Kamis, 31 Maret 2011

MEMBELI KEBENARAN

Dalam salah satu amsalnya, Salomo mendorong kita untuk "membeli
kebenaran dan tidak menjualnya" (Amsal 23:23). Apakah artinya ini?
Tentu kita tidak dapat membeli kebenaran Allah dengan uang. Kita
hanya dapat menerima kebenaran itu sebagai anugerah yang cuma-cuma
dari Allah. Ketika kita menyambut kebenaran Allah, maka kita
menjauhi kefasikan. Dalam hal ini, tentu kita perlu gigih dan
memberi pengorbanan. Dalam amsal lain, Salomo menggambarkan
pencarian hikmat seperti pencarian harta karun-ada usaha yang
sungguh-sungguh (2:4). Dalam perumpamaan yang Yesus ceritakan, orang
sampai rela menjual seluruh miliknya untuk mendapatkan mutiara yang
sangat berharga (Matius 13:46).

Kita ditantang untuk "membeli kebenaran", semahal apa pun harga yang
harus kita bayar. Ketika kita mengembangkan disiplin pribadi untuk
menyimak firman Tuhan dengan berwaktu teduh, kita sedang "membeli
kebenaran". Ketika kita menolak untuk mengambil jalan pintas
kecurangan dan memilih untuk menempuh jalur yang-walaupun berat,
sesuai dengan prinsip firman Tuhan, kita juga sedang "membeli
kebenaran".

Menjual kebenaran, sebaliknya, berarti meremehkan bahkan
mengkhianati kebenaran. Ketika kita membaca atau mendengarkan firman
Tuhan, tetapi kemudian mengabaikan dan tidak menerapkannya, kita
sedang "menjual kebenaran". Ketika kita mengompromikan integritas
karena tergoda iming-iming kenaikan jabatan, kita juga sedang
"menjual kebenaran".

Hari ini, baiklah kita meminta anugerah Allah, agar dimampukan untuk
membeli kebenaran, dan tidak menjualnya --ARS

PENGORBANAN ANDA UNTUK MENDAPATKAN KEBENARAN
MENUNJUKKAN SEBERAPA BESAR NILAI KEBENARAN BAGI ANDA

Milik Allah atau milik Kaisar?

Bangsa Yahudi kala itu sedang berada dalam penjajahan Romawi. Namun
bangsa ini tidak pernah tunduk atau mengakui pemerintahan Romawi
atas mereka. Satu-satunya pemerintahan yang mereka akui adalah
Teokrasi, yaitu Allah Yahweh yang berdaulat penuh atas kehidupan
mereka. Hanya kepada-Nyalah sembah dan ibadah mereka ditujukan.

Akan tetapi Romawi memiliki kewenangan khusus atas bangsa ini dengan
adanya wali negeri, yaitu Pontius Pilatus. Situasi sulit ini
dimanfaatkan dengan baik oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat dengan mengajukan pertanyaan jebakan kepada Yesus. Jika
Yesus menjawab "ya", maka Yesus akan dianggap berpihak kepada
pemerintahan Romawi. Itu berarti Ia berkhianat terhadap bangsanya
sendiri. Jika Yesus menjawab "tidak", maka Yesus akan dianggap
sebagai pemberontak oleh pemerintahan Romawi karena menolak
membayar pajak negara. Pilihan yang sulit, bukan?

Namun Yesus tahu kelicikan hati mereka. Ia menjawab dengan mengambil
suatu koin yang memiliki gambar dan tulisan Kaisar. Lalu Yesus
berkata, "Berilah apa yang wajib diberikan kepada Kaisar dan
berikanlah apa yang wajib diberikan kepada Allah." Yesus jelas
membedakan apa yang menjadi milik Allah dan apa yang menjadi milik
Kaisar. Koin yang memiliki gambar dan tulisan Kaisar harus
dikembalikan kepada Kaisar sebagai pajak. Yesus tidak terjebak
dengan pertanyaan yang diajukan. Sekali lagi ahli-ahli Taurat dan
imam-imam kepala dibuat heran atas jawaban Yesus. Maka mereka pun
terdiam.

Sepantasnyalah kita mengetahui dengan benar apa yang menjadi milik
Allah yang harus dikembalikan kepada Allah, dan apa yang merupakan
milik pemerintah (Kaisar), yang wajib dikembalikan kepada
pemerintah. Itulah tanggung jawab kita sebagai warga negara surga
dan warga negara dunia. Tuhan Yesus tidak memberikan penekanan
yang berbeda atas kedua hal ini. Oleh sebab itu keduanya wajib
kita lakukan sebagai warga negara dunia dan warga negara surgawi
yang masih hidup di dunia ini.

Rabu, 30 Maret 2011

BENIH KEPERCAYAAN

Pada pemakaman Kathryn Lawes, istri mantan sipir penjara di New
York, para narapidana beramai-ramai melayat. Sejenak mereka
menghirup udara bebas. Seusai upacara, tak satu pun dari mereka
berusaha kabur. Dengan patuh, semua kembali ke sel masing-masing.
Apa rahasia-nya? Semasa hidup, Nyonya Lawes membiarkan anak-anaknya
bermain dengan para narapidana itu. Ia percaya mereka akan berlaku
baik kepada anak-anaknya. Kesan dipercayai, itu yang membekas di
hati para narapidana. Maka, mereka tak mau menodai kepercayaan yang
diberikan waktu diizinkan keluar untuk melayat orang yang telah
memercayai mereka.

Sejumput benih kepercayaan ditanam, hasilnya tak mengecewakan. Semua
orang butuh dipercayai. Besar kemungkinan kebaikan dalam dirinya
tumbuh jika ia dipercayai. Kita kagum akan sosok Paulus, penginjil
terbesar sepanjang zaman. Namun, jangan lupa bahwa pada awal ia
menjadi penginjil, Barnabas memiliki peran penting. Peran apa? Ia
percaya kepada Saulus, sementara murid yang lain tidak. Ia mau
menerimanya, sementara yang lain takut, mengingat sepak terjangnya
di masa silam. Berbekal kepercayaan Barnabas, Saulus giat meyakinkan
orang akan pertobatannya dan terus bersaksi bagi Yesus. Hingga kini
kita mengenalnya sebagai Rasul Paulus.

Semua hubungan baik berlandasan kepercayaan. Suasana kerja yang baik
dibangun di atas kepercayaan. Prestasi bertumbuh karena ada
kepercayaan. Pelayanan yang berbuah memerlukan sikap saling percaya.
Sudahkah kita menanam benih percaya-memercayai dalam berkeluarga,
berteman, bekerja sama, bergereja, bermasyarakat? Jika kita ingin
dipercayai, begitu pun orang lain --PAD

ORANG YANG DIPERCAYAI DENGAN CARA YANG BENAR
AKAN MENJADI ORANG YANG DAPAT DIPERCAYA-Abraham Lincoln

Jangan sia-siakan anugerah

Walau seringkali mendapat teguran dari Yesus, ahli-ahli Taurat dan
imam-imam kepala tetap bersikukuh pada kebenaran diri mereka
masing-masing. Memang orang berdosa tidak mungkin bisa berubah dan
bertobat dari dosa-dosanya kalau bukan karena anugerah Tuhan yang
lebih dahulu dicurahkan kepada mereka.

Hari ini, melalui perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus, kita
melihat lagi betapa jahat perbuatan ahli-ahli Taurat dan imam-imam
kepala. Yesus mengumpamakan mereka sebagai penggarap-penggarap
yang menyewa kebun anggur dari pemilik kebun anggur yang
melambangkan Allah sendiri. Ketika suatu kali, si pemilik mengutus
hambanya untuk meminta hasil kebun anggurnya, para penggarap kebun
malah memukul dan menyuruh dia pulang tanpa hasil. Demikianlah
kejadian ini berulang sampai hamba yang ketiga diutus. (Bdk. Luk.
11 : 49). Terakhir, si pemilik kebun anggur mengutus anaknya
sendiri untuk melakukan tugas yang sama, seperti yang telah
dilakukan hamba-hamba ayahnya sebelumnya. Namun apa yang terjadi?
Mereka melempar si anak keluar dan membunuh dia karena dialah ahli
waris dari pemilik kebun anggur itu. Para penggarap ternyata tidak
melaksanakan tugas dengan benar. Malah mereka melakukan kejahatan
yang luar biasa besar. Maka Tuhan menegur dengan keras, bahwa
barangsiapa yang masih bermain-main dengan Tuhan, akibatnya ia
akan hancur dan remuk (ayat 18).

Ini adalah gambaran bangsa Israel yang berulang kali menolak Kerajaan
Allah. Berkali-kali Allah mengutus nabi-nabi-Nya kepada mereka,
hingga pada puncak-Nya, Dia mengirimkan Yesus, Anak-Nya untuk
berbicara kepada mereka. Namun tetap saja, mereka menolak. Mereka
justru kemudian menyalibkan Yesus sebagai puncak pemberontakan
mereka. Sungguh ironis!

Sebagai orang percaya di zaman sekarang ini, kita tentu tidak
meragukan Yesus sebagai Anak Allah, Juruselamat yang telah
diberikan Bapa kepada kita. Maka jangan sia-siakan anugerah yang
luar biasa itu. Marilah kita selalu membuka hati dan menerima
kedatangan-Nya.

Selasa, 29 Maret 2011

BERSUKACITA SELALU

Seseorang diberi dua kotak oleh Tuhan, berwarna hitam dan emas. Ke
dalam kotak hitam, Tuhan memintanya memasukkan segala kesedihan dan
masalahnya. Sedangkan segala sukacita dan pengalaman menyenangkan
dimasukkan ke kotak emas. Setelah sekian waktu, ia heran. Kotak
emasnya bertambah berat, sementara kotak hitamnya tetap saja ringan.
Pe-nasaran, orang itu membuka kotak hitamnya. Ternyata, ada lubang
di dasar kotak itu hingga setiap hal yang ia masukkan, tak
tersimpan. Ketika ia menanyakannya kepada Tuhan, Dia menjawab, "Agar
kau selalu menghitung berkatmu, dan melupakan segala kepedihanmu."

Hati dan perasaan kita bisa diguncang oleh berbagai emosi dalam
hari-hari yang kita jalani; susah, cemas, takut, sebab banyak
perkara menimpa kita secara pribadi. Akan tetapi, firman Tuhan
meminta kita senantiasa bersukacita. Bagaimana bisa? Kuncinya:
bersukacita di dalam Tuhan (ayat 4). Apa yang kita rasakan mungkin
tidak selalu hal yang mendatangkan sukacita, tetapi Tuhan meminta
kita dapat memilih sikap untuk tetap bersukacita, dengan menghitung
berkat yang kita terima. Dia telah memberi kita begitu banyak
kemurahan-tidak saja untuk hidup di dunia, tetapi juga sampai
kekekalan.

Paulus juga mengatakan bahwa kita dapat meraih sukacita dalam Tuhan
dengan berbuat kebaikan (ayat 5), sebab dengan memberkati, maka kita
sadar bahwa kita punya berkat lebih. Pula dengan tidak khawatir,
sebab semua yang kita perlu pun, boleh kita mintakan kepada Bapa
(ayat 6). Maka, damai sejahtera yang melampaui akal-yang melampaui
segala emosi yang bisa menyerang, akan memampukan kita untuk tetap
bersukacita (ayat 7) --AW

TUHAN MEMAMPUKAN KITA MENANG ATAS KESUSAHAN
MELALUI PENYERTAAN-NYA YANG TIADA BERKESUDAHAN

Senin, 28 Maret 2011

Menjaga kekudusan

Apa yang akan kita lakukan, ketika mengetahui bahwa sesuatu akan
terjadi pada diri seseorang yang kita kasihi? Pasti kita akan
melindungi dia semampu kita. Kita mungkin akan memberikan nasihat
dan teguran kepada dia. Bila orang tersebut bersikukuh pada
pendiriannya, maka yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa dan
berharap agar secepatnya dia sadar dari kekeliruannya.

