Rabu, 27 April 2011

SESUMBAR VOLTAIRE

Dua belas nelayan Yahudi yang bodoh memulai kekristenan; satu
orang Prancis yang bijaksana akan menghentikannya." Ini pernyataan
filsuf Prancis, Voltaire, saat menghadap Raja Prusia. Ia
memperkirakan bahwa dalam waktu 100 tahun Alkitab akan musnah, dan
92 buku karyanya akan menggantikannya.

Namun, 20 tahun setelah kematiannya, Lembaga Alkitab Jenewa membeli
rumah peninggalannya untuk dijadikan tempat mencetak Alkitab. Rumah
itu kemudian menjadi markas Lembaga Alkitab Bahasa Inggris dan
Bahasa Asing. Selain itu, Alkitab terus menjadi buku laris; adapun 6
jilid karya Voltaire pernah terjual hanya seharga delapan ribu
rupiah.

Yesus mengajarkan bahwa sebelum Dia datang kembali untuk kedua kali,
kabar baik tentang Kerajaan-Nya, yaitu berita keselamatan, akan
dikabarkan ke seluruh dunia. Injil yang penuh anugerah itu akan
membawa kita ke dalam Kerajaan-Nya yang mulia. Sebagai kesaksian
bagi semua bangsa, Injil menyatakan pikiran dan kehendak Allah bagi
manusia, serta upah Allah bagi mereka yang setia. Bagi mereka yang
percaya, Injil mendatangkan keselamatan. Adapun mereka yang
bersikeras tidak percaya, akan dibinasakan.

Tuhan Yesus memercayakan misi pemberitaan Injil kepada para
murid-Nya, dan orang percaya sepanjang sejarah gereja telah
melanjutkannya. Tidak ada yang sanggup menghentikan misi yang
sekarang ada di pundak kita ini. Kita dapat turut memberitakan Injil
ketika Tuhan membukakan kesempatan dan juga dengan mendukung proyek
penterjemahan Alkitab atau pelayanan yang melakukan penyebarluasan
Alkitab --ARS

AMANAT PEMBERITAAN INJIL BUKANLAH BEBAN
MELAINKAN KEHORMATAN UNTUK TURUT DALAM MISI PENYELAMATAN
Matius 24:3-14

Hidup bergaul dengan Allah

Pada bacaan sebelumnya, kita telah melihat bagaimana kehidupan Kain
dan keturunannya. Kain, yang telah membunuh Habel, saudaranya,
karena iri dan dengki mempunyai keturunan yang bernama Lamekh.
Lamekh ternyata melakukan hal yang sama seperti Kain. Dia membunuh
seorang laki-laki dengan alasannya sendiri (Kej. 4:23-24). Intinya
adalah ketika sebuah dosa tidak dibereskan dalam sebuah garis
keturunan, tidak mustahil hal yang sama dapat terulang kembali.

Berbeda dengan apa yang terjadi dalam keturunan Set, anak Adam yang
lain. Keturunan Set menghasilkan anak-anak yang hidup takut akan
Tuhan. Yang paling menonjol adalah Henokh. Henokh dikatakan hidup
bergaul dengan Allah (24a). Kehidupannya yang begitu dekat dengan
Tuhan membuat Henokh tidak mengalami peristiwa kematian
sebagaimana manusia pada umumnya. Allah membawa dia kehadapan-Nya
tanpa melalui lembah kematian (24b).

Apa yang dialami oleh Henokh sangat kontras dengan apa yang dialami
oleh Lamekh, keturunan Kain. Henokh dinyatakan sebagai orang yang
bergaul dengan Tuhan, sementara Lamekh menjadi seorang pecundang
yang memiliki pemahaman salah tentang makna perlindungan dan
kedaulatan Allah. Lamekh hanya "merasa" kenal Tuhan melalui kisah
Kain, leluhurnya, sementara Henokh memiliki pergaulan sejati
dengan Tuhan. Hal ini menimbulkan dampak yang berbeda. Lamekh
hidup dalam hutang darah, sementara Henokh menikmati persekutuan
yang sejati dengan Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki kedekatan sejati dengan
Tuhan? Ataukah kita hanya berasumsi saja, padahal sesungguhnya
kita buta sama sekali tentang kebenaran Tuhan? Mari kita
mengoreksi hal ini. Hiduplah dalam persekutuan yang sejati dengan
Tuhan, maka Dia akan berkenan memberkati kehidupan kita. Jangan
terjebak pada rutinitas religi semata, melainkan milikilah
kegairahan yang sungguh untuk menikmati persekutuan tersebut.
Ingatlah bahwa Tuhan tidak dapat dibohongi dengan segala macam
ritual agamawi. Tuhan hanya melihat hati.
Kejadian 5:1-24

SUKSES TETAPI KASIHAN

Sungguh pemuda sukses yang hebat! Ia masih belia, tetapi sudah
menjadi pemimpin dan kaya raya (bandingkan Matius 19:20-22 dengan
Lukas 18:18). Tak hanya kaya materi, tetapi juga secara "rohani".
Sejak muda ia dididik mendalami Hukum Taurat dan menjalankannya
(ayat 20). Ia dikagumi di lingkungan komunitas Yahudi saat itu. Ia
juga dipandang berbakti kepada orangtua, sebab ia menghormati
ayah-ibunya sejak belia dan tetap menghormatinya meski sudah sukses.
Siapa tak bangga punya anak seperti ini?

Dengan kerinduan dan semangat, ia berlutut di hadapan Yesus rabi
muda yang menyedot massa karena kharisma dan kuasa-Nya dalam
berkhotbah dan mengadakan tanda ilahi. Ia mohon petunjuk Yesus; apa
lagi yang perlu diperbuat agar layak masuk ke Kerajaan Allah. Dalam
berelasi dengan sesama, ia patut diacungi jempol. Dalam berbuat
baik, ia hebat. Namun, ada satu yang kurang, dan hanya Yesus yang
tahu: bahwa kekayaan materi, martabat sosial, dan "kekayaan rohani"
yang ia punya menjadi ilah yang diandalkan sebagai "tiket" ke surga
menggantikan Allah. Maka, ia diminta menjual semua, membagikannya ke
orang miskin, dan mengikut Yesus, sebagai bukti bahwa ia
diselamatkan hanya oleh belas kasihan Allah. Betulkah ia merasa
perlu petunjuk Yesus? Tidak! Sebab ia kecewa dan mengabaikan tawaran
sejati untuk memasuki Kerajaan Allah. Alasan utamanya karena "banyak
hartanya" (ayat 22).

Pemuda "sehebat" ini ternyata tak layak masuk Kerajaan Allah.
Bagaimana dengan Anda? Beranikah Anda meletakkan seluruh kebanggaan
Anda sebagai manusia, lalu datang kepada Allah sebagai orang yang
miskin dan haus akan kebenaran? --SST

SEGALA KEHEBATAN MANUSIA TAK MEMBAWA KE SURGA
SUNGGUH HANYA KEMURAHAN YESUS YANG MEMBAWA KITA KE SANA
Markus 10:17-30

Selasa, 26 April 2011

PANTASKAH?

Sari berang. Istri pendeta tadi menegurnya di gereja, karena ia
mengenakan kaus dan rok mini ketika mengikuti ibadah Minggu. "Kita
perlu berpakaian pantas saat beribadah, " kata istri sang pendeta.
Di dalam hati Sari mengumpat, "Apanya yang tidak pantas? Tidak
bolehkah aku mengikuti perkembangan mode? Apakah menurut Alkitab,
memakai rok mini itu dosa?"

