Rabu, 24 Agustus 2011

NILAI KEKAL HARTA

Lam Kin Bong adalah pengusaha restoran ternama dari Hongkong.
Dalam pelelangan kapal induk bernama HMS Invincible dari Inggris,
Mr. Lam menawarnya seharga Rp71.720.000.000, 00. Kapal ini ber-peran
penting dalam perang Inggris-Argentina, ketika memperebutkan
Falkland pada 1982. Bila menang, Mr. Lam akan mengubah kapal itu
menjadi sekolah internasional, guna membina hubungan komunikasi dan
budaya antara Inggris-China.

Alangkah indah bila orang-orang kaya di dunia menginvestasikan uang
untuk tujuan kemanusiaan, perdamaian, dan kemajuan peradaban. Bukan
untuk memicu perang atau mengeksploitasi alam. Da-lam bacaan kita,
cara si bendahara memang tidak benar. Namun, mari pelajari
kecerdikannya dalam merencanakan masa depan (ayat 8). Ia sadar,
kelak ia akan meninggalkan jabatan dan kehilangan otoritas mengelola
harta tuannya. Maka, sebelum saat itu tiba ia memakai kesempatan
untuk mem-bangun persahabatan, dengan menggunakan harta tuannya.
Supaya kelak ia mendapat balasan dengan diberi tumpangan.

Perumpamaan ini mengajarkan bahwa harta yang ada pada kita, bukan
milik kita. Kita dipercaya, tetapi hanya untuk mengelolanya. Suatu
saat, semua akan kita tinggalkan. Jadi, gunakan kesempatan untuk
mengelolanya dengan cerdik, untuk tujuan yang kekal. Harta duniawi
memang sangat kecil nilainya dibanding harta surgawi. Namun jangan
menyepelekannya. Cara kita mengelola yang "kecil" ini mencerminkan
apakah kita orang beriman yang setia kepada Allah atau penyembah
Mamon (ayat 10-13). Apakah kita memakai harta dan kemampuan untuk
melayani Allah, atau kita diperhamba harta untuk memuaskan nafsu
daging? --SST

TUHAN MEMPERCAYAKAN HARTA BUKAN AGAR KITA MEMULIAKAN DIRI
NAMUN AGAR KITA MEMULIAKAN DIA SETINGGI-TINGGINYA

Lukas 16:1-13

Selasa, 23 Agustus 2011

LAKUKAN LEBIH DULU

Sering orang berkata, intisari kekristenan ialah kasih. Indah, ya?
Hanya masalahnya, bagaimanapun kasih adalah suatu kata benda
abstrak. Kita masih punya "pekerjaan rumah". Bagaimana
meng-ungkapkan kasih secara membumi dalam kehidupan sehari-hari?
Syukurlah, Yesus bukan hanya ber-wacana tentang kasih. Dia
memberikan teladan. Dia juga menyampaikan petunjuk praktis. Salah
satunya ialah nas hari ini, yang dikenal sebagai Kaidah Kencana.
Perintah ini berlaku dalam hubungan kita dengan sesama, siapa saja,
baik saudara seiman maupun bukan.

Orang kerap menyatakannya dalam bentuk negatif: "Jangan berlaku
buruk terhadap sesamamu, kalau kamu tidak ingin diperlakukan secara
buruk." Yesus memilih bentuk positif untuk menegaskan
signifikansinya. Lebih mudah bagi kita untuk menahan diri tidak
melakukansesuatu yang mencelakakan sesama kita. Yesus mengundang
kita untuk melangkah lebih jauh: berinisiatif melakukan kebaikan
kepada sesama kita. Berprakarsa memikirkan dan mengutamakan
kepentingan orang lain. Istilah gaulnya, menjemput bola. "Kamu ingin
dikasihi? Kasihilah orang lain lebih dulu."

Jadi, bagaimana mengasihi orang yang Anda jumpai hari ini? Ikuti
Kaidah Kencana. Bayangkanlah bila Anda berada dalam posisi orang
itu, dan pikirkan bagaimana Anda ingin diperlakukan. Anda ingin
disambut dengan senyuman? Tersenyumlah lebih dulu kepada orang itu.
Anda ingin didengarkan? Dengarkan lebih dulu curahan hati dan keluh
kesahnya. Anda ingin dimaafkan? Maafkanlah orang itu lebih
dulu-bahkan sebelum ia meminta maaf. Dan seterusnya. Ya. Lakukanlah
lebih dulu --ARS

KASIH ITU TIDAK PASIF MENANTI SEBALIKNYA, IA AKTIF MEMBERI

Matius 7:12-14

TEGURAN TENTANG KEKHAWATIRAN

Jangan kamu kuatir, burung di udara Dia pelihara ... Jangan kamu
kuatir, apa yang kau makan minum pakai ... Jangan kamu kuatir, Bapa
di surga memelihara". Ini adalah lagu yang kerap kita nyanyikan di
gereja. Nadanya enak, liriknya bagus dan menghibur hati. Ya, memang
ayat mengenai ucapan Tuhan Yesus lebih sering kita pakai untuk
memberi kekuatan dan penghiburan, khususnya tatkala kita sedang
menghadapi kekhawatiran dalam hidup. Namun, pernahkah kita melihat
ayat ini dari sisi yang lain, yakni sebagai sebuah teguran?

Di pertengahan perikop ini, Tuhan Yesus mengatakan bahwa segala apa
yang hendak kita makan, minum, dan pakai, adalah hal-hal yang dicari
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ayat 32). Artinya,
kita yang mengenal Allah seharusnya tidak perlu mengedepankan
hal-hal itu, karena kita memiliki Allah yang maha mengetahui segala
kebutuhan kita. Jadi selain menghibur, sesungguhnya ayat ini juga
menegur dengan keras. Menegur kita yang mengaku percaya kepada
Allah, tetapi masih mengkhawatirkan hal-hal materi. Sebuah teguran
agar kita tidak lagi memiliki hati seperti bangsa yang tidak
mengenal Allah.

Kekhawatiran memang bisa menggeser fokus pandangan kita kepada
Allah. Itu sebabnya Allah meminta kita mencari kerajaan-Nya terlebih
dulu dalam segala hal (ayat 33). Bila Allah ada di tempat terbesar
di hati kita, bila Allah menjadi yang terutama di hidup kita, maka
kita akan memiliki pengharapan yang pasti. Percayailah Allah dengan
sepenuh hati, maka atas segala yang kita perlu, Dia tidak pernah
akan berdiam diri --RY

KEKHAWATIRAN BISA MENJADI TEMBOK PENGHALANG
YANG MENUTUPI PANDANGAN KITA KEPADA ALLAH

Matius 6:25-34

Jumat, 19 Agustus 2011

PELATIH IMAN

Apakah kegiatan sehari-hari seorang atlet maraton? Ia akan
menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk berlatih; berlari
menempuh jarak yang jauh. Esoknya, rutinitas yang sama terulang
kem-bali. Maka, sangat wajar jika para atlet merasa jenuh. Mereka
kadang jadi malas berlatih, bahkan bisa merasa tidak ingin berlari.
Namun apa yang dilakukan sang pelatih ketika melihat pelarinya
merasa demikian?

Pelatih akan mendorong para atletnya untuk tetap mendisiplin diri
dan terus berlatih. Itu sebabnya terkadang seorang pelatih bisa
tampak begitu kejam; seakan-akan ia tak mau tahu keletihan
pelarinya. Sampai-sampai si pelari mungkin bisa membenci pelatihnya.
Namun, ketika kemenangan berhasil dicapai, maka pelari itu akan
sangat berterima kasih kepada sang pelatih yang telah bersikap
begitu tegas mendisiplin dirinya.

Hal yang sama juga Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Kita adalah para
pelari yang harus menyelesaikan pertandingan sampai garis akhir.
Untuk mencapai kemenangan itu, Tuhan akan menjadi Pelatih kita dan
mempersiapkan kita begitu rupa agar kita sampai ke garis akhir.
Namun, saat kita menerima didikan dan disiplin dari Tuhan-Pelatih
iman kita, sangat mungkin kita merasa tidak nyaman secara da-ging.
Bukankah terkadang kita juga letih dan jenuh secara rohani? Namun,
Tuhan tidak mau membiarkan itu. Dia rindu melihat kita menyelesaikan
pertandingan dengan baik. Jadi, latihan dan pen-disiplinan Tuhan
yang berat itu sebenarnya untuk kebaikan kita sendiri; agar kita
dipersiapkan untuk menjadi orang-orang yang berkemenangan --PK

TERUSLAH BERTEKUN DALAM LATIHAN IMAN
SEBAB KITA SEDANG DIPERSIAPKAN UNTUK MENJADI PEMENANG

1 Korintus 9:24-27

Kamis, 18 Agustus 2011

DUA JALUR KERETA API

Pada masa yang sama, Rick Warren, penulis buku Purpose Driven
Life, mengalami dua hal yang bertolak belakang. Ia menuai kesuksesan
besar karena bukunya tercetak hingga 15 juta eksemplar. Namun
bersamaan dengan itu, hatinya merasa berat karena istrinya, Kay,
diserang kanker.