Tuhan Yesus telah masuk ke Yerusalem. Dia tahu persis kejahatan dan
kebebalan yang tengah berlangsung di kota tersebut. Yesus
menangisi kota tersebut dengan tangisan Ilahi. Betapa tidak. Telah
ribuan tahun, Tuhan mengutus para nabi untuk memperingatkan
mereka, tetapi tidak sedikit pun peringatan itu diindahkan. Sampai
pada kedatangan Yesus, Yerusalem tetap bergeming. Mereka justru
menganiaya dan menyalibkan Yesus, Sang Mesias yang sesungguhnya
amat mereka nantikan. Sungguh ironis. Yesus melihat apa yang akan
terjadi dan menimpa kota tersebut pada masa yang akan datang
(43-44).

Ketika Yesus melanjutkan perjalanan-Nya memasuki kota Yerusalem, Ia
mendatangi Bait Allah sebagaimana kebiasaan yang Dia lakukan di
setiap perjalanan-Nya. Kejahatan Yerusalem sungguh tercermin di
dalam Bait Allah tersebut. Tempat yang seharusnya kudus telah
tercemar oleh praktek keserakahan dan tipu muslihat para pemimpin
agama yang ada pada saat itu. Tuhan Yesus murka. Ia
memorak-porandakan lapak-lapak tempat berlangsungnya praktek jual
beli yang ada di pelataran Bait Allah. Yesus ingin menunjukkan
bahwa kekudusan Allah merupakan prioritas dibandingkan keuntungan
duniawi yang berkedok religiositas. Meskipun dengan tindakan ini,
Tuhan Yesus telah membawa diri-Nya dalam bahaya maut karena para
pemimpin agama Yahudi memantapkan niat mereka untuk melenyapkan
Dia.

Apa yang dilakukan oleh Yesus kiranya mengoreksi kita yang selama ini
menyepelekan kekudusan Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan adalah
prioritas utama, sebab itu kita harus memelihara kekudusan-Nya
dalam hidup kita senantiasa. Jangan coba-coba mencemari
kekudusan-Nya. Akibatnya bisa sangat fatal!

TAKUT BERHARAP LEBIH

Setelah dikhianati suaminya, seorang istri berkata: "Sekarang saya
tidak lagi berharap banyak kepadanya. Tidak berharap diperhatikan;
diberi hadiah ulang tahun; ditelepon jika ia dinas di luar kota.
Saya sudah banyak dikecewakan. Jadi, saya tidak lagi mau
menggantungkan harapan kepadanya." Ketakutan dikecewakan lagi telah
membuat sang istri menurunkan hara-pannya pada sang suami. Ia takut
berharap lebih.

Ketika Maria datang ke kubur Yesus pada pagi Paskah, ia pun tidak
berani berharap ba-nyak. Maria datang sekadar hendak merawat jenazah
Yesus. Tidak lebih dari itu! Ia tidak berharap akan menjumpai Yesus
yang sudah bangkit, karena baginya harapan itu tidak realistis.
Terlalu muluk. Bisa kecewa jika nanti hal itu tidak terjadi. Maka,
saat ditanya, "Siapa yang engkau cari?" Maria menjawab bahwa ia
ingin mencari mayat Yesus yang diambil orang. Ia masih belum
menyadari dengan siapa ia sedang bercakap-cakap. Setelah disapa
dengan namanya, barulah Maria tersadar: Yesus hidup. Yesus berdiri
di hadapannya! Dari situ ia belajar: Yesus bisa memberi jauh
melebihi apa yang ia harapkan.

Berharap banyak pada manusia memang bisa mengecewakan, seperti
pengalaman seorang istri tadi. Manusia tidak bisa kita andalkan.
Akan tetapi, Allah berbeda. Paulus berkata, kuasa-Nya "hebat" bagi
kita. Jadi, taruhlah seluruh harapan masa depan Anda kepada-Nya:
mulai dari studi, pekerjaan, jodoh, keluarga, sampai pemeliharaan
Allah di masa tua. Walau tak semua kemauan kita Tuhan turuti, tetapi
yang kita butuhkan pasti Dia beri. Jangan takut berharap lebih!
--JTI

HARAPAN ITU IBARAT SAUH
AGAR BIDUKMU TAK TEROMBANG-AMBING, TANCAPKAN DENGAN TEGUH

Minggu, 27 Maret 2011

MENGGANTI POSISI TUHAN?

Henry Morehouse adalah seorang pendeta muda yang dipakai Tuhan
secara luar biasa. Ribuan orang datang untuk mengalami mukjizat
Tuhan dalam ibadah yang ia pimpin. Sampai suatu kali, dalam sebuah
acara besar yang diadakan, semuanya tampak begitu "biasa". Tak ada
hadirat atau lawatan Tuhan, tak ada mukjizat Tuhan, tak ada kuasa
Tuhan yang mengalir. Ini membuat Henry sedih. Ia berdoa dan bertanya
kepada Tuhan mengapa hal itu bisa terjadi. Tuhan menjawabnya dengan
membawanya melewati sebuah jalan yang penuh spanduk tentang acara
tersebut. Rupanya, yang dibesar-besarkan bukan lagi nama Tuhan,
melainkan namanya sendiri.

Kita mungkin juga pernah mengalami hal serupa. Saat Tuhan mulai
memakai kita dengan luar biasa dan banyak jiwa diberkati lewat
pelayanan kita, maka kita bisa terjebak dalam kesombongan. Kita tak
lagi melihat bahwa pelayanan kita berhasil karena Tuhan-bukan karena
diri sendiri. Tatkala kita mulai meninggikan diri-membuat mata semua
orang tertuju kepada kita dan bukan lagi kepada Tuhan, maka Tuhan
akan berdiam diri. Bisa jadi khotbah kita tetap bagus; gaya bicara
kita tetap berapi-api; atau kita tetap mendapat pujian atas
pelayanan kita. Semua bisa berjalan seperti biasa. Namun, pelayanan
kita tidak lagi menyentuh hati atau mengubahkan hidup. Apalah
artinya kita melayani dengan sangat baik, tetapi tidak memberkati
jiwa-jiwa?

Adakah Tuhan masih terus menjadi pusat dari setiap pelayanan kita?
Ataukah kita tengah menggeser posisi Tuhan dan "mendudukinya"? Kini
saatnya bertobat, agar pelayanan kita kembali menjadi berkat --PK

PELAYANAN SEHEBAT APA PUN TAK ADA ARTINYA
TANPA URAPAN DAN PENYERTAAN ALLAH

Putus asa? Pasti tidak!

Apakah Anda ingat kisah Elia saa ia melarikan diri karena ancaman
Izebel, ratu Israel yang jahat itu? Saat ditanya Allah mengapa ia
melarikan diri, Elia menjawab: "…orang Israel meninggalkan
perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh
nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih
hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku" (1Raj. 19:10, 14).

Perasaan seperti itulah yang tampak dari ucapan pertama pemazmur (2).
Pemazmur merasa sendirian di tengah umat yang berontak kepada
Tuhan. Yaitu umat yang penuh dusta dan kecurangan. Sikap mereka
yang tidak lagi mengenal takut akan Tuhan semakin menjadi-jadi
dengan penindasan yang mereka lakukan terhadap orang-orang lemah
dan miskin.

Permohonan pemazmur agar Tuhan segera menolong, dijawab langsung oleh
Tuhan (6). Tuhan menjanjikan pertolongan bagi orang yang percaya
dan berharap kepada-Nya. Oleh karena itu, pemazmur bangkit dari
perasaan khawatirnya. Ia percaya bahwa janji Tuhan dapat dipegang.
Janji Tuhan teruji bahkan melampaui pengujian logam yang
berulangkali untuk memastikan kemurniannya (7; bandingkan dengan
Tuhan menguji manusia di Mazmur 11; lihat renungan kemarin).

Jangan putus asa, walaupun Anda merasa berjuang sendiri dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran, sementara orang lain sudah
menyerah. Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah ingkar janji dan Ia
tidak pernah terlambat bertindak. Pada waktu-Nya, kejahatan akan
dihancurkan dan orang jahat akan dihukum. Sebaliknya, orang yang
bersandar penuh pada Tuhan akan mengalami pembebasan sejati.

Kita yang sudah mengalami pertolongan Tuhan, kiranya menjadi
kepanjangan tangan Allah untuk menghibur sesama yang hilang asa
dan putus harap. Nyatakan dengan penuh keyakinan, bahwa Tuhan
memperhatikan dan akan bertindak pada waktu-Nya.

Jumat, 25 Maret 2011

Sukacita menyambut Raja

Ketika seorang pembesar berkunjung ke suatu daerah di wilayah
pemerintahannya, maka biasanya warga setempat akan melakukan
persiapan untuk menyambut kedatangannya. Setidaknya akan diadakan
upacara penyambutan dengan berbagai kegiatan di dalamnya untuk
menunjukkan bahwa warga setempat bergembira atas kunjungan yang
dilakukan oleh sang pembesar tersebut.

Tuhan Yesus tiba pada puncak perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ia
menyuruh para murid mempersiapkan apa-apa yang Dia perlukan untuk
memasuki kota suci tersebut (30-35). Para murid pun melakukan
tepat seperti yang diperintahkan Yesus kepada mereka. Setelah
persiapan tuntas, Yesus memasuki kota Yerusalem. Para murid
bersuka cita. Mereka menghamparkan pakaian di sepanjang jalan yang
dilalui oleh Yesus. Mereka sadar bahwa apa yang telah dinubuatkan
para nabi tentang kedatangan sang Raja Kemuliaan yang memasuki
kota suci dengan mengendarai seekor keledai, telah digenapi (38,
bdk. Mzm. 118:26). Sukacita ini berbanding terbalik dengan apa
yang dirasakan oleh beberapa orang Farisi yang juga ada dalam
kerumunan orang banyak tersebut. Mereka merasa terganggu oleh
sorak-sorai murid-murid Yesus sehingga menyuruh Tuhan Yesus untuk
menegur mereka. Yesus memberikan jawaban yang akhirnya membungkam
persungutan mereka (39-40).

Ketika Raja Kemuliaan itu datang dan hadir dalam kehidupan kita,
apakah kita menyambutnya dengan sukacita yang sama besar seperti
yang dirasakan oleh para murid pada waktu itu? Apakah yang kita
lakukan untuk mengekspresikan rasa sukacita kita tersebut?
Murid-murid mengelu-elukan Yesus dan menggelar pakaian mereka di
jalan yang dilalui oleh Yesus. Apakah kita juga bersorak-sorai dan
memberikan persembahan kita sebagai wujud rasa syukur kita atas
kedatangan-Nya dalam kehidupan kita? Apabila kita melakukan pesta
untuk menyambut seorang pembesar yang datang ke kota kita, betapa
lagi kita akan bersukacita untuk menyambut Dia, Raja di atas
segala raja, Tuhan dan Juruselamat kehidupan kita!

KEBERUNTUNGAN

Sebagian orang percaya ada hari baik dan hari buruk. Maka, jika
mereka akan mengadakan acara besar, seperti pernikahan atau
peresmian gedung, mereka harus melakukan perhitungan hari lebih dulu
supaya diselenggarakan pada hari baik. Ada juga orang yang percaya
bahwa ben-da, angka, dan warna tertentu akan mendatangkan
keberuntungan. Karena itu, jika mereka mengadakan acara, semuanya
disesuaikan dengan hal-hal tersebut supaya beruntung.

