Selasa, 31 Mei 2011

GARANG DAN BAIK


  Dalam novel C.S. Lewis, The Lion, the Witch, and the Wardrobe,   anak-anak Pevensie pertama kali mendengar tentang Aslan saat makan   dengan keluarga berang-berang. Aslan, sang singa, adalah pe-nguasa   Narnia; dimaksudkan sebagai simbol Kristus, Singa dari Yehuda. Bu   Berang-berang berkata, "Kalau ada yang bisa muncul di hadapan Aslan   tanpa lutut gemetar, ia lebih berani dari kebanyakan orang atau   mungkin sekadar bodoh." Mendengar cerita itu, Susan Pevensie   bertanya, "Apakah-apakah aman mendekatinya?" Pak Berang-berang   menjawab, "Aman? Siapa yang menyebut tentang aman? Tentu saja ia   garang. Tetapi ia baik."      Garang, tetapi baik gambaran yang terdengar kontradiktif. Namun,   C.S. Lewis sebenarnya hanya menggemakan keterangan para penulis   Kitab Suci dalam menggambarkan sosok Allah. Mazmur 2, misalnya,   menampilkan sosok Allah Yang Mahakuasa, yang sanggup menghancurkan   para penguasa dunia yang menentang-Nya. Dia tidak dapat didekati   secara sembarangan, tetapi patut disembah selayaknya Raja Agung.   Uniknya, meskipun membangkitkan rasa takut, Allah juga mendatangkan   kebahagiaan. Orang yang berlindung kepada-Nya diberkati, mengalami   kebaikan dan kemurahan-Nya.      Kita cenderung memiliki gambaran yang tidak seimbang tentang Allah,   dan pemazmur mengoreksinya. Apabila ada yang menganggap Allah itu   hanya mengasihi maka ia diingatkan bahwa Allah juga membangkitkan   rasa takut. Apabila ada yang menganggap Allah itu hanya memurkai ia   diingatkan bahwa Allah juga penuh belas kasihan. Kita perlu belajar   menyembah Allah dengan sikap yang patut --ARS            KASIH ALLAH DAN MURKA ALLAH TIDAK DAPAT DIPISAHKAN              ITU DUA SISI DARI PRIBADI-NYA YANG SEMPURNA    Mazmur 2 

Alkitab bagi pertumbuhan iman

Perikop ini mengulangi pengalaman kedua murid yang berjumpa dengan
Tuhan dalam perjalanan ke Emaus, tetapi kali ini dalam skala yang
lebih besar, yaitu kepada murid-murid yang tengah berkumpul di
Yerusalem bersama kesebelas rasul. Tuhan Yesus menunjukkan
bukti-bukti bahwa sungguh Dia sendirilah yang hadir dengan
menyodorkan tangan dan kakinya yang terluka akibat penyaliban. Dia
ingin mereka melihat dan merasakan bukti-bukti itu. Namun Tuhan
tidak berhenti di situ karena mukjizat dan kekaguman tidak pernah
cukup. Dia ingin murid-murid memiliki pemahaman yang benar tentang
Kitab Suci.

Kita bisa bayangkan bahwa adegan yang terjadi di ayat 37-43 terjadi
cukup singkat. Adegan ini lalu diikuti dengan ayat 44-45 yang
terjadi dalam kurun waktu yang jauh lebih panjang. Tuhan
memaparkan kembali semua yang telah Ia ajarkan pada masa sebelum
penyaliban (perhatikan kata "telah" di ayat 44).
Informasi-informasi yang Tuhan paparkan bukanlah hal-hal baru.
Karena sebagai orang Yahudi, murid-murid (kesebelas rasul dan
orang-orang yang ada bersama dengan mereka) telah tahu banyak soal
Kitab Suci mereka. Kitab Suci itu terdiri dari tiga bagian: Hukum
Musa, Kitab Nabi-nabi dan Nyanyian (yang buku pertamanya adalah
Mazmur). Maka yang Tuhan lakukan adalah menaruh
informasi-informasi itu di dalam konteks yang baru dan segar untuk
murid-murid. Jadi ayat 44-45 mengatakan bahwa Tuhan mengajar
murid-murid bagaimana seharusnya mereka memahami Kitab Suci yang
ada pada mereka, yang sekarang kita sebut sebagai Perjanjian Lama.

Pemahaman Alkitab secara menyeluruh, Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, adalah satu hal yang perlu bagi pertumbuhan iman Kristen
yang sehat. Atas dasar pemahaman inilah Tuhan melanjutkan dengan
ringkasan di ayat 46 dan aplikasi dan penugasan kepada murid-murid
di ayat 48-49. Melalui perikop ini kita melihat betapa Tuhan
menaruh bobot yang sangat penting kepada pemahaman Alkitab yang
utuh, bahkan bagi murid-murid yang telah mengenal Dia
bertahun-tahun dan telah melihat mukjizat kebangkitan dengan mata
mereka sendiri.

Lukas 24:36-49

Mengenal Anak "Underachiever"

Pernahkah Anda mendengar istilah "anak underachiever"? Mungkin istilah ini memang cukup asing bagi sebagian dari kita. Namun sebenarnya anak-anak "underachiever" banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Edisi e-Konsel kali ini akan membahas mengenai anak underachiever, mulai dari definisi, ciri-ciri, sampai penyebabnya. Jangan lewatkan juga kolom Tanya Jawab yang akan menambah sekaligus memperlengkapi wawasan Anda sebagai konselor.
CAKRAWALA: ANAK UNDERACHIEVER  Anak "underachiever" adalah anak yang berpotensi (berbakat), namun tidak berprestasi. Beberapa fakta mengenai anak "underachiever" -- berdasarkan hasil penelitian:  1. "Underachiever" di Amerika ternyata jumlahnya cukup banyak, sekitar 10-40 persen dari populasi anak berbakat/istimewa (gifted). Mengapa anak istimewa? Karena penelitian terhadap anak "underachiever" biasanya dilakukan kepada anak istimewa, yang IQ-nya di atas rata-rata.  2. Prestasi yang rendah merupakan gejala dari berbagai masalah pribadi sosial. Artinya, masalah "underachiever" ini sangat kompleks, bisa dari masalah pribadi (kesehatan, psikologis) dan sosial (keluarga, sekolah, teman).  3. Sekolah menjadi prioritas yang terakhir. Bagi anak "underachiever" kegiatan lain yang mereka sukai lebih dominan.  4. Intervensi diri memberi hasil yang lebih efektif. Tanda-tanda kebiasaan buruk anak harus dikenali sejak awal. Misalnya, ia kurang berprestasi. Kalau ditangani sejak dini akan semakin cepat membantunya. Namun, hal itu bukan berarti kalau anak kita sudah besar, tidak ada yang bisa kita lakukan. Masih bisa, hanya butuh kesabaran dan usaha yang ekstra sampai kita menemukan metode yang tepat untuk anak-anak tersebut.  Definisi "underachiever" adalah prestasi akademis anak lebih rendah daripada perkiraan berdasarkan umur, kemampuan, dan potensi. Misalnya anak kelas 2 SD, seharusnya bisa perkalian sampai 10, namun anak itu tidak bisa (berdasarkan perkiraan umur). Berkaitan dengan kemampuan dan potensi, sebagai contoh, kita melihat anak kita pintar bermain suatu permainan (game). Ia dengan sangat cepat menguasai permainan tersebut, tetapi untuk belajar berhitung dan menulis di sekolah, dia lamban sekali. Kita tahu anak kita cerdas, namun tidak menonjol di sekolah.  Ciri-ciri "Underachiever"  1. IQ lebih tinggi daripada prestasi. 2. Prestasi tidak konsisten: kadang bagus, kadang tidak. 3. Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR). 4. Rendah diri. 5. Takut gagal (atau sukses). 6. Takut menghadapi ulangan. 7. Tidak punya inisiatif. 8. Malas, bahkan depresi.  Ada banyak penyebab anak menjadi "underachiever", termasuk lemah belajar (learning disabled). Namun, kali ini saya akan memfokuskan pada satu penyebab, yaitu cara kita membimbing mereka baik di rumah maupun di sekolah dengan memakai metode "one size fits all" (atau dalam ukuran baju disebut free size atau all size). Artinya, anak dipaksa mengikuti sistem yang ada. Misalnya, guru mengatakan bahwa kurikulum sudah demikian, maka anak harus mengikutinya. Lalu apa kata orang tua? Orang tua hanya menurut dan berkata, "Apa yang dikatakan guru sudah bagus. Kamu harus ikut sistem sekolah!" Prestasi anak menjadi rendah, namun tidak pernah terpikirkan bahwa mungkin caranya yang salah, bukan anaknya.  Lalu bagaimana solusinya? Anak-anak "underachiever" butuh kasih sayang yang lebih. Orang tua dan para pendidik perlu menerima anak apa adanya. Untuk mengatasi metode "one size fits all", kita butuh program yang sangat spesifik untuk tiap-tiap anak dalam sistem/kurikulum yang kita susun. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengenali keunikan anak, sehingga kita bisa menciptakan lingkungan yang menjamin kesuksesan bagi tiap anak.   TANYA JAWAB: MEMBANTU ANAK YANG GELISAH SAAT BELAJAR  Mengajar anak-anak yang masih kecil (terkhusus mereka yang masih berada di bangku TK dan SD), merupakan suatu tantangan tersendiri bagi seorang guru. Mengapa demikian? Karena kebanyakan dari mereka cenderung tidak bisa duduk dengan tenang saat belajar, mendengarkan cerita, atau mengerjakan tugas. Mereka tidak bisa duduk dan ingin terus bergerak. Bagaimana seorang guru menyikapi keadaan ini? Simaklah sesi tanya jawab di bawah ini.  Konseli: Saya memiliki seorang murid, sebut saja A. Ia sering gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang saat saya bercerita. Apa yang harus saya lakukan?  Konselor: Beri dia pilihan untuk duduk di lantai atau mengubah posisi dengan hati-hati, asalkan tidak mengganggu anak-anak di sekitarnya. Biarkan dia bertanggung jawab untuk menghubungkan fakta-fakta atau gagasan utama cerita yang Anda sampaikan.  Konseli: Saya ingin murid-murid saya mengerti konsep yang saya ajarkan. Bagaimana saya mengujinya?  Konselor: Biarkan mereka menjelaskan konsep tersebut kepada Anda (atau orang tua, guru, atau teman sekelas) baik secara verbal atau bentuk tulisan.  Konseli: Saya ingin murid-murid saya mengikuti petunjuk-petunjuk saya.  Konselor: Mintalah mereka mengulangi kembali apa yang mereka dengar untuk memeriksa pengertiannya terhadap petunjuk tersebut.  Konseli: Saya ingin A, tidak mengganggu anak-anak lain di sekitarnya. Bagaimana cara saya mendekatinya?  Konselor: Tantang dia untuk memunculkan cara-cara kreatif dalam bergerak tanpa mengganggu siapa pun. Sebagai contoh, dapatkah ia bercerita dengan bercakap-cakap, mencatat, dan menggerakkan kakinya dengan tenang?  Selamat mempraktikkan, semoga berhasil. 

MENAKAR DAN MENGUKUR

Seorang tua sedang merenung. "Dulu saya lahir dari keluarga
miskin. Ketika melihat orang kaya, saya bertanya-tanya mengapa
mereka egois, tidak mau menolong orang miskin memperbaiki masa
depan, bahkan tak jarang malah memandang rendah? Namun, ketika
kemudian saya menjadi kaya setelah bekerja keras, saya merasa orang
miskin itu malas, tak mau berinisiatif, maunya ditolong, iri, dan
tak pernah berterima kasih?" Pak tua itu menggeleng-geleng menyadari
kontradiksi di hati dan perasaannya. Mengapa begini?

Tak jarang dalam hidup ini, kita memiliki standar ganda dalam
"menakar dan mengukur". Kita kerap menilai orang lain dari "takaran"
atau pandangan subjektif kita, dan tak mampu memahami orang lain
dari sudut pandang orang itu. Kita kerap menuntut orang lain
bersikap dan berbuat seperti yang kita mau, padahal kita sendiri
belum tentu melakukan yang sebaliknya. Ketika berbuat salah, kita
tak ingin dihakimi. Sebaliknya, ingin dimaafkan dan dibantu keluar
dari kesalahan. Ketika membeli, kita menginginkan barang yang
berkualitas dengan harga bagus, dan akan sangat marah jika
dibohongi. Ketika susah, kita ingin orang lain menolong.

Apabila kita rindu tidak dihakimi, biarlah kita jangan menghakimi.
Apabila kita rindu dimaafkan ketika bersalah, biarlah kita jangan
menghukum, tetapi mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sebab
ukuran yang kita pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepada kita.
Perhatikan ayat 38 "berilah": pengampunan, maaf, kesabaran,
kebaikan, pengertian, dukungan, kekuatan, kesempatan, pertolongan.
"... dan kamu akan diberi, " demikian sabda Kristus. Mau bukti? Coba
terapkan janji Tuhan ini --SST

JALANI HIDUP SEBAGAIMANA KITA HARAP ORANG LAIN JALANI
MAKA ITU PULALAH YANG AKAN KITA DAPATI

Lukas 6:37-38

Manfaat Kitab Suci

Apakah Anda merasakan manfaat bergaul dengan Alkitab? Bila dibaca
dengan benar dan utuh, firman Tuhan menolong kita mengenal Dia.
Firman Tuhan juga menuntun kita mengarungi perjalanan hidup.

Dalam perjalanan ke Emaus, Yesus 'membawa kedua murid dalam sebuah tur
mengunjungi' kitab-kitab Perjanjian Lama. Lukas tidak mengatakan
bahwa Tuhan mengajarkan hal-hal baru, melainkan memaparkan kembali
hal-hal yang mereka sudah ketahui. Tuhan menerangkan isi Kitab
Suci dan membukakan kebenaran kepada mereka, yang menggugah (32)
dan membuka pikiran mereka (31).

Perhatikan reaksi kedua murid itu berikutnya. Mereka tidak bisa
menahan diri lagi dan malam itu juga mereka segera bergegas
kembali menempuh perjalanan jauh sepanjang 7 mil (11 kilometer).
Bayangkan segala kelelahan mental akibat tiga hari menanggung
beban pikiran yang begitu berat, ditambah kelelahan fisik akibat
menempuh perjalanan jauh. Namun semua itu seolah tak terasa karena
menyadari bahwa Tuhan sungguh hidup dan hadir di depan mereka.
Segala beban dan kepenatan sekonyong-konyong lenyap. Mereka pun
tidak mau menunda-nunda karena ingin segera menyampaikan Kabar
Baik itu kepada murid-murid yang lain.

