(syukur). Kesadaran akan anugerah Tuhan dalam kehidupan kita akan
menghasilkan limpahan ucapan syukur. Ketika anugerah tidak disadari,
kita bisa menganggap banyak hal memang sudah sepatutnya kita terima,
dan rasa syukur pun berangsur pudar.
Pernyataan Paulus yang baru saja kita baca menunjukkan kesadarannya
yang sangat kuat akan anugerah Tuhan dalam hidupnya. Ia adalah orang
yang menyetujui perajaman martir pertama, Stefanus. Lalu, ia
mengancam dan menangkapi para pengikut Kristus (lihat Kisah Para
Rasul 8:1; 9:1-2). Ia penghujat dan penganiaya, seorang yang ganas
(ayat 13). Namun, Tuhan berkenan menampakkan diri kepadanya,
mengubah hidupnya, dan memercayakan pelayanan pemberitaan Injil
kepadanya. Paulus tidak sedang membanggakan masa lalunya yang penuh
dosa. Ia tengah dipenuhi rasa syukur yang lahir dari limpahnya
anugerah Tuhan (ayat 14). Orang boleh memandangnya sebagai seorang
rasul besar, pengkhotbah hebat, tetapi ia sadar betul ia hanyalah
seorang pendosa besar yang mendapat kasih karunia Tuhan (15-16).
Kita perlu terus mengingatkan diri bahwa kesempatan melayani Tuhan
adalah kasih karunia, bukan sesuatu yang bisa kita lakukan karena
kita lebih baik atau lebih mampu dari orang lain. Kita bahkan tidak
bisa menyebut pelayanan sebagai balas budi atas anugerah-Nya, sebab
kemurahan Tuhan tidak dapat kita tukar atau ganti dengan ragam
kebaikan kita. Biarlah anugerah Tuhan sekali lagi melahirkan syukur
di hati kita, dan menggerakkan kita untuk melayani-Nya. --ULS
KEMBALIKAN SYUKUR DI HATI
DENGAN MENGINGAT KASIH KARUNIA TUHAN.
1 Timotius 1:12-17
menghasilkan limpahan ucapan syukur. Ketika anugerah tidak disadari,
kita bisa menganggap banyak hal memang sudah sepatutnya kita terima,
dan rasa syukur pun berangsur pudar.
Pernyataan Paulus yang baru saja kita baca menunjukkan kesadarannya
yang sangat kuat akan anugerah Tuhan dalam hidupnya. Ia adalah orang
yang menyetujui perajaman martir pertama, Stefanus. Lalu, ia
mengancam dan menangkapi para pengikut Kristus (lihat Kisah Para
Rasul 8:1; 9:1-2). Ia penghujat dan penganiaya, seorang yang ganas
(ayat 13). Namun, Tuhan berkenan menampakkan diri kepadanya,
mengubah hidupnya, dan memercayakan pelayanan pemberitaan Injil
kepadanya. Paulus tidak sedang membanggakan masa lalunya yang penuh
dosa. Ia tengah dipenuhi rasa syukur yang lahir dari limpahnya
anugerah Tuhan (ayat 14). Orang boleh memandangnya sebagai seorang
rasul besar, pengkhotbah hebat, tetapi ia sadar betul ia hanyalah
seorang pendosa besar yang mendapat kasih karunia Tuhan (15-16).
Kita perlu terus mengingatkan diri bahwa kesempatan melayani Tuhan
adalah kasih karunia, bukan sesuatu yang bisa kita lakukan karena
kita lebih baik atau lebih mampu dari orang lain. Kita bahkan tidak
bisa menyebut pelayanan sebagai balas budi atas anugerah-Nya, sebab
kemurahan Tuhan tidak dapat kita tukar atau ganti dengan ragam
kebaikan kita. Biarlah anugerah Tuhan sekali lagi melahirkan syukur
di hati kita, dan menggerakkan kita untuk melayani-Nya. --ULS
KEMBALIKAN SYUKUR DI HATI
DENGAN MENGINGAT KASIH KARUNIA TUHAN.
1 Timotius 1:12-17