Senin, 31 Oktober 2011

ULAR DAN KATAK

Pada saat bencana banjir di Brisbane Queensland akhir tahun 2010
lalu, Armin Gerlach seorang teknisi kantor berita berhasil
mengabadikan sebuah momen langka. Yakni rekaman foto tentang
persahabatan seekor katak hijau yang mendapat tumpangan di punggung
seekor ular coklat yang berenang melintasi genangan air akibat
banjir. Bukankah seekor ular biasanya melahap katak yang lemah
sebagai mangsanya? Namun, ketika bencana menimpa, dua hewan itu
mampu mengesampingkan segala perbedaan di antara keduanya hingga si
kuat memberi diri menyelamatkan si lemah.

Sebagai makhluk yang lebih mulia, seharusnya manusia bisa bersikap
lebih dari itu. Namun kenyataannya, banyak orang hidup dengan
memuaskan nafsu dagingnya sampai saling menggigit, menelan, dan
membinasakan (ayat 15). Oleh sebab itu, Paulus mengingatkan bahwa
kita telah dimerdekakan dari perbudakan dosa oleh penebusan Kristus
(5:1). Maka, jangan sampai kita berbalik lagi ke dalam kehidupan
lama (ayat 16-21). Setiap orang beriman harus menghidupi hakikat
hidup barunya, yaitu hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh (ayat 25)
agar menghasilkan buah Roh (ayat 22-23). Bagaimana hidup oleh Roh
itu diwujudkan dalam relasi antar orang beriman, agar hidup ini
menghasilkan buah Roh yang memberkati sesama dan memuliakan Tuhan?

Ingat dan terapkan firman ini sebagai petunjuk praktis hidup
sehari-hari: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah
kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Sebagai orang yang sudah
dibebaskan Kristus dari dosa, kiranya hidup kita jauh dari sikap
egois, penuh dengki, saling menggigit dan menelan --SST

TUHAN MENYELAMATKAN KITA DENGAN KASIH YANG TIDAK EGOIS
MAKA BETAPA TAK TAHU MALUNYA KITA APABILA HIDUP EGOIS

Galatia 5:1-6:2

Sabtu, 29 Oktober 2011

DUA PENYAMUN SATU YESUS

Dua orang, pada satu tempat, satu waktu, dihadapkan pada hal yang
sama, ternyata bisa membuat dua keputusan berbeda. Ini terjadi pada
dua penyamun yang disalibkan bersama Yesus. Masing-masing di samping
kiri dan kanan-Nya. Mereka menerima hukuman itu karena kejahatan
yang sudah mereka lakukan.

Sebelum sampai ke salib, kedua penyamun ini mungkin sudah malang
melintang di dunia kejahatan. Namun, aha, siapa lelaki di tengah
ini? Apa kejahatan yang Dia perbuat? Mengapa Dia diam ketika disesah
sedemikian rupa? Benarkah Dia menyebut diri-Nya Raja?

Penyamun pertama menghujat Yesus. Mungkin ia berpikir, jika orang
yang berbuat baik dan berbuat jahat sama saja nasibnya, untuk apa
menyusahkan diri dengan sedikit kebaikan dan empati? Penyamun kedua,
walau awalnya menghujat, tertegun dengan sosok Yesus. Ada kepasrahan
dan sikap koreksi diri darinya. Ada keyakinan bahwa kebenaran itu
tetap ada walaupun tersangkut di tiang salib: Yesus tak bersalah.
Saya bersalah.

Kepada Yesus, penyamun kedua menyampaikan permintaanya: "Yesus,
ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Ia hanya meminta
Yesus mengingatnya. Itu lebih dari cukup baginya. Namun, Yesus
memberi jauh melebihi yang ia minta. Tidak sekadar mengingat, tetapi
hari itu juga ia bersama dengan Yesus di Firdaus.

Dua orang, satu waktu, satu tempat, satu kejadian, memandang satu
Yesus. Apa yang mereka lihat dalam diri Yesus bisa berbeda satu sama
lain, tetapi orang yang memilih yang terbaik, sudah bersama-sama
dengan Yesus di Firdaus hari itu juga. Bagaimana dengan kita? --SL

BISA ADA BANYAK PANDANGAN ORANG TERHADAP YESUS
NAMUN YANG PENTING: BAGAIMANA KITA MEMANDANG YESUS?

Lukas 23:33-43

Jumat, 28 Oktober 2011

KELIMPAHAN ANUGERAH

Pada 4 Agustus 1987, Carlina White yang baru berusia 19 hari
diculik seorang wanita yang menyamar sebagai perawat di Harlem
Hospital, New York. Saat masih kecil, ia kerap dipukul. Maka, saat
remaja, White curiga apakah benar Pettway ialah ibu kandungnya.
Terutama saat "sang ibu" menolak memberikan akta kelahirannya, saat
ia hendak mengurus SIM. Kini, misteri itu terkuak dan si penculik
sedang menjalani pemeriksaan FBI.

Ketika Joy White ibu kandung Carlina dipertemukan dengan anaknya
pada 2010, ia berkata: "Saya ingin Pettway menderita seperti yang
saya alami selama 23 tahun ini." Namun, sungguhkah Joy White bisa
puas dan bahagia ketika si penculik dihukum seberat-beratnya? Ia
memang telah menderita selama 23 tahun, tetapi bukankah seharusnya
seluruh penderitaan itu sirna dan diganti dengan kebahagiaan serta
syukur melimpah karena Tuhan mengembalikan anaknya? Begitulah
kebanyakan manusia mengukur keadilan, yakni dengan hukum "mata ganti
mata, gigi ganti gigi" (ayat 38). Bahkan dendam bisa menutupi
kebaikan dan kasih Allah yang masih berlaku baginya.

Namun, seseorang yang telah mengalami anugerah Tuhan akan dimampukan
untuk melihat bagaimana tangan Allah berkarya baginya. Dengan
begitu, ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan juga, tetapi
mengasihi musuh dan berdoa baginya (ayat 39, 44). Ini tidak gampang.
Kekuatan manusiawi saja tak sanggup melakukannya. Itu sebabnya kita
perlu kekuatan surgawi, yakni jamahan kasih Allah, supaya kita dapat
menunjukkan sikap sebagai anak-anak Bapa (ayat 45): tidak mendendam
dan tidak membalas segala hal tidak baik hanya untuk memuaskan hati
--SST

DENDAM ITU TAK BERGUNA DAN TAK MENYELESAIKAN MASALAH
HANYA KASIH YANG MELEGAKAN DAN MEMUASKAN JIWA YANG RESAH

Matius 5:38-48

Kamis, 27 Oktober 2011

PINTU

Salah satu sebutan Yesus yang saya dapati sangat menarik adalah
"pintu". Yesus sendiri yang membuat sebutan itu, seperti diuraikan
bacaan hari ini. Seperti pintu kandang bagi domba-domba, demikianlah
Yesus menjadi sumber keselamatan dan kehidupan bagi umat-Nya.
Perumpamaan yang sangat indah.