Pantas artinya cocok, sesuai, patut, atau layak. Berbicara soal
kepantasan tidak selalu berkaitan dengan dosa. Ini menyangkut hikmat
dalam membawa diri, sesuai dengan status dan lingkungan. Di Israel,
misalnya, tidak ada larangan bagi raja untuk meminum anggur. Rakyat
jelata pun biasa minum anggur sampai mabuk guna melupakan sejenak
susahnya hidup (ayat 6, 7). Dalam pesta perjamuan raja, minum anggur
adalah hal biasa. Namun, Lemuel dinasihati ibunya untuk tidak
meminum anggur. "Tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, "
katanya. Mengapa? Minuman keras bisa memabukkan. Jika seorang kepala
negara mabuk, ia tidak dapat memutuskan perkara dengan benar dan
adil. Akibatnya, rakyat bisa menjadi korban ketidakadilan dan
penindasan!

Bicara soal kepantasan bukan melulu mempersoalkan benar salahnya
suatu tindakan. Ada hal yang tidak salah, tetapi tidak pantas
dilakukan oleh seorang dengan status atau jabatan tertentu. Orang
bisa tersandung jika melakukannya. Setiap kita berstatus "orang
kristiani". Sebagian lagi bahkan pemimpin kristiani.
Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersikap,
berperilaku, berbicara dan berpenampilan pantas, sesuai status yang
saya sandang? --JTI

HANYA ANAK KECIL YANG SELALU BERTANYA "BOLEH ATAU TIDAK"
SEORANG DEWASA PERLU BERTANYA "PANTAS ATAU TIDAK"
Amsal 31:1-9

Memaknai pelajaran

Ada ungkapan mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.
Orang yang belajar dari pengalaman akan menuai hal yang baik.
Namun orang yang tidak mau belajar, bisa mengulangi kesalahan yang
sama. Namun banyak orang yang justru belajar secara salah dari
pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Mereka tidak mampu
memahami makna dan inti yang sebenarnya dari peristiwa yang telah
terjadi. Inilah yang dialami oleh Lamekh dalam bacaan kita hari
ini.

Lamekh adalah cucu Kain, saudara Habel yang mati dibunuh Kain. Lamekh
banyak tahu tentang kisah yang terjadi antara Kain dan Habel. Dia
bahkan tahu bahwa Allah telah berfirman untuk melindungi Kain
dalam pelariannya (15). Kisah Kain ini rupa-rupanya tertanam dalam
pikiran Lamekh sehingga ketika terjadi peristiwa Lamekh membunuh
seorang laki-laki karena berseteru dengan dia, Lamekh mengklaim
bahwa Allah juga akan melakukan hal yang sama terhadap dia, bahkan
lebih dari pada itu (23-24). Ini merupakan keyakinan sepihak dari
Lamekh, karena sesungguhnya Allah tidak pernah datang kepadanya
dan menyampaikan hal demikian. Lamekh mendasarkan hal ini pada
pemahamannya yang salah tentang pengalaman Kain, kakeknya. Lamekh
mengerti secara keliru mengenai kebaikan dan kedaulatan Allah yang
diberikan kepada Kain. Dia menganggap bahwa hal yang sama dapat
juga berlaku atas dirinya. Lamekh menghalalkan perbuatan yang
bertentangan dengan kehendak Allah demi mencapai tujuannya sendiri
(24). Kebaikan Allah dimaknai Lamekh secara sempit, demi
pembenaran diri.

Kisah Lamekh menarik untuk direnungkan. Apa yang dia alami adalah
contoh keyakinan yang salah dan kekeliruan dalam memahami sebuah
pengalaman. Tuhan memberikan kepada kita begitu banyak kisah dalam
Alkitab. Mari kita belajar dengan baik dan memahami kebenaran yang
sesungguhnya ada di balik setiap peristiwa yang terjadi. Jangan
sampai keliru dalam memetik pelajaran sebab apabila kita salah,
kita dapat menerapkan hal yang salah pula dalam kehidupan kita.
Tak mungkin menjadi pelaku kebenaran dalam kekeliruan.
Kejadian 4:17-26

Jumat, 22 April 2011

TERTUTUP DARAH

> Pada 26 November 2008 segerombolan teroris menyerbu Taj Mahal
> Palace di Mumbai, India. Korban mencapai 200 jiwa, tetapi ada
> seorang tamu hotel yang selamat secara ajaib. Ia dan teman-temannya
> sedang makan malam ketika terdengar suara tembakan. Seseorang
> merenggutnya dan menyeretnya ke bawah meja. Teroris memasuki
> restoran, menembak ke segala arah, sampai setiap orang (menurut
> perkiraan mereka) tewas. Ternyata, pria tadi terluput. Ketika
> diwawancarai wartawan, ia menjelaskan, "Karena saya tertutupi oleh
> darah orang lain, mereka mengira saya sudah mati."
>
>
>
> Bangsa Israel memiliki kesan yang amat mendalam terhadap darah.
> Menjelang Tuhan menimpakan tulah kesepuluh ke atas Mesir, Dia
> memerintahkan bangsa Israel untuk mengadakan persiapan untuk
> meninggalkan negeri yang memperbudak mereka itu. Antara lain, mereka
> harus menyembelih domba dan menyapukan darahnya pada ambang atas dan
> pada kedua tiang pintu. Setiap rumah yang ditandai dengan darah akan
> terluput dari tulah, dan bangsa Israel pun terbebas dari Mesir.
>
>
>
> Pengalaman bangsa Israel merupakan simbol dari karunia Allah melalui
> Yesus Kristus bagi kita semua.
>
>
>
> Karena Dia sudah membayar hukuman atas dosa kita karena kita
> ditutupi oleh darah pengorbanan-Nya kita diselamatkan dan memperoleh
> kehidupan kekal. Kita mungkin sulit memahami bagaimana darah-Nya
> "menutupi" kita, tetapi kita dapat menerima dan mengalaminya oleh
> iman. Hari ini, bagaimana kalau kita meluangkan waktu secara khusus
> untuk merenungkan suatu ayat atau menyanyikan lagu tentang darah
> Kristus? --ARS
>
> YESUS MENCURAHKAN DARAH DAN MENGALAMI KEMATIAN
> AGAR KITA TERBEBAS DARI DOSA DAN MENGALAMI KEHIDUPAN
> Keluaran 12:1-28