Dari kisah kedua murid yang Tuhan jumpai dalam perjalanan ke Emaus ini
kita bisa menjumpai kebenaran yang terdapat dalam 2 Timotius 3:16,
bahwa seluruh Kitab Suci berbicara tentang kebenaran Allah dan
seluruh Kitab Suci merujuk kepada Tuhan Yesus serta keselamatan
yang tersedia oleh Dia dan melalui Dia. Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru adalah harta karun yang sama berharganya dan sama
manfaatnya bagi pertumbuhan iman yang sehat serta bagi
perkembangan pemahaman yang utuh akan Tuhan dan karya-Nya.
Pemahaman yang demikian akan melahirkan respons yang kuat, yaitu
kerinduan agar orang lain pun mengenal Tuhan.

Kiranya pembacaan Kitab Suci yang kita lakukan tiap-tiap hari
menghadirkan pengalaman-pengalaman baru bersama Tuhan, yang
menggugah kita untuk menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar
kita.

Lukas 24:28-35

Senin, 30 Mei 2011

TUHAN SUDAH TAHU

Seorang pembuat boneka kayu yang terkenal membuat boneka kayu yang
sangat bagus untuk anak perempuannya. Suatu saat, boneka itu
terjatuh hingga beberapa bagiannya terlepas. Sambil menangis, si
anak membawa boneka itu kepada ayahnya. "Tinggalkan saja bonekamu.
Ayah akan memperbaiki setiap bagian satu per satu." Namun, anaknya
tidak sabar, "Tidak, Ayah. Itu terlalu lama. Ayah hanya perlu
menaruh lem di sini, memaku bagian ini, dan menyambung yang ini". Si
pembuat boneka meminta anaknya bersabar dan memercayakan boneka
rusak itu kepadanya. Sayang, si anak keras kepala dan pergi membawa
boneka rusaknya.

Dalam kisah pencobaan di padang gurun, Iblis berusaha mencobai Yesus
dengan membawa-Nya ke beberapa tempat dan memberitahukan apa yang
harus dilakukan Yesus. Semua yang diberitahukan Iblis memang tampak
masuk akal, tetapi di balik itu semua Iblis ingin Yesus
menyembahnya. Namun, Yesus adalah Tuhan. Dia tidak perlu diberi tahu
apa yang harus Dia lakukan dan apa yang tidak. Sebab, Dia jauh lebih
tahu alasan di balik setiap permintaan kita. Dia tahu kapan dan
bagaimana seharusnya menjawab setiap permintaan.

Mungkin kita kerap berlaku seperti anak perempuan si pembuat boneka.
Kita mendikte Tuhan, apa yang harus Tuhan lakukan untuk mengatasi
masalah kita. Kita tidak mau memercayakan masalah kita pada
cara-Nya. Padahal, sebagaimana pembuat boneka lebih tahu bagaimana
memperbaiki boneka buatannya, Tuhan pasti lebih tahu apa yang kita
butuhkan untuk keluar dari masalah. Berhentilah meniru kebiasaan
iblis yang berusaha mendikte apa yang harus Tuhan lakukan. Dia sudah
tahu --SL

BERHENTILAH MENDIKTE TUHAN
TUHAN PALING TAHU APA YANG KITA PERLUKAN

Matius 4:1-11

Pemahaman yang utuh

Gambaran mental dan kerohanian murid-murid Yesus setelah kematian-Nya
tergambar dalam perikop ini. Sebutan "nabi" bagi Yesus
memperlihatkan pemahaman mereka bahwa Guru mereka memang seorang
yang memiliki kuasa (19). Namun Dia bukan Sang Mesias sebagaimana
yang telah dideklarasikan oleh Petrus (Luk. 9:20). Dia tidak lebih
dari seorang pahlawan yang gugur.

Padahal semula murid-murid berharap bahwa Yesus datang untuk
membebaskan Israel (21). Mereka memandang Dia sebagai sosok Mesias
yang politis. Namun harapan mereka pupus. Tak heran muka mereka
muram (17). Terutama bila membandingkan perkataan Yesus bahwa Ia
akan bangkit pada hari ketiga (bdk. 21).

Meski demikian, sebenarnya berita kebangkitan Yesus sudah sampai di
telinga mereka (22-24). Namun mereka tidak bersukacita. Maka Tuhan
yang sedang berjalan bersama kedua murid itu menghardik mereka
karena lebih mengandalkan pemikiran (21) dan indra (24) daripada
percaya Kitab Suci (25). Tuhan menyebut mereka bodoh dan lamban
hati.

Dalam Perjanjian Lama, orang disebut bodoh bila ia tidak membiarkan
firman Tuhan mempengaruhi sikap hidup dan pemikirannya. Begitulah
tampaknya para murid. Mereka sulit memercayai perkataan para nabi
tentang Mesias yang menderita (24-25), karena telah memiliki
gambaran sendiri. Mereka seolah tidak ingin membiarkan perkataan
para nabi mengacaukan gambaran yang telah ada di dalam benak
mereka sebelumnya. Jika saja para murid memahami dengan benar apa
yang telah dikatakan oleh para nabi, mereka tentu tidak akan
bermuram durja. Maka Yesus menerangkan firman tentang Sang Mesias
secara utuh. Mereka sendiri kemudian memberikan kesaksian bahwa
hati mereka berkobar-kobar (bdk. 32).

Pemahaman yang benar akan Tuhan memang akan mempengaruhi cara pandang
dan sikap hidup kita. Maka kita perlu pemahaman firman yang utuh.
Jangan hanya mempelajari bagian firman yang kita sukai saja. Maka
pupuklah kebiasaan membaca Alkitab setiap hari, agar pikiran kita
dilengkapi oleh kebenaran firman yang utuh.

Lukas 24:13-27

Minggu, 29 Mei 2011

Penyertaan Tuhan

Setiap orang adalah pemimpin. Setuju? Paling sedikit, ia adalah
   pemimpin bagi dirinya sendiri. Ada orang yang dipercaya memimpin
   sebuah perusahaan, lembaga, organisasi, atau bahkan sebuah bangsa.

Daud adalah pemimpin bangsa. Mazmur 18 adalah mazmur syukur karena
   Tuhan menyertai (2-20) dan berlaku adil terhadap (21-30) Daud
   sebagai pribadi, tetapi juga sebagai pemimpin umat Israel (31-51).
   Tuhan mengurapi Daud sebagai raja Israel bahkan takhtanya
   dijanjikan langgeng turun temurun (51).

Sebenarnya pengurapan Daud terjadi jauh sebelum ia naik takhta. Ada
   proses yang panjang dan penuh pergumulan. Pada zaman Saul menjadi
   raja, Daud diurapi. Itulah sebabnya Saul mengejar Daud dan hendak
   membunuh dia, karena dianggap mengancam takhtanya. Luput dari Saul
   tidak berarti persoalan selesai. Ia sendiri kemudian harus
   menghadapi kudeta dari Absalom, putranya sendiri. Maka Daud harus
   mengungsi sebelum pemberontakan Absalom dihancurkan. Bahkan
   menjelang tutup usia, seorang putra Daud yaitu Adonia, merebut
   takhta dengan menobatkan diri menjadi raja menggantikan Daud.

Kalau Daud tetap di takhta dan memerintah Israel dengan berjaya; kalau
   para musuhnya akhirnya kalah dan ditaklukkan; kalau Salomo
   akhirnya menggantikan dia sebagai raja pilihan Allah; semua itu
   semata-mata karena kasih setia Tuhan kepada Daud (51). Maka tidak
   ada kata lain yang keluar dari mulut Daud, hanya syukur, pujian,
   dan sembah (32, 47, 50).

Penyertaan, keadilan, dan kasih setia Allah tidak pernah berubah dulu,
   sekarang, dan selama-lamanya. Daud mengalaminya sehingga ia bisa
   memimpin umatnya, maka hidupnya pun limpah dengan syukur.
   Percayakah Anda bahwa Anda pun dapat mengalami kasih setia Allah
   dalam kapasitas kepemimpinan yang Tuhan percayakan kepada Anda?
   Naikkan syukur kepada Allah di dalam Kristus Yesus yang
   memungkinkan semua itu!

   Mazmur 18:31-51

BUKAN SEKADAR KATA

 Seorang anak kecil tersesat di hutan. Ketika seorang pemburu
 menemukannya, anak itu tampak sedang berdoa. Sambil memeluk anak itu
 si pemburu berkata, "Jangan takut Nak, saya akan mengantarmu pulang
 dengan selamat." Anak itu menjawab, "Saya tidak takut kok, Pak. Saya
 tahu Tuhan akan mengirimkan seseorang untuk menolong saya." Pemburu
 itu heran, "Dari mana kamu tahu? Tadi waktu tiba di sini, saya
 mendengar kamu berdoa tetapi hanya menyebutkan huruf A-B-C-D-E-F-G.
 Apa maksudnya?" tanyanya. "Saya tidak tahu harus berdoa bagaimana,
 Pak. Jadi, saya sebutkan saja semua huruf; dari A sampai Z. Terserah
 Tuhan menyusunkan huruf-huruf itu menjadi doa untuk saya. Tuhan tahu
 yang terbaik, " jawab anak itu polos.



 Doa bukan sekadar kata-kata, tetapi menyangkut hati. Kata-kata doa
 yang bagus, teruntai indah, tidak akan berarti apa-apa jika tidak
 keluar dari hati. Hanya di mulut. Doa seperti itu ibarat buah-buahan
 plastik; bagus kulitnya, indah bentuknya, menyerupai bentuk aslinya,
 tetapi kosong isinya. Sebaliknya doa dengan kata-kata sederhana,
 yang menurut standar manusia tidak bagus, tetapi keluar dari hati
 yang tulus, akan besar sekali artinya.



 Doa yang tidak keluar dari hati adalah doa yang munafik (ayat 5).
 Berdoa bukan untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan Tuhan,
 melainkan untuk pamer diri dan mendapat pujian manusia. Tuhan tidak
 berkenan dengan doa semacam ini. Baiklah kita ingat, bahwa kita
 berdoa kepada Tuhan. Bukan manusia. Sehingga kita akan selalu
 berpatokan pada standar Allah, bukan standar manusia --AYA

              DOA YANG MENURUT KACAMATA MANUSIA BAGUS
          BISA SAJA DARI KACAMATA TUHAN JUSTRU SEBALIKNYA

 Matius 6:5-8

Sabtu, 28 Mei 2011

Percayalah

Di tengah ketidakberimanan Bapak Orang Beriman yang setelah dua puluh
   lima tahun masih saja mengkhawatirkan nyawanya (Kej. 20:11) dan
   jatuh ke dosa yang sama, Tuhan menyatakan kasih setia-Nya dengan
   tetap "memperhatikan Sara". Dalam perjalanan iman selama dua puluh
   lima tahun ternyata Abraham berulang kali menunjukkan sikap kurang
   beriman. Sikap ini menyebabkan mereka membuat dosa yang memalukan
   di hadapan Firaun (Kej. 12:10-20), lalu mengambil keputusan yang
   berbuntut panjang dengan menggunakan Hagar untuk memberikan anak
   (Kej. 16:1-16) hingga berulangnya peristiwa Mesir di hadapan Raja
   Gerar (Kej. 20:1-18).

Baru saja kita membaca sebuah kisah mengenaskan di perikop sebelumnya,
   lalu dalam kontras yang dahsyat perikop yang kita baca hari ini
   menyodorkan kesetiaan Tuhan atas janjinya, kendati Abraham dan
   Sara berulang kali memilih untuk memakai cara mereka sendiri.
   Dalam ayat 1 saja, dua kali ditekankan kesetiaan dan konsistensi
   Tuhan, "seperti yang difirmankan-Nya" dan "seperti yang
   dijanjikan-Nya." Maka Sara pun mengandung "pada waktu yang
   ditetapkan, sesuai dengan firman Allah."

Abraham dan Sara melakukan berbagai upaya dalam keterbatasan pemahaman
   mereka, tetapi pada akhirnya rencana Tuhanlah yang terjadi sesuai
   kedaulatan-Nya. Ishak dilahirkan sebagai anak perjanjian. Berbeda
   dengan kelahiran Ismael yang membawa dukacita, kelahiran Ishak
   justru membawa tawa yang dahsyat (6, "Allah sudah membuatkan tawa
   untukku"), suatu tanda sukacita yang besar baik bagi Sara maupun
   bagi orang-orang di sekitarnya. Berbeda dengan tawa Abraham yang
   menyiratkan olokan (Kej. 17:17), tawa Sara adalah tawa sukacita
   atas janji yang telah dipenuhi. Ishak pun disunat pada hari
   kedelapan, sebagai tanda bahwa ia adalah bagian dari umat
   perjanjian.

Gelombang hidup terkadang membuat kita kehilangan arah dan fokus.
   Namun Tuhan setia. Ia menepati janji-Nya pada waktunya. Percayalah
   dan kita akan terkejut melihat betapa dahsyat janji dan firman
   Tuhan.

   Kejadian 21:1-7

TEKUN MENAHAN TEKANAN

 Tekun itu banyak gunanya. Kita kerap mendengar nasihat orangtua:
 "Tekunlah belajar ..." atau "Tekunlah dalam mengerjakan sesuatu
 ...." Dengan ketekunan, hasil dalam pekerjaan dan belajar bisa
 dicapai dengan baik. Dan, tekun harus dimulai dan dilatih dari
 sesuatu yang kecil.



 Ketekunan juga berguna dalam hidup sebagai orang percaya, sebab ada
 banyak tekanan yang muncul sebagai konsekuensi dari iman yang kita
 miliki. Yakobus bahkan memberi anjuran agar umat Tuhan tidak hanya
 tekun bekerja, tetapi juga tekun dalam menderita. Ini bukan berarti
 umat diminta memilih jalan penderitaan dan karenanya mencari
 penderitaan. Bukan! Maksudnya, agar tatkala menghadapi penderitaan,
 umat Tuhan tidak menjadi patah semangat. Bahkan, penderitaan yang
 dihadapi dan disikapi secara kristiani akan menghasilkan kesaksian
 yang menguatkan banyak orang. Orang akan melihat dan belajar
 bagaimana kita menghadapi, berjuang, jatuh bangun, dan menang atas
 penderitaan. Sudah banyak tokoh iman yang membuktikan bahwa
 ketekunan dalam menghadapi penderitaan setidaknya menghasilkan dua
 hal: kehidupan rohani yang semakin tangguh dan keteladanan yang
 memberkati hidup orang lain khususnya yang menyaksikan pergulatan
 kita dengan penderitaan itu (ayat 11).