Dalam bacaan hari ini, kepercayaan serupa sempat dipegang bangsa
Israel. Saat itu Israel sedang terdesak dalam peperangan melawan
bangsa Filistin. Mereka merenungkan mengapa Tuhan tidak memberkati
mereka. Namun sayang, mereka bukannya sadar sudah jauh dari Tuhan
dan harus bertobat. Mereka justru berkesimpulan bahwa kesalahan
mereka tidak membawa simbol kejayaan mereka, yaitu tabut perjanjian
Tuhan, ke medan perang. Akibatnya, mereka kalah dan tabut perjanjian
dirampas bangsa Filistin.

Sebagai orang percaya, kita harus hati-hati dengan sistem
kepercayaan tentang keberuntungan yang tidak alkitabiah. Jalan hidup
seseorang semata-mata ada di tangan Tuhan, tidak ditentukan hari,
angka, warna, benda tertentu, atau apa pun. Bahkan, tidak juga
ditentukan oleh simbol-simbol keagamaan tertentu; benda-benda yang
dianggap "rohani". Yang harus kita lakukan sebetulnya hanyalah hidup
taat dan dekat dengan-Nya senantiasa. Dalam hidup yang demikian,
Tuhan akan melimpahkan berkat-Nya secara utuh-jasmani dan
rohani-sesuai dengan kemurahan dan kebijaksanaan-Nya --ALS

KEBERUNTUNGAN DAN JALAN HIDUP KITA
SEMATA ADA DI TANGAN TUHAN

Kamis, 24 Maret 2011

REKAAN TUHAN

Ayah saya meninggal karena komplikasi maag, TBC, diabetes, dan
pendarahan. Pada masa akhir hidupnya, ia menjadi seorang yang sangat
mengasihi ibu saya. Sebelum pensiun, ayah saya hidup dengan
mengikuti keinginan daging dan keduniawian. Sebagai pejabat, ia
melakukan banyak hal yang tidak baik. Ibu saya sangat terluka karena
itu. Namun, penyakit memaksanya untuk lebih banyak di rumah,
beristirahat, dan tidak bisa keluar rumah. Akibatnya, ia banyak
memberi waktu untuk ibu saya. Ia pun mencari Tuhan, banyak berdoa,
serta membaca Alkitab. Saya mengenang bahwa di akhir hidupnya, ayah
dan ibu saya kembali seperti sepasang pengantin baru. Penyakit yang
merupakan sesuatu yang jahat, tetapi bisa juga membawa banyak
kebaikan bagi hidup mereka.

Yusuf melihat jalan hidupnya dengan cara seperti ini. Perlakuan
jahat saudaranya tidak membuatnya dendam dan mengutuki kehidupan.
Namun, ia percaya bahwa itu semua rencana Tuhan, agar dalam masa
kemarau dan kelaparan, Israel terus dipelihara. Hal yang buruk telah
dipakai Allah untuk mendatangkan hal yang baik. Kejahatan manusia
akan dipakai untuk melaksanakan rencana-Nya dengan cara yang
kreatif.

Memahami hal ini telah membuat Yusuf menjadi seorang yang berjiwa
besar. Hal buruk bisa menimpa orang yang baik. Ini adalah observasi
kehidupan yang akurat. Namun, jika kita melihat hanya sampai di
sini, maka hasilnya adalah frustrasi. Akan tetapi, karena Tuhan
mereka-rekakan yang baik dari yang jahat, maka kita bisa percaya
bahwa hal buruk yang kita alami, adalah sebuah coretan tangan Tuhan
untuk melukis sebuah pelangi dalam hidup kita --DBS

TUHAN BAHKAN MAMPU MENGGUNAKAN HAL YANG JAHAT
UNTUK MENDATANGKAN HAL YANG BISA MENJADI BERKAT

Merespons anugerah

Dua orang tuna wisma di sebuah kota di negara Jerman begitu
terperanjat ketika seorang petugas pengadilan mencari keduanya
untuk memberitahukan bahwa mereka berhak atas sejumlah besar harta
kekayaan. Rupa-rupanya ada yang telah mewariskan harta kekayaannya
kepada mereka. Setelah ditelusuri orang itu ternyata adalah nenek
mereka sendiri. Sungguh sebuah keberuntungan yang tidak terduga
bagi keduanya.

Zakheus, pada bacaan kita hari ini mengalami hal yang sama, bahkan
mungkin lebih dari apa yang dialami oleh kedua tunawisma di atas.
Pada hari di mana Yesus datang dan hendak melewati kota tempat
tinggalnya, Zakheus mendapatkan anugerah yang tidak pernah
terbayangkan olehnya sebelumnya. Betapa tidak. Ia adalah seorang
yang dianggap berdosa oleh masyarakat yang ada pada saat itu (7).
Tadinya ia sekadar ingin melihat Yesus. Namun yang terjadi justru
di luar perkiraannya semula, Yesus ingin bertemu dengan dia!
Bahkan lebih dari itu, Yesus juga ingin bertamu ke rumahnya, dan
menginap di sana (5)! Betapa bersukacita Zakheus pada saat itu.
Yesus datang bukan saja sebagai tamu, tetapi sebagai Juruselamat
yang memberikan keselamatan baginya dan seisi rumahnya (9).

Ketika kita mendapatkan hadiah yang besar, pastilah kita sangat senang
dan bahagia. Tidak ada orang yang menerima hadiah akan merespons
dengan wajah sedih. Namun ada anugerah yang jauh lebih besar lagi,
yang telah diberikan kepada kita. Itulah anugerah keselamatan yang
telah diberikan Allah kepada kita. Pertanyaannya sekarang adalah
bagaimana respons kita selama ini terhadap anugerah tersebut?
Sudahkah kita seperti Zakheus, yang merespons anugerah yang
diterimanya dengan penuh sukacita dan pertobatan hidup yang nyata
(8)? Sudahkah kita mewujudkan rasa sukacita kita dalam sebuah
tindakan nyata yang konkret? Apakah kita telah mengalami perubahan
hidup yang nyata dan merubah sikap kita terhadap orang-orang yang
pernah kita perlakukan dengan tidak baik? Jika belum, tidak ada
kata terlambat untuk melakukannya. Tuhan akan menolong kita.

Selasa, 22 Maret 2011

MENCARI PELANGGARAN

Pernah berpapasan dengan operasi lalu lintas bagi pengendara
sepeda motor di jalan raya? Polisi akan memeriksa kelengkapan Anda
dalam berkendara. Jika Anda lalai membawa SIM atau STNK, misalnya,
Anda akan diminta membayar denda. Sebaliknya, apabila surat-surat
An-da lengkap, akankah polisi memberi Anda hadiah dan piagam? Tidak!
Hingga kemudian seolah-olah para polisi hanya bermaksud mencari
pelanggaran Anda, bukan menghargai kepatuhan Anda.

Hukum Taurat kira-kira juga berfungsi seperti itu. Hukum Taurat
dirancang bagi orang berdosa (1 Timotius 1:9) untuk menyadarkan
mereka akan dosa dan pelanggaran mereka. Paulus sendiri mengakui,
oleh hukum Taurat-lah ia mengenal dosa (Roma 7:7). Standarnya yang
sempurna-pelanggaran atas satu bagian berarti pelanggaran atas
seluruh hukum (Yakobus 2:10)-memperlihatkan ketidakmampuan manusia
untuk mematuhinya: tak seorang pun dibenarkan karena melakukan hukum
Taurat. Adapun mereka yang insaf akan melihat bahwa mereka
memerlukan penolong untuk mengatasi kebuntuan tersebut: mereka akan
menyambut anugerah Allah di dalam Kristus dengan sukacita. Hukum
Taurat menuntun mereka untuk beriman kepada Kristus yang akan
membenarkan mereka.

Maka, Hukum Taurat sangat berguna bagi pemberitaan Injil. Charles
Spurgeon menggambarkannya seperti bajak yang menggemburkan tanah
sebelum ditaburi benih. Ketika orang menyadari betapa busuk
pelanggarannya terhadap hukum Allah, ia akan menerima penebusan
Kristus sebagai anugerah tak ternilai. Pakailah hukum Taurat untuk
menuntun orang pada pertobatan! --ARS

HUKUM TAURAT SEPERTI BAJAK UNTUK MENGGEMBURKAN HATI MANUSIA
AGAR SIAP MENERIMA ANUGERAH ALLAH

Senin, 21 Maret 2011

TERTIDUR

Belum lagi seminggu ibunya meninggal, suami Rina meninggal dalam
kecelakaan lalu-lintas. Ini masa yang sangat berat bagi Rina.
Setahun kemudian, ia menuliskan pengalamannya selama masa duka itu.
"Aku merasa lelah. Setiap kali bangun tidur, aku merasa sedih. Lalu
aku tidur lagi. Rasanya nyaman bisa melarikan diri sejenak dari
kenyataan untuk memimpikan ibu dan suamiku. Begitulah kuhabiskan
waktu beberapa minggu setelah kedukaan itu."

Tidur adalah kebutuhan. Namun, bisa juga dipakai untuk melarikan
diri dari kenyataan. Menjelang Yesus ditangkap, para murid tertidur
karena dukacita. Mereka ingin lepas dari beban kesedihan, setelah
Yesus berkata Dia akan menderita dan tidak lagi bersama mereka (ayat
14-17). Namun, tidur tidak menyelesaikan masalah. Sejenak kita
terbuai mimpi, lalu bangun dengan masalah yang tetap ada. Terus
tertidur berarti kehilangan kesempatan. Menunda waktu untuk
bertindak. Maka, Yesus menyuruh murid-murid bangun dan berdoa.
"Supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan, " ujar-Nya. Para murid
akan dicobai untuk menyangkal Yesus. Mereka butuh perlengkapan kuasa
Allah. Ini hanya bisa didapat jika mereka bangun dan berdoa.

Ketika dihantam masalah berat, banyak orang membius diri dengan
hiburan, obat-obatan, atau kesibukan agar bisa melupakan masalah.
Yang lainnya pasif. Tidak berbuat apa-apa, sambil bermimpi masalah
itu akan selesai sendiri. Ini sama dengan tidur! Tuhan siap menolong
kita, tetapi kita harus bangun dan berdoa! Berjuanglah menghadapi
setiap masalah, sambil memohon kuat kuasa-Nya. Ora et labora --JTI

KITA AKAN MENANG ATAS MASALAH APABILA TIDAK MENGHINDARINYA
MELAINKAN MENGHADAPINYA DENGAN USAHA DAN DOA

Kekayaan sejati

Mengapa Yesus berkata bahwa orang kaya sulit untuk masuk ke dalam
Kerajaan Allah? Padahal orang kaya (23) yang datang kepada Yesus
ini telah melakukan segala tuntutan Taurat tanpa bercacat (21).
Keyakinan si pemimpin kaya ini bisa dibandingkan dengan keyakinan
Paulus tentang dirinya sebelum bertobat (Flp. 3:6).

Sayangnya, pemimpin kaya ini hanya melakukan tuntutan Taurat secara
luar, tanpa memahami esensinya. Terbukti, ia tidak sanggup
memenuhi permintaan Yesus untuk berpisah dari hartanya. Tepat yang
dikatakan Yesus sebelum ini, di mana hartamu berada di situ pula
hatimu berada (Luk. 12:34). Si pemimpin kaya ini ternyata
melakukan Taurat bukan dalam esensi yang benar, karena esensi
Taurat adalah kehendak Allah. Ia menjadikan Taurat sebagai sarana
untuk beroleh hidup kekal. Ia sendiri merasa bahwa kekayaannya
sanggup untuk membeli sarana apa pun yang dibutuhkan untuk
memperoleh yang ia inginkan.