Rabu, 20 April 2011

Makna Salib

> Salah satu prinsip yang harus di kembangkan agar dapat menjadi pribadi
> yang produktif, menurut Stephen Covey dalam bukunya yang berjudul
> "7 Habits of Highly Effective People" adalah "Begin With The End
> in Mind". Prinsip ini didasarkan pada imajinasi ­ kemampuan
> melihat di dalam pikiran kita tentang apa yang secara lahiriah
> belum bisa kita lihat. Prinsip ini dibangun di atas prinsip bahwa
> segala sesuatu diciptakan dua kali. Pertama di ciptakan di dalam
> mental kemudian diwujudkan di dalam dunia fisik. Oleh karena itu
> sangat penting untuk memiliki personal mission statement
> (pernyataan misi pribadi), agar kita mampu memimpin diri sendiri.
>
> Beratnya hukuman yang akan segera dijalani Tuhan Yesus, tidak
> menyurutkan langkah-Nya untuk tetap menuju ke kayu salib. Dengan
> langkah pasti Yesus menuju tempat penyaliban-Nya, karena Ia tahu
> bahwa penyaliban adalah inaugurasi kerajaan-Nya melalui
> kematian-Nya. Namun di sisi lain, kita melihat bahwa ternyata ada
> begitu banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia (27). Akan
> tetapi, Tuhan Yesus memberi respons yang sangat kontras. Ia
> melarang mereka menangisi-Nya. Ia justru menyuruh mereka agar
> menangisi diri mereka sendiri dan anak-anaknya (28). Ia berusaha
> mengalihkan fokus mereka yang menyertai Dia. Dia mengalihkan
> perhatian mereka untuk meratapi hal lainnya. Hal ini dikarenakan
> Tuhan Yesus mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka. Itulah
> sebabnya, Ia hendak mempersiapkan hati mereka untuk menghadapi apa
> yang akan segera datang.
>
> Kematian Kristus di bukit Golgota memastikan tujuan hidup kita yang
> sesungguhnya. Oleh karena itu, sangatlah bijak bila orientasi
> hidup kita bukan lagi tertuju pada kekinian, tetapi pada
> kekekalan. Apabila orientasi hidup kita diarahkan pada Kerajaan
> Allah, maka kita akan mampu mengarahkan hidup kita untuk
> senantiasa melangkah di jalan salib. Beratnya beban hidup yang
> sedang kita jalani saat ini kiranya tidak menghambat iman kita
> karena kita tahu hasil akhirnya. Salib adalah jembatan bagi kita
> untuk meraih kehidupan yang kekal.
> Lukas 23:26-32

SI KIDAL

> Setiap orang pasti sensitif terhadap apa yang dipandang sebagai
> "kekurangan" pada fisiknya. Apalagi kalau orang-orang di sekitar
> memakainya sebagai bahan ejekan. Menyebut kekurangan itu untuk
> memaki. Bahkan, para pelawak yang kehabisan lelucon memakainya juga
> untuk memunculkan kelucuan. Akibatnya, jauh di dalam hati,
> "kekurangan" fisik menimbulkan tekanan dan rasa minder yang mengusik
> jiwa pemiliknya. Namun, benarkah itu "kekurangan"?
>
>
>
> Pada masa lampau seorang yang kidal juga dipandang "kurang". Tidak
> lazim. Janggal. Dipandang kurang terampil. Jika lelaki, ia akan
> dipandang sebelah mata dalam ketentaraan. Namun, kisah hakim Ehud
> berkata lain. Justru tatkala bangsanya membutuhkan pemimpin, Tuhan
> "membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat" (ayat 15). Seorang
> yang kemudian memimpin pertempuran melawan musuh, yakni bangsa Moab.
> Bahkan membunuh Raja Moab dengan tangannya sendiri (ayat 21); tangan
> yang kidal (ayat 15). Tuhan justru menggunakan kekidalannya menjadi
> keuntungan untuk menerabas hingga ke basis pertahanan lawan.
>
>
>
> Jangan pernah meremehkan kondisi fisik seseorang, Apalagi jika orang
> itu adalah diri Anda sendiri. Dunia ini penuh orang "berkekurangan"
> fisik, tetapi berprestasi besar. Sebut saja gadis buta sekaligus
> tunarungu, Hellen Keller. Pianis "bertangan kepiting" (masing-masing
> tangan berjari dua) dari Korea, Hee Ah Lee. Wanita lumpuh (dari
> leher ke bawah), pelukis dan motivator hebat, Joni Eareckson Tada.
> Dan, masih banyak lagi. Jika Tuhan berkenan memakai mereka, tak ada
> yang sanggup menghalangi. Termasuk keterbatasan fisik mereka --PAD
>
> APA YANG BAGI MANUSIA SEBUAH "KEKURANGAN"
> TUHAN BISA MENJADIKANNYA SEBUAH "KELEBIHAN"
> Hakim-hakim 3:14-21

Selasa, 19 April 2011

KESEMPATAN GAGAL

> Dalam bukunya Growing Kids God's Way, Gary dan Anne Marie Ezzo
> mengatakan bahwa orangtua kerap tak memberi kebebasan kepada anak
> untuk mengalami kegagalan. Umumnya orang tua begitu suka akan
> kemenangan, hingga agak kehilangan perspektif dan tak bisa
> menghargai pelajaran yang dapat dipetik dari kegagalan. Maka anak
> lebih memperjuangkan bagaimana caranya ia tidak gagal dan
> mengecewakan orangtua, walau untuk itu ia kemudian takut pada
> tantangan.
>
>
>
> Barnabas adalah sosok gembala yang memperhatikan orang-orang yang
> dibimbingnya. Suatu kali seorang muda bernama Markus menjadi murid
> bimbingnya. Sayang, Markus ini pernah gagal menjalankan tugasnya ia
> meninggalkan rombongan misi Paulus hingga mereka kekurangan orang di
> Pamfilia. Ini membuat Paulus kecewa (ayat 38). Tak heran, ketika
> Paulus hendak mengadakan perjalanan misi kembali, ia menolak
> permintaan Barnabas untuk mengajak Markus lagi. Namun Barnabas tetap
> memperjuangkan Markus hingga ia berpisah dengan Paulus (ayat 39).
> Oleh kegigihan Barnabas yang tidak menyerah membimbing pribadi yang
> pernah gagal, Markus menjadi pelayan Tuhan yang berharga.
>
>
>
> Ketika orang-orang dekat kita keluarga, sahabat, rekan kerja
> mengalami kegagalan; gagal memenuhi harapan, gagal menepati janji,
> gagal mengambil keputusan yang benar, tak ada gunanya kita
> menunjukkan kekecewaan. Sebaliknya, yang perlu kita lakukan adalah
> menjadi pendukung yang tetap ada bagi mereka dan tak menyerah
> mendampingi. Tetap memberinya kesempatan dan kepercayaan baru. Tetap
> mendukungnya saat ia belajar tentang arti perjuangan, kerendahan
> hati, serta penyerahan diri kepada Tuhan --AW
>
> SETIAP MOMEN KEGAGALAN SESUNGGUHNYA BISA MENJADI PINTU
> UNTUK SESEORANG MEMASUKI BABAK KEDEWASAAN YANG BARU
> Kisah Para Rasul 15:36-40

Senin, 18 April 2011

TEORI ATAU PRAKTIK?

Sebuah humor menceritakan tentang seseorang yang ke surga. Di sana
ia melihat sebuah rak berisi benda-benda yang tampak aneh. "Apa
itu?" tanyanya kepada malaikat. Jawab malaikat, "Itu telinga dari
orang-orang yang ketika hidup di dunia mendengarkan hal-hal yang
harus mereka lakukan, tetapi tidak melakukannya. Jadi waktu
meninggal, telinga mereka saja yang masuk ke surga sementara bagian
tubuh yang lain tidak." Lalu ada rak yang lain, dan malaikat
menjelaskan, "Ini lidah orang-orang yang ketika hidup di dunia
memberi tahu orang lain untuk berbuat baik dan hidup baik, tetapi
mereka sendiri tidak melakukannya. Maka ketika meninggal,
lidah-lidah mereka saja yang masuk ke surga dan bagian tubuh yang
lain tidak."

Humor ini mengingatkan kita untuk berhenti menjadi orang kristiani
yang hanya suka mendengarkan khotbah atau seminar yang berbobot,
tetapi tak pernah melakukan firman Tuhan yang didengar. Berhenti
menjadi orang kristiani yang fasih berbicara tentang hal rohani,
tetapi tak ada tindakan nyata. Berhenti menjadi orang kristiani yang
pandai berteori, tetapi tak pernah mempraktikkannya.