 Apakah Anda sedang menderita mungkin dalam karier, atau studi, atau
 keluarga demi iman Anda? Jika ya, ingatlah bahwa Anda sedang berada
 di jalan yang sama dengan para nabi yang "telah berbicara demi nama
 Tuhan" (ayat 10). Ketekunan Anda dalam mengelola penderitaan akan
 menjadi berkat bagi diri sendiri dan sesama --DKL

                      HIDUP KITA YANG BERTEKUN
              ADALAH ALAT YANG DAHSYAT DI TANGAN ALLAH

 Yakobus 5:7-11

Jumat, 27 Mei 2011

Hubungan dengan Tuhan

Perikop yang kita baca ini menyodorkan dua tokoh yang memainkan
   peranan yang tak terduga. Abraham yang disebut "seorang nabi"
   ternyata berbohong, melacurkan istrinya (2), dan berupaya
   merasionalisasi kebohongannya (11-13). Sementara Abimelekh
   dikatakan telah bertindak "dengan hati yang tulus dan dengan
   tangan yang suci." Setelah 25 tahun, rupanya Abraham tetap belum
   belajar dari kesalahannya yang lalu (bdk. Kej. 12:10-20). Ia
   mengulangi kesalahan yang sama. Karena kekhawatiran akan nyawanya
   sendiri (11), ia tega berbohong dan hampir melacurkan istri yang
   telah puluhan tahun dia nikahi. Kesalahan Abraham ini kemudian
   menjadi jerat bagi Abimelekh dan bangsanya sehingga tanpa sengaja
   mereka berbuat salah.

Bagaimana respons Tuhan? Tuhan mencegah Abimelekh "berbuat dosa" (6).
   Ia tidak membiarkan Abimelekh mendekati Sara. Namun karena
   Abimelekh telah melakukan sebuah tindakan ofensif terhadap Tuhan
   maka ia perlu minta pengampunan dari Tuhan.

Menarik bahwa Tuhan menyuruh Abimelekh mengembalikan Sara kepada
   Abraham dan meminta Abraham berdoa bagi dia. Pada masa itu
   dibutuhkan perantaraan nabi (artinya: "juru bicara") untuk berdoa
   kepada Tuhan. Abraham adalah seorang nabi. Kendati dia berdosa,
   dosanya tidak lantas meniadakan peran kenabiannya. Bahkan
   Abimelekh yang terjerat dosa perlu meminta Abraham berdoa untuk
   keselamatan diri dan bangsanya.

Hubungan Abraham dengan Tuhan adalah hubungan yang permanen, melampaui
   keberdosaan Abraham. Bila kita terjatuh ke dalam dosa walau sudah
   punya hubungan pribadi dengan Tuhan, jangan ragu untuk kembali
   kepada Tuhan. Dia tidak membuang kita. Sebaliknya, kalau seperti
   Abimelekh yang belum memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan,
   ingatlah bahwa ketidakberdosaan Anda tidaklah cukup untuk
   menghampiri Tuhan. Tidak ada orang yang memiliki "tangan yang
   suci" (5-6). Standar kita bukanlah standar Tuhan. Maka izinkan
   Tuhan menjamah hidup Anda.

   Kejadian 20:1-18

BAANA DAN REKHAB

 Baana dan Rekhab adalah dua kepala gerombolan yang berpihak atau
 bekerja kepada Isyboset, anak dari Raja Saul. Kepala gerombolan
 adalah seorang perwira yang memimpin sebuah pasukan. Sebagai
 pemimpin pasukan, tentunya mereka adalah orang-orang yang terikat
 dengan sumpah untuk terus setia sebagai prajurit Saul. Namun, tidak
 demikian dengan Baana dan Rekhab. Ketika mereka melihat posisi
 keluarga Saul semakin melemah dengan tewasnya sang jenderal, yaitu
 Abner, mereka menilai bahwa posisi untuk tetap setia kepada keluarga
 Saul, tidaklah menguntungkan. Itu sebabnya mereka mulai
 mempertimbangkan untuk beralih menjadi pengikut Daud.



 Dengan konsep berpikir untung dan rugi, maka mulailah Baana dan
 Rekhab merancang sebuah rencana untuk membunuh Isyboset dengan
 maksud agar mereka dianggap berjasa oleh Daud. Akan tetapi, apa yang
 mereka pikirkan ternyata meleset. Apa yang tadinya mereka anggap
 sebagai keuntungan, ternyata menghasilkan celaka bagi mereka. Daud
 marah dan menganggap mereka berdua melakukan kesalahan besar dengan
 membunuh Isyboset sehingga akhirnya mereka berdua dibunuh karena apa
 yang telah mereka perbuat.



 Melihat sebuah peluang dalam kehidupan dengan pola pikir untung dan
 rugi, tidak sepenuhnya salah. Akan tetapi, apabila tidak
 berhati-hati, kita bisa terseret pada pemikiran pragmatis ekstrem
 dengan menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan. Oleh sebab
 itu, Amsal menasihatkan agar kita tetap menempuh jalan orang baik
 dan jalan yang benar. Supaya kita tidak terjatuh kepada dosa hanya
 karena mengejar keuntungan --RY

               KESETIAAN AKAN MENDATANGKAN PENGABDIAN
                    BAHKAN DALAM SEGALA KEADAAN

 2 Samuel 4

Kamis, 26 Mei 2011

Akhir yang menyedihkan

Alkitab menunjukkan bahwa tidak semua umat Allah akan masuk ke dalam
   Kerajaan Sorga (bdk. Mat. 7:21-23), karena memang tidak semua umat
   Allah sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan (bdk. dengan istilah
   "Kristen KTP"). Generasi pertama yang keluar dari Mesir misalnya
   adalah generasi yang secara umum tidak beriman (bdk. Bil. 14:11),
   dan karenanya Allah bersumpah bahwa mereka tidak akan masuk ke
   dalam perhentian Allah (Mzm. 95:8-11).

Sayang, umat yang sungguh-sungguh beriman juga belum tentu dapat
   menyelesaikan hidup ini dengan baik. Lot adalah contoh orang benar
   yang tidak menyelesaikan pertandingannya dengan baik. Petrus
   berkata bahwa Lot adalah orang benar (2Ptr. 2:6-8), tetapi nas
   kita menunjukkan catatan terakhir mengenai Lot, yaitu ia tidak
   mempunyai pengaruh positif bagi masyarakat Sodom, bahkan bagi
   keluarganya sendiri.

Semua orang kota Sodom menghina Lot ketika ia mencoba mencegah mereka
   menganiaya tamunya (9). Kedua calon menantunya juga menganggap dia
   berolok-olok (14), istrinya tidak rela meninggalkan harta mereka
   (26), dan dalam catatan terakhir mengenai Lot, kedua puterinya
   membuat Lot mabuk supaya mereka dapat tidur dengan ayah mereka
   untuk mendapatkan keturunan (31-35) yang kelak menjadi dua bangsa
   yang tidak mengenal Tuhan, yaitu Moab dan Amon (35-38). Kedua
   bangsa ini tidak mau bersahabat, bahkan selalu menjadi musuh bagi
   bangsa Israel, bangsa sepupu mereka.

Orang benar adalah garam dan terang yang seharusnya memberikan
   pengaruh yang positif, menerangi dunia yang penuh kegelapan ini,
   di mana pun ia berada. Orang benar yang tidak berfungsi
   sebagaimana mestinya menjadi tidak berguna selain dibuang dan
   diinjak orang (Mat. 5:13). Sayang tidak semua orang benar
   menjalankan hidup sesuai panggilannya hingga dapat mengakhiri
   hidup dengan benar. Karena itu marilah kita terus mengingat dan
   melakukan apa yang Paulus katakan "Tetaplah kerjakan keselamatanmu
   dengan takut dan gentar" (Flp. 2:12) supaya kita dapat seperti
   Paulus, mengakhiri pertandingan kita dengan baik (2Tim. 4:7).

   Kejadian 19:30-38

EZRA

 Tujuh puluh tahun setelah rombongan pertama bangsa Israel kembali
 dari pembuangan Babel ke Yerusalem, Ezra turut kembali dari
 pembuangan. Ezra adalah seorang dari garis keturunan Harun, yang
 telah dididik untuk menjadi imam. Ia adalah seorang yang banyak
 belajar dari tulisan-tulisan orang bijak Media Persia,
 tulisan-tulisan para nabi dan raja, dan teristimewa dari Taurat
 Tuhan yang diberikan melalui Musa. Dari semua itu, ia berusaha
 memahami, mengapa Tuhan sampai menghukum bangsanya dengan
 pembuangan. Dan, ketika ia sudah mengetahui kehendak Tuhan, serta
 apa yang berkenan kepada-Nya, ia bertekad mengajarkannya kepada kaum
 sebangsanya, agar mereka bertobat (ayat 10).



 Tuhan pun membukakan jalannya untuk kembali, yakni melalui perkenan
 raja Artahsasta (ayat 6). Tuhan melindunginya dalam perjalanan
 berbulan-bulan yang harus ia tempuh (ayat 9). Dan, sesampai di
 Yerusalem, Ezra sungguh memberi dirinya untuk menyampaikan
 kebenaran; ia berdoa memohonkan ampun atas dosa-dosa umat (Ezra 9).
 Ia juga menegur umat dan meminta mereka kembali pada jalan Tuhan
 khususnya dalam hal perkawinan campuran yang mereka lakukan dengan
 wanita-wanita dari bangsa asing (Ezra 10).



 Mempelajari dan memahami firman Tuhan, itu satu hal. Namun,
 membagikannya agar orang lain juga mengerti dan turut melakukan
 firman Tuhan, adalah hal lain. Ezra tak hanya ingin menjadi ahli
 Taurat. Ia tak menyimpan pengetahuannya untuk kepentingan sendiri.
 Ia membagikan pengertian yang ia peroleh kepada umat Tuhan, karena
 ia rindu mereka kembali hidup dalam rancangan Tuhan. Maukah kita
 mengikuti jejaknya? --AW

          PELAJARI FIRMAN TUHAN AGAR HIDUP KITA BERTUMBUH
         TERUSKAN KEPADA SESAMA AGAR MEREKA TURUT BERTUMBUH

 Ezra 7:1-10

Selasa, 24 Mei 2011

Allah mengasihi umat-Nya

Allah kita adalah Allah yang adil dalam menghakimi dosa seperti yang
   digambarkan oleh pernyataan bahwa Allah akan turun untuk melihat
   kejahatan Sodom sebelum menjatuhkan hukuman (Kej. 18:21). Selain
   adil, Allah juga penuh anugerah dan dalam murka-Nya Ia tetap
   mengingat kasih sayang kepada orang-orang yang Dia kasihi.

Nas hari ini menunjukkan bahwa dalam anugerah-Nya, Allah berinisiatif
   untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. Ini jelas merupakan
   kemurahan Allah karena dalam negosiasi-Nya dengan Abraham, Ia
   tidak menyatakan bahwa sebelum menghancurkan Sodom, orang benar
   perlu diselamatkan. Dalam kota tersebut hanya Lot dan mungkin
   kedua anak perempuannya yang dapat dikategorikan sebagai orang
   benar, sehingga kurang dari sepuluh orang benar yang menjadi
   persyaratan agar Sodom tidak dihancurkan (Kej. 18:32).

Lot tidak memiliki pengaruh apa pun di Sodom. Ia pun tidak berkuasa
   membujuk kedua calon menantunya untuk melarikan diri bersama dia.
   Istrinya pun menjadi tiang garam karena tak rela meninggalkan
   Sodom (14, 26). Bahkan Lot pun seperti tidak rela meninggalkan
   Sodom sehingga malaikat harus menarik tangannya dan keluarganya
   untuk meninggalkan Sodom (16). Bukan hanya enggan melepaskan
   hartanya, Lot juga terus memikirkan kenyamanan dirinya sehingga
   ketika disuruh untuk lari ke pegunungan (17), ia meminta supaya ia
   boleh lari ke kota yang dekat saja (20). Kita melihat bahwa
   kesabaran Tuhan sungguh luar biasa dalam menghadapi Lot yang masih
   memikirkan harta dunia dan kenyamanan. Tuhan tetap memberikan
   pertolongan dan kasih karunia-Nya.

Sungguh Allah kita berlimpah dalam kasih karunia dan kesabaran yang
   begitu berlimpah. Begitu besar kasih-Nya sehingga dalam murka-Nya
   pun Ia selalu mengingat umat-Nya. Oleh karena itu, jika Allah
   sedang mendisiplinkan kita karena kesalahan kita, janganlah takut
   untuk memohon ampun dan anugerah-Nya karena dalam murka-Nya pun,
   Ia mengingat kita dengan kasih sayang (bdk. Hab. 3:2).

MALAIKAT

 Beberapa tahun silam, ketika saya dan istri membawa putra kami
 berobat, pencuri masuk ke rumah kami. Laptop saya dicuri. Namun,
 saya tidak begitu sedih bahkan saya bersyukur kepada Tuhan. Sebab
 hanya laptop yang dicuri, sementara putri kami yang saat itu ada di
 rumah bersama pengasuhnya tidak mengalami kejadian buruk apa pun.
 Padahal si pencuri sempat ke kamarnya, sebab terlihat sidik jari si
 pencuri di tirai jendela. Puji Tuhan, saat itu putri kami sedang
 tidak di kamar. Tak seperti biasa, ia terus bermain di lantai bawah
 sampai kami pulang. Kala si pencuri beroperasi, seperti ada yang
 "menahannya" untuk tidak ke loteng dan masuk ke kamar.



 Mazmur 91 adalah sebuah madah kepercayaan, tentang perlindungan
 Tuhan bagi orang yang "hatinya melekat kepada-Ku" (ayat 14). Dan,
 perlindungan itu dipercayakan Tuhan kepada para utusan yang dinamai:
 malaikat (ayat 11). Malaikatlah yang melindungi Sadrakh, Mesakh, dan
 Abednego di perapian yang menyala-nyala (Daniel 3:23-25). Para
 malaikatlah yang membentengi Elisa di Dotan (2 Raja-raja 6:13-17).
 Malaikatlah yang menjumpai Yosua menjelang penaklukan atas Yerikho
 (Yosua 5:13-15). Malaikat pulalah yang membebaskan Petrus dari
 penjara (Kisah Para Rasul 12:7-10).