Kita mengetahui bahwa domba-domba aman setelah mereka masuk kandang
melalui pintu. Kita juga mengetahui, domba-domba bisa makan setelah
mereka keluar kandang melalui pintu. Sebagai "Pintu", Yesus menjadi
jalan masuk kita, domba-domba-Nya, menuju keselamatan. Melalui Dia
kita aman. Melalui Dia pula, kita "makan" dan hidup.

Akan tetapi, hal lain yang saya dapati menarik adalah fakta bahwa
banyak orang tertegun atau ragu tatkala berada di depan "Pintu" itu.
Bukannya mencoba lewat untuk mengalami keselamatan dan kehidupan,
mereka malah mempersoalkan banyak hal tentang "Pintu" tersebut. Ada
yang tidak suka tampilan-Nya: tidakkah Dia terlalu sederhana anak
tukang kayu untuk menjadi Penyelamat manusia? Ada yang
membandingkannya dengan "pintu-pintu" lain: Bukankah Dia cuma satu
dari sekian banyak tokoh agama? Ada juga yang menuntut penjelasan:
bagaimana "Pintu" yang satu ini bisa menuntun kepada keselamatan dan
kehidupan kekal?

Sebagai umat sang "Pintu", kita wajib menanggapi semua pertanyaan
itu sebaik-baiknya. Namun, janganlah kita terpancing untuk terpaku
dalam usaha memberi penjelasan logis. Kadang-kadang cara manjur
untuk meyakinkan orang yang ragu di depan "Pintu" itu adalah cara
Filipus: "Mari dan lihatlah" (Yohanes 1:46-49) --SAT

UMAT KRISTUS HARUS MENJADI SAKSI TEPERCAYA
TENTANG KEHIDUPAN DI BALIK PINTU KESELAMATAN

Yohanes 10:1-10

Selasa, 25 Oktober 2011

KEPRIBADIAN

Melankolik, kolerik, sanguin, dan plegmatik. Teori penggolongan
manusia menjadi empat tipe kepribadian ini lahir dari kepercayaan
orang Yunani kuno bahwa tubuh manusia tersusun oleh empat macam
cairan, yang dalam bahasa Yunani disebut melanchole (cairan empedu
hitam), chole (cairan empedu kuning), phlegm (lendir), dan sanguis
(bahasa Latin: darah). Menurut mereka, setiap orang memiliki
kecenderungan kepribadian tertentu sejak lahir karena perbedaan
komposisi cairan-cairan ini.

Kepercayaan ini sendiri sudah dibantah oleh para ilmuwan modern.
Namun, sistem penggolongannya masih populer, terutama di kalangan
awam. Sekadar sebagai bahan diskusi, tak menjadi masalah. Sayangnya,
klasifikasi ini kerap dijadikan alasan orang untuk tidak mau
memperbaiki diri. "Saya lahir dengan kepribadian begini, jadi memang
saya lemah di hal-hal ini, " begitu kilah sebagian orang.
Seakan-akan kepribadian dan karakternya tidak mungkin lagi berubah.
Padahal, setiap manusia terus berubah sepanjang hidupnya.
Masalahnya, ke arah manakah ia berubah?

Alkitab mengajarkan bahwa kita sebagai umat Allah harus berubah
semakin sempurna. Sebab, setelah Kristus menebus kita, kita
dipanggil untuk "dibangun di atas Dia" (ayat 7). Untuk semakin
berpusat dan semakin sempurna di dalam Dia. Jadi, selama kita belum
memiliki "kepribadian seperti Dia", kita harus terus memperbaiki
diri. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita tekun mengejar
kesempurnaan. Membangun karakter mulia, meninggalkan
kecenderungan-kecenderungan yang kurang mulia, menjadi dewasa rohani
dan menjadi saluran berkat bagi orang lain --ALS

KITA DIPANGGIL UNTUK TERUS MEMBANGUN DIRI
AGAR OLEH KASIH TUHAN KITA MENJADI SEPERTI KRISTUS

Kolose 2:6-15

Senin, 24 Oktober 2011

MEMANDANG SALAH

Suatu kali Bung Hatta menginginkan sebuah sepatu bermerek yang
berkualitas bagus, tetapi cukup mahal. Ia menyimpan guntingan iklan
yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung. Namun,
tabungannya selalu berkurang untuk memenuhi keperluan keluarga atau
orang-orang yang meminta bantuan. Akhirnya, hingga meninggal Bung
Hatta tidak pernah membeli sepatu itu. Baginya, menjadi berarti bagi
keluarga dan kerabat lebih membuatnya bahagia daripada memiliki
sepatu mahal.

Secara lebih dalam, pemazmur memberitahukan sumber kebahagiaan yang
sesungguhnya. Dalam terjemahan Today's English Version, Mazmur
119:35 berbunyi: "Buatlah aku taat pada perintah-perintah-Mu, karena
di situlah aku menemukan kebahagiaan." Itu sebabnya di ayat
berikutnya pemazmur meminta: "Berilah saya kerinduan yang besar
untuk menaati hukum-hukum-Mu, lebih besar dari keinginan saya untuk
menjadi kaya" (ayat 36). Inilah yang menghindarkannya dari mengejar
"hal yang hampa" (ayat 37, TB).

Sebagai sarana hidup, uang adalah benda netral. Sayang, banyak orang
kemudian memandang salah. Ia mengira sumber kebahagiaannya ialah
uang, agar ia dapat memiliki ini itu. Maka, ada uang, bahagia. Tak
ada uang, susah, bingung, dan khawatir. Padahal semestinya tidak
demikian. Kebahagiaan terjadi jika kita mengikuti kehendak Kristus
dan menaati firman-Nya. Dengan begitu, secara berturutan kita akan
menikmati damai, sukacita, dan hidup yang berarti. Dan, tentu saja
Dia yang besar dan mengasihi kita akan mencukupkan apa yang kita
perlu di hidup ini (Filipi 4:19). Kejarlah sumber bahagia yang
sejati, bukan yang hampa --AW

KEMBALIKAN UANG KE POSISI SEMULA
YAKNI SEBAGAI HAMBA, BUKAN TUAN KITA

Mazmur 119:33-37

Minggu, 23 Oktober 2011

MENCONTOH KEPEMIMPINAN ALLAH

David Mukuba Gitari ialah uskup agung Gereja Anglikan Kenya
periode 1996-2005. Ia berani menyampaikan suara kenabian bagi
pemerintahnya, meski itu membuat nyawanya terancam. Ia percaya para
pemimpin Kenya harus mencontoh kepemimpinan Allah, gembala yang
baik. Suatu kali, usai berkhotbah di depan banyak politisi, Gitari
berpesan, "Pergilah ke parlemen dan jadilah gembala yang baik."

Perkataan Gitari tentu didasarkan atas Alkitab. Alkitab kerap
mengibaratkan Allah maupun pemerintah sebagai gembala (misalnya
Mazmur 23 dan Yehezkiel 34-yang kita baca hari ini). Artinya,
gambaran ideal pemerintah dalam Alkitab adalah seperti gembala yang
baik; mengurus dan melindungi rakyat. Benar, pemerintah harus meniru
cara-cara Allah menggembalakan umat-Nya.