Esensi Taurat adalah kehendak Allah. Melakukan Taurat berarti
melakukan kehendak Allah. Melakukan Taurat berarti mengandalkan
Allah sepenuhnya dalam hidup. Berarti bukan mengandalkan apapun
yang manusia miliki. Pemimpin kaya ini gagal karena ia hanya
mengandalkan kekayaannya.

Maka ketika Petrus mewakili para murid lain menyatakan bahwa mereka
sudah mengikut Yesus dengan meninggalkan segala "kekayaan" mereka,
Yesus menegaskan bahwa itulah yang membuktikan ketidakterikatan
mereka pada apapun yang mereka miliki di dunia ini. Mereka telah
bergantung sepenuhnya pada belas kasih Allah. Maka sesuai kasih
Allah, mereka akan memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan.
Kesukacitaan mereka akan melampaui segala kekayaan yang telah
mereka tanggalkan. Ketika Yesus bicara bahwa mereka akan menerima
berlipat ganda dari yang mereka tanggalkan, itu sangat mungkin
berarti perasaan puas dan kecukupan sejati di dalam Tuhan. Di masa
akan datang, mereka akan menikmati kepuasan dan kecukupan itu
secara kekal, yaitu pada saat mereka sepenuhnya menikmati
hadirat-Nya.

Minggu, 20 Maret 2011

Pesimis? Pasti tidak!

Orang yang dekat dengan kita dapat menjadi sumber inspirasi dan
kekuatan. Dorongan dan keyakinan mereka dapat membangkitkan
semangat kita. Namun kadang-kadang mereka juga bisa melemahkan
kita. Kepesimisan dan pertimbangan mereka bisa membuat kita ragu,
apakah kita harus maju atau menyerah.

Tampaknya pemazmur menghadapi sahabat-sahabat yang melemahkan daya
juangnya. Mereka seolah berkata, "Lihat musuh terlalu kuat. Tidak
mungkin kamu sanggup menghadapi mereka. Lebih baik menghindar
daripada dihancurkan" (1-3). Apa jawaban pemazmur saat
teman-temannya berkomentar negatif seperti itu? Pemazmur
menguatkan hati dan berkata "Pada Tuhan aku berlindung." Pemazmur
percaya bahwa Tuhan akan bertindak membela dirinya.

Di takhta-Nya yang tinggi, Tuhan melihat semua kejadian di muka bumi
ini. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Dia bertindak
adil. Dua kali kata "menguji" (5, 6) dipakai untuk menunjukkan
bahwa Tuhan secara serius menilai manusia. Kata "menguji" ini
biasa dipakai untuk menunjukkan proses pemurnian logam oleh api.
Berarti Tuhan tidak sembarangan menuduh orang bersalah. Dia
melihat sampai ke kedalaman hati. Mulut manusia bisa menipu,
tetapi hatinya telanjang di hadapan mata Allah yang tajam. Maka
orang yang jahat pasti akan dihukum berat, sebaliknya mereka yang
tulus akan diselamatkan!

Kalau melihat ke sekeliling, nasihat teman-teman pemazmur yang pesimis
itu sepertinya benar. Apa mungkin kita bertahan di tengah
ketidakadilan dan amoralitas yang ada di sekeliling kita. Namun
seperti pemazmur, kita bisa menguatkan hati dan tetap percaya
Tuhan. Dia adalah Tuhan yang berkuasa dan adil. Dengan kuasa-Nya,
Dia dapat menghancurkan rencana orang-orang jahat. Pada saat yang
tepat dan oleh keadilan-Nya, Dia akan memelihara kita yang hidup
bersandar penuh kepada-Nya.

UNDANGAN YANG MENGUBAHKAN

Kita selalu melihat orang lain dengan memakai sebuah "kacamata".
Bukan kacamata secara fisik, melainkan "kacamata" mental di dalam
pikiran kita. Dengan "kacamata" mental itu, kita menyikapi segala
sesuatu: menyukainya, menghindarinya, merengkuhnya, mengabaikannya,
memujinya, atau mengkritisinya. "Kacamata" mental masing-masing
orang tak sama. Namun, sedikit banyak "kacamata" mental yang kita
pakai ikut menentukan sikap kita.

Orang yang pekerjaannya memungut cukai, seperti Lewi, biasa dilihat
dengan "kacamata" mental yang buram, bahkan gelap, karena cara hidup
dan pekerjaannya. Pemungut cukai identik dengan orang yang rakus
harta, menindas bangsa sendiri demi keuntungan pribadi, antek
pemerintah penjajah yang hidup makmur dari pemerasan pajak pasar.
Pendek kata, bagi banyak orang Yahudi, pemungut cukai semacam ini
dipandang sebagai orang yang paling berdosa. Karena itu, ketika Lewi
menanggapi ajakan Yesus untuk mengikuti Dia (ayat 28), orang Yahudi
menjadi sinis. Mereka belum bisa melepas "kacamata" mental mereka.

Kenyataannya, Yesus dekat dengan orang-orang berdosa. Akan tetapi,
kedekatan Yesus dengan mereka bukan berarti bahwa Yesus dekat dengan
dosa, melainkan hendak mendekat kepada pribadi yang melakukan dosa,
agar ia diselamatkan. Itu sebabnya Dia memanggil setiap saat:
"Ikutlah Aku ... ikutlah Aku." Siapa pun Anda menurut anggapan
orang, Yesus menawarkan keselamatan dan pemulihan. Dia selalu
memandang kita dengan penuh belas kasih. Dan, tidak pernah ada kata
terlambat untuk datang kepada-Nya --DKL

TOBAT ADALAH LANGKAH PASTI
MENYAMBUT ANUGERAH YANG MAHAHEBAT

Sabtu, 19 Maret 2011

Bersikap bagai anak kecil

Buku Philip Yancey yang berjudul Keajaiban Kasih Karunia, menceritakan
sebuah ilustrasi tentang perjamuan yang dilakukan oleh Babette.
Babette adalah seorang yang telah bekerja lama di sebuah keluarga.
Suatu kali ia memenangkan undian yang berhadiah uang. Lalu ia
menyiapkan pesta dengan jamuan yang amat megah. Para undangan
tidak perlu bekerja. Mereka hanya perlu datang dan menyantap apa
yang ada. Ibarat menghadiri sebuah pesta, demikianlah, Yancey
menyebut tentang kasih karunia. Yang datang tidak datang dengan
beban untuk mempersiapkan pesta, tetapi cukup satu saja: bersedia
menghadiri jamuan itu.

Kerajaan Allah adalah sebuah anugerah. Allah telah menganugerahkannya
secara cuma-cuma. Tidak ada syarat apapun untuk dapat menerimanya.
Hanya sikap hati seperti seorang anak kecil yang diperlukan untuk
menerimanya. Artinya, hanya kemurnian dan ketulusan hati yang
dibutuhkan. Bukan yang lain.

Tuhan menyatakan bahwa menyambut Kerajaan Allah membutuhkan sikap hati
seperti demikian. Hanya hati yang bersedia menerima apa saja yang
diberikan oleh Tuhan, yang disebut oleh Tuhan sebagai pemilik
Kerajaan Allah (16). Sebagaimana anak kecil yang mencukupkan diri
pada apa yang diberikan kepadanya, demikian juga hati orang
percaya, mencukupkan diri pada anugerah yang diberikan Tuhan
kepadanya. Ciri khas seperti itulah yang memperlihatkan status
seseorang sebagai pemilik Kerajaan Allah tadi.

Mereka yang datang dengan pretensi, hanya akan kecewa karena mereka
melihat Kerajaan Allah dengan menggunakan penilaian mereka
sendiri. Jika kita tidak datang sebagai anak kecil, Kerajaan Allah
akan terlihat aneh, karena tidak bisa dicerna dengan akal sehat.
Akan tetapi Tuhan menegaskan bahwa sikap anak kecil justru menjadi
kunci untuk memasuki Kerajaan Allah itu (17). Mengerti saja serta
menikmati apa yang ada, seperti sikap seorang anak kecil. Itulah
tuntutan yang juga harus terus menerus kita jadikan pedoman dalam
kita menjalani keselamatan kita yang sesungguhnya merupakan
anugerah semata.

Jumat, 18 Maret 2011

Yang berkenan di mata Allah

Orang Farisi begitu luar biasa dalam memandang dirinya sendiri. Mereka
bukan hanya menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang paling
"bernilai" di hadapan Tuhan, tetapi juga mampu memberikan
penilaian terhadap orang lain. Dalam doanya, teks ini mengisahkan
seorang Farisi yang merasa pantas melakukan penilaian seperti itu
di hadapan Tuhan (11).

Ini sangat kontras dengan pemungut cukai, sosok yang dalam komunitas
kala itu dituding berperilaku buruk dan jahat. Si pemungut cukai
justru memiliki kerendahan hati dan takut akan Tuhan. Pemungut
cukai itu bahkan tidak berani "memandang" Tuhan, karena menyadari
betapa dirinya benar-benar tidak layak (13).

Tuhan Yesus memaparkan kedua tokoh ini untuk menegur kebiasaan orang
Farisi yang suka menilai diri sendiri lebih berharga dari orang
lain. Padahal menurut Tuhan, mereka yang meninggikan diri justru
akan direndahkan, dan sebaliknya yang merendahkan diri akan
ditinggikan (14).

Melalui perumpamaan ini, Tuhan mengajarkan bahwa orang yang
sungguh-sungguh bertobat, tidak datang kepada Allah dengan
kebanggaan diri seolah dia memang layak menerima pembenaran dari
Allah. Padahal Allah melihat hati dan memandang kejujuran lebih
berharga daripada pembenaran diri. Inilah cara pandang baru, yang
ketika Tuhan Yesus datang, menjadi salah satu hal yang tidak mudah
dimengerti oleh masyarakat, termasuk para petinggi agama Yahudi
dan Farisi. Mereka beranggapan bahwa dengan membawa daftar
berbagai tindakan yang membanggakan, pembenaran bisa mereka
peroleh.

Dewasa ini, masih banyak gereja Tuhan dan juga orang Kristen, yang
memiliki pola pikir Farisi, yang lebih mementingkan hal-hal
lahiriah daripada hati dan motivasi. Betapa berbeda dari cara
pandang Allah dalam melihat umat-Nya. Maka kita perlu memiliki
cara pandang yang sama dengan Allah. Bukan daftar penuh dengan
berbagai tindakan yang membanggakan diri yang akan membuat kita
berkenan di mata Allah, melainkan hati yang menyadari
ketidaklayakan diri dan membutuhkan perkenan Allah.

KELUARGA YANG BERMISI

Bagi sebagian orang kristiani, "bermisi" kerap dianggap sebagai
pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh gereja atau lembaga misi.
Juga hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang secara khusus
terbeban untuk melakukan pelayanan misi. Namun sesungguhnya,
pela-yanan misi dapat dilakukan oleh setiap orang percaya.

Keluarga Priskila dan Akwila memahami bahwa misi tidak hanya untuk
orang-orang tertentu, melainkan juga untuk keluarga mereka. Selain
memberitakan tentang Kristus ke berbagai daerah, mereka juga
mendukung pelayanan rekan-rekan mereka-seperti Paulus. Mereka tidak
sibuk memikirkan kehidupan pribadi. Mereka tidak menyibukkan diri
untuk mendapat ke-untungan sebanyak-banyaknya agar semakin kaya.
Mereka tidak menutup pintu bagi orang-orang yang membutuhkan jamahan
Kristus (1 Korintus 16:19). Mereka berdoa bagi orang-orang yang
belum atau baru mengenal Kristus. Mereka memberi dukungan untuk
membangun orang lain. Mereka juga memberi waktu untuk mengajar dan
berbagi dengan orang lain (Kisah Para Rasul 18:18).