 Kita semua bertanggung jawab menjaga diri sendiri. Akan tetapi, ada
 kalanya kita tak mampu melakukannya sendiri. Pada saat seperti itu,
 tak jarang Tuhan menghadirkan "penjaga" yang diutus untuk menolong
 kita. Setelah saat kritis lewat, ia pergi. Kehidupan berlanjut. Kita
 pun kembali bertanggung jawab menjaga diri. Anda punya pengalaman
 serupa kisah saya di atas? Saya yakin, "penjaga" itu adalah
 malaikat-Nya! --PAD

   PADA SITUASI BIASA KITA DIBERI KITA HIKMAT UNTUK MENJAGA DIRI
      PADA KONDISI LUAR BIASA TAK JARANG DIA UTUS MALAIKAT-NYA

 Mazmur 91:9-16

Orang benar di tengah orang fasik

Secara logika seharusnya orang benar jangan hidup bersama-sama dengan
   orang fasik (bdk. Mzm. 1:1). Kenyataannya, daya pikat dunia dan
   kehidupan orang fasik begitu menarik sehingga banyak orang benar
   yang tertarik untuk bergaul dengan mereka. Padahal seharusnya
   orang benar tidak tahan dengan kejahatan yang mereka lihat setiap
   hari.

Lot adalah orang benar yang hidup di tengah orang fasik, walaupun
   jiwanya tersiksa (2Ptr. 2:6-8). Nas kita dimulai dengan informasi
   tentang Lot yang duduk di pintu gerbang Sodom. Dalam dunia kuno,
   kota dikelilingi oleh tembok sehingga ada pintu gerbang. Itu
   adalah tempat yang paling penting di kota karena semua transaksi
   biasanya dilakukan di situ. Para penatua juga duduk di situ. Bila
   Lot duduk di situ berarti ia sudah menjadi bagian dalam kehidupan
   Sodom.

Saat Lot melihat dua orang asing datang, ia sujud kepada mereka dengan
   mukanya sampai ke tanah (bdk. Kej. 18:2). Ia memohon supaya mereka
   mau menginap di rumahnya. Dalam dunia kuno, orang wajib
   menyediakan tempat bermalam bagi para musafir, keselamatan
   orang-orang asing tersebut sangat tergantung kepada keramahan
   penduduk setempat. Undangan Lot agar orang asing tersebut menginap
   di rumahnya dan meninggalkan kota sampai pagi bertujuan supaya
   orang Sodom tidak mengetahui kedatangan mereka (2).

Namun orang Sodom sempat tahu dan memaksa Lot menyerahkan kedua orang
   itu. Sayangnya Lot tidak memiliki pengaruh di Sodom sehingga ia
   pun dihina saat mencoba melindungi tamunya (9). Kedua orang yang
   adalah malaikat itu lalu membutakan mata semua orang hingga mereka
   berdua pun selamat (10-11).

Kehidupan orang benar di tengah orang fasik adalah dilema yang banyak
   dihadapi orang percaya. Memang baik jika orang benar memberikan
   pengaruh positif di lingkungannya. Namun bila situasi sekitar
   begitu kuat dipengaruhi dosa, jangan sampai terbawa kefasikan
   mereka. Bila membahayakan, kita harus minta pimpinan Tuhan tentang
   apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya.

   Kejadian 19:1-11

AYAH TERHEBAT

 Dick dan Rick Hoyt adalah ayah dan anak yang mengagumkan. Rick
 Hoyt adalah penyandang cacat cerebral palsy tak dapat berbicara atau
 berjalan. Namun ketika ia berkeinginan untuk ikut triatlon, Dick
 ayahnya rela berlari mendorong kereta beserta Rick di atasnya,
 berenang melintasi samudra sambil menarik perahu dengan Rick di
 dalamnya, dan mengayuh sepeda tandem dengan Rick di bagian depan.
 Dick susah-payah melakukannya bukan untuk menjadi pemenang,
 melainkan untuk menunjukkan cintanya yang besar kepada putranya.
 Walau Rick memiliki keterbatasan, sang ayah tak membatasi kasihnya.



 Dalam bacaan hari ini kita juga diingatkan akan kasih Allah yang
 besar kepada bangsa Israel, bangsa yang dipilih Tuhan untuk menjadi
 umat kesayangan-Nya. Bukan karena kehebatan maupun jumlahnya,
 melainkan semata-mata karena Allah mengasihi bangsa yang kerap
 bertegar tengkuk ini. Dia menuntun mereka keluar dari tanah Mesir,
 menolong mereka menaklukkan setiap musuh, dan memelihara mereka
 secara ajaib dari hari ke hari, sampai mereka masuk ke tanah
 perjanjian.



 Siapakah kita ini sehingga Allah begitu mengasihi kita tanpa
 memandang dosa kita sebagai cacat? Bahkan, dalam keadaan kita yang
 berdosa pun, Dia menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan
 mengurbankan Putra-Nya untuk mengangkat kita dari kubangan dosa dan
 memberi kita hidup berkemenangan. Dia sungguh adalah Ayah terhebat
 yang mau memberi segala yang terbaik bagi kita. Apabila begitu besar
 kasih dari Ayah terhebat kita itu, adakah kita perlu merasa gentar
 menjalani hidup ini? --SR

                     TAK PERLU GENTAR MELANGKAH
                 KARENA KASIH ALLAH SELALU MENOPANG

 Ulangan 7:1-11

Minggu, 22 Mei 2011

DIANGGAP BAIK

Penelitian selama 25 tahun di Universitas Tel Aviv mendapati bahwa
kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh pengharapan orang lain
atas kinerjanya. Dalam satu percobaan, manajer sebuah kantor cabang
bank dibagi dua. Kelompok A diberi tahu bahwa karyawan mereka luar
biasa; kelompok B tidak diberi tahu apa-apa tentang potensi karyawan
mereka. Sebenarnya potensi kedua kelompok karyawan itu sama.
Nyatanya, manajer kelompok A membuahkan hasil yang lebih bagus, baik
dari laba maupun kesuksesan ekonomis secara menyeluruh. Hal serupa
ditemukan juga di sekolah, kalangan militer, dan berbagai badan
sosial lain.

Pengharapan yang baik mengandung daya ubah yang luar biasa. Prinsip
itu bersumber dari Allah sendiri, seperti yang dapat kita pelajari
ketika Dia "mengubah" bangsa Israel yang dibuang ke Babel. Pertama,
Dia "menganggap" mereka seperti buah ara yang bagus (ayat 5). Mereka
tidak baik, tetapi Dia menganggap mereka baik dan memperlakukan
mereka dengan baik (bandingkan dengan Roma 4:5). Sesudah itu, Dia
"memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku" (ayat 7). Dia
mengubahkan hati mereka sehingga mereka menjadi umat Allah yang
sungguh-sungguh. Bukankah itu anugerah pembenaran dan kelahiran
kembali?

Lalu, bagaimana menerapkannya secara horisontal? Kita ingin anak,
murid, karyawan, dan tetangga kita semua baik, tetapi bisa jadi
mereka menjengkelkan. Maukah kita lebih dulu mengasihi mereka,
mengharapkan yang terbaik dari mereka (1 Korintus 13:5), menganggap
mereka baik, dan memperlakukan mereka dengan baik? --ARS

HAL-HAL YANG TIDAK INDAH PERLU DIKASIHI SUNGGUH-SUNGGUH
SEBELUM BERUBAH INDAH DAN MENAWAN HATI-G.K. CHESTERTON

Yeremia 24

Dilatih Allah

Panggilan Allah bukan berarti umat-Nya secara otomatis menjadi seperti
yang dikehendaki Allah. Setelah Allah memanggil kita, maka Allah
akan membentuk dan mengasah kita supaya kita semakin mendekati
tujuan panggilan kita. Demikianlah dalam nas hari ini kita melihat
Allah melatih Abram yang telah diubah namanya menjadi Abraham
(bapak bangsa bangsa, Kej. 17:4-5), supaya hidupnya semakin
mencerminkan panggilannya sebagai bapak bangsa-bangsa.

Telah tiga kali Abraham mendapat kesempatan untuk berbicara kepada
Tuhan, dan setiap kali Abraham hanya memikirkan tentang dirinya
dan keturunannya (bdk. Kej. 15:2-3, 8; 17:18). Karena itu dengan
sengaja Allah memutuskan untuk memberitahu Abraham tentang
rencana-Nya menghancurkan kota Sodom (17). Alasan Allah
memberitahu Abraham adalah karena Ia telah memilih Abraham untuk
menjadi berkat bagi segala bangsa (18-19). Allah ingin Abraham
dilatih menjadi seperti panggilannya, yaitu bapak bagi
bangsa-bangsa.

Ternyata Abraham memang berdoa, bahkan bernegosiasi dengan Tuhan untuk
menyelamatkan Sodom. Ia memberanikan diri untuk meminta Tuhan
tidak menghancurkan Sodom jika ada lima puluh orang benar. Sampai
akhirnya Allah menyetujui bahwa jika ada sepuluh orang benar,
Sodom tidak akan dihancurkan. Terlihat bahwa Allah sudah memiliki
rencana sendiri dalam menyelamatkan Lot, kerena jika Allah hanya
mengikuti apa yang diminta Abraham, Lot pasti akan binasa bersama
Sodom karena tidak ada sepuluh orang benar di Sodom. Jelas sekali
tujuan Allah melatih Abraham adalah untuk memfungsikan dirinya
sebagai pendoa bagi bangsa-bangsa. Setelah peristiwa ini lewat,
untuk pertama kalinya Allah menyebut Abraham sebagai "nabi" (Kej.
20:7) karena Abraham telah terlatih untuk menjadi pendoa bagi
bangsa-bangsa lain.

Kita perlu menyadari bahwa Allah terus melatih kita dengan tujuan
membentuk kita agar sesuai dengan panggilannya bagi kita. Maka
kita perlu belajar peka terhadap setiap bentuk pelatihan dari
Tuhan. Jangan sia-siakan setiap kesempatan yang Tuhan berikan
dengan menaati kehendak-Nya.

Kejadian 18:16-33

Keadilan Tuhan

Sepintas bagian ini seperti jawaban terhadap pertanyaan di Mazmur
   15:1, "... siapakah yang boleh menumpang di kemah Tuhan dan diam
   di gunung-Nya yang kudus...?" Apa yang diungkap oleh bagian ini
   adalah pernyataan pemazmur akan hidupnya yang sesuai dengan firman
   Tuhan (22-24).

Bila dilepas dari konteksnya, ayat-ayat ini mengesankan kesombongan
   penulisnya. Dua kali pemazmur mengatakan bahwa Tuhan memperlakukan
   atau membalas dia sesuai dengan kebenarannya (21, 25). Sebenarnya
   bagian ini adalah respons pemazmur terhadap panggilan pertobatan
   yang didengungkan nabi kepada umat Tuhan: "...bilamana kamu
   mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, ..." (2Taw. 15:2). Daud
   pernah mengalami ini. Saat ia jatuh ke dalam dosa perzinaan lalu
   ditegur oleh Natan, maka respons spontan Daud adalah mengakui
   dosanya dan bertobat. Natan mewakili Allah langsung menyatakan,
   "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati" (2Sam.
   12:13). Bila Tuhan sudah mengampuni dosa yang diakui dengan tulus,
   yang disertai wujud nyata menjauhi kenajisan dan menaati hukum
   Tuhan maka di hadapan-Nya orang tersebut adalah orang yang
   berkenan kepada-Nya. Itulah yang diungkap pemazmur di bagian ini.
   Itulah juga hakikat keadilan Tuhan (26-28). Maka di mazmur ini
   keberanian pemazmur bukanlah kecongkakan melainkan kesadaran akan
   anugerah Allah atas dirinya (29-30).

Anak Tuhan sejati memiliki keberanian percaya bahwa hidup yang sudah
   ditebus oleh Kristus adalah benar di hadapan Bapa. Apa pun tuduhan
   kepada dia, ia tahu bahwa dirinya milik Allah. Roh Kudus di
   dalamnya bersaksi bahwa dia anak Allah (Rm. 8:16). Dengan
   keyakinan itu, anak Tuhan akan bertindak penuh keberanian
   menentang musuh. Hidupnya menjadi pembuktian bahwa ia benar milik
   Tuhan, yaitu dengan menjalani hidup yang kudus dan menjauhi segala
   kejahatan!

   Mazmur 18:21-30

SELALU INGAT AKAN RAHMAT

 Sebagaimana halnya musik, setiap mazmur membawa suasana yang khas.
 Ada mazmur kegirangan; ada mazmur kedukaan; ada mazmur doa; ada
 mazmur pertobatan. Mazmur 25 adalah contoh mazmur pertobatan.



 Pertobatan yang dialami Daud pertama-tama terjadi karena ia sadar
 telah banyak berdosa sejak muda (ayat 7). Syukur, bukan
 keberdosaannya saja yang ia catat. Jika hanya itu yang diingat,
 mungkin ia hanya akan menghukum dan menindas dirinya sendiri dengan
 rasa bersalah. Akan tetapi Daud juga mengingat rahmat dan kasih
 setia Tuhan yang besar. Kata "kasih setia" dalam bahasa Ibrani
 adalah khesed. Khesed menunjuk pada kasih yang terus ada, tanpa
 bergantung pada tindakan orang yang dituju oleh kasih itu. Apa pun
 ulah orang, Tuhan tetap teguh dalam khesed-Nya. Dia tetap Allah yang
 berlimpah rahmat. Repotnya, ini bisa disalahpahami: karena Allah itu
 khesed, manusia tidak lagi takut berbuat dosa.



 Lupa bahwa khesed ada untuk mengungkap kasih setia Tuhan, yang jauh
 lebih besar dari keberdosaan yang manusia lakukan sejak dulu. Kasih
 setia ini, dengan demikian, bukan "tiket" untuk berbuat dosa. Namun,
 harus ditanggapi dengan ucapan syukur dan pertobatan.



 Daud pun mengingat segala rahmat dan kasih setia Tuhan. Itu sebabnya
 ia berani terus melangkah, walaupun ia pernah salah. Keberanian
 melangkah yang tidak muncul karena rasa bangga diri, tetapi karena
 ia menyadari keadaan dirinya dan menyadari kedaulatan Tuhan. Apakah
 kita juga hidup dalam syukur akan rahmat Tuhan yang baru setiap pagi
 dan dengan demikian tak lagi berkubang dalam dosa? --DKL

        KEBERDOSAAN KITA TAK MENGHENTIKAN KASIH SETIA TUHAN
        HENDAKNYA ITU MEMBUAT KITA BERHENTI MENDUKAKAN TUHAN

 Mazmur 25

Sabtu, 21 Mei 2011

Tiada yang mustahil

Memercayai janji Allah ternyata tidak selalu mudah, terutama ketika
   situasi tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa janji itu digenapi.
   Akan tetapi, bukankah esensi iman adalah "bukti dari segala
   sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1)?