Sayangnya, banyak pemerintah di dunia tidak berbuat demikian. Pada
zaman Yehezkiel saja Allah harus murka kepada para pemimpin Israel
yang malah "menggembalakan dirinya sendiri". Mereka mengambil untung
sebesar-besarnya dari rakyat, mengabaikan kesejahteraan rakyat (ayat
3-6). Maka, Allah tampil sebagai lawan mereka, sebab semua rakyat
sesungguhnya adalah rakyat Allah (ayat 10).

Jika kita pejabat pemerintah, tinggi atau rendah, ingatlah bahwa
kita diberi kehormatan untuk mencontoh kepemimpinan Allah. Jangan
sia-siakan kehormatan ini. Jalankan kepemimpinan Anda secara
bertanggung jawab. Jika kita rakyat biasa, ingatlah untuk mendoakan
para pejabat. Sekiranya ada peluang, tak salah juga berseru kepada
mereka, "Pergilah ke tempat kerja dan jadilah gembala yang baik"
--SAT

PEMERINTAH YANG BIJAK
HARUSLAH MENCONTOH CARA TUHAN MEMERINTAH

Yehezkiel 34:1-10

Sabtu, 22 Oktober 2011

SEPADAN DENGAN PERTOBATAN

Komunisme tidak memercayai eksistensi surga dan kekekalan. Walau
demikian, pemerintahan komunis di Rusia menjanjikan kemunculan
generasi baru manusia yang berwatak luhur. Dengan mengabaikan
kekekalan sebagai daya dorong, mungkinkah mereka mencapainya?
Keruntuhan komunisme sekian dekade kemudian menyingkapkan
borok-boroknya. Alih-alih bangkitnya "Manusia Sosialis Baru",
rata-rata warga Soviet lebih suka menghabiskan uang untuk
mabuk-mabukan daripada membantu anak-anak yang membutuhkan.

Josef Tson, pendeta Rumania, menggarisbawahi hal ini: "Mereka tidak
punya motivasi untuk berbuat baik. Mereka melihat bahwa dalam dunia
yang sepenuhnya material, hanya ia yang bergegas-gegas dan menyambar
bagi dirinya sendiri, yang bisa memiliki sesuatu. Buat apa mereka
menyangkal diri dan jujur? Apa motivasi yang bisa ditawarkan pada
mereka untuk menjalani hidup yang berguna bagi orang lain?"

Kegawalan komunisme menyodorkan pelajaran tentang pentingnya
perspektif kekekalan dalam menjalani pertobatan. Metanoia, bahasa
Yunani untuk pertobatan, mengacu pada pembaruan pikiran yang
berujung pada perubahan tindakan menuju kebajikan. Tanpa kesadaran
akan kekekalan, pertobatan menjadi seperti perjalanan tanpa motivasi
dan tanpa tujuan. Orang bisa gampang patah arang di tengah jalan.
Sudut pandang mengenai kekekalan menggugah pertobatan kita. Kalau
kita memercayai kekekalan, apakah hidup kita menunjukkan pertobatan
dan perubahan yang sepadan? Sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia
dan ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa (ayat 9) --ARS

APA YANG KITA LAKUKAN DI DUNIA INI BERGEMA DI KEKEKALAN

1 Yohanes 3:1-10

Jumat, 21 Oktober 2011

SIAPA MENCARI SIAPA

> Saya ingin melihat seperti apa Dia. Seorang buta baru saja Dia
> sembuhkan sebelum ke kota ini. Saya tidak yakin Dia mau menemui
> saya, apalagi jika Dia tahu saya pemungut cukai. Saya juga tidak
> yakin berani mendekati-Nya langsung. Tetapi tak apa-apa, saya cuma
> mau melihat-Nya." Mungkinkah ini yang ada dalam pikiran Zakheus,
> saat ia tidak berhasil menerobos kerumunan orang karena keterbatasan
> fisiknya dan kemudian nekat memanjat pohon ara untuk melihat Yesus?
>
>
>
> Alasan Zakheus mencari Yesus memang tidak dijelaskan, selain bahwa
> ia ingin melihat Yesus. Yang jelas, hatinya membuncah dengan
> sukacita ketika Yang Dicari itu melihat, menyapa, bahkan mau
> menumpang di rumahnya (ayat 5-6). Harta miliknya menjadi tak begitu
> berarti; setengah hartanya akan diberikan kepada orang miskin dan
> orang yang pernah ia peras akan mendapat ganti empat kali lipat
> (ayat 8). Zakheus bersukacita. Pertanyaannya, apakah hanya Zakheus
> yang mencari Yesus? Tidak. Usaha Zakheus memang patut diacungi
> jempol, tetapi Yesuslah yang lebih dulu menyapanya. Yesuslah yang
> mencari dan menyelamatkan Zakheus yang "hilang" (ayat 10).
>
>
>
> Kita mungkin rindu bisa "melihat" Tuhan di hidup kita, tetapi juga
> takut untuk sedemikian dekat kepada-Nya. Kita mengikuti ibadah
> diam-diam, duduk sendiri berharap tidak dikenali, takut terlibat
> dalam pelayanan, merasa berdosa. Fakta bahwa kita merasa tidak layak
> atau bahwa orang-orang tidak senang dengan perubahan yang kita alami
> bisa saja terjadi. Namun ingatlah bahwa bukan kita saja yang sedang
> mencari Yesus. Yesus pun sangat rindu mencari dan menyelamatkan
> kita. Dia ingin tinggal di hati kita --SL
>
> TUHAN SANGAT INGIN MENCARI JIWA terhilang
> DATANG DEKAT DAN JANGAN JAUH DARI-NYA
>
> Lukas 19:1-10

Selasa, 18 Oktober 2011

Sebuah cerita nyata buat iman kita.


Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.

Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."

Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya

Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.

TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.

Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.

Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?

Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"

Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.

Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.

Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.

Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.

Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"

Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.

Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."

Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.

Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.

Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.

Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;

Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"

Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."

Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"

‎"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.

Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"

Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨

Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."

Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.

Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga.

Sebuah cerita nyata yang menginspirasikan iman.

 
Sebuah Peringatan Bagi Kita
Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.

Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."

Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya

Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.

TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.

Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.

Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?

Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"

Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.

Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.

Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.

Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.

Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"

Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.

Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."

Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.

Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.

Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.

Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;

Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"

Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."

Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"

‎"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.

Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"

Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨

Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."

Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.

Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga.

Senin, 17 Oktober 2011

MATERIALISME

Xiao Zheng ingin sekali memiliki iPad2, komputer tablet canggih,
tetapi tidak punya uang. Suatu ketika, remaja China ini membaca
iklan online yang menawarkan uang 29 juta rupiah bagi orang yang mau
mendonorkan ginjalnya. Tanpa pikir panjang, Xiao Zheng menjual
ginjalnya. Setelah dioperasi di rumah sakit, uang yang diperoleh ia
habiskan untuk membeli iPad2, notebook, dan iPhone. Demi memiliki
gadget dengan usia pakai hanya 5 tahun, ia korbankan organ tubuh
yang diperlukan untuk hidup puluhan tahun!