Keluarga dihadirkan Allah agar tidak hanya memikirkan kepentingan
keluarga itu sendiri, tetapi agar dipakai untuk menjadi berkat bagi
banyak orang. Misalnya, satu keluarga mau menyediakan waktu untuk
mendoakan orang lain. Atau, mendukung departemen misi dalam gereja
atau lembaga misi lain dengan dana, pikiran, dan tenaga. Atau,
membuka lebar-lebar pintu rumah untuk siapa saja yang sedang
berkeluh kesah. Biarlah kasih Kristus melingkupi ke-luarga-keluarga
kita, agar kita semua dapat berperan secara maksimal --AMS

KELUARGA YANG BERMISI MENGENALI PANGGILAN ALLAH
UNTUK TAK HENTI MELAYANI DAN MEMBAGI BERKAT

Kamis, 17 Maret 2011

JUJUR=HANCUR?

Seorang pemuda miskin tengah mencari pekerjaan ke sana kemari
tanpa hasil. Dalam kerisauan, pemuda itu tidak berkonsentrasi
mengendari motor bututnya. Akibatnya, tanpa sengaja ia menabrak
sebuah mobil mewah yang sedang diparkir. Betapa terkejut dan
takutnya ia, karena lampu kanan mobil itu pecah. Dalam situasi sepi,
sebenarnya bisa saja pemuda itu melarikan diri. Akan tetapi, ia
adalah seorang kristiani yang jujur dan bertanggung jawab. Karena
itu, ia mencari pemilik mobil tersebut. Sang pemilik mobil
memberinya kartu nama, dan memintanya datang ke kantor untuk
menyelesaikan perkara. Tanpa diduga, sang pemilik mobil menawarkan
sebuah pekerjaan bagus untuknya, karena melihat kejujuran pemuda
ini.

Seandainya kita mengalami peristiwa seperti itu, apa yang akan kita
perbuat? Melarikan diri untuk menghindari risiko, atau dengan sikap
jujur mau bertanggung jawab dan bersedia menanggung risiko? Di zaman
sekarang ini kita semakin sulit menemukan orang yang masih memegang
teguh nilai kejujuran. Sebaliknya, yang sering kita ketahui adalah
pejabat yang korupsi, pedagang yang curang, karyawan yang mengambil
keuntungan secara ilegal, atau orang-orang yang melakukan pungutan
liar. Bahkan, tak jarang kita melihat atau mendengar ketidakjujuran
terjadi di gereja.

Apakah bagi kita ketidakjujuran adalah suatu hal yang wajar dan
biasa dilakukan untuk menghindari risiko akibat perbuatan kita?
Ingatlah dan bertahanlah dalam firman hari ini, supaya hidup kita
dipimpin oleh ketulusan dan kita menjadi orang yang jujur (ayat 3)
--PK

DUNIA BERKATA, "JUJUR BERARTI HANCUR"
TETAPI ALLAH BERKATA, "JUJUR BERARTI MUJUR"

Doa yang didengar Tuhan

Doa seperti apa yang didengar Tuhan? Doa yang meminta keadilan Tuhan
ditegakkan dan doa yang dipanjatkan dengan iman. Doa sedemikian
adalah doa yang sesuai dengan karakter Allah.

Yesus memakai perumpamaan hakim yang lalim, yang akhirnya mengabulkan
permohonan keadilan seorang janda. Sungguh menarik karena tokoh
hakim yang antagonis ini dipakai Yesus untuk menjadi figur
pembanding Allah yang adil. Di kesempatan lain, Yesus pernah
membandingkan Allah dengan bapak di dunia ini dari sisi positif.
Kalau bapak di dunia tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya,
apalagi Bapa di surga, pasti memberikan yang terbaik!

Dalam perumpamaan ini, sang hakim lalim mengabulkan permohonan si
janda bukan karena hakim ini memang adil dan membela hak-hak orang
tertindas. Hakim ini bertindak karena ia tidak mau disusahkan oleh
si janda yang "rewel". Sebenarnya yang si janda minta adalah
haknya. Menjadi janda pada masa itu memang merupakan hal terburuk
yang dialami seorang wanita. Ia tidak memiliki hak apa pun dalam
masyarakat patrilineal. Tak ada keluarga yang melindungi dia. Baik
keluarganya sendiri, karena sejak ia menikah ia bukan lagi anggota
keluarga orang tuanya; maupun keluarga almarhum suaminya, yang
menganggap bahwa dengan kematian sang suami, sang janda bukan lagi
bagian, apalagi kewajiban mereka. Hanya kepada satu orang saja si
janda itu bisa berpaling, yaitu pada hakim yang berkewajiban
membela hak-hak janda.

Kalau hakim yang lalim akhirnya terpaksa mengabulkan permohonan si
janda, maka terlebih lagi Allah Bapa yang memang mengasihi orang
tertindas. Pasti Ia akan membela umat-Nya yang dizalimi.

Tuhan mendengar doa yang benar. Saat kita berdoa demi kebenaran Tuhan
ditegakkan, Ia pasti menegakkannya demi nama-Nya dan demi kebaikan
kita. Saat kita berdoa dengan percaya bahwa Dia adil dan penuh
kasih, maka akan terjadilah kenyataan itu dalam hidup kita. Maka
jangan pernah meragukan Allah kita, berdoalah dengan tekun dan
untuk alasan yang tepat senantiasa!

Rabu, 16 Maret 2011

Nantikan kedatangan Tuhan

Kerajaan Allah selalu menjadi perdebatan banyak orang, dahulu sampai
sekarang. Apakah Kerajaan itu bersifat fisik atau bersifat rohani?
Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa Kerajaan Allah bersifat
fisik, yaitu kerajaan Israel yang akan dipimpin Mesias yang telah
mengalahkan kekuatan politik dan militer Romawi. Benarkah
demikian?

Yesus menjawab pertanyaan orang Farisi di ayat 20 bahwa Kerajaan Allah
sudah ada di antara mereka. Artinya, walaupun Kerajaan Allah
berpuncak pada kedatangan Anak Manusia pada akhir zaman, tetapi
sudah dimulai dengan kehadiran-Nya melalui inkarnasi. Kedatangan
Tuhan Yesus adalah permulaan dari akhir zaman. Maka, janganlah
mencari tanda-tanda lahiriah, tetapi percaya kepada Dia yang
merupakan tanda kehadiran kerajaan Allah di muka bumi ini.

Yesus lalu mengajar murid-murid-Nya mengenai kedatangan Kerajaan
Allah. Memang kehadiran Yesus yang pertama kali tidak terlihat
spektakuler dibandingkan kedatangan-Nya yang kedua kali kelak.
Bahkan dalam kedatangan-Nya yang pertama, Yesus akan mengalami
penolakan dan penderitaan. Namun lewat penderitaan-Nya, Yesus
memastikan bahwa dalam kedatangan-Nya yang kedua, Ia akan tampil
sebagai Raja.

Yang lebih penting untuk digumulkan adalah bagaimana kita
mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua
kali. Yesus memakai dua contoh di Perjanjian Lama, yaitu masa Nuh
dan Lot. Pada kedua masa tersebut, orang-orang di sekeliling Nuh
dan Lot tidak mempedulikan peringatan Allah agar mereka bertobat.
Akibatnya ketika waktu Tuhan tiba, mereka ditinggal dan
dibinasakan.

Kedatangan Tuhan kedua kali kalau direspons dengan sikap masa bodoh
akan berakibat pada penyesalan yang terlambat. Siapa yang
menyepelekan Anak Manusia, tak akan bisa menyelamatkan diri pada
saat kedatangan-Nya kelak (33)! Semoga kita termasuk orang-orang
yang antusias menantikan dan menyambut kedatangan Kerajaan Allah
dengan menjalani hidup yang senantiasa menyenangkan hati-Nya.mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."

Bergabunglah dalam Facebook Grup e-SH <
http://fb.sabda.org/group/sh > untuk pendalaman firman Tuhan bersama
saudara-saudara seiman yang lain.


e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---

Anda terdaftar dalam i-kan-akar-santapan-harian sebagai [hrj_dora@yahoo.co.id]
Untuk berhenti, silakan forward pesan ini ke leave-3949877-3665655.8d2e1738f8c0618fef6878af00cafdd0@hub.xc.org

KREATIF BERWAKTU TEDUH

Dua bulan pertama menjadi ibu sangat menjungkirbalikkan hidup
saya. Apalagi ketika cuti hamil dan melahirkan telah usai, saya
merasa seakan-akan tak punya waktu untuk diri sendiri. Banyak
aktivitas harus dilakukan hingga saya bahkan kehilangan waktu untuk
bersama Tuhan. Itu sebabnya saya harus kreatif mencari cara
bersekutu dengan Tuhan. Misalnya memanfaat-kan waktu ketika
berkendara menuju kantor, di suasana pagi yang teduh. Di situ saya
berkesempatan menjalin keintiman dengan Tuhan.

Dalam bacaan kita, Daniel memberi teladan dalam kesetiaannya
bersekutu dengan Tuhan. Ia selalu memberi waktu khusus tiga kali
sehari untuk berdoa di ruang atas rumahnya (ayat 11, 12). Daniel
selalu rindu berbincang dengan Tuhan dan mendengarkan suara-Nya.
Karena dengan dekat kepada Allah, Daniel mendapatkan hikmat,
kekuatan, dan perlindungan sejati.

Namun, bagaimana jika kita tidak memiliki cukup waktu untuk berwaktu
teduh secara khusus seperti Daniel? jika padatnya aktivitas menyita
banyak waktu, apakah kemudian itu menjadi alasan bagi kita untuk
tidak berwaktu teduh sama sekali? Justru sebaliknya, kita harus
menemukan cara untuk selalu berkomunikasi dengan Allah. Misalnya,
mendengarkan renungan di mobil sepanjang perjalanan, berbincang
dengan Tuhan sambil meninabobokan anak, merangkai doa ketika
menunggu mesin pengering baju selesai bekerja. Nyatanya, "waktu
khusus" bagi Dia dapat ditemukan di mana pun dan kapan pun di
hari-hari kita. Apakah Allah berkenan? Allah menghargai kesediaan
kita mempersembahkan waktu bagi Dia. Mari, temukan cara-cara kreatif
untuk terus terhubung dengan Tuhan --SR

SEBAB TUHAN KITA MAHAHADIR
DI MANA PUN DAN APA PUN AKTIVITAS KITA, DIA SELALU ADAlkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?Hakim-hakim+13-15


e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Senin, 14 Maret 2011

Jangan hanya meminta

Jika kita mengalami masalah dan penderitaan, seberapa sering kita
mencari dan berteriak pada Tuhan? Pasti tidak terkira. Tetapi jika
kita mengalami kesembuhan dan sukacita, apalagi yang menurut kita
tidak seberapa, apakah kita masih bersyukur pada Tuhan?
Kemungkinan besar, banyak orang akan lupa untuk mengucap syukur.

Bacaan ini menceritakan sebuah kontras. Dari sepuluh orang yang
berteriak agar Tuhan Yesus mengasihani mereka (13), hanya ada satu
yang kemudian kembali untuk bersyukur kepada Tuhan (16). Dan
"kebetulan", yang kembali itu adalah orang Samaria, sosok yang di
zaman Tuhan dianggap asing dan tidak disukai oleh orang Yahudi.
Nyatanya, orang Samaria itu mempertontonkan perilaku hidup penuh
bersyukur: ia merebahkan dirinya di depan kaki Yesus.