Walaupun Allah telah berjanji akan memberikan anak kepada Abraham
   melalui Sara (Kej. 17:16, 19), tetapi Sara sulit untuk percaya.
   Sebelumnya Sara berpikir bahwa Allah hanya mementingkan keturunan
   dari Abraham, jadi keturunan itu tidak harus berasal dari
   rahimnya. Ini bisa dimengerti karena sebelumnya Allah memang tidak
   menegaskan siapa ibu dari anak Abraham. Namun setelah Allah dengan
   tegas menolak Ismael dan menegaskan bahwa anak yang dimaksud harus
   lahir dari rahimnya (Kej. 17:18-19), Sara masih tidak percaya.
   Ketika Allah mengunjungi Abraham dan menyatakan bahwa tahun depan
   Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki, Sara tertawa dalam
   hatinya karena ia sadar bahwa dirinya telah tua. Selain itu ia
   telah mati haid (11-12). Jadi bagaimana mungkin ia dan Abraham
   bisa mendapatkan seorang anak?

Ternyata umat Allah sangat sulit untuk percaya bahwa Allah dapat
   melakukan apa yang melampaui pemikiran manusia. Padahal Allah
   sering melakukan hal-hal yang sulit diterima akal manusia. Ia
   telah meruntuhkan tembok Yerikho yang kokoh hanya dengan sorak
   sorai umat Israel, membelah Laut Merah hingga umat Israel bisa
   menyeberang, atau menghidupkan kembali orang mati. Kita lihat
   bagaimana Allah dapat melakukan hal-hal yang ajaib. Kita juga
   dapat lihat bahwa selama tiga generasi, istri dari bapak-bapak
   leluhur adalah wanita-wanita mandul: Sara, Ribka, dan Rahel.

Kita perlu sadar bahwa kuasa Allah sungguh tidak terbatas. Allah
   sanggup melakukan apa yang mustahil bagi manusia atau apa yang
   berada di luar jangkauan pemikiran manusia. Jika Allah hanya
   melakukan hal-hal yang bersifat rasional, bukankah itu berarti
   bahwa Ia sama dengan manusia? Sering sekali Allah dengan sengaja
   membiarkan kita dalam kesulitan yang tidak mungkin kita atasi,
   supaya kita sadar bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

   Kejadian 18:1-15

ORANG SEDERHANA

 Seorang doktor dimenangkan bagi Kristus ketika mendengar khotbah
 Dwight L. Moody. Ketika ia ditanya bagaimana hal itu terjadi, begini
 jawabnya, "Aku mau mendengar khotbahnya dengan maksud
 menertawakannya. Sebab, aku mengenalnya sebagai orang sederhana yang
 tak pernah mengenyam pendidikan. Aku yakin khotbahnya tidak logis
 dan ngawur. Tetapi ketika aku datang dalam kebaktian yang ia pimpin,
 aku mendapati hal yang berbeda. Ia berdiri di belakang Alkitab,
 dibakar oleh kekuatan firman Allah. Dan, hatiku seperti ditembak
 oleh firman Allah. Aku pun bertobat."



 Kita kerap kali mudah diintimidasi oleh Iblis agar tidak melayani
 Tuhan karena kita adalah orang yang sederhana, yang tidak punya
 pengalaman, atau tidak punya embel-embel titel di belakang nama
 kita. Jangan pernah mau diintimidasi dan ditipu iblis. Pendidikan
 dan kepandaian memang penting dan perlu, tetapi itu bukan segalanya.
 Yang terpenting, kuasa Allah menyertai pelayanan kita. Hidup kita
 terbuka untuk dipakai oleh Allah. Apa gunanya menjadi orang yang
 berhikmat, tetapi tidak memiliki kuasa Allah? Dwight L. Moody, hamba
 Tuhan yang sangat sederhana itu, mampu "mengguncang" dunia. Bahkan
 lewat hidupnya, jutaan jiwa telah dibawa kepada Kristus.



 Jika kita mau menyediakan diri untuk dipakai oleh Allah, maka apa
 pun latar belakang hidup kita, percayalah bahwa kita dapat Dia pakai
 untuk memengaruhi dunia. Itulah artinya "orang yang bodoh dari Allah
 akan mempermalukan orang yang berhikmat dari dunia ini". Masihkah
 kita ragu melayani Tuhan hanya karena kita merasa sebagai orang
 sederhana dan tidak berpendidikan? --PK

         ALLAH BISA MEMAKAI ORANG YANG BODOH DI MATA DUNIA
        UNTUK MEMPERMALUKAN YANG PALING BERHIKMAT DARI DUNIA

 1 Korintus 1:18-31

Jumat, 20 Mei 2011

Allah yang penuh anugerah

Allah melimpahkan anugerah-Nya kepada siapa pun semata-mata
   berdasarkan kehendak-Nya dan bukan berdasarkan apa yang dilakukan
   orang tersebut. Anugerah Allah dapat dibagi menjadi anugerah
   khusus dan anugerah umum.

Walaupun di pasal 16 Sarai telah melakukan kesalahan dengan memberikan
   solusi yang tidak sesuai dengan jalan Tuhan, Tuhan tetap mengingat
   Sarai dan mengganti namanya menjadi Sara. Tuhan menyatakan bahwa
   ia akan menjadi ibu bagi bangsa-bangsa dan akan melahirkan
   raja-raja (16). Ketika Abraham meminta kepada Tuhan untuk memilih
   Ismael (17), Allah menegaskan bahwa anak yang lahir dari Saralah
   yang akan mewarisi perjanjian Allah dengan Abraham (19). Allah
   memilih semata-mata berdasarkan kasih karunia dan kedaulatan-Nya.
   Apa yang Allah janjikan merupakan anugerah khusus karena ini
   adalah perjanjian yang kekal, yang akan menjadikan keturunan Ishak
   sebagai umat Allah.

Meski Allah tidak memilih Ismael untuk mewarisi perjanjian-Nya, tetapi
   dalam kasih karunia-Nya Allah juga memberikan anugerah umum kepada
   Ismael sehingga ia pun diberkati untuk menjadi bangsa yang besar
   (20). Jadi, walaupun keturunan Ismael tidak akan menjadi umat
   Allah dan mendapatkan anugerah khusus dari Allah, bukan berarti
   bahwa Allah tidak akan memberkati dia beserta keturunannya.

Abraham merespons anugerah Allah dengan menaati perintah-Nya. Ia
   memanggil Ismael, semua orang yang lahir di rumahnya, dan
   budak-budaknya untuk melaksanakan sunat (23-27).

Allah kita memang adalah Allah yang penuh dengan kasih karunia dan
   kemurahan. Ia selalu memberkati, terutama keturunan orang-orang
   yang berkenan kepada-Nya. Jadi kita tidak perlu heran jika melihat
   bahwa secara umum manusia tetap diberi anugerah yang berlimpah
   dari Tuhan. Namun sebagai umat percaya, kita harus sadar bahwa
   anugerah yang Allah berikan kepada kita merupakan anugerah yang
   khusus. Karena itu kita perlu mensyukurinya dan mewujudkan rasa
   syukur kita dengan menjalankan apa yang telah Allah perintahkan.

   Kejadian 17:15-27

KERELAAN

 Gerakan Indonesia Mengajar telah dimulai beberapa waktu lalu.
 Sebuah gerakan mengumpulkan dan melatih sarjana-sarjana berprestasi
 yang pernah atau sedang bekerja di perusahaan-perusahaan besar di
 berbagai tempat. Mereka dikirim ke berbagai sekolah di daerah-daerah
 terpencil di Indonesia untuk mengajar selama satu tahun; membagikan
 pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki kepada anak-anak di
 daerah-daerah yang sangat kurang mendapat materi dan sarana untuk
 belajar. Sebuah tindakan yang mengajarkan prinsip kerelaan
 (voluntarisme).



 Kerelaan melakukan suatu tugas tentu juga dilandasi dengan kecintaan
 terhadap tugas yang dijalankan. Paulus, suatu ketika melayani jemaat
 Tesalonika. Namun, karena tentangan yang datang dari kalangan
 Yahudi, ia mesti berpindah ke kota lain. Dalam kondisi seperti itu,
 Paulus tetap berpesan kepada jemaat Tesalonika agar mereka mengingat
 perjuangan yang Paulus lakukan atas mereka dalam kasih sayang yang
 besar, bukan saja rela membagi Injil, melainkan juga rela membagi
 hidupnya sendiri (ayat 8). Kerelaan yang muncul karena Paulus
 mengasihi orang-orang Tesalonika; kerelaan yang lahir karena Paulus
 mencintai pekerjaan pemberitaan kabar baik yang Tuhan percayakan.



 Mengharapkan lingkungan sekitar kita menjadi semakin baik tentu
 perlu tindakan nyata. Tindakan nyata yang disertai kerelaan berbagi
 keterampilan, pengetahuan, kebenaran, bahkan iman tentu akan
 menghasilkan buah-buah yang matang. Apakah kita memiliki waktu untuk
 berbagi dengan orang-orang di sekitar kita? Jika sudah, apakah kita
 telah membagikannya dengan rela serta dilandasi kasih? --SS

               KERELAAN BERBAGI ADALAH TINDAKAN NYATA
         YANG DAPAT MENYENTUH DAN MENGUBAH HIDUP SIAPA SAJA

 1 Tesalonika 2:8-12

Kamis, 19 Mei 2011

Kewajiban terhadap perjanjian

Kita sering beranggapan bahwa janji Tuhan tak bersyarat, sehingga
   Tuhan akan menggenapi apa pun yang Tuhan janjikan walaupun kita
   tidak hidup dalam ketaatan. Ini konsep yang salah! Di satu pihak
   janji Tuhan bersifat tanpa syarat, tetapi secara paradoks janji
   itu juga bersyarat. Oleh sumpah-Nya dalam perjanjian dengan Abram
   di pasal 15, perjanjian ini bersifat tak bersyarat. Hari ini kita
   melihat sifat kebersyaratan perjanjian tersebut.

Syarat dalam perjanjian ini dapat kita lihat dari ayat-ayat di mana
   Tuhan berfirman kepada Abram: "Akulah Allah yang Maha kuasa,
   hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela." Jadi Abram
   diwajibkan untuk hidup taat kepada Tuhan. Demikian pula kita dapat
   melihat bahwa dalam setiap perjanjian ada kondisi yang harus
   dipenuhi oleh masing-masing pihak. Tuhan menyatakan bahwa dari
   pihak-Nya (4), Tuhan akan memberkati Abram dan menjadikan dia
   sebagai bapa bangsa-bangsa. Sebab itu namanya akan diganti, dari
   Abram menjadi Abraham. Di sisi lain, Abraham dan keturunannya
   harus memegang perjanjian-Nya (9). Ini ditandai dengan sunat yang
   harus dilakukan oleh Abraham dan keturunannya yang laki-laki.
   Sunat itu menjadi tanda bahwa seseorang sudah menjadi bagian dari
   umat Allah. Maka jika ada orang yang tidak disunat, ia harus
   dilenyapkan dari tengah-tengah umat Allah (14). Sungguh menarik
   bahwa yang disuruh disunat bukan saja keturunan Abraham, tetapi
   juga mereka yang lahir di rumah Abraham maupun yang dibeli dari
   orang asing. Dengan demikian kita melihat bahwa sejak permulaan
   Tuhan bukan saja hendak menyelamatkan Abram dan keturunannya,
   tetapi juga seluruh umat manusia (bdk. Kej. 12:3).

Setiap perjanjian pasti dilakukan oleh dua belah pihak dan kedua belak
   pihak memiliki kewajiban masing-masing. Sebagai umat Allah dalam
   perjanjian baru yang telah diteguhkan oleh Yesus (bdk. Luk.
   22:22), kita mempunyai kewajiban untuk taat kepada
   perintah-perintah Allah. Jika pihak Tuhan telah menebus dan
   menyelamatkan kita, maka pihak kita harus menunjukkan syukur
   dengan hidup berkenan kepada Dia.

   Kejadian 17:1-14

SURGA SUNYI SENYAP

 Jika seseorang ingin berbicara dengan Anda saat Anda menonton
 televisi, apa reaksi Anda? Tergantung. Apakah itu acara kesukaan
 Anda? Apakah suaranya terdengar? Yang paling menentukan, siapa yang
 memanggil? Seberapa penting ia bagi Anda? Apakah interupsinya
 meng-ganggu, atau justru menarik perhatian Anda? Itu terpulang pada
 tempat orang itu di hati Anda. Jika ia kekasih, Anda akan
 mengecilkan suara televisi-bahkan mematikannya, supaya ia mendapat
 perhatian Anda sepenuhnya.



 Wahyu 5 melukiskan bagaimana surga dipenuhi puji-pujian bagi Anak
 Domba-Yesus Kristus. Penyembahan yang gegap gempita. Bahkan
 disuarakan seluruh makhluk dengan nyaring-paduan suara surgawi yang
 indah dan megah. Namun, ada saatnya-seperti tercatat di bacaan kita
 di pasal 8-surga tiba-tiba menjadi sunyi senyap (ayat 1). Paduan
 suara surgawi itu mendadak berhenti. Surga menjadi hening. Apa yang
 terjadi? Ternyata itu saat "dupa harum" (kemenyan) doa semua orang
 kudus naik ke hadirat Allah (ayat 3, 4). Perhatian surga sedang
 tertumpah penuh pada doa para kekasih Tuhan. Doa kita semua. Dalam
 kemuliaan-Nya, Dia mendengar doa kita.



 Kadang kita letih dan jemu berdoa, karena tidak yakin apakah Allah
 mendengar atau peduli pada doa kita. Seberapa penting doa saya
 dibanding doa para tokoh iman? Mungkin sebaiknya saya minta
 rohaniwan mendoakan saya. Pasti doa mereka lebih didengar. Tidak!
 Setiap kita ada di hati-Nya. Anda penting bagi-Nya. Jika Anda
 berdoa, Dia sangat peduli. Bahkan, surga senyap tatkala bisikan doa
 Anda terucap. Miliki keyakinan itu ketika berdoa. Dan jangan jemu
 berdoa! --PAD

                 BERDOALAH DENGAN KEYAKINAN BAHWA
          ANDA MENDUDUKI TEMPAT YANG PENTING DI HATI TUHAN

 Wahyu 8:1-5

Rabu, 18 Mei 2011

Allah yang mendengar

Ada orang yang berpikir bahwa Tuhan begitu sibuk sehingga tak punya
   waktu untuk mendengarkan dia. Maka ia sering bertindak "menolong"
   Tuhan untuk membereskan permasalahannya.

Inilah yang dilakukan Abram dan Sarai ketika belum juga punya anak.
   Mereka mencari jalan supaya mereka dapat memiliki anak. Ya, mereka
   ingin "menolong" Tuhan menggenapi apa yang telah Ia janjikan
   kepada Abram.