Inilah jebakan materialisme. Ketika materi dianggap sebagai hal yang
terpenting, orang diperhamba olehnya. Apa pun dan siapa pun bisa
dikorbankan demi mendapatkannya. Lot contohnya. Ia tahu Sodom bukan
tempat tinggal yang ideal. Penduduknya "sangat jahat dan berdosa
terhadap Tuhan" (Kejadian 13:12). Namun, lokasinya yang berada di
lembah subur menjanjikan kemakmuran dan kesuksesan. Lot pun
terpikat. Walau sudah kaya, ia ingin menjadi lebih kaya. Maka, ia
memilih tinggal di Sodom. Istri dan anaknya dikorbankan untuk
tinggal di lingkungan yang buruk. Hasilnya? Kehancuran. Suatu hari,
musuh menyerang. Dalam sekejap harta bendanya lenyap. Keluarganya
pun ditawan musuh: menghadapi penyiksaan, penjara, dan kematian!
Untung Abram datang menolong. Abram walau kaya raya, hidup dalam
ketaatan pada Tuhan dan kasih kepada sesama.

Tamak akan harta bisa mendorong kita melakukan apa yang salah. Atau,
pergi ke tempat yang tidak seharusnya. Materialisme menawan dan
memperhamba. Jangan biarkan ia bersarang dalam hati dan pikiran
Anda! --JTI

MATERIALISME MEMBERI ANDA PEMAHAMAN KELIRU
BAHWA ANDA TAK BISA BAHAGIA SEBELUM PUNYA INI dan ITU

Kejadian 13:1-13

Jumat, 14 Oktober 2011

Bukti kesungguhan bertobat

Apa sih penyebab Gomer berselingkuh? Apakah faktor uang? Atau
ketidakpuasan di atas ranjang? Alkitab tidak memberikan jawaban
yang jelas. Yang jelas Gomer telah terjebak pada dosa seksual,
entah sebagai pemuas libido yang tak terkendali atau demi
kepuasan-kepuasan materialisme lainnya!

Ada dua isu yang bisa dibahas dari perikop pendek ini. Pertama, isu
penebusan yang harus dilakukan Hosea terhadap istri sahnya, yang
terjual di bawah germo. Secara hukum, Gomer masih terikat
pernikahan dengan Hosea. Sebenarnya Hosea bisa menuntut agar Gomer
dihukum rajam, atau ia bisa bersikap seperti kelak Yusuf yang mau
menceraikan diam-diam Maria. Akan tetapi Hosea justru menebus
'milik' sahnya sendiri, sesuai perintah Tuhan. Ini berarti Gomer
bukan hanya mendapat belas kasih, tetapi dipulihkan ke martabat
semula istri sah Hosea. Namun, Hosea harus membayar harga dan
menyangkal diri demi kelanggengan pernikahannya.

Isu kedua adalah mengapa untuk sekian waktu lamanya Hosea dan Gomer
tidak bersetubuh (3)? Para teolog menafsirkan bagian ini sebagai
melambangkan hukuman Tuhan melalui pembuangan umat Tuhan di negeri
musuh (4). Tujuannya agar mereka sadar akan dosa mereka dan kapok,
bertobat, dan tidak mengulang lagi? Jawaban lain juga bisa
diberikan, yaitu sebagai proses pembuktian pertobatan sejati. Ada
ujian bagi pertobatan sejati. Dosa Gomer adalah dosa seksual.
Bertarak dari relasi seks adalah ujiannya. Ia harus tidak lagi
menjalin hubungan seksual dengan para pelanggannya. Ia juga tidak
berhubungan seksual dengan Hosea sampai waktu tertentu.

Tuhan itu baik. Saat kita sadar dosa kita, apa pun itu, lalu bertobat
pasti Ia mengampuni kita. Namun, sungguhkah kita bertobat? Atau
hanya pura-pura atau main-main? Waktu menjadi pengujinya. Tuhan
berdaulat menguji sekaligus memurnikan kita dengan cara-Nya. Dia
tahu titik lemah kita maka di situ Dia akan memproses kita. Apa
kelemahan kita yang sudah kita akui di hadapan Tuhan? Minta Dia
menolong kita menjaga dari kelemahan itu, kalau perlu dengan
menghalangi kita dari godaan ke sana!

Hosea 3:1-5

Kamis, 13 Oktober 2011

MENJAGA OBJEKTIVITAS

Ketika menjalani perkuliahan di jurusan komunikasi, ada sebuah
kata yang selalu diulang oleh dosen saya di kelas: objektivitas.
Objektivitas adalah salah satu prinsip terpenting untuk para calon
awak media. Ketika berbincang dengan rekan dari jurusan sains,
ternyata prinsip yang sama juga bergema di kelasnya. Menurut sang
profesor di sana, objektivitas adalah kunci sukses seorang peneliti.
Tampaknya, prinsip objektivitas ini telah menjadi "kaidah kencana"
di bidang apa pun.

Suatu kali, Daud mengeluhkan secara terus terang kepada Yonatan,
tentang sikap ayahnya Saul. Seiring berjalannya waktu, makin jelas
bahwa Saul melihat Daud sebagai ancaman bagi takhtanya. Dari sini
kita belajar dari sikap objektif Yonatan. Ia tidak langsung
menunjukkan sikap jengkel kepada Daud karena menuduh ayahnya.
Sebaliknya, ia juga tidak langsung terprovokasi oleh Daud untuk ikut
menjatuhkan Saul.

Dengan prinsip objektivitas dan pengetahuan bahwa Daud berada di
pihak yang benar, Yonatan mengajak sahabatnya yang kalut itu untuk
mencari jalan terbaik. Akhirnya kita tahu bahwa Yonatan berhasil
menyelamatkan nyawa Daud, yang kemudian menjadi raja besar di Israel
meski untuk itu ia harus mengorbankan kesempatannya sendiri untuk
naik takhta.

Sikap objektif dapat membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan
ini. Seseorang yang bersikap objektif akan berusaha menempatkan diri
dalam posisi yang netral tak berpihak. Dari situ, seseorang dapat
memberikan sumbangsih dan solusi positif bagi pergumulan orang-orang
di sekitarnya. Tuhan pun disenangkan melaluinya --OLV

KETIKA ANDA MEMUTUSKAN UNTUK BERSIKAP OBJEKTIF
ANDA MEMUTUSKAN UNTUK BERJALAN DALAM KEBENARAN

1 Samuel 20:1-9

Rabu, 12 Oktober 2011

*Perubahan Gaya Hidup Karena Blackberry*

Ini ada info  dari teman saya, yang mengambil dari survey  (beneran) yang
dilakukan di negera-negara  yang sedang dilanda demam  Blackberry.

