekerjaan ayah saya (S) hanyalah seorang kondektur bus
antar kota di daerah kami. Karena keadaan ekonomi keluarga kami pada waktu
itu sangat memprihatinkan, saya terpaksa berhenti sekolah lalu membantu
orangtua untuk mencari nafkah dengan berjualan nasi dan kue. Pada bulan
Februari 1971, saya mulai menjual nomor toto PON yang diundi setiap malam.
Mula-mula, saya hanya mengedarkan ke tetangga-tetangga terdekat. Pada hari
berikutnya mulai berkembang hingga ke daerah-daerah lain. Ketika saya
menjadi agen, omsetnya sudah semakin meningkat dan penghasilannya pun
semakin bertambah besar. Tetapi kehidupan saya justru semakin jatuh dalam
berbagai dosa. Pada suatu hari, saya pernah terlambat menyetorkan
kupon-kupon tersebut kepada bandar. Akibatnya, saya harus menjadi bandar
sendiri. Keesokan harinya saya malah mendapat untung besar. Sejak peristiwa
itu, saya mengambil keputusan untuk menjadi bandar toto PON. Agar mendapat
untung yang besar, saya selalu berkonsultasi dengan paranormal ataupun
dukun-dukun yang terkenal, dan mereka membekali saya dengan ilmu hitam.

Sekitar tahun 1974, ketika saya membandari putaran nomor undian yang
dikeluarkan melalui siaran radio setiap malam pukul 24.00 WIB, ternyata
banyak di antara langganan yang memasang nomor undian tersebut mendapat
nomor pemenang. Sebagai bandar, saya harus membayar nomor-nomor yang menang
itu. Tetapi karena terlalu banyak di antara mereka yang mendapat nomor
sebagai pemenang, mengakibatkan saya tak mampu membayar mereka. Secara
diam-diam saya melarikan diri ke Jakarta. Setelah sempat bingung dan tidak
tahu apa yang dilakukan, saya sepakat dengan seorang teman untuk mengontrak
sebuah rumah petak yang terbuat dari bilik bambu yang berada di pinggir rel
kereta api di Jelambar, Daan Mogot. Setelah dua bulan tinggal di bedeng
tersebut, uang saya mulai habis. Untuk memenuhi tuntutan perut yang tidak
bisa di tunda lagi, akhirnya saya bekerja sebagai kuli bangunan, dengan
gaji Rp. 400 per hari.

Hidup di Jakarta dengan gaji seperti itu tidaklah cukup untuk memenuhi
kebutuhan saya setiap hari. Karena itu setelah bekerja, saya bergabung
dengan teman-teman di proyek dan para gelandangan ataupun preman-preman di
Grogol untuk menggarap pekerjaan sampingan. Pada mulanya saya hanya
berpura-pura meminjam korek api, lalu meminta rokok, kemudian meminta jam
tangan dan dompet, hingga semua miliknya. Kalau ia tidak memberikan, kami
tidak segan-segan menusukkan pisau yang sudah ditempelkan diperutnya. Pada
bulan November 1974, adik saya datang menemui saya untuk mengajak kembali
ke kampung halaman. Setibanya saya di Cepu, para pemasang nomor undian yang
pernah menang taruhan dan tidak saya bayar tersebut, ternyata tidak
mempersoalkan hal itu lagi, maka saya mulai bekerja kembali sesuai profesi
yang dulu.

Di bulan Januari 1975, ketika saya berada di Surabaya, saya bertemu dengan
seorang gadis yang akhirnya menjadi istri saya. Ketika istri saya
mengandung anak kami yang pertama, istri saya selalu memperingatkan agar
saya meninggalkan pekerjaan kotor tersebut. Tetapi karena hidup saya masih
dipenuhi oleh kuasa gelap, maka nasihat apa pun dari istri saya tidak
pernah saya hiraukan. Pada suatu hari, ketika saya kembali ke rumah di pagi
hari, saya tidak menemukan istri saya di rumah. Setelah saya mencarinya,
ternyata dia berada di rumah orangtuanya. Saya kemudian mengajaknya pulang
ke rumah kami di Padangan. Sejak saat itulah saya kasihan melihatnya dan
saya mulai berubah serta mulai pergi ke gereja bersamanya.

Ketika anak pertama kami lahir di bulan Januari 1976, seorang saudara
meminta saya datang ke Jakarta untuk bekerja. Tidak berapa lama kemudian
setelah saya, istri, dan anak saya datang ke Jakarta, ternyata lowongan
pekerjaan yang dijanjikan itu sudah dimasuki oleh orang lain. Selama dua
tahun kami tinggal di rumah saudara tersebut, saya bekerja sebagai buruh di
pabrik keramik dan kami dikaruniai seorang anak lagi. Kebutuhan sehari-hari
kami semakin meningkat, tetapi perusahaan tidak menepati janji untuk
mengangkat saya menjadi pegawai tetap dan menerima gaji lebih baik. Agar
tidak merepotkan saudara tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk kembali
ke kampung.