Ada orang kristiani yang bangga dengan pengetahuannya tentang Allah
dan hal-hal rohani. Namun, jika tidak dibarengi perbuatan nyata,
semuanya sia-sia. Sebab, di surga nanti kita tidak akan ditanya
sejauh mana kita memahami Alkitab atau sejauh mana pengetahuan kita
tentang kekristenan. Kita tidak sekadar mempertanggungjawabkan apa
yang kita ketahui, tetapi apa yang kita perbuat. Tuhan menuntut
buah-buah yang nyata yang bisa dirasakan, dinikmati, dan memberkati
orang lain --PK

SERIBU PERKATAAN DAN PENGETAHUAN TIDAK BERARTI
TANPA ADA SATU TINDAKAN YANG NYATA
Yakobus 1:19-27

Menghadapi dunia

Pada masa orde baru, pasal mengenai subversif merupakan pasal yang
menakutkan. Pasal yang berisi hukuman terhadap pihak yang dianggap
melakukan pembangkangan atau menentang pemerintah, telah menjerat
banyak pihak. Ini terjadi karena dalam pasal yang dikenal dengan
pasal karet tersebut, tindakan sekecil apa pun, ketika digolongkan
sebagai tindakan yang berlawanan dengan pemerintah, dapat dijerat
dengan pasal ini.

Yesus pun mengalami hal yang sama dari para pemimpin agama Yahudi.
Ketika tindakan-Nya dianggap menentang atau membahayakan otoritas
pemerintahan dan stabilitas pada masa itu, maka dalam sidang
Mahkamah Agama Ia didakwa dengan tuduhan subversif. Ia dijerat
dengan tuduhan menghujat Allah (69-70). Ini dilakukan dengan cara
mengangkat istilah Anak Allah dan Kerajaan Surga yang seringkali
diucapkan Yesus.

Yesus tahu akan hal tersebut. Oleh sebab itu dalam beberapa dialog
yang kita baca di sini, Yesus tidak selalu menjawab apa yang
ditanyakan dengan jelas. Beberapa pertanyaan yang diajukan justru
dijawab Yesus secara abstrak (67, 68, 71). Ini dilakukan Yesus
karena apa pun yang Ia katakan tidak akan dapat dipahami secara
jelas oleh Sidang Mahkamah Agung. Mereka sudah memiliki tujuan
yang jelas, yaitu menjerat Tuhan Yesus ke dalam pelanggaran
sehingga memungkinkan Ia dihukum. Ketika kita mengikuti proses
penangkapan Yesus, hal tersebut telah terlihat sejak penangkapan
awal hingga penganiayaan yang dialami Yesus sebelum sidang
Mahkamah Agama dilaksanakan.

Pada masa kini, berbagai cara digunakan untuk merintangi pemberitaan
Injil. Salah satunya dengan menggunakan jerat hukum dan tata
perundang-undangan. Hukum tidak diletakkan pada koridor yang
sebenarnya, yaitu menegakkan keadilan dan kebenaran, tetapi justru
menjadi legitimasi untuk menghambat pekabaran Injil. Bagaimana
sikap orang Kristen? Cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti
merpati (Mat. 10:16). Dan jangan takut kepada yang dapat membunuh
tubuh, tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa! (Mat. 10:28).

Selasa, 12 April 2011

KESEMPATAN

Tom Bahler jatuh cinta kepada Karen Carpenter. Gayung bersambut.
Dua tahun mereka berpacaran. Namun, belakangan Tom tidak lagi
memandang kehadiran Karen sebagai kesempatan istimewa. Ia tidak
memberi kepastian tentang arah hubungan mereka. Akhirnya, Karen
meninggalkannya. Saat itu baru Tom sadar, kesempatan berharga telah
lewat! Dengan hati remuk, digubahnya lagu berjudul She's out of my
life. "Akhirnya aku belajar sesuatu, " kata Tom, "tetapi semua sudah
terlambat."

Kesempatan bagaikan burung. Jika tidak segera ditangkap, ia pergi
dan tidak kembali. Kesempatan ialah momen yang tepat untuk berbuat
sesuatu. Atau, sebuah situasi di mana Anda lebih mudah untuk berbuat
sesuatu. Menurut Pengkhotbah, "untuk segala sesuatu ada waktunya".
Ada gilirannya. Allah mengizinkan berbagai peristiwa mampir dalam
hidup kita, silih berganti. Di setiap kejadian, ada kesempatan untuk
melakukan apa yang bernilai kekal. Sayang, kita kerap "tidak dapat
menyelami pekerjaan Allah" (ayat 11). Karena terjebak oleh rutinitas
hidup, kita menjalani hidup seperti mesin. Tidak bisa melihat bahwa
dalam tiap rutinitias, ada kesempatan indah untuk berbuat sesuatu.
Akibatnya, momen demi momen lenyap!

Hari ini, saat bertemu seseorang atau menjalani rutinitas,
renungkan: adakah kesempatan bagi saya untuk menyatakan kasih Allah?
Sebuah senyuman atau kalimat pembangkit semangat bisa menyentuh
hidup seseorang. Sikap simpatik dan peduli bisa sangat berarti.
Pakai setiap kesempatan untuk menabur kasih Allah. Anda akan
mengamini: Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya --JTI

HIDUPLAH SEOLAH-OLAH
INI HARI TERAKHIR DALAM HIDUP ANDA!
Pengkotbah 3:1-13

TRANSFORMASI KEHIDUPAN

Ketika masih kecil, kakak saya pernah berteriak histeris karena
seekor ulat daun yang hijau bergaris-garis kuning menempel di
bajunya, meliuk-liuk menjijikkan, sembari bulu-bulunya mengeluarkan
zat yang membuat gatal. Malamnya, ia terbangun mengigau ketakutan
membayangkan tubuhnya dirambati banyak ulat. Namun, keesokan harinya
ia sudah ceria berlari-lari di taman bunga mengejar kupu-kupu yang
berwarna-warni indah. Seakan-akan ia lupa bahwa kupu-kupu cantik itu
berasal dari ulat daun yang gatal dan sangat menjijikkan baginya.
Hanya, ulat jelek itu harus berubah melalui metamorfosa yang
menjadikannya kupu-kupu cantik.

Paulus mengingatkan jemaat di Kolose bahwa kondisi kehidupan lama
mereka sesungguhnya penuh dengan dosa menjijikkan bagai ulat daun
yang mendatangkan murka Allah. Namun, kini hidup mereka telah
ditransformasikan menjadi kehidupan baru bagaikan kupu-kupu cantik.
Maka, Paulus menasihati agar mereka sungguh-sungguh menanggalkan
manusia lama serta kelakuannya, dan mengenakan manusia baru yang
terus-menerus diperbarui agar semakin serupa dengan gambar Sang
Khalik. Yakni mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelembutan, kesabaran, sifat saling mengampuni dan kasih.

Kita pun perlu menguji kembali hidup kita saat ini. Apakah hidup
kita masih dikuasai hawa nafsu daging; yaitu keserakahan,
percabulan, kenajisan, marah, geram, fitnah, kata-kata kotor? Atau,
kita mau memberi diri agar hidup kita ditransformasikan menjadi
kehidupan yang terus-menerus diperbarui setiap hari hingga
memberkati orang lain dan memuliakan Tuhan? --SST

HIDUP BERTUMBUH DALAM KRISTUS BERARTI
HIDUP YANG TERUS BERTRANSFORMASI
Kolose 3:5-17

Sabtu, 09 April 2011

KETIKA ASA PUTUS

Obor blarak merupakan sebuah idiom Jawa yang menggambarkan
semangat yang mudah menyala, tetapi seketika kemudian surut ke titik
nol. Bagai blarak (daun kelapa) yang bila dibakar akan menyala
terang, tetapi sebentar kemudian segera mati.