Katanya, ada perubahan gaya  hidup dan kebiasaan dari para  pengguna
Blackberry. Yaitu :

1. Jadi  rela disuruh antri. Semakin panjang antrian,  semakin tenang, tidak
menunjukkan gejala  kekesalan sama sekali.

2. Yang tadinya  ngedumel saat macet, sekarang tenaaaaang  aja.

3. Jadi berharap kena lampu merah.  Kalau lampu berubah hijau, malahan kesel
dan  tetap nekad jawabin email/chatting.

4.  Jadi sering diklaksonin orang lain, sampai sudah  ada yang jual bumper
sticker dengan tulisan  "Harap bersabar.... .Blackberry user  inside..."

5. Lebih senang disupirin  daripada nyetir sendiri. Bahkan rela naik  busway
ketimbang harus nyupir  sendiri.

6. Jadi jarang marah, tapi  sering dimarahin orang.... karena diajak  ngomong
nggak nyambung...

7. Jadi  sering lupa mencet tombol lift. Harusnya naik  malah turun, dan
sering kebablasan..  .

8. Kalau lagi ngantri dengan nomor...  suka lupa sama antriannya. Ketika sadar
sudah  kelewat...dengan tenang ambil nomor antrian  lagi...

9. Langganan koran dan majalah...  masih tertumpuk rapi, tak terbaca

10. Kalau  jalan sering kejedug... karena mata tertuju ke  layar BB.

11.. Jadi suka senyum-senyum  sendiri...

12. Kalau di tempat umum suka  panik cari stop kontak...karena batere  sudah
sekarat...  

Senin, 10 Oktober 2011

MERAYAKAN PERBEDAAN

Perbedaan antara Petrus dan Kornelius bak minyak dengan air. Yang
satu orang Yahudi, yang satu orang Romawi (secara sosial politis,
posisi mereka berseberangan bahkan bermusuhan). Yang satu orang
awam, yang satu centurion (tentara). Dari sisi perhitungan kekuatan:
satu lemah, satu kuat karena bersenjata.

Namun, ada satu hal yang menyatukan mereka: keduanya mendapat
inspirasi dari Roh Kudus. Petrus mendapat penglihatan "aneh" untuk
ukuran ke-Yahudiannya. Sementara Kornelius mendapat pesan untuk
mengundang Petrus ke rumahnya, kira-kira tiga jam berselang setelah
Petrus mendapatkan visinya yang pertama (ayat 9, 30). Mereka sangat
berbeda, tetapi ada "sesuatu" yang lebih besar dari mereka, yang
mempertemukan mereka sehingga keduanya saling meneguhkan. Kisah
Kornelius membuat Petrus mengerti maksud dari visi "aneh" yang ia
lihat. Penjelasan teologis Petrus membuat Kornelius memahami karya
Allah dalam hidup, kematian dan, kebangkitan Yesus.

Roh Kudus bekerja melalui perbedaan untuk memperkaya wawasan rohani
anak-anak Tuhan. Itu sebabnya Petrus berkata, "Sesungguhnya aku
telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari
bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran
berkenan kepada-Nya" (34-35). Barangkali kita tengah bekerja sama
dengan orang atau pihak lain yang sama sekali berbeda jenis dan gaya
pelayanan. Masing-masing unik. Tak perlu risau. Melalui karya Roh
Kudus, Tuhan dapat mempertemukan pengalaman setiap orang yang
berlainan untuk saling meneguhkan, juga saling memperkaya pengalaman
rohani --DKL

ROH KUDUS SELALU MEMBANGUN JEMBATAN KASIH
DI TENGAH BANYAKNYA PERBEDAAN PRIBADI

Kisah Para Rasul 10:34-43

Sabtu, 08 Oktober 2011

HANYA SATU PRINSIP

Rabbi Simlai pada abad ketiga mencatat bahwa Musa menyampaikan 365
larangan dan 248 perintah. Daud dalam Mazmur 15 menyingkatnya
menjadi sebelas. Yesaya 33:14-15 meringkasnya menjadi enam. Mikha
6:8 menjadikannya tiga, dan Habakuk menyimpulkannya menjadi hanya
satu prinsip, yaitu "orang yang benar itu akan hidup oleh
percayanya" (2:4).

Firman itu datang tatkala Habakuk mencari Tuhan, menanti jawaban
atas pengaduannya (pasal 1). Tuhan menjawabnya dengan penglihatan,
suatu janji, tentang pembebasan dari penindasan bangsa Kasdim dan
kedatangan Mesias (pasal 2-3). Karena penglihatan itu masih menunggu
penggenapannya, ada orang yang mengabaikannya. Namun, orang benar
akan menantikannya dengan hidup oleh percayanya atau imannya.

Apakah iman itu? Mengapa iman dianggap sebagai esensi ketaatan kita
kepada Tuhan? Habakuk 2:4 dikutip tiga kali dalam Perjanjian Baru
(Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38) untuk menegaskan doktrin
pembenaran oleh iman. Iman, menurut penulis kitab Ibrani, mengandung
dua sisi. Pertama, iman berjalan seiring dengan pengharapan.
Pangkalannya sama, yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah akan
melaksanakan segala sesuatu yang Dia janjikan dalam Kristus. Kedua,
iman memperlihatkan pada mata rohani kita perkara yang tak dapat
dilihat oleh mata jasmani. Iman menyambut dengan segenap hati bahwa
semua firman Tuhan itu kudus, adil, dan baik. Selanjutnya, iman
mendorong kita untuk menerapkan firman tersebut dengan segenap
tenaga. Apakah kita menantikan penggenapan janji firman Tuhan dan
hidup oleh iman? --ARS

SEBAGAIMANA PANCA INDRA BAGI TUBUH
DEMIKIANLAH IMAN BAGI JIWA

Habakuk 2:1-5

HANYA SATU PRINSIP

Rabbi Simlai pada abad ketiga mencatat bahwa Musa menyampaikan 365
larangan dan 248 perintah. Daud dalam Mazmur 15 menyingkatnya
menjadi sebelas. Yesaya 33:14-15 meringkasnya menjadi enam. Mikha
6:8 menjadikannya tiga, dan Habakuk menyimpulkannya menjadi hanya
satu prinsip, yaitu "orang yang benar itu akan hidup oleh
percayanya" (2:4).

Firman itu datang tatkala Habakuk mencari Tuhan, menanti jawaban
atas pengaduannya (pasal 1). Tuhan menjawabnya dengan penglihatan,
suatu janji, tentang pembebasan dari penindasan bangsa Kasdim dan
kedatangan Mesias (pasal 2-3). Karena penglihatan itu masih menunggu
penggenapannya, ada orang yang mengabaikannya. Namun, orang benar
akan menantikannya dengan hidup oleh percayanya atau imannya.