Menyikapi hal bertentangan ini, Rick berkata, "Saya terbiasa
berpikir bahwa hidup adalah deretan gunung dan lembah-kita berjalan
melalui saat-saat gelap, mencapai puncak gunung, kemudian kembali
lagi, begitu terus-menerus. Kini saya tidak percaya itu lagi. Hidup
ini lebih seperti dua jalur kereta api yang menyatu di ujung, dan di
sepanjang waktu Anda akan menjumpai hal baik dan juga hal buruk.
Sebanyak apa pun hal baik yang Anda terima, Anda tetap akan
menghadapi hal buruk yang mesti diatasi. Sebaliknya, seburuk apa pun
hidup yang Anda jalani, selalu ada hal baik yang dapat disyukuri."

Menyadari bahwa manusia tak dapat menghindar dari hidup yang
berdinamika seperti dua "jalur kereta", Paulus mengungkap tiga
nasihat sederhana tetapi sangat penting untuk selalu dilakukan,
da-lam segala keadaaan-baik dan buruk-yakni: bersukacita, berdoa,
mengucap syukur. Agar ketika suka datang, manusia tak menjadi
takabur. Atau, ketika duka menyapa, manusia tak menjadi habis asa.
Sebab, sesungguhnya melalui jalan ini Tuhan menolong manusia untuk
selalu melihat hidupnya secara seimbang. Bahwa hidupnya
terselenggara bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi selalu ada
Tuhan yang berdaulat. Dan, bahwa manusia hidup bukan hanya untuk
menikmati dunia, tetapi bahwa ada urusan kekekalan yang harus
dipersiapkan sekarang --AW

DUKA DAN BAHAGIA KADANG DATANG BERSAMAAN
AGAR KITA TAK LUPA DIRI DAN LUPA TUHAN

1 Tesalonika 5:16-18

MENGISI KEMERDEKAAN

Pada 1942, di masa awal penjajahan Jepang, Amir Syarifuddin
Harahap berbicara dalam perayaan Natal BPPKK (Badan Persiapan
Persatuan Kaum Kristen). Tokoh kristiani yang kemudian menjadi
perdana menteri RI itu mengimbau agar orang kristiani tidak hanya
memikirkan alam baka, tetapi "harus berdiri dengan kedua kakinya di
tengah masyarakat yang bergolak." Amir berkata demikian karena umat
kristiani Indonesia masa itu cenderung apatis terhadap dinamika
masyarakat. Mereka lebih suka berfokus pada hal-hal rohani.

Puluhan tahun kemudian, setelah Indonesia merdeka, masalah yang sama
rupanya masih melilit umat kristiani di Indonesia. Banyak gereja
mengaku "menjunjung Alkitab", tetapi sayangnya cenderung apatis
terhadap persoalan bangsa. Mereka lebih suka berfokus pada hal-hal
rohani yang berkaitan dengan ibadah, pekabaran Injil. Soal mengisi
kemerdekaan Indonesia dengan keterlibatan di segala bidang, nyaris
tidak pernah dikaji atau ditekankan.

Tentu, ibadah dan pekabaran Injil perlu. Tetapi jika hanya itu yang
dilakukan orang kristiani, berarti kita belum sepenuhnya mengerti
isi hati Allah. Dalam bagian Kitab Yesaya yang kita baca hari ini,
Allah jelas-jelas menginginkan ibadah umat-Nya berdampak pada
perubahan sosial. Isu keadilan (ayat 6) dan kemiskinan (ayat 7),
yang secara khusus menyangkut bidang politik, hukum, dan ekonomi,
harus menjadi perhatian kita.

Hari ini, biarlah imbauan Amir Syarifuddin mengingatkan kita akan
panggilan kristiani di tengah masyarakat. Biarlah kita disemangati
kembali untuk turut giat mengisi kemerdekaan bangsa --ST

IBADAH YANG SEJATI MEMBUAT BANGSA DIBERKATI

Yesaya 58:5-8

ALLAH DI EMBUN KELAM

Setiap kali halilintar menggelegar di udara, di tengah hujan deras
dan angin yang berembus kencang, anak-anak selalu akan menjerit dan
segera lari ke pelukan saya. Ya, suara halilintar yang mengerikan
itu, selalu membuat mereka ketakutan.

Kedahsyatan guntur juga pernah membuat umat Israel ketakutan-seperti
dalam bacaan hari ini. Keluaran 20 menyaksikan kehadiran Allah
dengan sedemikian megah: "guruh mengguntur, kilat
sam-bung-menyambung, sangkakala berbunyi, gunung berasap" (ayat 18).
Bagaimana umat tidak tergetar dengan tanda-tanda itu? Mereka takut,
gemetar, dan berdiri jauh-jauh ... bahkan tak berani mende-ngar
Allah yang dahsyat itu berbicara (ayat 19). Ya, kedahsyatan alam
yang mewakili kehadiran Allah memang menggetarkan.

Namun, betapa menarik apa yang ditulis pada ayat 21: "tetapi Musa
pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada". Allah yang
dahsyat ternyata juga bisa berada di tengah kekelaman embun, yang
dalam bahasa Ibrani disebut "araphel", yang bisa berarti "awan
pekat". Di sini kita mendapat kesan yang berkebalikan dari gambaran
kedahsyatan. Tiba-tiba muncul suasana temaram, dingin, dan teduh.
Demikianlah Allah menjelaskan bahwa selain dahsyat, Dia juga bisa
teduh. Kedahsyatan dan keteduhan Allah tak perlu dilawankan. Allah
bisa hadir dalam kedua suasana itu.

Firman Tuhan mengajar kita bahwa Dia dapat dijumpai dalam hal-hal
yang besar dan hebat, juga dalam keteduhan yang menenteramkan. Dia
bisa hadir dalam berbagai persoalan hidup. Dalam segala keadaan
kita. Sudahkah Anda bertemu Allah hari ini? --DKL

DI DALAM KRISTUS
BAHKAN ALLAH MENDEKATKAN DIRI-NYA KEPADA KITA

Keluaran 20:18-21

GILA VS KERASUKAN SETAN

Apa perbedaan orang gila dan orang kerasukan setan? Ini pendapat
seorang psikiater-sekaligus istri pendeta: "Orang sakit jiwa
berpandangan mata kosong meski tindakannya bisa agresif. Sedang
orang yang kerasukan akan bermata liar bila ditatap langsung."
Sekitar 30 tahun lalu, kami pernah menghimpun para siswa untuk
tinggal di home training. Suatu hari, datang seorang pemuda yang
sudah 3 hari terlunta-lunta turun-naik mobil tumpangan dan berjalan
kaki dari Gombong sampai Yogya. Ia sangat lemas karena tidak makan.
Kami memberinya makan, lalu mengajaknya beribadah. Tiba-tiba ia
kejang dan menjerit-jerit.

Enam siswa berbadan cukup besar memeganginya, tetapi entah kekuatan
dari mana, pemuda loyo ini bisa melemparkan semuanya. Ketika saya
menanyainya, "Siapa kamu?" Ia berteriak: "Jangan ganggu aku!" Lalu
ia mengaku sebagai si A, si B, si C. Sungguh mengerikan. Lalu saya
teringat pada firman Tuhan bahwa bila terang itu datang, gelap akan
terusir pergi (Yohanes 1:4-5). Maka, saya pun ber-teriak: "Dalam
nama Yesus, pergi, hai engkau kuasa jahat!" Tiba-tiba pemuda itu
menggelepar, lalu tertidur hingga pagi. Tuhan memulihkannya.

Alkitab juga menyajikan fakta bahwa setan ada dan bisa
bermanifestasi dalam manusia. Di Gadara, dua orang yang kerasukan
setan berteriak kepada Yesus: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak
Allah?" Namun di hadapan Yesus, setan takluk. Maka, percayalah penuh
kepada Yesus. Melalui Roh-Nya, Dia melindungi dan menjagai
anak-anak-Nya. Kuasa-Nya melampaui segala kuasa, termasuk kuasa
setan (Yohanes 10: 28-30). Jika setan pun mengakui kedahsyatan-Nya,
masakan Anda meragukan penyertaan-Nya? --SST

SETAK TAK DAPAT MERASUKI MANUSIA
YANG MENGUNDANG YESUS TINGGAL DI HATI DAN HIDUPNYA

Matius 8:28-34

PAGAR PERISAI

Anugerah, atau dalam bahasa Yunani charis, ialah kemurahan Allah
yang berlaku secara cuma-cuma dan universal. Allah memberikannya
bukan karena kita mampu dan hebat, tetapi justru karena kita payah
dan tidak berdaya. Anugerah juga berbicara tentang pengaruh
kemurahan Allah itu di dalam hati penerimanya, yang selanjutnya
melahirkan perbuatan yang penuh rasa syukur kepada Dia yang
mem-berikan anugerah. Anugerah memberi kita kuasa dan kemampuan
untuk hidup sebagai orang benar.