Dalam dunia kuno, seorang istri yang tak bisa melahirkan anak dapat
   memberikan budaknya kepada suaminya sebagai gundik. Kemudian anak
   gundik tersebut akan diambil untuk menjadi anaknya yang sah.
   Inilah yang ada dalam pikiran Sarai ketika ia meminta Abram untuk
   menghampiri Hagar (2). Rencana Sarai itu menjadi bumerang karena
   kemudian Hagar memandang rendah nyonyanya setelah ia mengandung
   (4). Mungkin Hagar adalah budak yang diberikan Firaun saat Abram
   merantau ke Mesir karena kelaparan (lihat Kej. 12:16). Sebab itu
   ia tidak terlalu setia kepada nyonyanya.

Dalam kemarahan, Sarai menindas Hagar sampai ia melarikan diri. Namun
   Tuhan membela Hagar, menyuruh dia kembali kepada Sarai. Tuhan
   menjanjikan perlindungan dan akan membuat keturunannya menjadi
   banyak (9-10). Tuhan juga berfirman bahwa Hagar akan melahirkan
   seorang anak laki-laki yang akan dinamai Ismael karena "Tuhan
   telah mendengar" tentang penindasan atas dia (11).

Bukan hanya Hagar yang perlu tahu bahwa Allah mendengar pergumulannya.
   Abram dan Sarai juga harus tahu bahwa Allah mendengar pergumulan
   mereka. Seharusnya mereka datang kepada Tuhan, bukan mengambil
   langkah sendiri yang justru membawa masalah baru. Pasti Allah
   mendengar dan memberi jalan keluar.

Sadarkah kita bahwa Allah kita adalah Allah yang mendengar? Apakah
   kita mau datang kepada Allah dan menantikan jawaban-Nya atas
   persoalan kita? Kiranya kita tidak bersikap seperti Abram dan
   Sarai, yang menyelesaikan masalah dengan cara kita sendiri, yang
   justru menimbulkan masalah baru.

   Kejadian 16:1-16

TEROBSESI KEBENCIAN

 Apabila manusia terobsesi kebencian, ia akan selalu mencari cara
 dan celah untuk menjatuhkan orang yang dibenci. Meskipun orang itu
 berbuat baik dan benar, selalu ada cara untuk membuatnya buruk.
 Dulu, para pemimpin Yahudi dan orang Farisi juga sangat membenci
 Yesus. Sebagai rabi muda yang dalam sekejap menyedot ribuan massa
 karena pengajaran-Nya yang penuh kuasa dan mukjizat yang Dia
 lakukan, Yesus menyaingi posisi mereka sebagai penentu kehidupan
 beragama dan masyarakat Yahudi saat itu.



 Ke mana pun Yesus berada untuk mengajar dan melayani, mereka
 membuntuti. Mereka mencari-cari celah agar dapat mempersalahkan-Nya.
 Suatu kali pada hari Sabat, seorang yang lumpuh sebelah tangannya
 datang pada Yesus. Dia tahu orang Farisi menunggu apakah Dia akan
 menyembuhkan sehingga dianggap melanggar Sabat versi agama Yahudi
 saat itu. Namun, Yesus menyuruh si lumpuh sebelah tangan berdiri di
 tengah, lalu dengan penuh kuasa Dia bertanya, "Manakah yang
 diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat ...
 ?" (ayat 4). Kedengkian tersembunyi orang Farisi diungkap Yesus.
 Mereka sampai tak mampu menjawab-Nya sehingga Yesus menjadi marah.
 Sayangnya mereka tidak bertobat, malah bersekongkol dengan para
 Herodian, partai yang berkuasa saat itu, untuk membunuh Yesus (ayat
 6).



 Ya, Yesus marah jika berhadapan dengan kebencian. Akan tetapi, bagi
 setiap orang yang mau menghampiri-Nya, Dia berbelas kasihan. Mari
 datang kepada-Nya dan meminta Dia mengubah pikiran dan persepsi kita
 yang berdosa, agar kita lepas dari jerat kebencian --SST

           KEBENCIAN MEMBUAT MATA ROHANI KITA TERBUTAKAN
               HANYA PADA YESUS KITA DAPAT DIPULIHKAN

 Markus 3:1-6

Selasa, 17 Mei 2011

Bersumpah demi umat-Nya

Kebaikan dan kasih Allah sering tidak dapat kita selami karena
   keterbatasan pengenalan kita akan Allah dan kemampuan kita dalam
   mengasihi. Nas hari ini menunjukkan kepada kita aspek lain yang
   indah dari Allah kita.

Kejadian 15 terbagi menjadi dua, berkaitan aspek yang sangat penting
   dalam perjanjian Allah dengan Abram: janji tentang keturunan (1-6)
   dan janji tentang tanah (7-21). Abram yang belum juga mendapatkan
   keturunan memikirkan bahwa Eliezer, budaknyalah yang akan menjadi
   pewarisnya. Namun Tuhan menyatakan bahwa anak kandungnyalah yang
   akan menghasilkan keturunan bagi dia sebanyak bintang di langit
   (4-5). Abram percaya dan Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai
   kebenaran (6).

Walaupun Abram sudah percaya mengenai keturunan, ia belum pasti
   tentang janji mengenai tanah. Maka ketika Tuhan menyatakan akan
   memberikan Kanaan kepadanya, ia bertanya apa tandanya (8). Tuhan
   menyuruh Abram memotong binatang-binatang menjadi dua (9-10). Lalu
   Tuhan berjalan di antara potongan binatang tersebut sebagai
   perapian yang berasap dan suluh yang berapi (17).

Dalam dunia kuno, ketika orang mengadakan perjanjian, mereka akan
   berjalan di antara potongan binatang. Ini berarti mereka bersumpah
   jika mereka tidak taat kepada syarat perjanjian tersebut, mereka
   bersedia mati seperti binatang yang dipotong dua itu. Dalam
   perjanjian yang sejajar, kedua pihak akan berjalan melalui
   potongan daging tersebut; dalam perjanjian antara tuan dan hamba,
   hanya sang hamba yang berjalan. Namun anehnya di sini kita lihat
   bahwa Tuhanlah yang berjalan di antara potongan daging tersebut.
   Tuhan merelakan diri-Nya diikat sumpah demi meyakinkan Abram bahwa
   Ia pasti akan menggenapi janji-Nya.

Allah sungguh mengasihi Abram sehingga Dia rela bersumpah. Percayakah
   Anda bahwa Allah yang sama juga mengasihi kita? Dia telah mengutus
   Putra-Nya yang tunggal mati untuk menebus dosa kita. Kasih-Nya
   tidak perlu kita ragukan lagi. Pertanyaannya, bagaimana kita
   merespons kasih sebesar itu?

   Kejadian 15:1-21

PUNAH

 Pada 2004, penelitian International Union for the Conservation of
 Nature, sebuah organisasi konservasi alam, menemukan bahwa laju
 kepunahan spesies berjalan sekitar 100-1.000 kali lebih cepat
 daripada laju kepunahan normal. Kepunahan normal adalah kepunahan
 yang terjadi secara alami, bukan karena perbuatan manusia-seperti
 polusi, pembukaan hutan besar-besaran, perburuan berlebihan, dan
 sebagainya. Ya, tindakan manusia telah membuat banyak spesies punah
 begitu cepat. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bahwa sampai
 2010, sekitar enam tahun sejak data itu dipublikasikan, tidak ada
 perbaikan seputar laju kepunahan ini. Bahkan, diperkirakan akan
 terus meningkat dan mencapai 10.000 kali laju kepunahan normal pada
 2030.



 Kepunahan yang sedang terjadi ini bertolak belakang dengan apa yang
 dilihat Yehezkiel dalam penglihatannya. Di situ ia melihat bagaimana
 alam bertumbuh dengan lestari, menikmati sungai kehidupan yang
 mengalir dari Bait Allah. Bait Allah sendiri adalah tanda kehadiran
 Allah bagi umat Israel, menunjukkan pemahaman bahwa kehadiran Allah
 membuahkan kehidupan yang melimpah.



 Sebagai umat kristiani, kita percaya bahwa umat Tuhan juga mewakili
 kehadiran-Nya di dunia. Karena itu, kehadiran kita juga seharusnya
 menghasilkan dan memulihkan alam yang lestari. Atau, setidaknya,
 tidak menambah kerusakan alam. Secara praktis, ini bisa dilakukan
 dengan memiliki gaya hidup yang bersahabat dengan alam. Misalnya
 dengan ikut memelihara tumbuhan, merawat kebersihan lingkungan,
 tidak mengonsumsi produk dari spesies yang terancam punah, dan
 sebagainya --ALS

                  ALLAH MEMBERI ALAM YANG LESTARI
                     AGAR CIPTAAN-NYA TERJAGAI

 Yehezkiel 47:1-12

Senin, 16 Mei 2011

BAGI KEPENTINGAN TUHAN

Nick Vujicic, dilahirkan dengan cacat langka yang disebut
tetra-amelia. Ia tak punya lengan mulai dari bahu, dan hanya
memiliki satu kaki kecil dengan dua jari yang tumbuh dari paha
kirinya. Di luar kekurangan itu, Vujicic sangat sehat. Namun, ketika
sudah bersekolah, tak urung ke-kurangan fisiknya menjadi pusat
olokan. Ia sampai memohon agar Tuhan menumbuhkan tangan dan kakinya.
Namun, kondisi tak berubah. Ia pun depresi. Pada usia 8 tahun, ia
pernah mencoba bunuh diri.

Pada waktu Tuhan yang tepat, ia dimampukan untuk memandang hidupnya
secara baru: dalam kondisinya itu, Tuhan justru dapat memakainya
menjadi inspirasi bagi banyak orang. Maka, ia menyerahkan hidup
untuk melayani Tuhan di banyak negara. "Jika saya dapat memercayai
Tuhan dalam keadaan saya, Anda pun dapat memercayai Tuhan dalam
keadaan Anda, " simpulnya. Tuhan pun memampukannya meraih banyak
pencapaian-bahkan dalam beberapa hal ia lebih baik daripada orang
normal.

Vujicic memercayai rencana Tuhan yang baik baginya. Bahwa hidup
bukan demi kepentingannya pribadi, melainkan kepentingan Tuhan. Apa
pun kondisinya, ia dapat melayani Tuhan dengan cara dan kesempatan
terbaik yang ia miliki. Pekerjaan Allah pun dinyatakan di dalam dia.
Seperti yang Tuhan kerjakan dalam hidup Bartimeus yang buta sejak
lahir. Tuhan dimuliakan lewat hidupnya. Kini giliran kita. Tujuan
hidup kita pun bukan demi kenyamanan atau kesuksesan pribadi kita.
Akan tetapi, untuk kemuliaan-Nya. Pandanglah hidup secara demikian.
Maka, tak ada hidup yang tak berguna. Sebaliknya, setiap hidup dapat
menjadi alat berharga bagi kemuliaan-Nya yang kekal --AW

SETIAP HIDUP PASTI BERGUNA
BILA DIBERIKAN MENJADI TEMPAT TUHAN BERKARYA

Yohanes 9:1-7

Menyikapi dengan benar

Yakobus menasihati kita supaya jangan memperlakukan orang kaya dan
orang miskin berbeda, tetapi ini bukan berarti kita harus
memperlakukan semua orang sama. Nas kita hari ini mengajarkan
bahwa kita seharusnya bersikap berbeda terhadap orang benar dan
terhadap orang fasik.

Dengan sengaja penulis menyisipkan kisah tentang Abram dengan
Melkisedek (18-20) di tengah kisah Abram dengan raja Sodom (17,
21-24). Ini menunjukkan bahwa penulis hendak mengontraskan sikap
Abram terhadap Melkisedek dengan sikapnya terhadap raja Sodom.
Melkisedek adalah raja Salem (raja Yerusalem), juga adalah imam
Allah yang Maha tinggi (18). Ia datang membawa roti dan anggur
serta memberkati Abram. Abram merespons dengan memberikan
perpuluhan (19-20).

Raja Sodom yang musuh-musuhnya telah dikalahkan oleh Abram (Kej.
14:1-16) datang untuk mengambil orang-orangnya yang telah ditolong
oleh Abram. Ia bermaksud memberikan semua jarahan yang telah
dimenangkan dalam pertempuran tersebut kepada Abram. Bisa jadi
sebagian jarahan tersebut merupakan harta Sodom yang telah diambil
musuhnya. Namun Abram sama sekali tidak mau mengambil apa pun,
supaya jangan ada perbincangan bahwa raja Sodom telah membuat
Abram kaya (21-24).

Sikap Abram yang begitu menghormati Melkisedek, tetapi tidak
mengindahkan raja Sodom menunjukkan bahwa ia lebih menghormati
orang yang takut akan Allah. Walaupun bersikap baik terhadap raja
Sodom akan memberikan keuntungan secara finansial, tetapi Abram
menolak harta dari raja Sodom. Sebaliknya Abram malah memberikan
perpuluhan kepada Melkisedek. Bagi Abram bukan harta yang penting,
tetapi siapa orang tersebut di mata Allah.

Kita perlu belajar dari Abram yang melihat seseorang bukan berdasarkan
keuntungan atau manfaat yang dapat kita terima dari kita, tetapi
berdasarkan relasi orang tersebut dengan Tuhan. Seperti dituliskan
dalam Mazmur 15:4 bahwa sikap yang benar adalah "memandang hina
orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan
Tuhan."

Kejadian 14:17-24

Minggu, 15 Mei 2011

Allah Penyelamatku

Saat kehidupan mencapai puncak kejayaan, siapakah yang menjadi
   kebanggaannya? Diri sendiri atau Tuhan? Mazmur 18 hampir
   sepenuhnya sejajar dengan 2 Samuel 22. Dalam konteks 2 Samuel,
   mazmur ini dimengerti sebagai perayaan puncak keberhasilan Daud
   sebagai raja karena penyertaan Tuhan. Namun konteks Mazmur 18
   lebih spesifik, luputnya Daud dari musuhnya (1) karena pertolongan
   Tuhan.

Mazmur 18 adalah mazmur syukur atas pertolongan Tuhan. Daud mengalami
   Tuhan sebagai sandaran yang benar-benar dapat diandalkan.
   Serangkaian sinonim, seperti gunung batu, kota benteng, kubu
   pertahanan, dst. yang menggambarkan keandalan Tuhan itu diungkap
   di ayat 2-3. Namun, Tuhan lebih dari gambaran pasif sesuatu yang
   besar, kuat, kokoh, dan tak tergoyahkan. Dalam ayat 8-20 Tuhan
   digambarkan sebagai aktif dalam kemahakuasaan-Nya menyelamatkan
   Daud. Sejarah Israel menyaksikan Allah hadir dalam bentuk gejala
   alam yang dahsyat (lihat Kel. 19) bahkan mengendalikan alam untuk
   sebagai sarana penyelamatan umat-Nya (lihat Kel. 15). Allah bukan
   hanya mengendalikan alam, tetapi juga menunggangi makhluk surgawi
   untuk menyatakan kekuasaan-Nya yang tak terbatas (11). Kerub
   adalah malaikat yang dipahatkan pada tutup pendamaian di tabut
   perjanjian (Kel. 25:17-22).