Apakah iman itu? Mengapa iman dianggap sebagai esensi ketaatan kita
kepada Tuhan? Habakuk 2:4 dikutip tiga kali dalam Perjanjian Baru
(Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38) untuk menegaskan doktrin
pembenaran oleh iman. Iman, menurut penulis kitab Ibrani, mengandung
dua sisi. Pertama, iman berjalan seiring dengan pengharapan.
Pangkalannya sama, yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah akan
melaksanakan segala sesuatu yang Dia janjikan dalam Kristus. Kedua,
iman memperlihatkan pada mata rohani kita perkara yang tak dapat
dilihat oleh mata jasmani. Iman menyambut dengan segenap hati bahwa
semua firman Tuhan itu kudus, adil, dan baik. Selanjutnya, iman
mendorong kita untuk menerapkan firman tersebut dengan segenap
tenaga. Apakah kita menantikan penggenapan janji firman Tuhan dan
hidup oleh iman? --ARS

SEBAGAIMANA PANCA INDRA BAGI TUBUH
DEMIKIANLAH IMAN BAGI JIWA

Habakuk 2:1-5

Jumat, 07 Oktober 2011

MENULIS DAN MEMBERITAKAN

Setiap membuka situs jejaring sosial, kita selalu diperhadapkan
pada sebuah kolom di mana kita bisa menulis pesan pendek atau apa
saja yang terlintas di benak kita. Beberapa orang menggunakan
fasilitas ini dengan bertanggung jawab, tetapi banyak juga yang
tidak. Kata-kata yang tidak menyenangkan, kata-kata yang menyerang,
kata-kata kotor dan melecehkan, bahkan kata-kata yang melukai orang
lain, dengan begitu mudah dapat ditulis dan dipublikasikan segera
melalui akun jaringan sosial yang dimiliki. Saking mudahnya menulis,
si pelontar tulisan bisa ceroboh tidak memedulikan pengaruhnya bagi
orang yang membaca tulisan itu.

Sangat berbeda dengan penulis injil Lukas. Ia sangat peduli
bagaimana pemberitaan tentang kehidupan Yesus dapat memengaruhi
mereka yang mendengarnya. Injil Lukas ini ditujukan kepada Teofilus,
juga kepada kita. Lukas dengan sengaja menyelidiki segala peristiwa
dengan saksama dari mulanya, untuk memastikan bahwa semua yang
diberitakan adalah kebenaran semata. Lukas juga berusaha
membukukannya dengan teratur mungkin agar tidak menimbulkan
kebingungan atau pemahaman keliru saat orang membacanya. Buku yang
baik akan sangat membantu meluruskan banyak hal.

Hari ini, kita diajak meneladani penulis Injil Lukas dalam menulis
dan memublikasikan sebuah tulisan; baik itu tulisan yang sangat
pendek atau tulisan yang panjang. Ingatlah bahwa setiap tulisan yang
kita publikasikan, pasti akan memengaruhi orang lain. Marilah kita
memastikan kebenaran berita yang akan kita sampaikan dan memilih
cara penyampaian yang tepat; agar siapa pun yang membaca, dikuatkan
iman dan pengenalannya kepada Kristus --SL

KATA-KATA BAIK YANG DITULIS DENGAN CARA BAIK
MENGHASILKAN PENGENALAN KEPADA SANG MAHABAIK

Lukas 1:1-4

Keserakahan

Calvin dalam tafsirannya mengutip Krisostomus, "Kalau orang sudah
serakah, kalau bisa, matahari pun akan dia ambil dari orang
miskin." Ayat 8 mengingatkan kita tentang kejadian yang ramai
menghiasi media-media massa kita. Orang yang sudah memiliki begitu
banyak kekayaan merasa masih perlu mengambil dari mereka yang
berkekurangan. Itulah ciri moralitas bangsa Israel yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Sebenarnya, jika semua ladang dan rumah diambil sementara orang-orang
miskin tidak beroleh tempat untuk hidup, siapa yang akan
mengusahakan tanah itu? Siapa yang akan membeli produk yang ada
dan menjalankan roda perekonomian? Ayat 8-10 sangat logis dari
sudut pandang perekonomian. Roda perekonomian tidak berjalan
karena tidak ada sumber daya untuk mengerjakannya dan tidak ada
daya beli pada masyarakat.

Kejahatan orang Israel merambah kepada mentalitas mereka. Mereka hanya
ingin berfoya-foya dan menikmati hidup, tidak menggunakan waktu
untuk kegiatan bermakna. Hidup tidak dipandang sebagai harta yang
harus digunakan dengan bijaksana tapi sebagai lubang hitam yang
terus disodori dengan berbagai kesenangan tanpa pernah terpuaskan.
Pola pikir mereka bukanlah memproduksi dan mempersembahkan kepada
Tuhan melainkan mengkonsumsi dan mempersembahkan pada diri.

Tuhan tetaplah Yang Mahakudus dari Israel. Karakter-Nya nyata dengan
konsisten dalam segala keadaan. Tuhan akan menunjukkan siapa Dia
sesungguhnya, untuk meluruskan kebengkokan mereka dan membalikkan
kekacauan kepada ketertiban (16-17) sehingga mereka yang selama
ini berdelusi bahwa mereka baik-baik saja sekonyong-konyong
disadarkan bahwa mereka ada dalam masalah besar karena mengabaikan
kebenaran Tuhan (18-24).

Tuhan tidak berubah. Selama Dia masih bersabar, Dia masih berikan kita
kesempatan bertobat. Kesaksian macam apa yang ditunjukkan
kehidupan sosial kita?

Yesaya 5:8-24

Kamis, 06 Oktober 2011

SARANG SEMUT

Suatu kali ketika pindah rumah, saya menemukan sebuah sarang semut
di salah satu lemari dapur di rumah tersebut. Sebuah gundukan sarang
semut yang sudah sangat besar. Saya pun mengambil obat anti
serangga. Tak butuh waktu lama beberapa menit saja sarang dan koloni
semut yang mungkin sudah dibangun selama berbulan-bulan itu hancur
berantakan.

Apa yang terjadi pada sarang dan koloni semut itu kurang lebih sama
dengan yang pernah dialami oleh Ayub. Awalnya, kehidupan Ayub
sangatlah sukses. Ia adalah "... yang terkaya dari semua orang di
sebelah timur" (ayat 3). Ia juga memiliki keluarga besar yang baik.
Akan tetapi, suatu hari Allah mengizinkan seluruh kesuksesan
tersebut diambil dari hidupnya. Segala hal yang telah ia bangun
selama bertahun-tahun, tiba-tiba lenyap habis dalam satu hari saja.