Pada bulan Januari 1980, saya kembali ke Jakarta untuk bekerja di proyek
Senen lantai IV, toko funiture. Ketika teman-teman menghantar saya
berangkat ke Jakarta dan salah seorang teman memberikan secarik kertas yang
di dalamnya tertulis, "Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan
kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Setelah tiga
bulan bekerja, saya menjemput istri dan anak-anak saya datang ke Jakarta
untuk berkumpul bersama. Sejak saat itu saya "bertekad untuk berubah".
Melalui proses yang berat dan panjang, saya mulai meninggalkan dosa-dosa
saya di masa lalu, serta mulai setia beribadah kepada Tuhan. Tahun 1982,
saya dibaptis dan menerima Yesus sebagai Juru Selamat saya -- Ia tidak
hanya memulihkan rumah tangga saya tetapi juga memberikan pekerjaan baru
dengan gaji yang cukup.

Pada tahun 1989, saya mengundurkan diri dari perusahaan dan Tuhan
membimbing saya untuk memulai sebuah usaha. Walaupun tempat usaha itu masih
mengontrak, namun Tuhan telah memberkati saya dengan luar biasa.
Pertumbuhan iman saya berkembang dengan baik. Pada bulan Desember 1996,
seorang teman mengundang saya menghadiri Christmas Dinner yang
diselenggarakan di Hailai Restaurant, Jakarta. Melihat teman-teman
pengusaha yang turut mengambil bagian dalam acara tersebut, hati saya
semakin dikuatkan untuk lebih setia melayani Tuhan. Ketika krisis ekonomi
melanda Indonesia, hal itu membawa dampak negatif bagi usaha saya. Sejak
bulan Agustus 1997, tagihan-tagihan saya mulai macet sehingga kegiatan
usaha mulai menurun. Tetapi kejadian itu tidaklah membuat saya menjadi
lemah, malahan membuat saya semakin giat membantu melayani Tuhan.

Pada bulan Agustus 1998, ketika sedang mempersiapkan sebuah acara outreach
dinner di Kelapa Gading, salah seorang pelanggan kami yang pernah membayar
tagihannya dengan cek kosong, meminta saya untuk datang ke kantornya.
Ternyata hari itu cek kosong tersebut sudah dapat dicairkan. Begitu juga
dengan tagihan-tagihan yang lain. Dalam waktu empat bulan, hampir semua
pelanggan kami membayar tagihannya tepat waktu, sehingga saya bisa melunasi
hutang-hutang saya di Bank dengan tepat waktu juga.

Sabtu, 01 Januari 2011

BEBAN ATAU HARAPAN?

Memasuki tahun baru, apa yang ada dipikiran Anda? Bersyukur? Atau,
justru gentar menghadapi tantangan zaman yang kian berat? Ancaman
global warming, bencana alam, krisis ekonomi maupun politik,
terus-menerus melanda. Bagaimana kita sebagai anak Tuhan menyikapi
pergumulan-pergumulan pada tahun yang baru ini?

Keluaran 16 bercerita tentang bangsa Israel yang bersungut-sungut
karena kehabisan perbekalan setelah dua bulan berjalan di padang
gurun (ayat 2). Mereka menuduh Musa dan Harun membawa mereka ke
padang gurun hanya untuk membunuh mereka dengan kelaparan (ayat 3).
Tuhan mendengar keluhan dan omelan mereka. Sejak itu, Dia
mengirimkan manna untuk mereka setiap pagi kecuali pada hari Sabat
selama 40 tahun (ayat 35).

Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman bangsa Israel
ini. Pertama, ketika masalah datang, janganlah kita bersungut-sungut
dan menyalahkan orang lain. Itu tiada guna, bahkan mendukakan hati
Tuhan. Kedua, krisis yang terjadi di hidup manusia merupakan
kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan pemeliharaan-Nya. Manna
turun setelah perbekalan orang Israel habis. Tuhan kerap kali
mengizinkan krisis mengimpit kita supaya kita lebih menyadari kasih
dan kuasa-Nya. Tuhan melakukan itu karena secara manusiawi, kita
cenderung tidak mau berserah kepada-Nya sebelum benar-benar
terpojok.

Setiap pagi ketika kita bangun tidur dan pikiran akan beban-beban
yang ada di hadapan memasuki otak kita, ingatlah bahwa Tuhan
memberikan hari yang baru untuk sekali lagi Dia menyatakan kasih
kepada kita lewat segala yang Dia izinkan terjadi --GS

APA PUN MUNGKIN TERJADI DALAM HIDUP KITA
NAMUN TUHAN TIDAK MEMBIARKAN KITA BERJALAN SENDIRIAN