Bersyukur pada Tuhan banyak diabaikan oleh kita yang mungkin merasa
bahwa semua kejadian dalam hidup kita adalah hal biasa. Namun
orang Samaria itu memberikan pelajaran bahwa bersyukur adalah
respons yang sepatutnya ada ketika melihat tangan Tuhan bekerja
memulihkan, menyelesaikan, mendamaikan, membawa jalan keluar, dan
juga menyembuhkan. Kadang tangan Tuhan itu tidak terlihat. Ia bisa
bekerja melalui situasi tertentu, bahkan orang lain. Ia juga bisa
bekerja menggunakan kejadian tak terencana, bahkan sesuatu yang
mungkin di luar akal kita. Semua kejadian dari Tuhan itu, baik
dalam keluarga, karier, dan pergumulan pribadi, adalah anugerah
yang berasal dari kerelaan hati-Nya. Semua itu hanya dapat dilihat
dengan jelas bila menggunakan mata rohani sebagaimana yang
dilakukan oleh orang Samaria itu. Itu sebabnya Tuhan memuji si
orang Samaria dengan menyatakan bahwa imannya telah menyelamatkan
dia. Orang Samaria tersebut benar-benar menyadari bahwa hanya
karena anugerah dan belas kasihan Tuhanlah, hidupnya berubah.

Dalam setiap pergumulan, tangan Tuhan yang baik itu bekerja dengan
sempurna. Maka arahkanlah hati kita untuk melihat hal tersebut.
Jika ada seribu teriakan tertuju meminta Tuhan bekerja, seharusnya
seribu ucapan syukur pula terlontar dari lubuk hati kita.

MARAH

Seorang ibu bercerita bahwa suaminya tanpa sepengetahuannya telah
meminjamkan sejumlah besar uang kepada temannya. Teman suaminya itu
rupanya tidak bertanggung jawab. Ia kabur begitu saja. Ibu ini
jengkel sekali. Mengapa suaminya tidak memberi tahunya lebih du-lu?
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Uangnya tidak bisa kembali. Lalu
ibu itu bertanya, apakah sebagai orang kristiani ia boleh marah
kepada suaminya?

Bagi sebagian orang, pertanyaan ibu itu mungkin terlalu sederhana.
Namun itu kenyataan yang kerap terjadi, dan tidak boleh disepelekan.
Sebab hal itu bisa terus mengganggu pikiran. Bolehkah seorang
kristiani marah? Marah itu wajar. Hidup memang tidak selalu berjalan
seperti yang kita harapkan. Orang-orang di sekitar kita juga tidak
selalu berlaku seperti yang kita mau.

Sebagai orang kristiani, tidak salah apabila kita marah. Asal, marah
untuk sesuatu yang tepat, dengan cara yang tepat, kepada orang yang
tepat, dan di waktu yang tepat. Kerap yang menjadi masalah bukan
marahnya, tetapi bagaimana dan untuk apa kita marah. Juga, jangan
menyimpan kemarahan hingga menjadi dendam kesumat. Kemarahan yang
disimpan justru akan merampas kebahagiaan kita-tidak ada orang yang
bisa bahagia dengan terus menyimpan kemarahan dan dendam. Lebih dari
itu, kemarahan yang terus disimpan hanya akan mendorong kita ke
dalam jurang dosa. Peristiwa pembunuhan Habel oleh Kain, kakaknya,
terjadi karena dipicu dan dipacu oleh kemarahan Kain yang terus
dipendamnya, lalu dilam-piaskan dengan membabi buta. Mari kita
belajar mengelola amarah --AYA

MARAH ITU TIDAK SALAH
KITA HANYA PERLU MENGELOLANYAgan dia.
16 Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod,
di sebelah timur Eden.

Bacaan Alkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?Hakim-hakim+10-12


e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Kualitas seorang murid

Menjadi murid Tuhan bukan hanya bicara tentang hubungan pribadi dengan
Dia, melainkan harus terkait juga dengan hubungan terhadap sesama.
Bacaan ini mengajarkan bahwa orang Kristen punya tanggung jawab
atas sesamanya. Tak boleh hanya peduli diri sendiri. Harus
perhatikan sesama juga.

Yesus memperingatkan bahwa murid Tuhan tak boleh menyesatkan (1-3).
Mereka yang menyesatkan orang lain akan berhadapan dengan hukuman:
ditenggelamkan dengan batu kilangan! Begitu serius dampak sebuah
penyesatan menurut Yesus sehingga hukuman bagi si penyesat pun
tidak main-main! Murid Tuhan memang harus bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang mereka ajarkan.

Walau demikian, kita tidak boleh menutup pintu maaf bila ada orang
yang melakukan kesalahan (3-4). Relasi dengan Allah seharusnya
memampukan kita untuk memulihkan relasi dengan sesama.

Lalu perlukah iman yang lebih besar untuk melakukan hal itu? Dalam hal
ini, bukan besar kecil iman yang disorot Yesus, melainkan adakah
iman itu di dalam diri mereka? Karena orang yang beriman akan
melakukan kehendak Allah. Dan Allah dapat bekerja meski hanya ada
iman yang kecil.

Iman harus mewujud juga dalam pelayanan. Ini tugas yang tidak bisa
ditawar-tawar! Pada zaman Yesus, hamba bertanggung jawab atas
banyak hal, mulai dari menyiapkan makanan tuannya sampai bekerja
di ladang. Pekerjaannya seolah tak habis-habis. Yesus memberi
gambaran seorang hamba yang menyiapkan makanan bagi tuannya. Si
hamba tidak boleh makan sampai tuannya selesai makan. Ia juga
tidak perlu menerima ucapan terima kasih seolah-olah telah
melakukan hal yang istimewa. Ia melakukannya karena memang itulah
tugasnya, itulah kewajibannya (10).

Itulah yang Tuhan tuntut juga dari kita, murid-Nya yang hidup di masa
kini. Meski menjadi murid Tuhan merupakan hak istimewa, jangan
kira bahwa kita akan bergelimang kebahagiaan. Kita harus
merendahkan diri dan bersedia mengutamakan orang lain. Kita harus
mengabaikan diri bagi terlaksananya kehendak dan karya Tuhan di
dalam dan melalui kita.

DI MANA HATI KITA?

Secara jenaka, seseorang menuliskan bagaimana anak balita
"mengklaim" suatu barang: 1. Kalau aku menyukai sesuatu, berarti
benda itu punyaku; 2. Kalau sebuah benda kupegang, berarti itu
milikku; 3. Kalau aku bisa merebut sesuatu darimu, benda itu jadi
punyaku; 4. Kalau aku melihat sesuatu lebih dulu, benda itu jadi
milikku; 5. Kalau kamu bermain dengan sesuatu, lalu kamu menaruhnya,
benda itu otomatis jadi punyaku; 6. Kalau benda yang kita perebutkan
pecah, maka itu jadi milikmu.

Ketamakan sangat serupa dengan nafsu-keinginan besar untuk memiliki
sesuatu demi kesenangan pribadi. Serupa gambaran tentang balita di
atas, orang tamak hendak memiliki semua yang disukai dan
diingininya. Padahal, ketamakan tak pernah dapat dipuaskan. Dan,
keinginan yang tak terkendali dapat membahayakan diri sendiri dan
orang-orang di sekitarnya. Itu sebabnya Amsal 23:2 memperingatkan,
"Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!"

Jadi, bagaimana melawan nafsu tamak ini? Tuhan meminta kita
menujukan hati pada harta yang kekal (Matius 6:21). Terlalu memburu
harta di bumi hanya akan membuat kita terikat dan diperhamba harta.
Menghabiskan waktu dan kesehatan untuk menumpuk harta, yang takkan
pernah kita bawa di akhir hayat (ayat 19). Sebaliknya, jika Tuhan
menjadi yang terutama, sesungguhnya kita akan hidup lebih tenang.
Kita akan bekerja dengan tahu batas waktu-tidak mengorbankan
keluarga, bahkan masih punya waktu untuk melakukan pelayanan. Pula,
kita bisa bijak menggunakan harta untuk memberkati sesama dan
mendukung pekerjaan Tuhan --AW

MENUMPUK HARTA DI BUMI HANYA BERGUNA SEMENTARA
MENUMPUK HARTA DI SURGA TAK TERBATAS KEUNTUNGANNYA

Tuhan segeralah bertindak

Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Itu keyakinan iman yang
harus ada dalam diri setiap orang percaya. Kenyataannya tidak
mudah bagi kita untuk menantikan waktu Tuhan tanpa kehilangan asa.
Ketidakadilan yang terlihat di depan mata dan kekacauan di sekitar
kita seringkali membuat kebimbangan menyelusup ke dalam sanubari
kita. Tuhan seakan berada nun jauh di sana, entah sedang sibuk
akan hal lain atau… (1).

Di mata pemazmur, di tengah keyakinan imannya bahwa Tuhan adalah hakim
yang adil, orang-orang fasik sepertinya semakin merajalela. Mereka
seakan-akan kebal hukum dan tidak takut terhadap Tuhan (2-5, 11,
13). Mereka menganggap diri pasti berjaya, tidak mungkin ada yang
bisa mengguncang mereka (6). Itu sebabnya mereka dengan yakin
meneruskan segala perbuatan jahat mereka (7-10).

Pemazmur berseru kepada Tuhan agar Ia segera bertindak (12). Baik
untuk menghempaskan orang jahat ke dalam penghukuman yang dahsyat,
dengan tujuan agar mereka sadar bahwa mereka tidak akan luput dari
penghakiman Tuhan yang adil; maupun untuk mengangkat mereka yang
tertindas agar lepas dari penindasan. Pemazmur yakin bahwa
keadilan Tuhan pasti akan ditegakkan karena Tuhan memang berpihak
kepada orang-orang yang lemah dan tak berdaya (17-18).

Ketika Tuhan seolah tidak segera menolong, janganlah panik. Jangan
biarkan keraguan menyelinap masuk ke hati kita. Ingat, Tuhan tahu
apa yang akan Ia lakukan. Penundaan sering kali bertujuan ganda.
Pertama, agar anak-anak Tuhan semakin teruji imannya dan keluar
seperti emas! Kedua, agar penghukuman-Nya semakin nyata dan
pantas, dan tidak ada pihak mana pun yang bisa menggugatnya. Jadi,
tetaplah tenang supaya kita bisa berdoa (1Ptr. 4:7). Mendekatlah
kepada Tuhan sehingga kita tidak sampai kehilangan fokus kita
kepada-Nya.++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---

Anda terdaftar dalam i-kan-akar-santapan-harian sebagai [hrj_dora@yahoo.co.id]
Untuk berhenti, silakan forward pesan ini ke leave-3948236-3665655.8d2e1738f8c0618fef6878af00cafdd0@hub.xc.org

Sabtu, 12 Maret 2011

Peduli orang yang kekurangan

Kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga,
begitulah harapan kebanyakan orang. Mungkin seperti itu pula
harapan si orang kaya dalam bacaan kita hari ini, ketika ia masih
hidup di dunia. Ia tidak menyangka bahwa kekayaannya di dunia
bukanlah modal apalagi faktor penentu untuk masuk ke surga dan
menikmati kesenangan di sana. Itu sebabnya ia meminta Abraham
untuk mengutus Lazarus memperingatkan kelima saudaranya yang masih
hidup.