Inilah realitas tentang betapa rapuhnya kesuksesan manusia. Segala
keberhasilan yang dibangun selama bertahun-tahun, dapat lenyap
begitu saja. Karena itu, bodohlah kalau kita menjadi sombong hanya
karena saat ini kita merasa lebih berhasil daripada orang lain.
Lebih bodoh lagi, kalau kita menggantikan Allah dengan kesuksesan
kita. Sebab itu, hendaklah kita menggantungkan hidup hanya kepada
Sang Pemberi segala keberhasilan tersebut. Lepaskan keterikatan pada
segala keberhasilan kita. Agar kita menjadi pribadi yang tetap kuat
berpegang kepada Tuhan dalam segala kondisi. Bahkan apabila
kesuksesan tersebut diizinkan Tuhan hilang dari hidup kita seperti
Ayub, kita dapat tetap berkata bahwa Tuhan berdaulat atas apa pun
yang kita punya --ALS

BETAPA RAPUHNYA KESUKSESAN MANUSIA
MAKA JANGAN SANDARKAN HIDUP KITA PADANYA

Ayub 1:1-22

Rabu, 05 Oktober 2011

Dibersihkan dan membersihkan

Nas hari ini dimulai dengan kata-kata yang kontras sekali dengan nas      kemarin. Ayat 2 memakai kata-kata "kemuliaan, " "kebanggaan, " dan      "kehormatan". Bukankah ini yang Tuhan ingin hapuskan dari Israel?      Hari ini kita dapati kondisi Israel yang telah dimurnikan dan      dibersihkan oleh Tuhan (4). Namun, mengapa hal-hal yang sama yang      membuat Tuhan menghukum bangsa Israel justru kembali timbul      setelah Tuhan menghukum mereka?  Jawabnya terletak pada apa yang menjadi alasan mereka untuk bermegah,      bangga dan merasa terhormat. Sebelumnya mereka bermegah atas diri      mereka sendiri, mereka bangga dengan kekuatan mereka dan dewa-dewa      yang mereka ciptakan sendiri dan mereka mencari kehormatan dalam      hal-hal lahiriah. Tetapi kini "tunas yang ditumbuhkan TUHAN" yang      akan menjadi alasan mereka berbangga. Artinya, kebanggaan itu      bukan terletak pada diri mereka atau kemampuan mereka, melainkan      pada apa yang Tuhan sediakan bagi mereka ­ pada karya-Nya.  Proses pemurnian yang Tuhan lakukan tidaklah mudah (4): sangat mungkin      menyakitkan dan tidak nyaman, bukan saja bagi orang-orang yang      berlaku jahat dan para pemimpin, tetapi juga bagi seluruh      masyarakat; terlepas dari keterlibatan maupun ketidakterlibatan      seseorang di dalamnya, ia adalah bagian dari masyarakat itu. Di      sisi lain, di ujung dari proses yang tidak menyenangkan itu, Tuhan      menjanjikan masyarakat baru yang disegarkan dalam pengenalan      mereka terhadap Tuhan. Masyarakat yang mengenal benar apa yang      Tuhan kehendaki. Masyarakat yang kembali menjadi saksi Tuhan dalam      kehidupan mereka secara pribadi maupun publik dalam interaksi      mereka dengan pihak-pihak di luar mereka (5-6).  Waktu kita minta Tuhan membersihkan masyarakat kita dari kotoran,      baiklah kita juga menyiapkan diri kita untuk terlibat,      membersihkan dan dibersihkan, dengan ketidaknyamanan proses itu.      Kita tahu di ujungnya akan ada satu masyarakat baru yang indah      yang Tuhan telah siapkan untuk kita nikmati. Mari kita beranikan      diri kita menjadi alat pembaruan yang Tuhan pakai.       Yesaya 4:2-6 

MENGAPA ATAU SIAPA

Ketika sesuatu berjalan tak seperti yang diharapkan, semuanya
menjadi salah, atau terjadi kegagalan, maka kecenderungan alami
manusia adalah mencari seseorang yang bisa disalahkan. Bahkan sejak
dari Taman Eden. Ketika dosa terjadi, Adam menyalahkan Hawa. Hawa
menyalahkan ular. Apabila seseorang gagal menyelesaikan pekerjaan
sesuai batas waktu yang ditetapkan, apa yang biasanya ia lakukan?
Secara refleks ia akan menudingkan jarinya ke orang lain. Atau,
kalau tidak ada orang lain, ia akan menudingkan jarinya pada situasi
di luar kekuasaannya.

Kita akan lebih cepat berkembang apabila tak punya kebiasaan
melimpahkan kesalahan ke orang lain. Ketika Anda gagal, pikirkan
mengapa Anda gagal, bukan siapa yang salah. Pandang situasi dengan
objektif supaya lain kali kita bisa lebih baik. Bob Biehl
menganjurkan daftar pertanyaan untuk membantu menganalisis
kegagalan: 1. Pelajaran apa yang saya petik?; 2. Apakah saya
berterima kasih atas pengalaman ini?; 3. Siapa lagi yang telah gagal
seperti ini sebelumnya, dan bagaimana orang itu bisa menolong saya?;
4. Apakah saya gagal karena seseorang, karena situasi, atau karena
diri sendiri?; 5. Apa saya benar-benar gagal, atau saya mengejar
standar yang terlalu tinggi?

Orang yang menyalahkan orang lain atas kegagalan mereka takkan
pernah mengatasinya. Untuk mencapai potensi dan karakter yang
diinginkan Allah, kita harus terus memperbaiki diri. Kita tak dapat
melakukannya jika tidak mengambil tanggung jawab atas perbuatan kita
dan belajar dari kesalahan. Bukankah Allah tak pernah menolak
mengampuni saat kita bersalah? Mengapa kita tidak berani mengaku
dengan jujur? --PK

SAAT ANDA BERBUAT KESALAHAN DAN GAGAL
TANYAKAN MENGAPA, BUKAN SIAPA

Kejadian 3:9-14

Selasa, 04 Oktober 2011

Masa Dewasa/Muda

Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan rentang hidup, wilayah pembahasannya tidak terbatas pada perubahan perkembangan selama masa anak-anak dan remaja saja, tetapi juga masa dewasa, tua, hingga meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan manusia tidak akan berakhir, tetapi terus berkesinambungan. Perubahan-perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup, memengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.

Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi tentang kedewasaan tidaklah mudah. Apalagi di setiap kebudayaan yang ada, masing-masing memiliki ketentuan sendiri untuk menetapkan kapan seseorang mencapai status dewasa secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai jika pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati selesai, atau jika organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu berproduksi. Di Indonesia sendiri, seseorang dianggap mencapai status dewasa jika sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.

Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan usia 20-an sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari usia 40-45 hingga usia 65-an, serta masa dewasa lanjut/masa tua berlangsung dari usia 65-an sampai meninggal, demikian pandangan dari Robert S. Feldman, penulis buku "Understanding Psychology".

Berikut ini diuraikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa dan usia tua, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

Perkembangan Fisik

Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami masa penurunan. Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.

1. Kesehatan badan.

Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka. Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun selama periode ini mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.

2. Perkembangan sensori.

Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.

3. Perkembangan otak.

Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang.

Perkembangan Kognitif

Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.

1. Perkembangan pemikiran postformal.

Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. D.P. Keating, penulis buku "Adolescent Thinking", mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam buku "Understanding Human Behavior", karya McConnell dan Philipchalk), menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.

Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

2. Perkembangan memori.

Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.

3. Perkembangan inteligensi.

Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa.

a. Ketiadaan kapasitas dasar.
Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia mudanya juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai.

b. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual.
Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan berhenti melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.

c. Faktor budaya.
Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.

Perkembangan Psikososial

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth and Crisis", perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan keintiman.
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-orang sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim/akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus berkorban.

2. Nilai-nilai cinta.
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W Santrock, penulis buku "Child Development", mengklasifikasikan cinta menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta yang romantis/bergairah, dan cinta yang penuh perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa ini lebih dari sekadar gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang. Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama -- hubungan saling berbagi hidup dengan orang lain yang intim.