Daud menggambarkan kedua aspek anugerah itu secara indah. Ia
melukiskannya sebagai pagar dan perisai dalam konteks pertempuran
melawan musuh. Pagar menggambarkan perlindungan yang mengelilingi
kita, menegaskan batas, memberikan rasa aman, menjaga kita terhadap
serangan dari berbagai penjuru. Allah menaungi kita karena kita
tidak berdaya dan memilih untuk berlindung kepada-Nya (ayat 12).
Berlindung dari apa? Dari serangan kejahatan yang diuraikan dalam
ayat-ayat sebelumnya. Pagar anugerah Allah memisahkan kita dari si
jahat.

Perisai juga melindungi kita, namun dari serangan yang spesifik.
Berbeda dari pagar, kita perlu mengangkatnya untuk menangkis
serangan musuh. Perisai anugerah, dengan demikian, memampukan kita
untuk secara aktif menolak kejahatan, mengelakkan cecaran pencobaan,
memadamkan panah api si jahat yang mengincar jiwa.

Setiap hari, dari waktu ke waktu, kita memerlukan anugerah Allah. Di
dalam Kristus, kita menerima anugerah demi anugerah (Yohanes 1:16).
Dalam perlindungan pagar dan perisai anugerah-Nya itu, kita
sepenuhnya aman dan tenang, lega dan puas --ARS

BAGI ORANG YANG MENYADARI KETIDAKBERDAYAANNYA
ANUGERAH ADALAH PELUKAN PERLINDUNGAN ALLAH

Mazmur 5

MENERIMA KRITIK

Menerima kritik memang tidak enak. Telinga kita terasa panas dan
lidah kita ingin segera membantah. Kalau kita punya kekuasaan yang
cukup, kita ingin membungkam si pengkritik dengan cara apa pun,
seperti yang digambarkan dalam film V for Vendetta. Film ini
mengisahkan tentang situasi negara Inggris yang di masa depan
dipimpin oleh seorang diktator. Suatu hari sang diktator menerima
kritik da-ri seseorang. Tak lama kemudian, sekelompok pasukan
menyergap si pengkritik tersebut. Lalu nasibnya tak pernah terdengar
lagi sejak saat itu.

Dalam perikop Alkitab kita hari ini, Yesus mengkritik imam-imam
kepala dan orang Farisi melalui perumpamaan-Nya. Secara spesifik,
Dia mengkritik bahwa mereka selama ini telah menolak Allah, bahkan
hendak membunuh Anak-Nya. Akan tetapi, bukannya para imam dan orang
Farisi bertobat, mereka malah berusaha menyingkirkan Yesus. Kita
tahu bahwa akhirnya mereka menangkap dan menyalibkan Yesus. Maka,
kritik yang Yesus sampaikan tentang mereka sungguh menjadi
kenyataan.

Kritik memang tidak enak didengar. Namun kalau dikelola dengan baik,
kritik dapat menjadi sesuatu yang berharga. Caranya, dengan dengan
tidak langsung bereaksi pada saat dikritik. Sebaliknya, tenangkan
diri dan renungkan isi kritik itu. Kalau memang isinya benar,
berterima-kasihlah kepada si pengritik dan mulailah mengubah diri
kita. Kalau isi kritik itu salah, selidiki mengapa sampai orang
me-lemparkan kritik tersebut. Mungkin ada sesuatu yang membuat orang
itu salah mengerti tentang kita. Klarifikasikan hal tersebut. Kritik
yang terasa pahit bisa saja menghasilkan buah yang manis --ALS

KRITIK MEMANG TAK ENAK DIDENGAR, TAPI PERLU
SEBAB IA AKAN MENUNJUKKAN YANG TIDAK BERES ~WINSTON CHURCHILL

Matius 21:33-46

BERHATI DEGIL

Orang bijak bisa belajar dari apa pun. Tidak saja dari hal
positif, tetapi bahkan dari hal negatif. Maka, kita bersikap bijak
dengan tetap berusaha belajar sesuatu dari bacaan hari ini, walau
kisahnya men-ceritakan tentang para murid Yesus yang tidak berhati
peka.

Biasanya, kisah Yesus dan para murid berakhir dengan pengalaman
positif. Namun kali ini, sang "narator" melaporkan bahwa para murid
belum juga mengerti, hati mereka tetap "degil" atau "tidak peka"
dalam terjemahan barunya (ayat 52). Kata "degil" berasal dari bahasa
Yunani: poroo, artinya "tertutupi oleh sesuatu yang tebal, mengeras,
tak kunjung paham". Ya, hati para murid tetap poroo, walau mereka
baru mengalami peristiwa hebat: Yesus berjalan di atas air. Ironis,
bukan? Setelah Yesus menyatakan diri pun, para murid tetap "sangat
tercengang dan bingung" (ayat 51). Padahal sebelumnya Yesus juga
baru saja membuat mukjizat: memberi makan 5.000 orang (6:30-44, 52).
Sungguh disayangkan, hati para murid ini begitu kaku, beku, dan
tertutup, sehingga lawatan Tuhan di depan mata tak kunjung
menghasilkan sukacita yang penuh rasa kagum.

Kita pun kerap bersikap seperti para murid. Kita tidak selalu cepat
paham dan tidak selalu mengerti karya Tuhan. Hati kita tetap degil,
keras, kaku, bebal, poroo. Hari ini, mari panjatkan doa untuk satu
hal: meminta kepekaan hati untuk melihat kehadiran dan karya Tuhan
setiap hari. Agar kita dapat senantiasa hidup dengan rasa syukur dan
kagum tiada henti, atas kebaikan-Nya yang tersebar dalam banyak
peristiwa. Hati yang penuh kagum, hormat, dan syukur kepada Allah
akan membangkitkan kekuatan batin yang besar --DKL

BIARLAH HATI KITA SELALU TERBUKA
PADA SETIAP KETERLIBATAN TUHAN DI HIDUP KITA

Markus 6:45-52

Kamis, 11 Agustus 2011

Iman dan kepekaan

Kita sering lebih menghargai berkat Allah yang berupa kekayaan,
kesehatan, dan terutama mukjizat. Namun sebenarnya berkat yang
lebih penting dalam hidup kita adalah penyertaan dan tuntunan
Tuhan. Hanya mungkin karena penyertaan Tuhan sering kelihatan
tidak spektakuler, maka kita melihat hal itu bukan sebagai sesuatu
yang istimewa.

Betapa indah tuntunan dan penyertaan Tuhan atas hamba Abraham sehingga
ia dapat berjumpa dengan Ribka melalui tanda yang ia minta. Namun
yang tidak kalah indah adalah bagaimana hamba Abraham itu yakin
bahwa Tuhanlah yang telah menyertai dia. Jika kita perhatikan
dengan teliti, permintaan hamba Abraham sesungguhnya cukup detail.
Ia meminta supaya gadis yang ia mintai minum, menawarkan diri
untuk memberi minum unta-untanya juga (43-44). Jika kita mau
bersikap skeptis, bisa saja kita meragukan apakah memang Tuhan
yang telah membuat semuanya berhasil, karena adalah biasa seorang
gadis menawarkan memberi minum kepada unta-unta. Bukan merupakan
sesuatu yang ajaib atau bersifat mukjizat, seperti tulisan tangan
di dinding. Hal semacam itu dapat dengan mudah dikategorikan
sebagai "kebetulan."

Akan tetapi, sang hamba melihat bahwa Tuhanlah yang menuntun dan
menyertai dia. Mengapa ia meyakini hal itu? Pertama, karena
Abraham begitu yakin akan penyertaan Tuhan dalam misi hambanya
itu. Abraham berkata "Tuhan, yang di hadapan-Nya aku hidup, akan
mengutus malaikat-Nya menyertai engkau, dan akan membuat
perjalananmu berhasil" (40). Kedua, karena hamba Abraham tersebut
percaya dan berdoa supaya Tuhan yang membuat perjalanannya
berhasil (42). Dengan demikian ketika terjadi tanda yang ia minta
dan gadis tersebut ternyata sanak keluarga Abraham, percayalah
sang hamba bahwa Tuhanlah yang menuntun dia (47-48).

Maka kita melihat bahwa imanlah yang membuat kita peka terhadap
tuntunan Tuhan. Apa yang kelihatan biasa saja dan tidak ajaib
sesungguhnya merupakan pimpinan Tuhan bila kita melihatnya dengan
kaca mata iman.