Apa yang menyebabkan si orang kaya menderita sengsara di alam maut
(23)? Dalam perumpamaan ini tidak disebutkan secara spesifik
mengenai dosa dan kesalahan si orang kaya. Hanya disebutkan bahwa
semasa hidup, si orang kaya setiap hari bersukaria dalam kemewahan
(19), sementara seorang pengemis bernama Lazarus terbaring di
dekat pintu rumah orang kaya itu (20). Tragis bukan? Si orang kaya
yang bersukaria setiap hari tidak peduli pada si pengemis, yang
tubuhnya penuh borok itu. Sampah, sisa-sisa makanan si kaya pun
sulit didapatkan Lazarus, si pengemis (21).

Namun situasi berbalik seratus delapan puluh derajat ketika keduanya
meninggal dunia. Di dalam kehidupan kekal, Lazarus menikmati
kesenangan bersama Abraham. Namun si orang kaya harus merasakan
sakitnya sengatan lidah api di alam maut. Tak ada seorang pun yang
dapat menolong dia (25-26).

Apakah kisah ini ingin memperlihatkan bahwa Tuhan tidak menyukai orang
kaya sementara orang miskin diperkenan Allah? Jelas tidak. Yang
Tuhan ingin soroti adalah harta kekayaan yang digunakan hanya
untuk kesenangan diri sendiri, tanpa ada perhatian dan belas
kasihan terhadap orang yang membutuhkan. Mungkin Anda tidak
memasukkan diri Anda ke dalam golongan orang kaya, tetapi
bagaimana pun Tuhan tidak menginginkan kita hidup hanya bagi diri
kita sendiri. Seberapa pun harta yang Tuhan percayakan kepada
kita, hendaknya kita pakai juga untuk orang-orang yang membutuhkan
di sekitar kita. Justru kepedulian kita terhadap orang-orang yang
berkekurangan membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang
sesungguhnya!++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---

Anda terdaftar dalam i-kan-akar-santapan-harian sebagai [hrj_dora@yahoo.co.id]
Untuk berhenti, silakan forward pesan ini ke leave-3947135-3665655.8d2e1738f8c0618fef6878af00cafdd0@hub.xc.org

Jumat, 11 Maret 2011

Investasi bagi kekekalan

Pertanggungjawaban adalah hal yang harus dilakukan bila kita dipercaya
untuk melakukan sesuatu. Laporan pertanggungjawaban akan
memperlihatkan apakah kita bisa dipercaya dan berhasil
melaksanakan tugas tersebut.

Perumpamaan ini berkisah tentang bendahara yang menyalahgunakan harta
tuannya yang dipercayakan kepada dia. Sang tuan yang kemudian
mengetahui ulah si bendahara, menuntut pertanggungjawaban (1-2).
Si bendahara yang sadar betul kesalahannya, tahu bahwa ia tidak
akan lolos. Namun ia tidak mau kehilangan masa depan. Ia
memanfaatkan posisi yang masih dia pegang untuk menyelamatkan
dirinya (4-7).

Mungkin sebagian dari antara kita akan geleng-geleng kepala melihat
kelakuan si bendahara. Namun Yesus memberikan penilaian positif
bagi si bendahara. Mengapa? Si bendahara tahu bahwa ia akan
dimintai pertanggungjawaban, dan ia tahu konsekuensinya. Maka ia
memikirkan antisipasinya secara serius.

Melalui perumpamaan bendahara, Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk
memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki dan
menginvestasikannya bagi kekekalan agar siap memberi
pertanggungjawaban kelak kepada Sang Tuan (9). Sebab itu murid
Tuhan harus bisa dipercaya atas segala sumber daya yang Tuhan
percayakan kepada mereka, betapa pun kecilnya (10-12).

Bila seorang bendahara yang tidak jujur tahu memanfaatkan apa yang dia
miliki, yaitu waktu yang tersisa, dengan sebaik-baiknya untuk
kepentingan masa depannya, maka murid Tuhan seharusnya berhikmat
memaksimalkan manfaat segala miliknya. Dan manfaat yang
dimaksimalkan itu tentu saja bukan untuk kepentingan diri kita
semata-mata, melainkan harus dilihat dari perspektif kekekalan.

Bila kita memiliki sesuatu berarti kita bertanggung jawab atas milik
kita itu. Pemanfaatannya merupakan ujian bagi karakter kita. Orang
yang dapat dipercaya atas hal kecil, dapat dipercaya pula atas hal
besar. Orang yang tidak jujur atas hal kecil, biasanya sulit jujur
pula atas hal besar. Termasuk yang manakah Anda?

MENDOAKAN DAN MENGERJAKAN

Ketika kecil, saya sering memprotes. Salah satu protes adalah
lamanya waktu yang dipakai Ayah untuk berdoa. Waktu itu saya sama
sekali tidak mengerti mengapa seolah-olah ada banyak sekali orang
yang Ayah doakan. Setiap hari semakin banyak yang Ayah doakan, dan
Ayah semakin lama berdoa. Semakin hari semakin banyak pelayanan
Ayah, dan semakin lama pula ia berdoa. Ayah bahkan sudah berdoa
sebelum saya dan Adik bangun. Setelah kami tidur, Ayah juga akan
berdoa. Ayah tak pernah marah kalau saya dan Adik bilang, "Papa,
nanti doanya jangan lama-lama!" atau mencoba mengatur siapa yang
perlu didoakan dan siapa yang tidak. Ia hanya tersenyum.

Namun kini saya tahu, rahasia pelayanan Ayah tidak terletak pada
jumlah pelayanan yang ia lakukan atau jumlah orang yang ia layani,
tetapi pada waktu doanya. Bahkan, setelah lebih dari sepuluh tahun
sejak Ayah berpulang, saya tidak ingat satu pun khotbahnya, tetapi
saya masih mengingat jelas sikap, cara, dan kesungguhannya dalam
berdoa, serta bagaimana semuanya itu menyentuh kehidupan orang-orang
di sekitarnya, termasuk saya.

Saya menjadi tahu bahwa semakin banyak hal yang ingin saya kerjakan,
semakin banyak waktu yang perlu saya sediakan bersama Tuhan. Bukan
saja untuk mendoakan rencana-rencana saya, melainkan juga satu per
satu orang yang bersentuhan dengan hidup saya. Paulus juga mendoakan
jemaat di Efesus agar mereka paham betapa lebarnya dan panjangnya
dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus kepada mereka, dan saya.
Tuhan dapat melakukan jauh lebih banyak dari yang kita doakan atau
pikirkan --SL

DOAKANLAH YANG KITA KERJAKAN
KERJAKANLAH YANG KITA DOAKAN

Kamis, 10 Maret 2011

Ubaldus Eddy invites you to connect

this email was sent to you by an automated system - please do not reply directly
Yahoo! Messenger
Join Ubaldus Eddy on Yahoo! Messenger.
Come chat with me, share files and more.

Stay in the loop with all your friends. Get started

  • Stay connected at home, at work, or on the go
  • Have fun with games, emoticons, and more
  • Join a community of over 100 million people from around the world
Join Your Friends
Y! Get easy, one-click access to your favorites. Make Yahoo! your homepage.
Trouble with the button above? Click the link below or copy and paste it into your browser's address bar:
http://invite.msg.yahoo.com/invite?op=accept&intl=us&sig=tkdy8BUlXFf8OobQ44iagYSaFY.1MbvFZ2UFYQIPcBuI4FFhrEU-

Seperti Dia menerima kita

Perumpamaan ini merupakan rangkaian dengan dua kisah sebelumnya. Masa
itu, orang Farisi dan ahli Taurat heran melihat keberadaan
orang-orang berdosa di sekitar Yesus, yang ikut mendengarkan
pengajaran-Nya (15:1-2). Maka Yesus menyampaikan kisah ini.

Ada kontras antara sikap si bapak dan si anak sulung dalam menyambut
kembalinya si anak bungsu. Sang bapak begitu antusias. Gambaran
bahwa si bapak telah mengenali si bungsu walau masih jauh (20),
seolah memperlihatkan bahwa si bapak selalu menanti-nantikan si
bungsu. Ia sering menengok ke jalan, karena berharap si bungsu
suatu saat ingat pulang. Tak heran, ketika si bungsu pulang, ia
berlari, lalu memeluk dan mencium anaknya itu (20). Penantiannya
terjawab. Ia tidak peduli si bungsu datang compang-camping dan
bukan dalam gemerlap kesuksesan di perantauan. Si bapak tidak
menolak si bungsu, meski datang dalam keadaan miskin dan
memalukan.

Justru sikap si bapak yang aktif menyambut, mendorong respons
pertobatan si bungsu (21). Bapak pun menerima dan memulihkan
(22-24). Namun bagaimana sikap si sulung menyambut kepulangan
adiknya? Ia marah karena ayahnya berpesta atas kepulangan orang
yang sulit dia sebut sebagai adik.

Biasanya kita melihat diri sebagai si bungsu yang cari kesenangan,
lalu jatuh ke jurang sengsara. Namun pernahkah menyorot diri kita
sebagai anak sulung, yang merasa selalu taat dan benar? Itulah
masalah orang Farisi, yang disorot Yesus. Mereka memandang orang
lain berdosa, dan ukuran kekudusan adalah tidak berteman dengan
pendosa. Padahal Yesus sering berada bersama orang berdosa.

Konsep semacam itu dapat membuat kita tidak menjangkau yang terhilang.
Kita akan dijauhi oleh mereka karena kita sendiri telah menjauhi
mereka. Jika kita memahami anugerah Allah, kita akan menyambut
yang terhilang seperti Allah menyambut mereka. Kita juga
sebelumnya berdosa, hanya kemudian kita menerima kasih karunia
Allah. Maka marilah kita memiliki pikiran Kristus yang menerima
setiap pendosa, seperti Dia juga telah menerima kita.

SIAPA SANGKA?

Nyonya Carson sangat berharap anak-anaknya bisa bersekolah, walau
ia tidak tamat SD dan harus membesarkan dua putranya sendirian. Ia
bekerja mencuci pakaian pada dua ke-luarga. Kemiskinan akrab
dengannya. Namun, ia mendoakan kedua anaknya supaya berhasil dalam
studi. Dan, mereka berhasil. Bahkan, anak bungsunya menjadi dokter
bedah otak ter-nama di Amerika. Dokter pertama di dunia yang sukses
menangani operasi bayi kembar siam. Ialah Dokter Ben Carson.
Buku-bukunya menjadi berkat. Ia mendirikan banyak yayasan di bi-dang
kesehatan dan pendidikan, yang memberi beasiswa untuk anak-anak
berprestasi di bidang akademis dan kemanusiaan. Doa sang ibu
terjawab lebih dari yang diminta. Siapa sangka?

Paulus akrab dengan jemaat di Tesalonika. Meski isinya tetap
mengandung petuah dan teguran, suratnya terasa hangat. Bagi jemaat
itu, ia memosisikan diri seperti "ibu" (1 Tesalonika 2:7) dan "bapak
terhadap anak-anaknya" (2:11). Banyak harapan dan doanya bagi jemaat
ini (1:2; 3:10-13). Di akhir surat pertamanya terselip harapan kuat,
yaitu "supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara" (5:27). Ia
berharap suratnya dibacakan di depan jemaat.

Ternyata selama 20 abad kemudian, surat ini bukan saja dibacakan di
depan jemaat Tesalonika, melainkan juga jemaat kristiani di seluruh
dunia. Tak hanya menjadi sepucuk surat penggembalaan, tetapi menjadi
bagian firman Tuhan. Siapa sangka, Tuhan mengabulkan doanya jauh
melampaui harapan sang rasul. Karya-Nya sungguh tak terbatasi. Dia
sanggup melakukan lebih dari yang kita minta. Maka, jangan berhenti
berharap kepada-Nya. Berharaplah kepada Tuhan tanpa batas; izinkan
Dia berkarya dengan bebas --PAD

DI TANGAN TUHAN, SEBUAH HARAPAN KECIL
BISA MENJADI BERKAT BESAR

Jumat, 04 Maret 2011

Sudah bertobat? Beritakan Injil!