3. Pernikahan dan keluarga.
Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap, maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan.

4. Perkembangan generativitas.
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.

5. Perkembangan integritas.
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65 tahun.

Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa berakhir, manusia akan mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang bermakna pada masa tua, kita sebaiknya menggunakan masa muda kita untuk melakukan hal-hal positif sesuai kebenaran firman Tuhan.

Senin, 03 Oktober 2011

TEGAS MENDIDIK

Dalam sebuah acara pertemuan orangtua, kami membahas satu
pertanyaan sederhana tetapi penting: Bolehkah kita menghukum anak?
Hasilnya, kami mendapati beberapa prinsip penting ini: Mendidik anak
mesti tegas, tetapi tidak harus sampai menghukum. Apabila kita
menegur, tujuannya bukan menghukum, tetapi mengoreksi kesalahan.
Jangan pernah menghukum anak untuk kesalahan yang tidak ia sengaja,
atau jika ia tidak tahu apa kesalahannya. Jangan pernah menghukum
anak jika kita sedang marah dan tak bisa mengendalikan diri.

Setelah mengoreksi anak, segeralah memeluknya. Katakan bahwa kita
mengasihinya, lalu berdoa bersamanya. Latih anak untuk meminta ampun
kepada Tuhan atas kesalahan yang dilakukan.

Imam Eli mendapat hukuman yang berat karena sebagai orangtua, ia
tidak mendidik anak-anaknya dengan tegas. Eli membiarkan
anak-anaknya memandang rendah korban sembelihan umat kepada Tuhan:
"Mengapa engkau Eli, lebih menghormati anak-anakmu daripada
menghormati Aku, dan membiarkan mereka menggemukkan dirinya dengan
bagian yang terbaik dari setiap persembahan bangsa-Ku kepada-Ku?
(2:29). Apalagi, "Eli mengetahui dosa-dosa mereka itu, tetapi mereka
tidak dimarahinya" (3:13). Hofni dan Pinehas pun tidak lagi dapat
dikendalikan oleh sang ayah, yang adalah otoritas di atas mereka.
Akibatnya, semua kena hukuman Tuhan baik Eli, juga anak-anaknya.

Tuhan memberi otoritas kepada orangtua untuk mendidik dengan
ketegasan. Namun, tentu ketegasan yang berdasar kasih dan bertujuan.
Yakni, untuk membesarkan anak yang bertanggung jawab atas hidupnya;
kepada Tuhan dan sesama --AW

ANAK ADALAH AMANAT ALLAH
YANG DIBESARKAN UNTUK DAPAT MENYENANGKAN ALLAH

1 Samuel 2:27-36

JATUH CINTA

Suatu hari saya bertanya kepada murid-murid saya yang masih
remaja, apa yang mereka ketahui atau rasakan tentang jatuh cinta.
Dengan malu-malu, mereka memberi beragam jawaban. Ada yang
mengatakan itu adalah perasaan suka yang mendalam, sesuatu yang
membuat hati senang sekaligus berharap cemas, kerinduan untuk selalu
dekat dengan orang yang dicintai, munculnya usaha untuk mengetahui
hal-hal yang disukai dan menyenangkan hatinya. Seorang murid
bercerita sambil tersenyum tentang dampaknya: "... ia hanya menyapa
saya tadi pagi, tetapi hati saya senang sekali hingga saya
bersemangat sepanjang hari."

Pemazmur sedang jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada hukum-hukum,
peringatan-peringatan, janji-janji, kebenaran-kebenaran, dan
perintah-perintah Tuhan. Ada perasaan suka yang mendalam dan
kerinduan untuk mencari tahu apa yang Tuhan kehendaki. Pemazmur juga
mengaku kerap mengalami kesesakan dan kesusahan, tetapi semuanya itu
tidak mengalahkan kecintaannya pada firman Tuhan. Sebab,
pengertiannya akan firman Tuhan itu membuatnya hidup.

Apakah kita juga seperti pemazmur saat membaca dan merenungkan
firman Tuhan hari ini? Barangkali selama ini kita membaca Alkitab
secara sambil lalu; merenungkan firman Tuhan dengan terburu-buru;
menjalani waktu teduh apabila sempat; dan berdoa hanya apabila belum
mengantuk. Mari mengarahkan diri kita untuk jatuh cinta sekali lagi
pada firman Tuhan sehingga hati kita digetarkan oleh ketetapan,
janji, dan perintah-Nya yang membuat kita hidup. Sapaan-Nya yang
jelas dan lugas setiap hari akan membuat hidup kita lebih bermakna
--SL

KITA TIDAK PERNAH BERTEPUK SEBELAH TANGAN
APABILA JATUH CINTA PADA FIRMAN TUHAN

Mazmur 119:137-144

DIPANGGIL DAN DIUTUS

Jika Tuhan memanggil seseorang untuk melayani, dengan berbicara
langsung dan memberi penglihatan, bagaimana kira-kira tanggapan
orang itu? Mestinya, ia takkan ragu lagi mengorbankan hidupnya
menjalani panggilan itu, meski penuh tantangan, bukan? Namun,
lihatlah Musa. Secara ajaib Tuhan menampakkan diri di Gunung Horeb
dan memanggil Musa untuk membebaskan Israel. Musa takut, gentar, dan
terpesona ketika berhadapan dengan Tuhan (ayat 6). Namun, Musa
menolak panggilan itu. Mengapa?

Pertama, Musa tidak yakin Israel masih mengenal Allahnya dan percaya
Allah masih peduli. Kedua, Musa tak yakin Israel percaya ia berjumpa
Allah yang mengutusnya. Ketiga, Musa tak yakin mampu memimpin Israel
yang "tegar tengkuk". Perasaan tak mampu menghalanginya melihat
kuasa Allah yang bisa bekerja melaluinya. Keempat, Musa tak ingin
zona nyamannya kembali terusik demi membebaskan Israel yang tak tahu
balas budi (lihat Keluaran 2:11-22). Namun, dengan sabar Tuhan
meneguhkan panggilan-Nya; memberi kuasa kepada Musa untuk
berkata-kata dan melakukan banyak mukjizat; bukti bahwa Tuhanlah
yang mengutus dan menyertainya.

Apakah Anda sedang bergumul menjawab sebuah undangan pelayanan?
Mungkin pelayanan itu menuntut pengorbanan waktu, tenaga, perasaan.
Tak mendatangkan keuntungan materi, malah sebaliknya. Tak
mendatangkan gengsi, sebab hanya memperhatikan mereka yang kecil dan
terpinggirkan. Relakah Anda meresponsnya? Ingatlah bahwa Allah telah
melayani Anda lebih dulu dengan memberikan Yesus Kristus mati di
kayu salib menjadi tebusan bagi hidup Anda yang berdosa. Apakah
balasan Anda kepada-Nya? --SST

TUHAN TELAH MEMBERIKAN SEGALANYA BAGI KITA
MAKA, APAKAH YANG PANTAS KITA TAHANKAN TERHADAP-NYA?

Keluaran 3:1-4:17