Kejadian 24:34-49

TAK PERNAH MELUPAKAN

Shannon Johnson, seorang ibu di Denver US, ditahan dan terancam
hukuman penjara 48 tahun. Ia se-ring meninggalkan anaknya yang masih
berumur 13 bulan untuk berendam di bathtub sendirian. Pada September
2010, si kecil tewas tenggelam, ketika si ibu asyik ber-"Facebook"
di kamar sebelah. Saat ditanyai, Johnson hanya menjawab, "Itu memang
tindakan yang sangat bodoh." Sungguh mengherankan dan tak dapat
dipercaya. Sebab, umumnya seorang ibu pasti rindu mengorbankan apa
saja demi membesarkan anak-anaknya.

Ketika Israel mengalami kesesakan dalam pembuangan, iman mereka
goyah. Lalu mereka menganggap, segala sengsara yang mereka alami
adalah karena Tuhan meninggalkan umat-Nya. Bagai seorang ibu yang
meninggalkan bayi yang sedang disusuinya. Namun, sekalipun ada ibu
yang lalai seperti Shannon, sekali-kali Tuhan Allah Israel tidak
akan meninggalkan mereka, demikian peneguhan Tuhan melalui Yesaya,
nabi-Nya, ketika menjawab tuduhan Israel.

Tuhan berkata, Dia "melukiskan Israel di telapak tangan-Nya" (ayat
16). Kata "melukis" ini bisa diterje-mahkan menjadi "tatoo", yakni
lukisan guratan pisau yang takkan terhapus. Demikianlah kasih
pemeliharaan-Nya atas Israel. Tuhan tak mengingkari janji-Nya.
Bahkan Tuhan akan memakai raja-raja untuk "mengasuh" Israel (ayat
23) dan membawa mereka kembali ke negeri perjanjian untuk kelak
membangunnya kembali (ayat 17-21). Apakah Anda dalam kesesakan?
Apakah doa Anda serasa tak terjawab? Apakah Anda merasa ditinggalkan
Tuhan? Tetaplah teguh, jangan goyah. Tuhan, Penjagamu, tidak
terlelap. Ada waktu-Nya, Dia pasti bertindak --SST

NAMA KITA TERLUKIS DI TANGAN-NYA
BIARLAH NAMA-NYA JUGA TERLUKIS KUAT DI HATI KITA

Yesaya 49:1-26

Rabu, 10 Agustus 2011

Meminta tanda

Kita cenderung membaca tanda sesuai keinginan hati kita, karena itu
kita sering salah membaca tanda dari Tuhan. Untuk itu memang
diperlukan hikmat Tuhan, seperti yang dilakukan oleh hamba Abraham
dalam nas hari ini.

Hamba Abraham tak kalah serius dalam menunaikan tugasnya. Ia memulai
perjalanan dengan meminta petunjuk dan tanda dari Tuhan (Kej.
24:12-14). Tanda yang diminta sangat detail sehingga tak akan
mudah terjadi secara kebetulan dan melahirkan salah persepsi bahwa
tanda itu telah digenapi. Tanda yang ia minta juga menunjukkan
hikmat dan iman bahwa Tuhan akan memberikan istri yang berbudi
luhur kepada anak tuannya. Wanita itu tentulah seorang yang
mempunyai belas kasihan kepada binatang (Kej. 24:14) serta
berhikmat karena berhenti dekat sumur (Kej. 24:11).

Dalam perkenan Allah, ia menjumpai anak gadis yang melakukan persis
seperti tanda yang ia minta dari Allah (Kerj. 24:14, 18-19). Namun
ia tidak mau gegabah. Ia mengamat-amati, apakah situasi yang
terjadi sesuai doanya kepada Tuhan (21). Jika tidak, ia akan
menyimpulkan bahwa ia belum menemukan wanita yang tepat. Setelah
melihat bahwa Ribka melakukan seperti tanda yang ia minta, hamba
Abraham itu berkenalan dengan Ribka sehingga kemudian tahu bahwa
Ribka ternyata anak dari Betuel, anak Nahor, saudara Abraham (Kej.
22:20-24). Hamba ini pun kemudian yakin bahwa Tuhan menuntun dia
(26-27).

Dalam pergumulan iman, kadang kita membutuhkan tanda dari Tuhan,
sebagai jawaban atau tuntunan. Namun kita harus memeriksa hati
kita, jangan sampai kita meminta tanda untuk keuntungan diri dan
bukan bagi terlaksananya maksud Tuhan di dalam hidup kita. Meminta
tanda juga membutuhkan hikmat untuk memahami situasi, maka kita
perlu terus mengamati dengan seksama apakah tanda itu benar-benar
dari Tuhan.

Dan supaya kita tidak mudah jatuh pada hal-hal yang bersifat ekstrim,
adalah baik untuk selalu bergantung pada firman Tuhan dan Roh
Kudus yang akan memimpin kita pada kebenaran. Carilah konfirmasi
Tuhan dari firman dan Roh Kudus-Nya.

Kejadian 24:22-33

TAAT ITU SEDERHANA

Seorang anak dilarang makan permen oleh orangtuanya, karena sedang
batuk. Namun ketika ia melihat satu stoples permen di meja makan
yang warnanya begitu menarik, maka ia mulai tergoda. Ada keinginan
untuk mengambil dan menikmati permen itu. Lalu ia teringat pada
larangan orangtuanya. Hatinya bergumul. Ia tahu bahwa sebenarnya ia
tidak boleh makan permen selama masih batuk, tetapi keinginannya
untuk menikmati permen tersebut ternyata jauh lebih besar dari
larangan orangtuanya. Akhirnya, ia lebih memilih keinginan hatinya.

Demikian juga dengan Hawa. Ia tahu bahwa buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, tidak boleh dimakan. Akan
tetapi, godaan dan keinginan hatinya mengalahkan larangan tersebut.
Ia melihat bahwa buah itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
apalagi buah itu akan memberi pengertian. Sungguh buah yang menarik
hati. Dan, dari keinginan tersebut lahirlah perbuatan yang melanggar
larangan Allah. Hingga jatuhlah Hawa ke dalam dosa karena
ketidaktaatannya.

Sesungguhnya, ketaatan itu sederhana. Kita hanya diminta melakukan
apa yang dikatakan Allah, tidak lebih dan tidak kurang. Namun,
mengapa dalam kondisi tertentu kita sulit untuk taat? Sebenarnya
yang sulit bukan perintah atau larangannya, tetapi mengendalikan
keinginan hati kita. Keinginan hati yang bertentangan dengan
perintah atau larangan Allah, bisa membuat kita merasa keberatan
untuk taat. Mari terus kenali Tuhan dan segala kehendak-Nya, agar
setiap keinginan hati kita semakin selaras dengan kerinduan-Nya --RY

KEATAATAN ITU SEDERHANA SAJA:
LAKUKAN APA YANG ALLAH MINTA, JAUHI APA YANG DIA LARANG

Kejadian 3:1-10

Sesuai ketetapan Allah

Kita sering berhadapan dengan aneka pengambilan keputusan: apakah
perlu pindah kerja demi kemajuan karier? Kemanakah kita harus
menyekolahkan anak-anak kita? Komitmen apa yang harus kita setujui
dan mana yang bisa kita tolak? Kita tentu ingin tahu, apa kehendak
Tuhan untuk hal-hal semacam itu.

Abraham tahu bahwa Allah bermaksud memberikan tanah Kanaan kepada
keturunannya sehingga orang Kanaan harus disingkirkan. Lalu
keturunan Ishaklah nantinya yang bertugas mengusir bangsa Kanaan.
Oleh karena itu Ishak tidak boleh menikah dengan wanita Kanaan
karena dapat memungkinkan kompromi iman dikemudian hari. Jika
Ishak beristrikan orang yang tak seiman, bisa saja si anak
mengikuti iman ibunya sehingga tidak mengimani Allah yang diimani
Abraham. Ini jelas tidak sesuai dengan kehendak Allah. Itulah
sebabnya Abraham bermaksud mencarikan istri bagi Ishak dari
kalangan sanak saudaranya. Maka ia menyuruh hambanya pergi ke
tempat keluarganya untuk mencarikan istri bagi Ishak (2-8).

Pentingnya hal ini bagi Abraham dapat kita lihat dari permintaan agar
hambanya bersumpah dalam nama Tuhan, yang empunya langit dan bumi,
(3) bahwa ia akan melakukan permintaan Abraham. Sampai dua kali
Abraham mengingatkan hambanya untuk tidak membawa Ishak ke Ur
(6-8). Abraham tahu bahwa Allah telah memanggil dia keluar dari Ur
dan menjanjikan negeri baru yang berkelimpahan. Maka ia atau
keturunannya tidak boleh kembali ke sana, sesuai ketetapan Allah
bagi dia.