Banyak orang suka mempertanyakan kapan Tuhan datang kembali serta,
siapakah yang pantas masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Sesungguhnya ini
adalah pertanyaan yang sia-sia. Jauh lebih berguna mempertanyakan
apa yang harus dilakukan agar selamat?

Orang Yahudi pada masa Tuhan Yesus hidup mengira bahwa semua orang
Yahudi (kecuali para pendosa) pasti akan masuk ke dalam Kerajaan
Allah, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak akan selamat. Maka
terhadap pertanyaan, "…sedikit sajakah yang akan diselamatkan?"
Tuhan Yesus menjawab bahwa keselamatan harus direspons dengan
pertobatan. Masuk lewat pintu yang sempit (24) menandakan perlunya
rendah hati dan bertobat. Sedangkan pintu yang tertutup (25)
menandakan kesempatan untuk bertobat sangat singkat. Bertobat
berarti memiliki relasi sejati dengan Allah, bukan sekadar pernah
makan minum di hadapan Tuhan atau pun mendengar pengajaran-Nya
(26-27). Lebih ekstrim lagi, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa banyak
dari orang Yahudi tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah,
justru, sebaliknya banyak orang dari antara bangsa-bangsa
nonYahudi yang akan masuk ke dalamnya (28-30).

Tuhan Yesus meratapi bangsanya sendiri (34-35). Merekalah yang justru
menolak Juruselamat utusan Allah, sama seperti dulu nenek moyang
mereka membunuh nabi-nabi-Nya. Bukan berarti Allah tidak akan
mengasihi mereka lagi. Sebaliknya, Tuhan Yesus tahu kematian-Nya
adalah satu-satunya cara untuk menebus mereka dari dosa. Maka
pertobatan orang-orang Yahudi haruslah dengan cara sama seperti
yang dilakukan bangsa-bangsa lainnya, yaitu percaya kepada Yesus
dan menerima Dia secara pribadi sebagai Juruselamat (35)!

Hal utama saat ini adalah meyakini apakah diri sendiri sudah bertobat!
Sudahkah Anda masuk lewat pintu yang sempit itu? Jangan tunda
karena sewaktu-waktu pintu itu akan ditutup. Ingat, waktunya
sangat singkat. Bagi Anda yang sudah bertobat, beritakanlah Injil
sehingga banyak orang berkesempatan memasuki pintu sempit itu!

JANGAN TERGODA

Dalam film ketiga Narnia, The Voyage of the Dawn Trader, para
tokoh utama ditugasi menyelamatkan warga Narnia yang hilang secara
misterius. Raja Caspian, Edmund, dan Lucy Pevensie, adalah para
pemberani harapan Narnia. Namun, mereka diberi pesan agar tak
tergo-da oleh apa pun yang mungkin ditawarkan kepada mereka.
Nyatanya, godaan itu terus hadir. Lucy yang terobsesi oleh
kecantikan kakak wanitanya, digoda oleh tawaran untuk diubah menjadi
secantik sang kakak. Edmund, yang tak tahan tinggal bersama
paman-bibi yang tak ramah, tergoda tumpukan emas yang bisa
membuatnya kaya dan hidup mandiri. Dan, hanya kemenangan atas godaan
yang membuat mereka mampu menunaikan tugas.

Di dunia ini, kita pun ditugasi untuk menyelesaikan misi yang Tuhan
berikan. Dan, ada pesan serupa bagi kita: jangan teralihkan oleh
godaan. Namun segala godaan itu nyata ada, selama kita masih hidup
di dunia. Dan, betapa pintarnya Setan menyajikan godaan; ia membujuk
kita sedemikian hingga tampaknya godaan itu baik dan benar! Membuat
kita merasa tak bersalah melakukannya, sebab seolah-olah ada hal
baik yang akan kita peroleh.

Lalu, bagaimana kita dapat menang atas godaan? Pertama, jangan
terikat dan terobsesi pada hal-hal yang fana di dunia ini. Kenali
dan waspadai kelemahan kita sendiri; di mana kita akan mudah tergoda
oleh tawaran dunia-apakah keinginan daging, keinginan mata, atau
keangkuhan hidup? (ayat 16). Kedua, kasihi Tuhan lebih dalam dan
lakukan kehendak Allah (ayat 17). Banyak membaca firman Allah serta
berdoa, dan terus melatih iman, agar kita meng-alami kemenangan
bersama Tuhan --AW

TUHAN MENYEDIAKAN SENJATA YANG LENGKAP UNTUK BERJUANG
BAGI SETIAP KITA YANG MAU MELAWAN GODAAN SAMPAI MENANG

Kamis, 03 Maret 2011

INDAHNYA PERSEKUTUAN

Seorang pemuda kehilangan sepeda motornya yang diparkir di halaman
gereja. Ia sangat terpukul. Setelah dua belas bulan mengangsur
dengan gaji pas-pasan, sepeda motornya raib! Para pemuda berdoa
baginya. Lalu, sebuah pertanyaan muncul: "Mengapa hanya berdoa?
Ti-dak bisakah kita berbuat sesuatu?" Tanpa sepengetahuan si pemuda,
puluhan rekannya berusaha mengumpulkan uang. Ada yang menyisihkan
penghasilannya setiap bulan. Ada yang berjualan kue. Setahun
kemudian, mereka berhasil membeli sepeda motor baru dan diserahkan
kepada si pemuda pada persekutuan malam Natal. Momen itu sangat
indah. Penuh tawa dan air mata. Baik yang memberi maupun yang
menerima, semua dilimpahi berkat Tuhan.

Tuhan sering membentuk kerohanian kita melalui persekutuan. Tak
seorang pun bisa memiliki kerohanian yang dewasa semata dengan
berdoa, berpuasa, atau mendalami Alkitab secara pribadi. Itu
sebabnya, Rasul Paulus meminta jemaat untuk selalu terlibat dalam
per-sekutuan. Dalam setiap persekutuan, ada bermacam-macam orang.
Ada yang hatinya sedang sesak (ayat 12), hidup berkekurangan (ayat
13), berdukacita (ayat 15), bahkan mungkin ada yang jahat (ayat 17).
Tidak mudah mengasihi dan memahami mereka. Konflik dan salah paham
biasa terjadi. Namun, justru lewat semua itu kita belajar mengasihi
dengan tulus. Belajar menangis dan tertawa bersama. Belajar sehati
sepikir.

Tuhan membentuk kita lewat orang lain. Maka benamkanlah diri Anda
dalam persekutuan. Di situlah Anda memiliki kesempatan untuk
berlatih: Mewujudkan kasih dalam tindakan nyata! --JTI

PERSEKUTUAN BAGAIKAN GUNTING TAJAM
YANG TUHAN PAKAI UNTUK MEMANGKAS KEEGOISAN KITA

Kecil, tetapi bertumbuh

Kebanyakan orang mengasosiasikan kata kerajaan dengan kebesaran dan

kemegahan. Asumsi seperti ini tidak berbeda jauh dengan asumsi
orang-orang pada masa Tuhan Yesus.

Namun yang mengejutkan, Kerajaan Allah yang diproklamasikan oleh Yesus
berbeda jauh dengan kerajaan dunia. Bila kerajaan dunia hadir
dengan tatanan yang mentereng dan cara-caranya yang bombastis,
tidak demikian halnya dengan Kerajaan Allah. Tuhan Yesus memakai
dua perumpamaan untuk menjelaskan Kerajaan Allah: biji sesawi dan
ragi.

Dari bentuknya, keduanya sama-sama terlihat remeh dan tiada berarti.
Biji sesawi teramat kecil bentuknya dan ragi biasa dipakai dalam
jumlah sedikit. Kecil dan sedikit demikianlah adanya mereka.
Namun, ketika biji sesawi ditanam dan bertumbuh ia akan menjadi
sebuah pohon yang tingginya bisa mencapai 3 meter di mana
carang-carangnya menjadi sarang burung. Benar-benar luar biasa.
Begitu pula, di kala ragi mulai dicampur dan diaduk dengan 40
liter tepung maka akan menghasilkan adonan roti yang mengembang.
Dan sekali lagi, ini pun benar-benar hasil yang luar biasa.
Keduanya merupakan perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan
bagaimana Kerajaan Allah atau Injil diberitakan. Meskipun Injil
tersebut kelihatannya tiada guna, tetapi dapat menyelamatkan dan
mengubah hidup manusia.

Dengan dua perumpamaan ini, Tuhan Yesus menyimpulkan pelayanan-Nya.
Yang Tuhan Yesus lakukan dan ajarkan, yaitu penegakan Kerajaan
Allah berupa anugerah keselamatan, penyembuhan, dan pengusiran roh
jahat sepertinya tidak signifikan, apalagi dibayang-bayangi dengan
penolakan. Namun dampaknya akan luar biasa karena itu adalah
pekerjaan Allah.

Pekerjaan Allah yang bagaimana, yang Anda lakukan sekarang ini?
Pernahkah Anda merasa tawar hati karena tidak dihargai orang atau
bila Anda melihat bahwa pertumbuhan pelayanan itu terlalu lambat?
Ingatlah bahwa Allah yang menilai dan menumbuhkan. Hasilnya pasti
berlipat ganda oleh kedaulatan-Nya.

BURJ KHALIFA

Burj Khalifa di kota Dubai, Uni Emirat Arab, adalah gedung
tertinggi di dunia yang diresmikan pada 4 Januari 2010. Dibangun
dengan dana mencapai kira-kira 13, 5 triliun rupiah, gedung ini
memiliki tinggi 828 meter dan terdiri dari 160 lantai. Konon karena
tingginya yang luar biasa, gedung ini terlihat dari jarak 100
kilometer. Dan, dari puncak gedungnya kita dapat melihat negara
Iran. Sungguh suatu pencapaian yang mengagumkan!

Namun, jauh sebelum Burj Khalifa berdiri, manusia sudah pernah
berusaha membangun gedung yang terbesar dan termegah. Dua di
antaranya adalah menara Babel dan Bait Allah. Menara Babel didirikan
tak lama setelah peristiwa air bah, sebagai usaha manusia untuk
"men-cari nama" bagi dirinya sendiri (Kejadian 11:1-9). Suatu
lambang keangkuhan manusia yang ingin terlepas dari Allah. Di sisi
lain, Bait Allah dibangun di Yerusalem sebagai simbol kehadiran
Allah di tengah bangsa Israel. Kemegahannya mengingatkan manusia
akan kemuliaan Tuhan. Kehadirannya mengingatkan bahwa bangsa Israel
dibawa keluar dari Mesir untuk menjadi umat-Nya, menyatakan
kemuliaan-Nya kepada semua bangsa.

Dalam upaya kita mengejar keberhasilan dalam hidup, jangan sampai
kita membangun Menara Babel, bukannya Bait Allah. Jangan sampai diri
kita yang paling dipuji dan dimuliakan karena kejayaan pribadi.
Namun, arahkan orang agar memuji Tuhan yang telah memberikannya. Ini
dapat dilakukan dengan pertama-tama tidak malu mengakui iman kita.
Lalu, menjadi saksi bahwa keberhasilan kita adalah anugerah-Nya
semata, bukan kehebatan kita. Sehingga, yang layak dipuji bukanlah
kita, melainkan Tuhan --ALS

KESUKSESAN KITA ADALAH KESEMPATAN
UNTUK SEMAKIN MEMULIAKAN TUHAN