Kedatangan Musa dan Harun di hadapan Firaun, membuat penguasa Mesir
itu semakin mempersulit tugas para budak (ayat 6). Tak heran orang
Israel marah kepada Musa dan Harun. Akibatnya, mereka "tidak
mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang
berat itu" (ayat 8). Tekanan yang berat membuat orang Israel tak
lagi mampu meyakini janji pembebasan dari Tuhan. Musa sendiri sempat
dihinggapi rasa putus asa karena respons negatif orang Israel
terhadap dirinya (ayat 11). Namun, Tuhan terus menguatkan Musa untuk
menjadi agen pembebasan bagi bangsanya, menjadi sarana teguran bagi
Firaun, sekaligus mendampingi dan mendidik umat Israel yang mudah
putus asa itu (ayat 12). Baik Musa maupun bangsa Israel, tidak
diizinkan Tuhan untuk menjadi seperti "obor blarak".

Tatkala hendak memulai langkah baru, kita kerap berapi-api: bertanya
kepada Tuhan, meminta hikmat-Nya, berdoa, berpuasa, dan sebagainya.
Namun, bila jawaban tak kunjung datang dan malah kesulitan yang
menghadang, kita menjadi kecil hati, patah semangat, dan melupakan
Tuhan. Sikap semacam ini perlu kita waspadai. Jangan mudah menyerah
kalah pada tantangan. Sesungguhnya Tuhan terus ada untuk memimpin
setiap langkah, setiap karya pelayanan kita di rumah tangga, tempat
belajar, tempat kerja, lingkungan masyarakat, dan sebagainya --DKL

KETIKA KEPUTUSASAAN MENGHAMPIRI
PANDANGLAH DIA YANG TAK PERNAH MEMBIARKAN KITA SENDIRI

Keluaran 6:1-12

Bertekun, setia, taat

Bak gayung bersambut, demikianlah keberadaan Yudas Iskariot bagi
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat tidak mendapat cara mudah untuk melenyapkan Yesus
(2), meski terus berupaya. Mereka takut kepada orang banyak.
Mungkin khawatir akan reaksi negatif, yang bisa memudarkan rasa
hormat umat terhadap mereka, selaku pemimpin agama. Suatu rasa
takut yang ganjil sebenarnya, karena sebagai pemimpin agama mereka
bukan takut kepada Allah melainkan kepada manusia.

Maka hasrat yang dimunculkan Iblis di dalam diri Yudas Iskariot,
memberi celah kepada para pemimpin agama untuk melaksanakan
niatnya. Seolah minyak tanah yang disiramkan ke bara, dua pihak
dengan satu hasrat berpadu, bekerja sama, berkolusi,
berkolaborasi. Hasrat yang ditunggangi Iblis tentu saja akan
menghasilkan tindakan-tindakan yang jahat. Tak heranlah bila
kesepakatan itu akhirnya menghasilkan konklusi bahwa Yudas akan
menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
(4-5).

Terlepaskah Yudas dari tanggung jawab atas kesalahannya, karena alasan
bahwa pembunuhan itu didalangi Iblis? Jelas tidak. Keterangan ini
ingin memperlihatkan bahwa Iblislah musuh Tuhan yang sesungguhnya.
Juga betapa destruktifnya seseorang bila ia memberikan kesempatan
kepada si Iblis untuk mengambil tempat dalam hidupnya.

Yudas Iskariot pernah mengikut Yesus. Kala itu ia bersedia
meninggalkan segalanya demi Kristus. Sama seperti murid-murid
Yesus yang lain, dia telah mendengarkan pengajaran Yesus dan
melihat kuasa-Nya melalui mukjizat yang Dia lakukan. Maka
sebenarnya tidak ada alasan untuk kemudian berbalik melawan Yesus,
hingga namanya diingat sepanjang sejarah kekristenan sebagai
pengkhianat. Mungkin saja cinta uang menjadi alasannya
(5-6).Tragis bukan? Ini peringatan keras bagi kita. Jangan
sia-siakan perjalanan panjang yang telah kita lalui bersama Yesus.
Bertekunlah dalam kesetiaan dan ketaatan kita sebab besar upah
yang menanti kita.

Ayat SH: Lukas 22:1-6

Kamis, 07 April 2011

Percaya? Meresponslah dengan tepat!

Sebuah surat kabar pernah memuat kartun lelucon yang menggambarkan
seorang tukang obat penumbuh rambut di pinggir jalan yang
menggembar-gemborkan khasiat obat yang dia jual. Anda tahu apa
yang lucu dari kartun itu? Kepala si tukang obat botak! Kartun ini
memperlihatkan bahwa perkataan si tukang obat tidak dapat
dipercaya karena keberadaan dirinya sama sekali tidak
menggambarkan manfaat obat yang dia beritakan.

Dalam perikop ini, Yesus memberitahukan tentang kedatangan-Nya yang
kedua kali. Dalam bacaan kemarin, kita tahu bahwa akan ada masa
yang diperuntukkan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Namun masa itu
akan diakhiri dengan peristiwa-peristiwa membahayakan yang terjadi
di ruang kosmis. Akibatnya, kecemasan menguasai setiap orang di
bumi ini. Pada saat itu, Anak Manusia akan datang ke bumi dalam
kuasa dan kemuliaan (27). Maka meski orang lain cemas akan situasi
dan kondisi pada saat itu, tetapi saat itu justru menjadi saat
yang melegakan bagi orang beriman. Mengapa? Karena saat itu adalah
saat pembebasan (28), saat iman umat Tuhan digenapi, saat
penggenapan atas jaminan keselamatan mereka. Lalu kapan saat itu
terjadi? Yesus tidak memberi tahu waktunya secara persis. Dia
hanya memberitahu bahwa bila semua tanda-tanda itu telah terlihat,
berarti kedatangan Anak Manusia sudah mencapai saatnya (29-31).

Anda percaya pada perkataan Yesus tentang kedatangan-Nya yang kedua
kali dan tentang tanda-tanda yang mendahului semua itu? Ya,
seharusnyalah demikian karena Dia berbicara dengan otoritas yang
jauh lebih besar daripada otoritas para nabi. Dia berbicara
sebagai Anak Allah yang maha tinggi. Dia menjamin bahwa firman-Nya
abadi dan tidak akan lekang oleh waktu (33).

Bila kita percaya Yesus, tentu kita percaya firman-Nya. Bila kita
percaya firman-Nya, tentu kita akan memberi respons terhadap
firman-Nya itu. Bila Dia berkata bahwa Ia akan datang kelak, maka
respons yang tepat adalah hidup dengan mempersiapkan diri dalam
kekudusan dan ketaatan penuh kepada Dia. Jangan tunda!

MAKNA BEKERJA

Pak Lim, di usianya yang sudah 60-an, bekerja di sebuah hotel
bintang lima di Singapura. Tugasnya memastikan puluhan engsel pintu
di setiap kamar hotel itu berfungsi baik. Itu harus ia lakukan
setiap hari. Padahal ada 600 kamar di situ! Dan, ketika
engsel-engsel pintu di kamar ke-600 selesai dicek, ia harus kembali
ke kamar pertama! Begitu terus-menerus.