Kita melihat bahwa Abraham begitu serius menerapkan kehendak Tuhan.
Dia bukan hanya bisa menuntut janji Allah, tetapi bersedia juga
mematuhi kehendak Allah dalam rangka penggenapan rancangan Allah
bagi hidupnya dan keturunannya. Ini menjadi pelajaran penting bagi
kita: apakah kita melakukan segala sesuatu dalam koridor
penggenapan rancangan Allah bagi hidup kita? Apakah ambisi
terhadap anak-anak kita tetap didasarkan pada penggenapan kehendak
Allah atas hidupnya juga? Kiranya teladan Abraham menolong kita
untuk menjalani hidup sesuai ketetapan Allah.

Kejadian 24:1-21

DUA MACAM KUIS

Daya tertarik pada sebuah terusan imel yang berisi dua macam kuis.
Kuis pertama meminta responden menyebutkan nama lima orang terkaya
di dunia, sepuluh pemenang hadiah Nobel, dan pemenang kontes Miss
Universe dalam lima tahun terakhir. Dapatkah Anda menjawabnya? Kuis
yang kedua meminta para responden menyebutkan dua sahabat yang
pernah menolong mereka saat dalam kesu-litan. Lima guru yang pernah
membesarkan semangat mereka. Lima orang terdekat yang pernah membuat
mereka merasa spesial dan dihargai. Bila Anda mengikuti dua kuis
ini, manakah yang dapat Anda jawab dengan lebih mudah?

Nyatanya, popularitas-sehebat apa pun-bisa berlalu. Prestasi-sebesar
apa pun-bisa dilupakan. Sebaliknya, kepedulian dan perhatian tulus
seseorang, dapat sangat berarti dan mengubah hidup. Bukan berarti
prestasi tak penting. Namun, ada tugas kehidupan yang juga penting
kita lakukan selagi ada kesempatan. Yakni berbagi berita keselamatan
dan berbagi hidup dengan sesama, agar hidup lebih bermakna.

Jangan sia-siakan kesempatan, seperti si orang kaya dalam
perumpamaan Yesus. Ketika ia masih hidup, kesenangan hidup menutupi
mata hatinya untuk berbagi dengan Lazarus-orang yang ia kenal dan
dapat ia jangkau. Lalu ketika hidupnya di dunia berakhir, ia tak
dapat mengulang waktu atau mengubah sikap. Padahal, andai dulu ia
mau berbagi dengan Lazarus, sangat mungkin kisah hidupnya tak sama.
Ia bisa berdampak bagi Lazarus. Sebaliknya, Lazarus pun bisa saja
membagikan kebenaran yang menyelamatkan hidup si orang kaya. Maka,
jangan takut merasa rugi untuk berbagi. Hidup kita pasti semakin
berarti kala kita peduli --AW

TUHAN MEMBERI MANUSIA HATI YANG PEDULI
AGAR HIDUPNYA BERARTI TAK HANYA BAGI DIRI SENDIRI

Lukas 16:19-31

Senin, 08 Agustus 2011

Pemimpin dan Tuhan

Usia dapat menggerogoti kemampuan seseorang dan bisa membatasi dia
dalam berkarya. Bagaimana pun hebatnya seseorang di masa mudanya.

Yosua telah tua, tetapi masih banyak daerah yang belum diduduki (1).
Belum diduduki berbeda makna dengan belum ditaklukkan. Yosua pasal
5-12 mengisahkan penaklukan tanah Kanaan oleh bangsa Israel,
diakhiri dengan daftar raja-raja yang telah dikalahkan. Pasal
13-21 mengisahkan tentang bagaimana masing-masing suku menduduki
tanah milik pusaka mereka. Namun sembilan setengah suku, yang
mendapatkan milik pusaka di sebelah barat sungai Yordan, belum
berpencar untuk menduduki tanah warisan mereka. Hanya dua setengah
suku yang telah menduduki milik pusaka mereka di sebelah timur
sungai Yordan (Yos. 13:8).

Akan tetapi, masih ada daerah-daerah yang belum ditaklukkan (2-6),
yaitu daerah-daerah di pinggiran tanah perjanjian. Dibandingkan
dengan daerah yang sudah ditaklukkan, sebenarnya daerah yang belum
ditaklukkan tidaklah banyak. Namun karena Yosua sudah tua dan
tidak akan lagi memimpin Israel, maka Tuhan berjanji bahwa Ia
sendirilah yang akan menghalau penghuni daerah itu. Sebelumnya,
Yosua masih harus mengundi daerah-daerah itu di antara orang
Israel untuk menjadi milik pusaka mereka (6b). Suku-suku yang
mendapat undian untuk mewarisi suatu daerah haruslah berperang
untuk merebut daerah tersebut, walau Tuhanlah yang akan memberikan
kemenangan.

Dari perikop ini kita belajar bahwa Tuhan memang memakai orang yang
berkenan di hati-Nya untuk memimpin umat-Nya. Namun di atas segala
sesuatunya harus disadari bahwa Tuhanlah yang bekerja di dalam dan
melalui diri sang pemimpin. Ada masanya seseorang harus mundur
dari kepemimpinannya karena faktor usia, dll. Pada saat itu,
seorang pemimpin harus rela menanggalkan jabatannya tanpa perlu
merasa terhina atau tersingkir, karena masa jabatan pun ada di
tangan Tuhan.

Dan sebagai orang yang dipimpin, kita harus mendukung pemimpin kita
dalam doa agar menjalankan kepemimpinannya dengan bergantung pada
Tuhan.

Yosua 13:1-7

MENDOBRAK ALASAN

Alkisah seekor kancil menyapa siput sambil menertawakannya, "Hei
lamban, mau ke mana kamu? Kau ini apa bisa berguna, berjalan cepat
saja kau tak bisa!" Kata-kata itu melukai hati siput, sehingga ia
hanya diam. Karena olokannya tak dijawab, kancil terus mengulangnya.
Dan, semakin sering siput mendengarnya, semakin sakit hatinya.
Bahkan, ia menjadi yakin dirinya tak berguna!

Dianggap kecil dan tak berguna, bisa mengecilkan nyali. Itulah yang
dirasakan Gideon, saat Tuhan me-ngutusnya berperang menyelamatkan
Israel dari tangan orang Midian. Ia mengusung kemudaannya sebagai
alasan, seolah-olah Tuhan tidak melihatnya. Faktanya, kaum keluarga
Gideon memang yang paling kecil di antara suku Manasye. Ditambah
lagi, dirinya adalah orang paling muda di keluarganya. Bagi Gideon,
dua fakta ini menegaskan bahwa ia bukan siapa-siapa yang bisa
berbuat banyak untuk Israel yang besar. Ah, lupakah Gideon, siapa
yang memerintahkannya untuk maju?

Tuhan tentu tahu kemudaan Gideon. Ia tak mungkin lupa bahwa kaum
Gideon adalah yang terkecil. Ia juga hafal orang-orang yang lebih
pandai berperang dibanding Gideon. Tetapi Tuhan Tuhan memberi
kemenangan kepada Gideon dan orang-orangnya, yang jumlahnya tidak
sebanding dengan jumlah orang Midian.

Seperti Gideon, pernahkah kita berhadapan dengan "ketetapan Ilahi"
yang tampak tidak masuk akal? Mungkin di saat seperti itu kita ingin
mengajukan berbagai alasan kepada Tuhan. Kita memaparkan
ketidakmampuan dan kelelahan kita, bahkan merasa lebih kecil
dibanding orang lain. Ingatlah, Tuhan lebih tahu semuanya tentang
kita! Hanya, maukah kita menyerahkan diri di tangan-Nya? --HA

JIKA KITA MAU DIPAKAI OLEH-NYA
DIA DAPAT BEKERJA LUAR BIASA MELALUI KITA, DENGAN KUASA-NYA

Hakim-hakim 6:11-16

Minggu, 07 Agustus 2011

Mengingat kesetiaan Allah

Dosen saya mengatakan bahwa: "The main enemy of faith is
forgetfulness" (musuh utama dari iman adalah keterlupaan). Secara
umum, umat Allah mudah melupakan kesetiaan Allah. Maka bila
menghadapi kesulitan, kita langsung menganggap bahwa Tuhan tidak
mengasihi dan telah melupakan kita, padahal kitalah yang sering
melupakan kesetiaan-Nya.

Catatan detail tentang nama raja-raja yang ditaklukkan oleh Israel
tentu bertujuan supaya kita dapat melihat kesetiaan Tuhan yang
begitu ajaib, yang senantiasa menggenapi apa yang Ia janjikan.
Jelas tidak mudah untuk mengalahkan semua raja itu, tetapi tak ada
raja yang dapat bertahan menghadapi Israel. Semua raja ditaklukkan
dan itulah kemenangan yang Tuhan berikan kepada umat-Nya.

Namun tujuan lain dari pencatatan secara mendetail ini adalah supaya
umat Allah mengingat segala kesetiaan Allah dan supaya mereka mau
menghitung setiap berkat yang telah Allah limpahkan kepada mereka.
Dengan sengaja penulis mencatat bukan saja kemenangan di sebelah
barat sungai Yordan yang dilakukan di bawah pimpinan Yosua (7-24),
tetapi juga kemenangan di sebelah timur sungai Yordan yang
dilakukan di bawah pimpinan Musa (1-6) karena umat Allah harus
mengingat bukan saja kesetiaan Allah sekarang, tetapi juga
kesetiaan Allah di masa lampau.