Bagi Daud dikejar-kejar hendak dibunuh Saul yang pada waktu itu adalah
   raja Israel, ataupun di kemudian hari dikudeta dan hendak dibunuh
   juga oleh putranya sendiri, Absalom, adalah pengalaman nyata yang
   menakutkan. Pengalaman tersebut memperlihatkan kedahsyatan Tuhan
   yang telah meluputkan dirinya dari tangan para musuh. Malah Tuhan
   menjanjikan Daud dan keturunannya kelak akan ada terus menerus di
   takhta kerajaan Israel. Kita sebagai anak-anak Tuhan pun bisa
   mengalami hal-hal yang menunjukkan bahwa Tuhan kita bisa
   diandalkan karena hanya Dialah penyelamat kita.

   Mazmur 18:1-20

NYANYIAN KEMENANGAN

 Umat kristiani adalah umat yang penuh dengan nyanyian. Nyanyian
 tak terpisahkan dari kehidupan iman sehari-hari, baik waktu senang
 maupun susah. Saat para martir di jemaat mula-mula menghadapi
 hukuman mati, mereka memasuki arena sambil menyanyikan mazmur dan
 pu-jian. Mereka terus menyanyi tanpa gentar, meski sebentar lagi
 harus berhadapan dengan kawanan singa yang siap menerkam mereka.
 Para penonton yang memenuhi amfiteater takjub menyaksikannya. Sikap
 ini menyadarkan Kekaisaran Roma bahwa suatu kekuatan yang baru dan
 revolusioner tengah bangkit.



 Nyanyian bukan hanya mengalun di bumi ini; surga pun semarak dengan
 nyanyian megah. Rasul Yohanes mencatat nyanyian umat yang mengalami
 kemenangan iman. Nyanyian Musa merayakan kedahsyatan tangan Allah
 saat membebaskan Israel dari belenggu perbudakan Mesir (Keluaran
 15). Nyanyian Anak Domba mengumandangkan kemenangan penuh umat Allah
 atas kuasa dosa dan Iblis.



 Nyanyian mengungkapkan kasih dan rasa syukur secara indah,
 mengangkat hati dan suara umat kepada Allah. Nyanyian juga
 mendeklarasikan kekuasaan dan keagungan Allah kepada setiap telinga
 yang mendengarnya.



 Anda sedang bersukacita karena mengalami kemenangan atas suatu
 masalah? Bernyanyilah! Atau, Anda sedang berdukacita karena bergulat
 dengan suatu tantangan yang berat? Bernyanyilah! Tak ada alasan
 untuk tidak memuji Allah. Dialah Pembebas kita. Kalaupun kita,
 seperti para martir, tidak mengalami pembebasan di bumi ini, kita
 akan merayakan pembebasan sejati di surga nanti --ARS

                NYANYIAN PUJIAN ADALAH UNGKAPAN IMAN
               YANG TERANGKAI DALAM KESELARASAN NADA

 Wahyu 15:1-8

Sabtu, 14 Mei 2011

Kasih yang tulus

Konflik dan kedamaian adalah dua hal yang bertolak belakang. Konflik
   membuat ikatan kasih menjadi hilang. Ibu Teresa pernah berkata
   "Jika tidak ada kedamaian di antara kita, itu dikarenakan kita
   melupakan bahwa kita memiliki satu sama lain."

Dalam perikop ini, kita melihat teladan Abram serta mempelajari
   kekuatan kasih yang tanpa batas dan tidak terhalangi oleh
   kegagalan sekalipun. Sebenarnya ada dua faktor yang dapat
   menghalangi Abram untuk menyatakan kasihnya. Pertama, kekuatan
   para musuh. Di pasal ini, penulis mengisahkan adanya dua kekuatan
   besar yang bermusuhan, yaitu Kedorlaomer dan sekutunya di satu
   pihak serta Sodom dan Gomora beserta sekutunya di pihak lain
   (1-7). Kerajaan Kedorlaomer dan sekutunya adalah kerajaan yang
   besar. Mereka adalah bangsa yang kuat dan terlatih berperang.

Kedua, adalah konflik yang pernah muncul antara Abram dengan Lot
   mengenai ladang penggembalaan. Konflik yang menyebabkan
   terpisahnya tempat tinggal mereka, ternyata tidak disimpan Abram
   di dalam hatinya. Maka ketika mendengar bahwa Lot menjadi tawanan
   perang, Abram menunjukkan kasih yang besar dengan mengerahkan
   pasukan untuk mengejar musuh (14), tanpa memikirkan risikonya.
   Mengapa Abram bersedia melakukan hal itu? Karena Lot adalah
   keponakan, yang sudah dianggap sebagai anaknya. Juga karena
   kepercayaan Abram pada kekuatan Tuhan (Kej. 14:20).

Menolong orang saja sudah merupakan sesuatu hal. Apalagi bila menolong
   itu membuat kita harus berhadapan dengan risiko. Maka menolong
   orang yang pernah bermasalah dengan kita sudah merupakan hal
   berbeda. Mungkin kita masih akan pikir-pikir untuk melakukannya.
   Namun ingatlah perkataan Tuhan Yesus, "Tetapi kamu, kasihilah
   musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka" (Luk. 6:35). Maka
   sebaiknyalah kita mengingat bahwa hubungan yang telah terjalin
   dengan orang yang pernah berkonflik dengan kita jauh lebih indah
   dibanding konflik yang terjadi. Ingatlah, kekuatan kasih justru
   semakin nyata ketika diperhadapkan dengan tantangan dan konflik.

   Kejadian 14:1-16

MELURUSKAN DAN MERATAKAN

 Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang istimewa. Pakaiannya bulu
 unta, makanannya belalang dan madu hutan. Ia anak tunggal Zakaria
 dan Elizabet. Ia masih termasuk sepupu Tuhan Yesus. Umurnya pendek.
 Khotbahnya juga pendek; tetapi tajam, lugas, jelas. Ditujukan dengan
 be-rani kepada siapa saja, tanpa pandang bulu dan tanpa sungkan.
 Pekerjaannya berkhotbah dan membaptis orang yang bertobat. Membuat
 gelisah siapa pun yang mendengarnya. Khotbahnya bak geledek-membuat
 telinga merah, hati panas, muka merah padam karena "ditelanjangi"
 habis-habisan. Raja Herodes juga menjadi sasaran khotbah-khotbah
 kenabiannya (Lukas 3:19).



 Namun, yang harus diingat, Yohanes melakukan itu semua tanpa maksud
 jahat, sentimen, mumpung didengar banyak orang, atau hendak membunuh
 karakter. Bukan! Khotbah, nasihat, serta jawaban-jawaban pertanyaan
 yang ia berikan (ayat 10-17) adalah untuk memberitakan Injil (ayat
 18). Bahwa manusia tidak bisa lari dari murka Allah (ayat 7).
 Hukuman pasti datang.



 Jalan hidup orang berdosa diumpamakan Yohanes seperti "lembah ...
 gunung ... bukit ... berliku-liku ... berlekuk-lekuk". Akan tetapi,
 Yohanes juga mengatakan bahwa Tuhan sanggup "meratakan dan
 meluruskan" (ayat 5). Akan tetapi, dibutuhkan kerjasama dua pihak di
 sini-antara manusia dan Tuhan. Dan, inilah pesan Yohanes: Jika
 bertobat dan dibaptis, maka yang berdosa masih beroleh kesempatan
 melihat keselamatan dari Tuhan (ayat 6). Bertobat dulu, baru
 dibaptis. Baptis memeteraikan pertobatan. Pertobatan menjadi
 intinya. Dengan ini Allah mengampuni dosa manusia --DKL

                    DOSA MELUBANGI HATI MANUSIA
              DAN HANYA TUHAN YANG SANGGUP MENUTUPNYA

 Lukas 3:1-6

Kamis, 12 Mei 2011

CURANG

Di sebuah perjalanan dengan kereta api Semarang-Jakarta, saya
menyaksikan sebuah iklan layanan masyarakat tentang praktik
berdagang yang jujur. Di situ digambarkan ada seorang ibu yang
membeli gula di pasar. Setelah menerima barangnya, si ibu curiga
bahwa gula yang ia terima lebih sedikit daripada yang seharusnya.
Maka, ia pergi ke pos uji ulang yang ada di pasar itu. Ternyata
benar bahwa ia telah ditipu. Ia pun kembali kepada si pedagang yang
menjual gula kepadanya dan memperingatkan konsekuensi hukum bagi
mereka yang berdagang dengan timbang-an yang curang.

Tuhan juga sangat peduli dengan praktik bisnis yang jujur. Dalam
perikop kita hari ini, kita mendapati bagaimana Tuhan marah karena
ada orang-orang di Israel yang melakukan kecurangan dalam
menjalankan usaha. Baik itu dengan menggunakan takaran efa yang
kurang, timbangan yang menipu, tindak kekerasan, maupun perkataan
dusta. Atas kecurangan mereka ini, Tuhan menya-takan penghukuman
dengan menarik berkat-berkat-Nya atas mereka.

Dalam menjalankan sebuah usaha, memang kita berusaha mencari
keuntungan. Akan tetapi, anak Tuhan harus melakukannya dengan cara
yang jujur dan menjadi berkat. Sebab, Tuhan jijik terhadap
praktik-praktik curang. Bahkan, hukum juga memandang kecurangan
sebagai pelanggaran. Dalam etika dunia usaha pun, meski mungkin
sempat mendapat untung lebih besar, mereka yang suka menipu akhirnya
akan ditinggalkan para pelanggan. Jadi, jalankanlah setiap usaha
kita dengan jujur. Dan, jadilah berkat lewat cara kita menjalankan
usaha --ALS

TAK ADA GUNA CURANG DEMI MENDAPAT KEUNTUNGAN
SEBAB SESUDAHNYA HATI KITA TAK AKAN TENTERAM

Mikha 6:8-16

Andalkan Tuhan

Pernahkah Anda diperhadapkan pada sebuah pengambilan keputusan yang
sangat sulit? Apa yang Anda lakukan dalam situasi itu? Pernahkah
Anda melarikan diri dari situasi itu? Seorang tokoh Alkitab, yaitu
Abram, juga pernah mengalami hal yang sama.

Rencana Abram untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan terhindar
dari kelaparan yang terjadi di Tanah Negeb, ternyata membawa dia
kepada pengambilan keputusan yang sulit (10). Tentu tidak mudah
bagi Abram, untuk memutuskan agar istrinya berpura-pura menjadi
adiknya. Tujuannya supaya Abram dan Sarai bersama dengan seluruh
anggota keluarganya dapat tinggal dengan aman di Mesir (11-13).
Namun yang terjadi selanjutnya adalah Firaun justru mengambil
Sarai sebagai istrinya. Mungkin saja Abram tidak memikirkan
kemungkinan yang terburuk seperti ini.

Dalam keadaan genting itu, Tuhan turun tangan dan menimpakan tulah
yang hebat kepada Firaun dan seisi istananya (14-17). Menyadari
kesalahannya, Firaun akhirnya mengembalikan Sarai kepada Abram dan
membiarkan Abram pergi bersama kepunyaannya (18-20).

Tindakan Abram yang didasarkan pada rencana untuk menyelamatkan
keluarganya dari bencana kelaparan, ternyata bukan tindakan yang
tepat. Seharusnya Abram berkonsultasi terlebih dahulu kepada Tuhan
mengenai tindakan yang harus dia ambil untuk menghadapi situasi
genting itu. Skenario yang dirancang Abram berdasarkan
kekhawatiran malah menyebabkan orang lain mengalami hukuman Tuhan.
Seharusnyalah Abram melibatkan dan mengandalkan Tuhan dalam
permasalahan hidup yang dia alami.

Kekhawatiran memang bagaikan kursi goyang yang membuat kita bergerak,
tetapi tidak membuat kita sampai ke suatu tempat. Menyadari hal
ini kiranya kita belajar untuk tidak membiarkan kekhawatiran
menguasai diri kita sehingga lupa mengandalkan Allah dengan
melibatkan dia dalam pemikiran dan keputusan yang kita akan ambil
sebagai solusi untuk mengatasi kekhawatiran yang dapat menguasai
kita.


Kejadian 12:10-20

Selasa, 10 Mei 2011

YAKIN WALAU SENDIRI

Pertarungan antara satu orang versus empat ratus lima puluh orang
hendak digelar-untuk memenangkan hati sebuah bangsa. Sangat tidak
imbang. Di atas kertas, yang satu orang tentu tak berdaya. Apalagi,
bangsa yang diperebutkan sudah cenderung berpihak pada yang
mayoritas.

Begitulah ketika Elia menantang 450 nabi Baal di gunung Karmel,
untuk menunjukkan di hadapan bangsa Israel, siapa Tuhan. Apakah
Baal, atau Allah Israel. Mereka sepakat mempersiapkan korban bakaran
tanpa api, lalu masing-masing akan meminta api kepada kuasa yang
mereka percayai sebagai Tuhan (ayat 23, 24). Sejak pagi, para nabi
Baal mulai meminta api kepada allah mereka. Namun sampai petang,
bahkan sampai mereka melukai diri "... tidak ada suara, tidak ada
yang menjawab ..." (ayat 26).

Lalu ketika tiba giliran Elia, ia maju dengan keyakinan penuh. Walau
sendirian, ia tahu Tuhannya hidup. Ia percaya Tuhannya adalah Tuhan
yang benar. Ia tak ragu sedikit pun Tuhannya dahsyat. Itu sebabnya
ia bahkan meminta orang menyiram potongan lembu korbannya dengan
air-12 buyung penuh (ayat 34)! Dan, ia hanya perlu berdoa dengan
lembut. Maka, Tuhannya yang hidup mendengar dan menjawab doanya
dengan ajaib (ayat 38). Hingga seluruh Israel kembali sujud kepada
Tuhan.

Keyakinan Elia kepada Tuhan tak digoyahkan oleh sedikitnya pendukung
yang berpihak kepadanya. Tak dilemahkan oleh ancaman maupun
tantangan yang menghadang. Keyakinan seper-ti ini dapat kita miliki
juga bila jika mau terus bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan
Tuhan. Dengan terus setia mempelajari firman-Nya. Dan, dengan terus
melibatkan Tuhan ketika menjalani hidup ini --AW

JANGAN BURU-BURU MERASA LEMAH ATAU KALAH
SEBAB KITA SELALU DAPAT MENGANDALKAN ALLAH

1 Raja-raja 18:21-39

Rencana dan pilihan Tuhan

Daftar keturunan Sem di dalam perikop yang kita baca ini didahului
oleh peristiwa pembangunan menara Babel yang dilakukan oleh
sebagian dari keturunan Nuh. Kita tahu bahwa kemudian Tuhan
menghukum dengan mengacau balaukan mereka dan membuat mereka
terpencar-pencar ke seluruh penjuru bumi.

Walau penghukuman Allah telah menimpa Babel dan riwayat kota itu telah
berakhir, tetapi janji Allah kepada Nuh tidak sirna. Nuh dan
sebagian keturunannya akan tetap memegang janji itu. Karena itu
masih ada orang-orang yang setia kepada Tuhan, yang tidak
ikut-ikutan dalam peristiwa yang merupakan pemberontakan terhadap
Tuhan itu.

Sem adalah anak Nuh yang dikhususkan Allah untuk menghasilkan
keturunan Ilahi yang menjadi berkat bagi banyak orang. Perikop
yang kita baca hari ini menampilkan daftar keturunan Sem yang
tidak muncul dalam bagian sebelumnya (Kej. 10:1-32). Di perikop
ini, silsilah Sem ditampilkan lebih terinci. Disebutkan bahwa
Selah memperanakkan Eber, dan Eber kemudian memiliki dua orang
anak yang bernama Yoktan dan Peleg. Silsilah keturunan Yoktan
telah dituliskan sebelumnya bersama-sama dengan silsilah keturunan
Ham dan Yafet. Nama Yoktan sendiri malah sama sekali tidak muncul
pada perikop ini. Penulis lebih fokus menyajikan daftar keturunan
Peleg secara terinci yang berakhir pada Abram, Nahor, dan Haran
(26). Ini mengindikasikan bahwa silsilah ini merupakan gambaran
generasi yang dipersiapkan Allah untuk sebuah rencana yang telah
Dia persiapkan. Seperti kita baca dalam kisah selanjutnya bahwa
Abraham merupakan orang pilihan Allah untuk menjadi bapak dari
sejumlah besar bangsa.

Daftar keturunan Sem ini memperlihatkan bahwa murka Allah bukan
dimaksudkan untuk meniadakan janji-Nya. Janji-Nya kepada umat-Nya
akan tetap tergenapi dan Ia akan memilih orang-orang yang tepat
untuk itu, yaitu orang-orang yang setia kepada Dia.

Kiranya pilihan Tuhan atas kita membuat kita untuk tetap bertekun
dalam kesetiaan iman kita kepada Dia.

Kejadian 11:10-26

Kamis, 05 Mei 2011

JOSEF FRITZL

Josef Fritzl, seorang pria Austria berumur 73 tahun, tiba-tiba
membuat heboh warga sedunia pada April 2008 yang lalu. Mengapa?
Sebab pada saat itu baru diketahui bahwa selama hampir 24 tahun, ia
telah menyekap dan menganiaya anaknya sendiri, Elisabeth Fritzl, di
ruang ba-wah tanah rumahnya. Sebuah kekejaman yang tak terbayangkan
dan membuat semua orang bergidik. Seorang ayah yang semestinya
menjadi pelindung anak-anaknya, justru menjadi pemangsa yang buas.
Mengerikan!

Dalam skala dan bentuk berbeda, pemimpin Israel pada zaman Yehezkiel
juga melakukan hal serupa. Mereka yang seharusnya menjaga umat
Israel, seperti gembala merawat domba-dombanya, justru memangsa
orang-orang yang dipimpinnya (ayat 3, 4). Rakyat diperas dan
dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan pribadi dan para pemimpin
(ayat 8). Tuhan pun murka kepada mereka. Dan, melalui Yehezkiel,
Tuhan menyatakan penghukuman-Nya (ayat 10).

Dalam kapasitas kita masing-masing, selalu ada orang yang Tuhan
tempatkan untuk kita pimpin. Mungkin di masyarakat, di tempat kerja,
di gereja, di organisasi, di rumah, dan sebagainya. Kewajiban kita
adalah menjaga mereka dengan penuh tanggung jawab dan kepedulian.
Juga, menjaga diri supaya tidak terjebak memanfaatkan mereka untuk
kepentingan pribadi. Sebaliknya, kalau perlu mengorbankan diri untuk
mereka.

Di sisi lain, kalau kita menjadi yang dipimpin, adalah tugas kita
untuk menjaga agar pemimpin kita tidak menjadi salah arah. Dengan
tidak memberi mereka kuasa tak terbatas dan memakai jalur-jalur
pengawasan untuk ikut aktif menjagai mereka --ALS

TUGAS KEPEMIMPINAN BUKAN MENCARI UNTUNG PRIBADI
TETAPI UNTUK MENGAYOMI DAN MELAYANI
Yehezkiel 34:1-16

Bijak bertindak

"Mr. Bean" adalah sebuah film komedi yang berkisah tentang seorang
pria yang sering kali melakukan kesalahan atau tindakan konyol,
yang mengundang tertawaan para penonton. Memang ada
kesalahan-kesalahan tertentu yang memancing tawa kita bila
melihatnya. Malah kadang kala kita seolah ingin berbagi kelucuan
dengan menceritakannya kepada orang lain.

Di awal kisahnya, Nuh dikenal sebagai orang benar dan hidup bergaul
dengan Allah (Kej. 6:9). Namun anggur yang dia tanam kemudian
menjadi awal sebuah bencana lain di dalam hidupnya. Ia mabuk dan
terbaring telanjang di dalam kemahnya (21). Bila sebelumnya Nuh
dikenal sebagai orang yang tidak bercela di antara orang
sezamannya (Kej. 6:9), saat itu ia melakukan tindakan tercela yang
berdampak memalukan sebagai akibat anggur yang menguasai dirinya.

Kejatuhan Nuh ternyata membuat orang lain tersandung juga. Ham, anak
Nuh, yang melihat ayahnya berada dalam kondisi demikian, tidak
dapat menahan diri untuk tidak menceritakan hal itu kepada kedua
saudaranya yang lain, yaitu Sem dan Yafet (22). Berbeda dengan
Ham, Sem dan Yafet berupaya menutupi aurat ayahnya dengan tidak
melihatnya (23).

Bagi Nuh, tindakan Ham merupakan suatu kesalahan besar. Ia sama sekali
tidak berupaya melindungi martabat ayahnya, melainkan menceritakan
hal yang memalukan itu kepada orang lain. Dapat dipahami bila
kemudian Nuh menjatuhkan kutukan atas Ham (25-27).

Bagaimana sikap kita ketika melihat orang lain melakukan kesalahan
yang tidak disadari atau kegagalan yang tidak disengaja? Apakah
kita merasa senang atau malah menyebarluaskan kisahnya kepada
orang lain? Seberapa besar ketertarikan kita mendengarkan suatu
skandal, misalnya anggota jemaat yang berselingkuh sehingga rumah
tangganya terancam keretakan? Seharusnyalah kita berduka melihat
saudara seiman kita jatuh ke dalam dosa. Bila memungkinkan,
jadilah teman yang akan mengingatkan dia. Setidaknya doakan dia.

Kejadian 9:18-29

Rabu, 04 Mei 2011

Yang Lemah Dikuatkan

Sejak kecil saya (WS) dididik sebagai orang Kristen oleh orang tua saya. Tetapi dalam perjalanan hidup kekristenan itu, saya mengalami kemunduran oleh karena keangkuhan diri. Contohnya, saya meninggalkan gereja karena saya merasa pengurus gereja meremehkan saya dengan tidak menatap mata saya pada saat bersalaman setelah kebaktian. Jika istri saya mengajak pergi ke gereja, salah satu cara saya untuk menghindar adalah dengan datang terlambat ke gereja; kebaktian biasanya dimulai pukul 09.00 pagi dan saya berangkat dari rumah dengan kecepatan rendah, sehingga tiba di gereja pukul 10.00 lebih. Dengan alasan "malu" karena sudah terlalu terlambat, maka kami pergi ke tempat lain. Karena kesuksesan saya dalam bisnis, saya merasa bahwa sayalah yang memunyai kemampuan dan kepandaian yang hebat, sehingga bukan saja keangkuhan saya semakin menjadi-jadi, tetapi saya pun semakin jauh dari Tuhan.

Pada saat Irak menyerang Kuwait, peperangan tersebut ternyata berindikasi buruk terhadap keadaan perekonomian di Indonesia. Pemerintah membentuk "Crisis Center" dan beberapa pengusaha -- termasuk saya -- mendapat tugas untuk mengatasi penurunan volume ekspor karena embargo PBB terhadap Irak, dengan mengembangkan ekspor ke negara-negara lain yang sebelumnya belum tergarap oleh para pengusaha Indonesia. Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan penuh, agar para pengusaha yang ditunjuk dapat melakukan usahanya di negara-negara tersebut dengan sebaik-baiknya. Saya ditunjuk untuk menangani daerah Eropa Timur (bekas negara-negara komunis) dan beberapa negara lain di luar kawasan itu. Hanya dalam kurun waktu 2 tahun, saya telah membentuk 12 perusahaan patungan di 12 negara di daerah tersebut, karena kami didukung sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga segala fasilitas, terutama yang menyangkut dengan keuangan, kami peroleh dengan mudah tanpa melalui prosedur yang bertele-tele. Kamijuga sangat disegani oleh para wakil pemerintah di negara-negara tersebut, karena kami dianggap sebagai utusan-utusan khusus pemerintah dengan tugas penting -- untuk kepentingan ekonomi Indonesia.

Pada tahun 1993-1994 terjadi gejolak di negara-negara Eropa Timur dan terjadi reformasi besar-besaran. Pasar dibuka dengan berbagai kemudahan tetapi tidak didukung dengan hukum yang jelas, sehingga para investor asing mengalamikesulitan dengan hukum yang tidak jelas, inflasi yang luar biasa tinggi, serta tidak memunyai dukungan pemerintahan negara-negara di Eropa Timur untuk menjaga stabilitas moneternya. Dalam waktu kira-kira tiga bulan, perusahaan-perusahaan kami di daerah tersebut mengalami kehancuran, dan ini merembet keanak-anak perusahaan di negara-negara lain, termasuk perusahaan induknya. Sebagai dampaknya, bukan saja seluruh struktur keuangan dari perusahaan kami mengalami kehancuran, tetapi kami tidak mampu membayar karyawan yang berjumlah ratusan. Hanya lima orang karyawan yang sudah bekerja selama belasan tahun yang bersedia melalui masa-masa yang sulit bersama dengan saya dan mereka tidak menerima gaji untuk beberapa bulan.

Saya mengalami depresi yang berat dan merasa malu dengan segala kegagalan tersebut, dan untuk beberapa bulan saya tidak mau dan tidak berani bertemu dengan orang-orang. Pada saat saya sedang berjalan dalam krisis tersebut, Tuhan mengutus seorang ibu datang memberikan sebuah buku yang berjudul "That TheStrong Man Should Stand". Setelah membacanya, saya mulai sadar dan kembali kepada Tuhan. Sebuah Alkitab yang sudah berdebu karena tidak pernah disentuhselama bertahun-tahun mulai saya baca kembali. Bahkan saya menyelesaikan pembacaan Alkitab itu hanya beberapa bulan.

Pada suatu hari, sebuah faks penawaran harga tersasar ke kantor kami. Karyawan kami yang tinggal 5 orang dan bekerja secara sukarela bertanya kepada saya, apakah faks tersebut perlu dijawab atau tidak. Karena saya berpikir permintaan tersebut tidaklah serius dan saya tidak pernah memunyai hubungan dagang dengan Korea Selatan sama sekali, maka saya berkata agar ia membalas secukupnya saja. Selang beberapa waktu kemudian, penawaran yang kami buat dibalas, bahkan mereka mengirim kontrak melalui faks tanpa menawar harga sebelumnya, serta berpesan "Kontrak pemesanan akan segera diurus". Segera staf saya menandatangani kontrak tersebut lalu mengirimkannya kembali. Suatu hari, stafsaya menerima telepon dari sebuah bank agar kami mengambil dokumen yang ternyata adalah sebuah L/C (Letter Of Credit) yang sudah dibuka sejak 2 bulan yang lalu dan masa berlakunya 3 bulan. Staf saya menunjukkan kepada saya L/C orisinal yang bernilai sama seperti ekspor kelima negara di Eropa Timur. Saya mengucap syukur sambil menangis di hadapan Tuhan. Saya melihat bahwa Tuhanitu baik dan memberikan pertolongan-Nya pada saat yang tepat.

Pada suatu hari, perusahaan kami yang bergerak di bidang perkayuan dan kayugelondongan menyewa sebuah kapal yang besar untuk mengangkut kayu gelondongan tersebut. Ternyata muatan yang harus diangkut belum tersedia, sehingga kapal tersebut harus menunggu. Saya memutuskan untuk pergi ke Banjarmasin dan menyelesaikan persoalan tersebut. Sementara itu istri saya, tanpa sepengetahuan saya, telah membuat janji untuk mengikuti rekaman acara rohani di studio. Hal ini telah membuat saya emosi kepada istri saya. Tetapi saya sadar, bahwa saya telah berjanji untuk melakukan pekerjaan Tuhan dan akhirnya saya mengisi rekaman sampai jam 12.00 siang. Karena studio tersebut dipakai oleh artis-artis, maka rekaman untuk kami ditunda, sehingga mengakibatkan saya tidakdapat berangkat ke Banjarmasin, dan hanya relasi saya yang sudah berangkat lebih dahulu untuk menunggu saya di sana.

Malam harinya, saya menyaksikan siaran berita di TV. Saya sangat terkejut ketika mendengar sebuah pesawat yang lepas landas dari Banjarmasin, 30 menit kemudian jatuh dan terbakar, dan tidak ada seorang pun yang selamat. Ternyata pesawat itu adalah pesawat yang membawa rekan saya dan nama saya tercantumdalam daftar penumpang, karena rekan saya sudah "check-in" tiket atas nama saya dan saya ditinggal karena saya belum tiba pada saat keberangkatan. Saatitu saya baru merasakan bahwa sesungguhnya hidup itu ada di tangan Tuhan, dan Tuhan masih memberikan kesempatan kepada saya untuk hidup karena Dia masih ingin memakai saya untuk bekerja bagi Dia di dunia ini. Sejak saat itu, saya memberikan sebagian besar waktu saya untuk melayani Tuhan dan sisanya saya gunakan untuk kegiatan bisnis. Saya ingin mengatakan, "Pada saat saya merasa mampu, sebenarnya saya lemah, dan pada saat saya jauh dari Tuhan, saya sebenarnya tidak berdaya. Tetapi pada saat saya di dalam Dia, maka saya menjadi kuat".