Ketika ditanya, apa yang membuatnya tetap teliti dan tak bosan
bekerja, ia mengaku telah menemukan makna di balik pekerjaannya yang
tampak menjemukan. Bahwa setiap tamu hotel bintang lima itu pasti
seorang kepala keluarga atau pimpinan perusahaan yang memiliki
banyak staf. Andai terjadi kebakaran, dan salah satu engsel pintu
tak berfungsi hingga tamu terkunci dan tewas di situ, maka
kerugiannya sangat besar. Tak hanya bagi hotel, tetapi juga bagi
keluarga, perusahaan, dan banyak karyawan yang hidupnya dipengaruhi
oleh peran sang tamu. Jadi, Pak Lim tak sekadar bekerja memeriksa
engsel, tapi menyelamatkan nyawa para kepala keluarga dan pemimpin
perusahaan!

Mari cermati pekerjaan kita. Tak hanya apa yang tampak dari luar,
melainkan makna yang mendasarinya hingga pekerjaan itu penting untuk
dikerjakan. Orang yang tak mengerti makna pekerjaannya bisa merasa
jemu dan sia-sia bekerja (Pengkhotbah 2:11). Akan tetapi, anak-anak
Tuhan perlu memahami makna pekerjaannya. Pertama, Tuhan sendiri
memanggil kita untuk bekerja-bekerja yang halal, bukan yang cemar (1
Tesalonika 4:7). Kedua, Tuhan mau kita menjadi berkat bagi sesama
saudara, melalui pekerjaan kita (ayat 9). Ketiga, Tuhan rindu kita
bersaksi bahwa Tuhan memelihara, karena dengan bekerja kita tak
bergantung kepada orang lain (ayat 12) --AW

TEMUKAN NILAI KEKAL DALAM PEKERJAAN KITA
AGAR SETIAP PEKERJAAN MENJADI BERMAKNA, TAK PERNAH SIA-SIA

Rabu, 06 April 2011

Bebas dari Belenggu Ramalan

Sejak kecil saya (WS) dididik berdasarkan kepercayaan orangtua saya, termasuk memercayai ramalan nasib atau yang sering disebut Khua Mia ataupun Hong Sui. Saya menyaksikan para peramal mengungkapkan dan menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, bahkan menyatakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang pada diri saya. Misalnya, kapan waktunya usaha saya akan menurun, kapan menghadapi masalah, dll.. Ibu saya yang pernah dilarang mengikuti resepsi pernikahan adik saya, karena menurut hasil ramalan, disebutkan tahun 1990 merupakan "Tahun Kuda" -- suami adik saya dilahirkan di Tahun Kuda dan ibu saya juga lahir di Tahun Kuda; menurut ramalan, kalau mereka bertemu maka hal itu akan "Chiong" atau menyebabkan keadaan yang "tidak baik". Pada saat pesta pernikahan dilangsungkan, ibu saya terserang stroke. Kejadian itu membuat saya semakin percaya pada hasil ramalan selanjutnya. Diberitahukan juga bahwa istri saya akan sakit-sakitan, kami akan bercerai, usaha saya akan bangkrut, dan banyak lagi ramalan-ramalan yang serba buruk, hingga membuat kami sekeluarga hidup dalam rasa takut.

Demikian hebatnya ramalan itu membelenggu diri saya, sehingga dalam merekrut para pegawai di perusahaan kami ataupun jika saya ingin mengadakan kontak bisnis dengan seseorang, saya terlebih dahulu berkonsultasi dengan para "ahli spiritual" saya. Apabila para penasihat spiritual tersebut mengatakan bahwa mempekerjakan orang tertentu atau jika melakukan bisnis tertentu tidak baik, maka dengan yakin saya tidak melakukannya. Atau jika ia memberikan petunjuk bahwa melakukan bisnis tertentu baik, maka saya akan segera melakukannya dengan sepenuh hati. Semakin saya terikat di dalamnya, ternyata membuat diri saya semakin merana, menderita, dan membuat ruang lingkup saya semakin tidak bebas -- ada arah-arah dan tempat-tempat yang tidak baik, ada ukuran pintu yang tidak cocok, dst.. Setiap saat saya menaruh perasaan curiga terhadap orang lain, bahkan kepada anggota keluarga sendiri pun harus meneliti jam, hari, bulan, dan tahun kelahirannya dengan cermat. Apabila shionya tidak cocok, maka dapat dipastikan akan terjadi hari buruk, tetapi kalau shionya tepat, maka akan terjadi hari baik.

Ketika pabrik harus dijual untuk membayar hutang agar perusahaan ini kembali berkibar seperti pada keadaan semula, sesuai dengan nasib (mia) atau berdasarkan jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun lahir saya dan istri saya, serta atas anjuran seorang peramal, maka saya diharuskan untuk melakukan bermacam-macam "syarat". Karena kami belum mengenal "Jalan Kebenaran dari Tuhan", maka demi keutuhan keluarga dan usaha, dengan terpaksa istri menyetujui seluruh "syarat-syarat" itu. Tetapi tidak berapa lama setelah saya melakukan "syarat-syarat" tersebut, kenyataan yang saya hadapi bukannya menjadi semakin baik, tetapi sebaliknya -- keluarga dan perusahaan kami semakin hari semakin bertambah parah. Pada suatu hari anak kami yang paling bungsu, Vincent, yang saat itu masih berusia tujuh tahun dan sedang belajar di sekolah Kristen Penabur, telah lebih dulu percaya kepada Yesus. Setiap malam dia selalu mendoakan agar keluarganya hidup dengan rukun.

Tahun 1998, tidak lama setelah peristiwa kerusuhan Mei, ketika saya sedang duduk termenung untuk merencanakan bunuh diri, Vincent datang mendekati saya. Tetapi karena saya masih menyembah berhala, maka ia tidak berani berhadapan muka dengan saya. Ia bertanya apakah ia boleh percaya kepada Yesus dan menjadi orang Kristen? Saya menjawabnya "terserah". Saat itulah pertama kali saya mendengar tentang nama Yesus. Awal tahun 1999, dalam keadaan frustasi, saya berangkat ke Batam dengan menumpang kapal laut. Ketika seorang diri di dalam kamar kapal, yang ada di dalam pikiran saya hanyalah merencanakan penyelesaian seluruh masalah yang sedang saya hadapi dengan cara pintas, yaitu dengan bunuh diri. Sementara pikiran saya di kamar kapal sedang kacau, tiba-tiba melalui pengeras suara yang ada dalam kapal, saya mendengar sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa di dalam kapal ini akan diadakan sebuah pertemuan umat Kristen. Entah kekuatan dari mana datangnya, sehingga mendorong saya untuk melangkahkan kaki dan pergi mengunjungi persekutuan siang hari itu.