Ada kisah khusus untuk setiap nama raja yang dicatat, yang menunjukkan
kesetiaan Allah yang unik dan luar biasa. Semua itu tidak boleh
dilupakan karena ada pelajaran yang Allah berikan dalam setiap
kemenangan. Bagi kita mungkin nama raja-raja tersebut tidak
memiliki arti, tetapi bagi umat Israel yang berperang melawan
mereka, nama setiap raja membawa kenangan tersendiri atas karya
Allah bagi mereka.

Kita pun perlu mengingat kesetiaan Allah dalam hidup kita, sekarang
maupun di masa lalu, juga dalam hidup pendahulu-pendahulu kita.
Saat kita mengalami kesulitan, ingatan akan kesetiaan Allah di
masa lampau akan meyakinkan kita bahwa Allah yang setia akan terus
menunjukkan kesetiaan-Nya kepada kita sekarang dan di masa
mendatang.

Yosua 12:1-24

LUPA BERTERIMA KASIH

Seorang prajurit Amerika berkesempatan rehat di kamp
peristirahatan setelah sekian waktu aktif bertugas. Ketika kembali
ke kesatuannya, ia menulis surat kepada Jenderal George Patton dan
berteri-ma kasih atas pelayanan mengesankan yang diterimanya di kamp
itu. Jenderal Patton membalas bahwa selama tiga puluh lima tahun ia
berusaha memberikan perhatian dan kenyamanan sebaik mungkin bagi
para prajuritnya. Lalu ia menambahkan bahwa surat prajurit itu
adalah ucapan terima kasih pertama yang diterimanya selama ia
memimpin Angkatan Bersenjata.

Penyakit lupa berterima kasih mudah menjangkiti kita. Bangsa Israel
mengalaminya secara massal. Belum dua bulan mereka di padang gurun
(ayat 1). Tuhan sudah mengatasi masalah pertama mereka-kekurangan
air-secara ajaib: mengubah air yang pahit menjadi manis (Keluaran
15:22-26). Kini muncul masalah kedua: kekurangan makanan. Alih-alih
mengingat pemeliharaan Tuhan sebelumnya, mereka bersungut-sungut
lagi kepada Musa dan Harun (ayat 2). Belum dua bulan, dan mereka
sudah lupa.

Belum sempat bersyukur, mereka kembali bersungut-sungut. Musa
menjawab bahwa sikap tidak tahu berterima kasih itu sejatinya
ditujukan kepada Tuhan (ayat 8), Pemelihara mereka yang
sesungguhnya.

Bagaimana kita mengatasi penyakit rohani ini? Salah satunya dengan
metode doa P4 (Pengagungan, Pengakuan, Pengucapan Syukur,
Permohonan). Gunakan segmen Pengucapan Syukur untuk berteri-ma kasih
atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Atau, kita bisa mengutip
ucapan syukur pemazmur, dan menghayatinya sebagai ucapan syukur
pribadi kita --ARS

WASPADALAH: INGATAN YANG PENDEK
MENCURI UCAPAN SYUKUR DARI HATI KITA

Keluaran 16:1-8

Jumat, 05 Agustus 2011

Janji Allah dan ketekunan umat

Ketika membaca kisah dalam Alkitab, kita kadang lupa bahwa kisah-kisah
tersebut merupakan ringkasan padat. Maksudnya kisah-kisah yang
kita baca dalam beberapa menit sesungguhnya mengisahkan sesuatu
yang terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Nas hari ini menyatakan bahwa "Yosua merebut seluruh negeri itu" (16,
23) seperti yang difirmankan Tuhan kepada Musa (23). Ini
menunjukkan kesetiaan Tuhan pada janji-Nya. Yosua dan umat Israel
berperang melawan semua kota, kecuali kota Gibeon yang mengikat
perjanjian persahabatan dengan Israel (lihat Yos. 9). Mereka
berhasil menumpas kota-kota tersebut, bahkan melenyapkan orang
Enak yang merupakan raksasa-raksasa yang sangat menakutkan
(21-22).

Karena nas kita menekankan kemenangan gemilang yang Tuhan berikan
kepada umat-Nya, mungkin kita berpikir bahwa umat Allah tidak
dituntut untuk tekun sebab Allah yang akan memberikan kemenangan
tersebut. Kita juga mungkin mengira bahwa peperangan yang harus
dilaksanakan oleh Yosua dan bangsa Israel merupakan sesuatu yang
mudah, yang terjadi hanya dalam waktu beberapa hari atau beberapa
bulan saja. Maka dinyatakan bahwa "lama Yosua melakukan perang
melawan semua raja itu" (18). Kita tidak tahu berapa lama mereka
berperang, tetapi setidaknya berlangsung selama lima tahun (lihat
Yos. 14:7, 10).

Dengan demikian marilah kita mengerti bahwa ketika Allah menjanjikan
kemenangan, bukan berarti kita tidak perlu bertekun dan bekerja
keras untuk mencapai penggenapan janji itu. Memang betul bahwa
Allah memberikan kemenangan kepada Israel, tetapi kemenangan
tersebut diberikan melalui kerja keras dan ketaatan umat-Nya yang
harus berperang bertahun-tahun lamanya.

Begitu pula Allah akan memberi kemenangan kepada kita seperti yang Ia
janjikan. Namun Allah biasanya akan menggenapi janji-Nya melalui
perjuangan dan kerja keras kita dalam menaati perintah Allah. Maka
jangan heran jika kita tetap banyak mengalami kesulitan dan
tantangan padahal Allah telah menjanjikan kemenangan kepada kita.

Yosua 11:16-23

ILMU PENGETAHUAN

Beberapa tahun terakhir terjadi perdebatan ramai antara ilmu
pengetahuan dan agama. Baik dalam soal etika kloning dan sel punca.
Atau soal teori evolusi. Yang paling mutakhir, mungkin adalah klaim
bahwa alam semesta bisa tercipta tanpa campur tangan Tuhan. Sedikit
banyak, hal ini bisa membuat kita bertanya-tanya apakah ilmu
pengetahuan memang bertentangan dengan iman. Apakah memang orang
kristiani tidak boleh terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan?

Mencermati bacaan kita hari ini, kita menemukan bahwa Alkitab justru
mendorong orang untuk mencari pengetahuan. "Pengetahuan" di sini
merujuk kepada segala ilmu yang membuat seseorang lebih pandai dan
dewasa secara karakter. Ilmu pengetahuan alam dan teknologi-yang
kerap mengandung isu yang bisa didebatkan-tentu termasuk di
dalamnya. Orang-orang yang tidak mau berusaha menjadi lebih pintar
(berhikmat) dan menerima didikan justru disebut orang bodoh.

Lebih jauh, frasa "takut akan Tuhan" dalam Alkitab selalu memiliki
arti "hormat, mengagungkan, dan memuliakan Dia". Maka, setiap
ilmuwan yang menggali dan mengembangkan pengetahuan dengan hormat
dan kekaguman kepada Allah akan menemukan kebenaran luar biasa
terhadap misteri alam semesta. Sebab, Dialah Sang Pencipta, sumber
segala pengetahuan. Dengan takut akan Tuhan kita dapat menerapkan
pengetahuan untuk memuliakan Dia.

Jadi, kita tak perlu ragu terlibat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Juga tak perlu ragu mendorong anak-anak
dan orang-orang di sekitar kita untuk mempelajarinya, dengan selalu
men-jadikan Tuhan sebagai pusat pembelajaran kita --ALS

KEJARLAH DAN KEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
DENGAN LANDASAN TAKUT AKAN TUHAN

Amsal 1:1-7

Kamis, 04 Agustus 2011

TETAP TEGUH

Ada sebuah gereja di Bali yang tetap mempertahankan arsitektur
Bali dalam bangunannya. Di gereja itu terdapat sebuah kolam dengan
bunga teratai yang menghias permukaannya. Pendeta I Made Dana pernah
menjelaskan kepada saya bahwa air dan teratai memiliki makna
teologis bagi gereja-gereja di Bali. Sebagaimana air kolam itu
kadang berpermukaan tinggi, rendah, bahkan pernah hampir kering,
demikian pula permasalahan hidup umat manusia. Dan, sebagaimana
teratai selalu berada di atas air yang seperti apa pun, demikianlah
umat yang beriman kepada Kristus diminta untuk tetap dapat
me-ngatasi permasalahan itu.