Saya menyimak seorang pria yang sedang menceritakan pengalaman hidupnya dan saya terpesona mendengarnya. Ia mantan bintang film asal Hong Kong yang datang untuk memberitakan Tuhan Yesus, yang telah mengubah jalan hidupnya. Karena saya juga menginginkan perubahan seperti yang terjadi pada orang tersebut, akhirnya saya membuka hati untuk menerima Yesus masuk ke dalam hati saya. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah di sepanjang hidup saya. Setelah Yesus masuk ke dalam hati saya, bukan saja telah mengubah hidup yang berputus asa menjadi hidup penuh dengan pengharapan dan damai sejahtera, tetapi setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus, Dia pun juga telah membatalkan keinginan saya untuk mengakhiri hidup dengan meloncat ke laut. Beberapa hari kemudian saya kembali ke Jakarta dengan hati dipenuhi kedamaian. Saya menceritakan seluruh peristiwa perjumpaan saya dengan Yesus di kapal kepada istri saya, saya juga mengatakan bahwa kami sekeluarga akan mengikut Yesus sebagai Tuhan kami. Kami sepakat untuk mematahkan keterikatan kami dengan seluruh kuasa Khua Mia atau ramalan yang pernah membelenggu hidup kami selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

Kasih Yesus yang ajaib telah menolong saya untuk mengumpulkan semua patung-patung dan berhala di dalam satu kardus, dan dengan pertolongan seorang teman, ia telah membuangnya jauh-jauh dari hidup saya. Tuhan telah menggenapi janji-Nya yang mengatakan bahwa: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu". Saya juga menceritakan Tuhan Yesus kepada ibu dan adik-adik saya. Pada tanggal 28 November 1999, ibu dan delapan orang adik saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi mereka. Selain bersekutu lebih dekat kepada Tuhan, kecintaan saya kepada-Nya telah memudarkan keinginan saya terhadap gemerlap dunia ini. Sekalipun sampai sekarang saya selalu berdoa agar gunung persoalan, baik di dalam usaha bisnis maupun pelayanan, disingkirkan dari depan saya agar bisa berjalan mulus, tetapi Tuhan selalu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk melewati gunung-gunung tersebut.

Diambil dari:
Judul buletin: SUARA, Edisi 73, Tahun 2004
Penulis: KM
Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta
Halaman: 18 -- 20

NASIB KELELAWAR

Dalam dongeng Aesop, suatu saat pasukan burung dan pasukan
binatang buas berperang. Kelelawar mengamat-amati. Saat pasukan
burung menang, si kelelawar mengaku-aku dirinya burung. Sebaliknya,
saat pasukan binatang buas berjaya, ia mengaku-aku dirinya binatang
buas. Sayang, muslihatnya ketahuan. Ia pun dibenci, baik oleh burung
maupun oleh binatang buas. Sejak saat itu kelelawar suka
menyembunyikan diri pada siang hari, dan baru keluar untuk mencari
makan pada malam hari.

Dalam peperangan, tidak mungkin kita menjejakkan kaki sekaligus di
atas dua kubu yang berlawanan. Begitu juga dalam mengikut Kristus
Yesus. Mengikuti Kristus berarti meninggalkan segala sesuatu yang
berlawanan dengan Dia. Kita tidak lagi mengejar pemuasan keinginan
pribadi, tetapi memilih untuk menganut kehendak-Nya. Paulus
menyebutnya sebagai "menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan
keinginannya" (ayat 24). Kita tidak dapat mengikuti jalan Tuhan
sekaligus memuaskan hawa nafsu daging. Kristus menuntut pemisahan
yang tegas.

Mengikut Kristus memberi kita kuasa atas dosa dan kedagingan. Bukan
berarti kita tidak akan lagi mengalami pencobaan; sebaliknya,
pencobaan terhadap kita malah akan semakin intensif. Namun, sekarang
kita bukan lagi tanpa daya, melainkan dimampukan untuk menolak dan
melawannya. Dalam Lukas 9:23, Yesus berkata bahwa pengikut-Nya harus
"memikul salibnya setiap hari". Setiap hari kita perlu menyerahkan
kecenderungan untuk berdosa itu kepada Allah. Setiap hari
menyalibkannya, dan dari waktu ke waktu meminta kuasa Roh Kudus
memampukan kita mengatasinya --ARS

KARENA KRISTUS TELAH MEMENANGKAN PEPERANGAN
KITA DIMAMPUKAN UNTUK MENGATASI PENCOBAAN

Segera bertobat!

Berkaitan dengan pertanyaan para murid di ayat 7, Yesus memberitahukan
bahwa kehancuran Yerusalem akan ditandai dengan kedatangan tentara
yang mengepung Yerusalem (20). Musuh akan menduduki Yerusalem dan
mengincar orang Israel. Akibatnya bencana datang dan maut pun
mengancam (23-24). Oleh karena itu, Yesus menyarankan agar
orang-orang yang tinggal di Yerusalem pergi mengungsi demi
keselamatan mereka. Yerusalem akan menjadi tempat yang tidak aman
untuk bermukim karena akan dihancurkan (21). Betapa mengerikan dan
terhina nasib penduduk Yerusalem! Tersingkir dari kotanya sendiri
karena pendudukan tentara musuh.

Mengapa Allah mengizinkan semua itu terjadi atas umat-Nya? Menurut
Yesus, hal itu merupakan penghukuman Ilahi atas ketidaksetiaan
mereka kepada Allah (22). Sebab itu bangsa musuh pun dipakai Allah
sebagai alat penghukuman bagi Israel. Merekalah yang akan
menduduki Yerusalem untuk sementara waktu sampai saatnya tiba,
yaitu saat rencana Tuhan genap (25).

Jika kita ikuti perkembangan kekristenan kemudian, kita dapat
menemukan bahwa peristiwa ini kemudian berdampak pada terbukanya
kesempatan bagi bangsa-bangsa di luar Yahudi untuk mendengar dan
menyambut Injil, berita sukacita yang menyelamatkan orang dari
kegelapan dosa.

Kalau kita mengingat awal pemilihan Allah atas bangsa Israel sampai
kemudian harus tercerai berai sebagai akibat penghukuman terhadap
mereka, maka kita dapat pahami bahwa ketidaktaatan dan perlawanan
terhadap Allah yang terjadi berulang-ulang membuat orang harus
berhadapan dengan murka Allah suatu saat. Kasih dan kebaikan Allah
memang akan memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat.
Namun bila manusia terus menerus keras kepala dan mengeraskan hati
serta menebalkan telinga terhadap peringatan Allah, maka bukan hal
yang mengherankan bila suatu saat orang itu akan menghadapi murka
Allah.

Lalu kapan Anda bertobat? Tunggu murka Allah? Sebaiknya jangan.
Lakukan segera!

Senin, 04 April 2011

PENDIDIK DAN PEMBIDIK

Dulu, sekolah kami mempunyai regu bola voli yang cukup tangguh.
Salah seorang pemain berpostur tinggi dan memiliki pukulan smash
yang tajam dan keras. Melalui tembakan smashnya, tim mengumpulkan
sebagian besar nilai. Dengan cerdik dan kompak, rekan-rekannya
selalu berupaya mengolah bola untuk melempar umpan kepadanya.
Melalui kerja sama seperti itu, angka demi angka diraih.

Injil Lukas ditulis oleh tabib Lukas. Lewat karyanya, ia
menyampaikan pengajaran kepada umat kristiani sezaman. Ia mendidik
umat. Targetnya: orang-orang kaya dan terhormat di kalangan orang
kristiani Yunani. Tak heran, di situ bertaburan cerita, nasihat, dan
contoh tentang bagaimana pengikut Yesus memakai kekayaannya. Namun
agar pesan ini tersampaikan, Lukas "melempar umpan" kepada petinggi
kristiani yang bisa diandalkan untuk "membidik tepat ke sasaran".
Yang berpotensi memperbanyak naskah Injil itu, sekaligus
menyebarkannya kepada teman-temannya. Yakni Teofilus, pejabat yang
punya kedudukan dan kemampuan untuk memainkan peran tersebut. Lukas
menjadi pendidik, Teofilus menjadi pembidik. Dengan kerja sama
mereka, Injil diwartakan sampai ke tujuan.