Jemaat di Filipi diingatkan Paulus untuk "mengerjakan keselamatan
dengan takut dan gentar ... karena Allahlah yang mengerjakan di
dalam kamu ... menurut kerelaan-Nya" (ayat 13). Artinya, perjuangan
memelihara iman di dunia yang keras ini bukan perjuangan umat
sendiri. Akan tetapi, perjuangan bersama Allah. Maka, umat Tuhan
harus meyakini bahwa perjuangan imannya adalah perjuangan yang
penting, sebab Allah ikut bersama dan menemani umat-Nya. Hasilnya,
adalah kehidupan yang penuh makna dan sukacita. Sekalipun dalam
perjuangan itu, terkadang penderitaan dan darah menjadi bagiannya,
sebagaimana dialami Paulus: "aku tidak percuma berlomba dan
bersusah-susah ..." (ayat 16).

Hidup di dunia ini, bukan hidup yang mudah. Namun, bukan berarti
kita boleh menyerah. Dalam kesulitan dan penderitaan, orang yang
berjuang bersama Kristus akan beroleh penguatan, makna hi-dup,
sukacita. Orang semacam ini seperti bunga teratai yang selalu berada
di atas air ... seberapa pun banyak sedikitnya air itu --DKL

ALLAH TAK PERNAH LENGAH IMAN KITA PUN TAK PERLU GOYAH

Filipi 2:12-18

Taat sampai tuntas

Berbagai peperangan telah dilalui Yosua dan umat Israel. Sejauh ini
saat mereka taat benar pada perintah Tuhan kemenangan selalu
didapatkan. Mereka belajar menjaga kekudusan, supaya peristiwa Ai
tidak terulang (psl. 7). Mereka belajar untuk selalu mencari
petunjuk dari Tuhan, supaya peristiwa dengan Gibeon tidak terulang
(psl. 9). Sampai saat ini mereka sukses.

Perikop hari ini mencatatkan peperangan yang 'terakhir' menghadapi
kelompok raja-raja Kanaan yang paling utara posisinya. Bisa
dikatakan juga ini peperangan yang paling dahsyat karena para
musuh Israel dicatatkan sangat banyak, seperti "pasir di tepi laut
banyaknya." Sebelum ini, di pasal 10 dicatat raja-raja bagian
selatan telah ditaklukkan dan dimusnahkan. Dengan selesainya
peperangan melawan raja-raja utara, secara garis besar seluruh
Kanaan telah ditaklukkan. Tidak ada lagi kerajaan yang kuat yang
bisa menghambat pasukan Israel untuk benar-benar menyapu bersih
seluruh tanah Kanaan sampai ke pelosok-pelosok.

Sama seperti peperangan-peperangan yang terdahulu, yang menjadi
panglima perang adalah Allah sendiri. Tuhan sendiri yang menjamin
kemenangan (6), dan yang menyerahkan musuh ke tangan Israel (8).
Yosua dan pasukan Israel adalah prajurit Allah yang taat melakukan
peperangan sepenuhnya sesuai dengan kehendak Allah (9, 12). Yosua
memimpin pasukannya dengan ketaatan penuh kepada Allah seperti
dulu Musa taat penuh (15).

Kisah penaklukan tanah Kanaan memang bukan kisah yang secara harafiah
boleh dijadikan contoh dan model peperangan melawan musuh-musuh
orang Kristen, apalagi sebagai pembenaran untuk menjajah bangsa
lain. Peperangan ini harus dilihat sebagai model peperangan rohani
melawan musuh orang Kristen seperti yang ditulis oleh rasul Paulus
di Efesus 6:10-12. Peperangan ini tidak akan kita lakukan
sendirian. Tuhan pasti menyertai dan akan memimpin kita
memenanginya. Yang diperlukan dari setiap kita adalah taat kepada
pimpinan-Nya secara terus menerus sampai tuntas.

Yosua 11:1-15

Rabu, 03 Agustus 2011

Langkah kemenangan

Pada bagian ini kita menyaksikan bagaimana Tuhan memenuhi janjinya
pada Israel. Tanah demi tanah "dibebaskan" oleh Tuhan. Kitab Yosua
menceritakannya dalam kisah yang dramatis. Setelah menaklukkan
sebuah kota dengan segala isinya, kota lain kemudian menyusul.
Esoknya kota lain bernasib sama. Setelah Makeda, Libna, kemudian
Lakhis. Eglon menyusul jatuh, kemudian Hebron. Debir juga
ditumpas. Kota demi kota direbut lalu diserahkan kepada Israel.
Tuhan memberikan kemenangan demi kemenangan yang mutlak kepada
bangsa Israel, persis seperti yang pernah Ia janjikan sebelumnya
kepada Musa.

Kemenangan dari satu tempat ke tempat lain menjadi sebuah inspirasi
rohani yang indah. Tuhan tidak menjelaskan maksud-Nya kepada kita
secara penuh. Prosesnya Ia simpan sendiri. Apa pun yang kita alami
baik karier, keluarga, masa depan, pendidikan, semuanya seolah
disingkapkan secara terbatas. Hari demi hari, kita berhadapan
dengan situasi yang berbeda-beda. Maksud Tuhan jelas, supaya dalam
menjalaninya kita terus menerus bertanya dan berharap. Janji
penyertaan-Nya adalah janji yang berlaku tiap langkah supaya kita
kuat dan tetap memiliki pengharapan. Ia biarkan kita menjalani
setiap "kota", supaya kita menghadapi dan menyelesaikan pergumulan
demi pergumulan bersama Dia. Ia mengizinkan kita menjalani
pergumulan dalam penglihatan yang terbatas, supaya kita sepenuhnya
bergantung kepada Dia. Dengan cara itulah, persis seperti kepada
bangsa Israel, Tuhan membentuk hati kita untuk taat dan patuh
setiap saat, waktu, dan langkah.

Hidup kita bagaikan mozaik. Ketika sebuah potongan dirangkai dengan
potongan lain, bukan berarti pekerjaan merangkai mozaik selesai
begitu saja. Kita masih harus melanjutkan dengan merangkai
potongan-potongan lain. Ketika semua potongan selesai dirangkai,
barulah kita bisa menyaksikan keindahan sebuah mozaik. Seperti
kata-kata dalam lagu: "tiap langkahku, diatur oleh Tuhan", persis
seperti itulah hidup kita. Tuhan mengatur kita langkah demi
langkah, dan setiap langkah adalah langkah kemenangan.

Yosua 10:29-43

MAKNA MAKAN MINUM

Batchman Nee pernah berkata, "Banyak orang kristiani tidak tahu
bagaimana memuliakan Allah lewat cara mereka makan dan minum. Mereka
melakukannya hanya demi memuaskan keinginan. Kita harus tahu, tubuh
kita adalah untuk Tuhan dan bukan untuk diri sendiri. Jadi kita
perlu berhenti memakainya untuk kesenangan sendiri. Makanan harus
mendekatkan kita dengan Allah. Kita makan supaya tubuh sehat, dapat
dipakai Tuhan."

Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya, adalah orang-orang muda Israel
yang terpilih karena perawakan dan kepandaiannya, untuk bekerja
kepada Nebukadnezar (ayat 3, 4). Mereka dibawa ke istana dan
di-siapkan untuk melayani di kerajaan. Untuk itu, raja memerintah
pemimpin pegawai istana supaya memberi mereka makanan dan minuman
raja, yang notabene adalah penyembah dewa. Jadi, walau lezat dan
nikmat bagi lidah dan tubuh, makanan dan minuman raja bisa membuat
najis (ayat 8). Maka, dengan berani dan rela empat pemuda ini
memilih tidak mengambilnya. Mereka meminta sayur dan air (ayat 12),
agar tetap taat sebagai hamba Allah. Dan, Tuhan tidak membiarkan
mereka kekurangan gizi atau kekurangan hikmat karenanya. Walau hanya
makan sayur dan air, mereka malah lebih gemuk (ayat 15) dan
berhikmat sepuluh kali lipat (ayat 20) dibanding yang lain!

Kadang kita makan dan minum hanya demi demi kepuasan lidah dan
perut. Cermatilah mulai sekarang bahwa cara kita makan dan minum
bisa memuliakan Tuhan. Saran Watchman Nee sangat baik diikuti: makan
minumlah dengan mengingat bahwa tubuh ini milik Tuhan yang harus
dijaga tetap sehat, agar dapat dipakai untuk menyenangkan Tuhan --AW

MAKAN DAN MINUM BUKAN DEMI KEPUASAN LIDAH BELAKA
NAMUN AGAR TUBUH SEHAT DAN BISA DIPAKAI MELAYANI ALLAH

Daniel 1

Selasa, 02 Agustus 2011

Tanggung jawab kita

Seorang berdoa kepada Tuhan, "Tuhan berikanlah aku pekerjaan." Lalu ia
menunggu dan menunggu, berharap ada mukjizat pekerjaan yang datang
kepada dia. Orang lain juga berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, damaikan
aku dengan saudaraku." Lalu ia tinggal diam, berharap bahwa
saudaranya akan datang menjumpai dia untuk berdamai. Terkadang
kita menjalani hidup kerohanian kita dengan logika yang terbatas.
Kita menyangka bahwa Tuhan akan mengerjakan semuanya. Kata-kata
seperti "biarkan hidup ini mengalir", sering diucapkan oleh banyak
orang, pertanda pasrah pada apa yang akan terjadi. Benarkah Tuhan
selamanya meminta kita hanya menunggu dan mengharapkan mukjizat
datang lalu kita berlindung di balik kata "mengalir" itu? Rasanya
tidak!