Dalam pewartaan Injil, kerja sama selalu diperlukan. Salah satunya
pembagian peran yang sesuai, agar hasilnya lebih efektif. Ada yang
mendidik dan mempersiapkan tenaga. Ada yang terjun sebagai pembidik
di lapangan. Ada pengajar, ada penyebar. Ada edukator, ada
komunikator. Ada pencetus gagasan, ada penerus gagasan. Ada pemberi
materi ajaran, ada pemberi fasilitas pengajaran. Keduanya tak boleh
saling meremehkan, justru harus saling menghargai dan melengkapi
untuk memuliakan Tuhan --PAD

DI DALAM PEWARTAAN INJIL
ADA HARMONI ANTARA FUNGSI MENDIDIK DAN MEMBIDIK

Bukan karena jumlah

Pengamatan yang cermat akan memberikan gambaran yang utuh terhadap
sesuatu yang kita lihat. Bacaan kita hari ini menceritakan suatu
peristiwa yang terjadi di Bait Allah.

Setelah sekian lama dan hampir setiap kali Yesus mengajar dan
memberitakan Injil-Nya, di Bait Allah, kali ini Yesus mengamati
orang-orang yang memasukkan persembahan di peti persembahan (1).
Orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka. Kemudian seorang
janda miskin memasukkan juga persembahannya, yang hanya berjumlah
dua peser. Jumlah yang sangat minim bila dibandingkan dengan
persembahan orang-orang kaya. Inilah kemudian yang di komentari
oleh Yesus. Jika dikaitkan dengan perikop sebelumnya,
dicantumkan bahwa ahli-ahli Taurat menelan janda-janda, artinya
mereka tega menekan kehidupan janda-janda yang miskin, tetapi
janda miskin yang berada di Bait Allah itu mempersembahkan apa
yang terbaik yang ia punyai, yaitu seluruh miliknya (4). Ia
memberikan tanpa rasa khawatir akan kehabisan uang untuk membiayai
hidupnya sepulang dari Bait Allah. Sungguh suatu kontras: janda
miskin memberi dari kekurangannya, orang-orang kaya memberi dari
kelebihannya. Janda miskin memberikan seluruh miliknya meski hanya
berjumlah dua peser, orang-orang kaya itu memberikan sebagian
kecil saja dari miliknya, walau jumlahnya lebih besar dari jumlah
persembahan si janda.

Maka Yesus menyorot hati manusia lebih dalam ketika memberikan
persembahan kepada Tuhan. Bagi orang yang berkelimpahan, tentu
tidak sulit memberi dalam jumlah banyak, karena itu masih sebagian
kecil dari milik mereka. Persoalan akan jadi berbeda, ketika orang
hanya memiliki sedikit harta. Apakah masih bersedia memberi dalam
jumlah banyak? Namun tidak tertarik pada jumlah persembahan yang
kita beri. Dia lebih tertarik pada motivasi hati yang mendorong
persembahan tersebut. Mari kita belajar untuk memberi persembahan
tanpa hitung-hitungan, tetapi dengan tulus sebagai ucapan syukur
atas berkat dan pemeliharaan Tuhan.

Jumat, 01 April 2011

SEANDAINYA

Seandainya saya menikah-tentu saya tidak kesepian lagi. Seandainya
gaji saya lebih besar tentu kehidupan keluarga saya lebih harmonis.
Seandainya saya tidak terjebak di kota kecil ini tentu bisnis saya
berjalan lebih lancar. Seandainya istri saya penuh pengertian tentu
saya bisa melayani Tuhan secara lebih leluasa. Seandainya.
Seandainya. Seandainya.

Pernahkah pikiran semacam itu mengerumuni benak Anda? Lumayan
sering, ya? Kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, lebih
bahagia. Dan, kita mengira, jalan untuk mencapainya ialah berubahnya
keadaan atau orang di sekitar kita.

Jemaat di Korintus juga berpikiran demikian. Untuk menjadi orang
kristiani yang lebih baik, orang yang tak bersunat perlu bersunat;
seorang hamba perlu memerdekakan diri; yang melajang perlu menikah.
Bagaimana tanggapan Paulus? Menurutnya, bagi orang yang telah
dipanggil Allah, tidaklah penting keadaan lahiriahnya. Kalau bisa
diubah menjadi lebih baik, mengapa tidak? Namun kalau tetap sama,
tak perlu dipaksakan untuk berubah. Kalaupun malah menjadi lebih
buruk karena kita dianiaya, misalnya itu pun tidak masalah.

Faktor yang paling menentukan ialah kehidupan baru yang
dianugerahkan kepada kita: bahwa sekarang kita "tinggal di hadapan
Allah", hidup bersama dengan Allah. Kebahagiaan hidup kita tidak
lagi ditentukan oleh faktor lahiriah, melainkan oleh faktor
batiniah: hubungan kita dengan Allah. Kita menjadi milik-Nya,
dipanggil untuk mengasihi dan menaati-Nya. Dengan kesadaran ini kita
dapat hidup tenang dan tenteram, bagaimanapun kondisi lahiriah kita,
terbebas dari lingkaran setan "seandainya" --ARS

KEBAHAGIAAN HIDUP BUKAN DITEMUKAN SAAT KITA NYAMAN
MELAINKAN SAAT KITA MELAKUKAN MAUNYA TUHAN

Kekekalan

Banyak pertanyaan-pertanyaan sulit yang kita jumpai dalam kehidupan
ini. Terutama pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan dunia
yang akan datang, yaitu dunia setelah kematian manusia. Suatu
misteri yang sulit diungkap, tetapi pemikiran tentang dunia itu
ada dalam tiap agama di dunia ini.

Dalam rangkaian pelayanan yang hendak diselesaikan Yesus, segolongan
orang Saduki mendatangi Dia dan melontarkan suatu pertanyaan.
Golongan Saduki adalah golongan dari bangsa Yahudi yang tidak
memercayai adanya kebangkitan.

Yesus menjawab mereka dengan memaparkan bahwa kehidupan dunia sekarang
ini berbeda dengan kehidupan dunia yang akan datang, yaitu dunia
setelah kebangkitan. Jika di dunia, anak manusia kawin dan
dikawinkan, tidak demikian dengan dunia kekal. Sebagaimana
pemikiran manusia dalam kehidupan dunia ini tidak boleh disamakan
dengan pemikiran pada dunia setelah kebangkitan. Pemikiran manusia
yang sudah jatuh dalam dosa sangat terbatas dalam dunia sekarang
ini. Jadi bagaimana mungkin dunia yang terbatas memahami
keberadaan dunia kekal? Maka perlu percaya dahulu akan adanya
kebangkitan, baru dapat memikirkannya. Lalu Yesus melanjutkan
bahwa Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub.
Meskipun mereka sudah mati secara fisik, tetapi mereka tetap hidup
di hadapan Allah. Maka sebutan itu tetap ada pada Allah. Mengacu
pada kutipan Musa (Kel. 3), itulah Allah yang sama, yang menjumpai
Musa waktu dipanggil.

Allah yang sama adalah Allah yang disembah oleh kita, orang percaya
yang hidup dizaman ini. Memercayai Allah membuat kita tahu bahwa
ada kehidupan kekal setelah kematian. Kehidupan kekal itu sama
sekali berbeda dengan kehidupan duniawi yang kita hidupi sekarang
ini. Maka jangan terjebak pada filosofi dunia tentang dunia kekal.
Lebih baik percaya terlebih dahulu kepada Kristus yang kekal, maka
kita akan memahami kekekalan dalam pengertian yang benar, karena
Dialah Kekekalan itu sendiri dan dari Dialah kekekalan kita
berasal.