Selain memperlihatkan bahwa Tuhan menjamin kemenangan mereka atas
lawan, Tuhan juga menuntut supaya Israel bekerja. Tuhan
memerintahkan supaya musuh dikejar dan ditumpas habis (19). Ia
meminta perang itu dituntaskan. Tuhan juga menginstruksikan Yosua
untuk memperlakukan musuh sebagaimana mestinya (26-27).
Musuh-musuh itu harus digantung dan dilemparkan sebagai peringatan
bagi bangsa lain yang mencoba melawan Israel. Bangsa Israel
diminta untuk mengerjakan tanggung-jawabnya, mereka tidak boleh
berdiam diri saja. Menunggu dan menanti mukjizat Tuhan karena
mengharapkan Dia bekerja secara penuh dan terus menerus melakukan
aksi supranatural, membuat bangsa itu tidak bertanggung jawab.

Kita bersyukur memiliki Tuhan yang membuat kita berperan juga di dalam
rencana-Nya. Namun di samping peran Tuhan, hendaknya kita tidak
duduk berpangku tangan saja. Alangkah tidak bijak seseorang yang
hanya duduk berdoa dan pasrah pada masalah, tanpa melakukan
sesuatu. Kita sering mendengar kalimat bijak, "Kerjakanlah bagian
kita dan biarlah Tuhan yang mengerjakan selebihnya." Maka jangan
hanya meminta Tuhan bekerja melakukan segalanya bagi kita.
Belajarlah untuk mengerjakan bagian yang menjadi tanggung jawab
kita. Melaluinya kita akan mengalami kuasa Tuhan.

Yosua 10:16-28

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

MENUNDA LIMA MENIT

Sejarah mencatat nama Marion Jones-Thompson dalam dua hal.
Pertama, prestasinya yang luar biasa dalam olahraga atletik. Ia
adalah juara dunia lari 100 meter putri tahun 1997 dan 1999 dengan
catatan waktu terbaik 10, 70 detik. Di Olimpiade Sidney tahun 2000,
ia memenangkan tiga medali emas untuk nomor lari 100 m, 200 m dan
lompat jauh putri. Di ajang itu ia juga menyumbangkan dua medali
perunggu untuk nomor beregu. Kedua, kebohongannya kepada publik
menyangkut masalah dopping yang digunakannya saat Olimpiade Sidney.

Atas kebohongannya tersebut, Jones harus menjalani hukuman penjara
enam bulan di Texas dan medali Olimpiade Sidney-nya dicabut. Dalam
wawancara setelah keluar dari penjara Jones mengatakan, penyesalan
terbesarnya adalah ketika diinterogasi oleh penyidik, ia tidak
menunda lima menit. Seandainya ia tidak tergesa-gesa memutuskan
untuk berbohong dan mengambil lima menit waktu untuk berpikir,
menemui pengacara dan keluarganya yang menunggu di luar ruang
penyidikan, tentu tidak akan berakhir demikian.

Mengambil keputusan secara emosional dan tanpa berpikir panjang,
memang bisa fatal akibatnya. Hal ini terjadi juga pada Musa. Ia
rupanya sudah begitu jengkel dengan kebebalan bangsanya (ayat 10),
sehingga kemudian dalam emosinya ia melanggar perintah Tuhan (ayat
11, bandingkan dengan ayat 8). Akibatnya Musa tidak bisa masuk ke
Negeri Perjanjian.

Hari ini, sebelum memutuskan sesuatu, "tundalah lima menit".
Pikirkan baik-buruknya; bagi diri sendiri atau orang lain. Jangan
mengikuti emosi sesaat. Supaya tak menyesal belakangan --AYA

JANGAN REAKSIONAL
MENUNDA BARANG SEBENTAR, KADANG ITU PERLU

Bilangan 20:2-13

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Senin, 01 Agustus 2011

Kemenangan di tangan Tuhan

Meski telah menerima janji dari Tuhan sebagai ahli waris Kanaan,
Israel tidak bisa lepas dari peperangan dengan bangsa-bangsa yang
telah terlebih dahulu berada di sana. Lima raja bermufakat untuk
memerangi "sekutu" Israel, yaitu Gibeon. Kekuatan mereka tidak
tanggung-tanggung. Kelimanya menguasai wilayah teramat luas.

Lagi-lagi Tuhan membuktikan kuasa-Nya. Tuhan menggerakkan batu dari
langit (11) serta menghentikan peredaran benda langit (13).
Semuanya untuk memberikan kemenangan kepada Israel. Kita melihat
bagaimana perang itu sesungguhnya dilakukan oleh Tuhan sendiri
(14). Salah satu makna teologis mengenai kehadiran Tuhan bagi
Israel adalah bahwa sekalipun mereka berperang, mereka menyadari
bahwa tangan Tuhanlah yang sesungguhnya berada di depan mereka dan
memukul lawan-lawan mereka. Perang ideologi sesungguhnya tengah
terjadi antara bangsa-bangsa sekitar dan segala bentuk
kepercayaannya, dengan Yahweh, Allah Israel. Perang ini adalah
perang vis a vis, berhadap-hadapan, dengan kemenangan selalu pada
Yahweh.

Implikasi rohani mengenai hal ini bisa memberikan semangat baru kepada
kita, yang setiap hari menyaksikan berbagai kejahatan dan
demoralisasi. Setiap saat kita prihatin dengan apa yang terjadi:
kesewenangan, keangkaramurkaan, dan kekejaman amat telanjang
terlihat di depan mata kita. Dunia terlihat semakin menghitam oleh
dosa.Lalu apakah semua itu akan terjadi terus menerus? Pengalaman
rohani bangsa Israel memberi kita pengharapan bahwa Allah alam
semesta yang berdaulat itu suatu saat akan melakukan peperangan
ini sendiri, dan Ia akan datang dengan kemenangan. Pada akhirnya,
kuasa kegelapan akan disingkirkan dan pujian dikumandangkan bagi
Tuhan. Sekarang tugas besar kita adalah tetap memiliki pengharapan
kemenangan dan menjalankan pelayanan vis a vis dengan dunia yang
semakin bobrok ini. Tugas kita bukan berhenti dan apatis, tetapi
terus bekerja dan melayani. Karena pemenangnya pasti Tuhan.

Yosua 10:1-15

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

PERMULAAN KECIL

Biji sesawi adalah biji terkecil di antara benih yang biasa
dibudidayakan para petani Israel. Bentuknya bundar, berdiameter 1-2
milimeter. Hebatnya, benih paling kecil ini bila ditanam akan
bertumbuh menjadi tanaman paling besar di ladang. Begitu besarnya,
sampai burung pun dapat bersarang di cabang-cabangnya (Matius
13:31-32).

Biji sesawi mewakili salah satu prinsip Kerajaan Allah: jangan
terkelabui oleh ukuran dan penampilan. Nabi Zakharia mengingatkan
bangsa Israel akan hal itu ketika mereka membangun kembali Bait
Allah. Menurut Alkitab versi New Living Translation, ia berkata,
"Jangan meremehkan permulaan yang kecil ini, karena Tuhan
bersukacita melihat pekerjaan dimulai, melihat batu penjuru sudah di
tangan Zerubabel" (ayat 10). Bait Allah yang baru ini jelas tidak
akan dapat menandingi kebesaran dan ke-megahan bait yang dibangun
Salomo. Mereka tidak memiliki sumber daya dan tenaga melimpah
seperti dulu lagi. Namun, lebih besar dan lebih megah tidak selalu
berarti lebih baik. Yang penting, Tuhan menyertai mereka dan mereka
mengerjakannya dengan penuh dedikasi. Kalau Tuhan bersukacita atas
permulaan kecil ini, mengapa kita tidak?

Kesempatan yang ada di tangan kita mungkin tampak tidak berarti.
Apakah kita akan ciut hati, lalu mengerjakannya dengan tidak
bersemangat? Biji sesawi mengingatkan bahwa Allah tidak dibatasi
oleh ukuran, sumber daya, atau kualifikasi kita. Kita dapat menjadi
bagian dari pelayanan Kerajaan Allah ketika kita mendayagunakan
kesempatan sekecil apa pun, dengan dedikasi sepenuh hati, dan
menye-rahkan hasil akhirnya ke tangan Tuhan --ARS

KERAJAAN ALLAH ADALAH KERAJAAN SURGAWI
KELIRULAH KITA KALAU MENAKARNYA DENGAN STANDAR DUNIAWI

Zakharia 4

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy