Jumat, 28 September 2012

BERDOALAH ... BERDOALAH ...

  Setelah bertahun-tahun melayani suku Lisu tanpa hasil, misionaris
  J.O. Fraser merasa sangat depresi. Dalam kondisi putus asa ia berdoa
  dan menggerakkan sekitar 8-10 orang kristiani di negara asalnya
  untuk mendukungnya dalam doa terus-menerus. Tahun-tahun berikutnya,
  puluhan ribu orang Lisu menerima Kristus. Mencengangkan. Fraser
  bersaksi, "Tak ada gunanya mengajar atau berkhotbah kepada suku Lisu
  jika mereka masih dibelenggu oleh kuasa-kuasa yang tak kelihatan.
  Anda berperang melawan masalah mendasar dari suku Lisu ini ketika
  Anda berdoa ...."


  Fraser mengalami kebenaran yang disampaikan rasul Paulus
  berabad-abad sebelumnya kepada jemaat Efesus. Pemberitaan Injil bagi
  Paulus bukan sekadar sebuah metode bercerita tentang Juru Selamat,
  tetapi merupakan sebuah pertempuran rohani melawan kuasa-kuasa yang
  menentang Allah (ayat 12). Kepiawaian berbicara tidaklah cukup.
  Paulus sadar hanya kuasa Tuhan yang dapat memampukannya menyampaikan
  kebenaran dengan berani. Sebab itulah ia berdoa, dan juga mendorong
  jemaat Efesus untuk mendoakannya (ayat 18-20).


  Kerap doa dipandang sebagai pelayanan yang kecil dan kurang berarti.
  Padahal doa justru menghubungkan kita dengan kuasa Allah yang tidak
  terbatas. Dalam kerinduan membawa orang kepada Tuhan, sudahkah doa
  kita prioritaskan? Pikirkanlah satu nama orang yang rindu Anda bawa
  mengenal Kristus, atau satu nama orang yang sedang memberitakan
  Injil, dan ambillah komitmen mendoakannya secara terus-menerus
  selama bulan ini. --ELS

           DOA BUKANLAH UPAYA MENGATASI KEENGGANAN TUHAN,
    TETAPI MENANGKAP APA YANG SIAP DIKERJAKAN-NYA. -MARTIN LUTHER

  Efesus 6:10-20

Kamis, 27 September 2012

KERINDUAN YUDAS

  Anda mungkin pernah membaca syair klasik ini: Jika kebutuhan
  terbesar manusia itu adalah pengetahuan, tentulah Allah mengutus
  seorang pendidik. Jika itu kesehatan jasmani, tentulah Allah
  mengutus seorang dokter. Jika itu uang, tentulah Allah mengutus
  seorang ahli ekonomi. Jika itu kesenangan, tentulah Allah mengutus
  seorang yang pintar menghibur. Akan tetapi, kebutuhan terbesar
  manusia adalah pengampunan, sebab itu Allah mengutus seorang Juru
  Selamat.


  Syair ini kurang lebih menggambarkan keyakinan dan kerinduan Yudas -
  bukan Yudas Iskariot, tetapi Yudas saudara Yakobus. Kebutuhan akan
  Juru Selamat lebih dari segalanya. Tanpa hal itu manusia binasa.
  Sejak awal surat Yudas penuh berisi peringatan tentang penghakiman
  dan hukuman kekal bagi orang-orang yang menyangkal Yesus (ayat 4-5).
  Pada akhir suratnya, Yudas mendorong umat Tuhan bukan hanya untuk
  memperkuat iman, tetapi juga menolong orang yang ragu-ragu atau
  belum percaya untuk menerima anugerah keselamatan. "Merampas mereka
  dari api" adalah ungkapan yang sangat kuat. Bayangkan saja
  menyelamatkan orang dari kebakaran. Tentu tidak bisa dengan santai
  dan berlambat-lambat. Setiap detik begitu berharga. Tidak ada
  kesempatan kedua.


  Jika kita benar meyakini bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus,
  tidakkah setiap hari adalah kesempatan berharga untuk
  mewartakan-Nya? Kecuali kita tidak betul-betul yakin api penghakiman
  tersedia. Kecuali kita merasa manusia dapat menyelamatkan dirinya
  sendiri di luar Kristus. Kecuali kita yakin bahwa yang terpenting
  manusia hidup senang sebelum maut menjemput. Apa yang kita yakini
  tentang kekekalan akan tercermin dalam doa-doa kita, perhatian kita
  pada sesama, kesaksian hidup kita. --ELS

          BERTEMU JURU SELAMAT MEMBUAT HIDUP JADI BERMAKNA.
                 SUDAHKAH ANDA SENDIRI MENGALAMI-NYA?

  Yudas 1:17-25

Rabu, 26 September 2012

TIDAK PERNAH PENSIUN

  Masa pensiun bagi banyak orang cukup menakutkan, karena masa-masa
  itu mereka dianggap tidak produktif lagi. Tidak ada karya berarti
  yang dapat mereka hasilkan. Akibatnya, banyak orang lanjut usia
  putus harapan dan tidak bersemangat menjalani hidup. Jika melihat
  anak-anak muda yang perilakunya tidak karuan, mereka mulai mengomel
  dan menyalahkan mereka.


  Sungguh berbeda dengan kerinduan pemazmur yang kita baca. Ia rindu
  masa tuanya menjadi masa yang produktif untuk terus memberitakan
  Pribadi dan karya Tuhan yang telah ia kenal sejak kecil (ayat
  17-18). Yang menakutkan bagi pemazmur bukan masa tua itu sendiri,
  tetapi ketiadaan penyertaan Tuhan. Sebab itu ia memohon agar Tuhan
  tidak meninggalkannya (ayat 18). Ia telah melalui banyak kesusahan
  sekaligus banyak mengalami pertolongan dan penghiburan Tuhan; ia
  menyaksikan sendiri kebesaran, kesetiaan, dan keadilan Tuhan (ayat
  20-23). Entah berapa lama lagi ia punya kesempatan, tetapi yang
  jelas hari-hari yang ada hendak ia gunakan untuk memperkenalkan
  Tuhan yang dikasihinya kepada generasi yang akan datang.


  Hari ini tantangan bagi generasi muda makin besar. Ada banyak hal
  yang dapat menarik hati mereka jauh dari Tuhan. Adakah situasi ini
  membuat kita merasa tak berdaya? Ataukah kerinduan seperti yang
  dimiliki pemazmur kian membuncah di hati kita? Kita yang telah
  menerima pengajaran Tuhan dipanggil untuk mengajar generasi
  berikutnya. Tidak ada kata pensiun. Hingga tua dan putih rambut
  kita, kiranya Tuhan menolong kita untuk terus memberitakan Dia.
  --WPS

                     TIAP HARI ADALAH KESEMPATAN
               MEMBANGUN GENERASI YANG MENCINTAI TUHAN

  Mazmur 71:17-24

Selasa, 25 September 2012

MEWUJUDKAN VISI

  Ada ungkapan, "Orang yang malang bukanlah orang yang tidak dapat
  melihat, melainkan orang yang dapat melihat, tetapi tidak mempunyai
  visi." Ungkapan ini menggambarkan pentingnya visi. Namun,
  mewujudkannya tak selalu mudah.


  Nehemia mendapat visi dari Allah untuk membangun tembok Yerusalem
  saat berada di pembuangan sebagai juru minum raja. Setelah menangkap
  visi dari Tuhan, ia berdoa dan berpuasa, kemudian ia minta izin
  kepada raja untuk pulang ke kota asalnya (pasal 1-2:10). Menarik
  bahwa selama tiga hari di sana Nehemia belum berdialog dengan siapa
  pun (ayat 11). Ia bahkan menyelidiki pada malam hari agar tidak
  dilihat orang (ayat 12-16). Membangun tembok Yerusalem bukan
  pekerjaan mudah. Jika mudah, tentu sudah lama orang melakukannya.
  Bagaimana Nehemia yang baru datang bisa menyakinkan penduduk
  setempat untuk menggarap pekerjaan yang begitu besar? Bukan
  kehebatan diri yang dibagikan Nehemia, tetapi kemurahan Allah yang
  telah memeliharanya (ayat 18). Seorang buangan bisa dipercaya raja
  dan dibekali segala perlengkapan untuk membangun tembok Yerusalem.
  Betapa kesaksian itu menunjukkan perkenan Allah! Segenap orang pun
  berespons dengan semangat!


  Mungkin Anda pun tengah bergumul dengan visi yang Tuhan letakkan di
  hati Anda. Banyak tantangan yang membuat visi terasa seperti mimpi
  yang tak mungkin diraih. Akankah orang-orang mendukungnya? Mintalah
  hikmat Tuhan untuk mengerti langkah yang perlu ditempuh. Bawalah
  orang melihat visi yang dari Tuhan dan berespons kepada Dia, dan
  nantikanlah Tuhan menempatkan orang-orang sevisi untuk melayani
  bersama Anda. --YBP

        VISI PELAYANAN DIWUJUDKAN DENGAN PEMAHAMAN YANG TEPAT
    AKAN RENCANA TUHAN, DIRI SENDIRI DAN ORANG-ORANG, DAN SITUASI.

  Nehemia 2:11-20

Senin, 24 September 2012

BEDA PENILAIAN

  Ia baik dan pintar, " cerita keponakan saya tentang teman
  favoritnya. Beberapa teman tidak ia sukai Alasannya antara lain:
  mereka nakal, suka mengganggu, pelit meminjamkan mainan. Celotehnya
  menyadarkan saya betapa sejak kecil kita sudah punya kecenderungan
  untuk menilai orang menurut tolok ukur tertentu, entah itu
  kebaikannya, reputasinya, atau kelakuannya terhadap kita. Dan,
  penilaian itu memengaruhi cara kita bersikap.


  Sungut-sungut orang Farisi dan ahli Taurat adalah cermin penilaian
  mereka terhadap sekelompok orang. Tolok ukurnya adalah diri sendiri.
  Melabeli kelompok lain berdosa, menyiratkan mereka mengelompokkan
  diri sendiri sebagai orang-orang yang tidak berdosa. Keramahan Yesus
  pada kelompok "berdosa" membuat mereka tak nyaman (ayat 2). Yesus
  mengoreksi cara pandang ini, mengajak mereka untuk memakai tolok
  ukur Allah. Dalam sudut pandang-Nya juga ada dua macam kelompok
  orang, tetapi dua-duanya berdosa. Bedanya, yang satu sadar akan
  dosanya, yang lain tidak (ayat 7). Yang satu bertobat, yang satu
  tidak merasa butuh pertobatan. Dan surga bersukacita untuk orang
  berdosa yang bertobat.


  Melihat orang lain dalam dosa, ingatlah bahwa kita tidak lebih baik.
  Kita tak dapat menyelamatkan diri sendiri, namun Allah dalam
  kasih-Nya telah mencari dan menemukan kita. Mari periksa lingkaran
  pergaulan kita. Apakah kita cenderung berteman dengan orang-orang
  tertentu dan menjauhi yang lain? Mengapa? Daftarkan hal-hal yang
  biasanya menjadi tolok ukur kita dalam mengasihi orang lain.
  Mintalah agar Allah memperbarui cara pandang kita dengan cara
  pandang-Nya. --JOE

             PANDANGLAH SESAMA DARI SUDUT PANDANG ALLAH.
             KASIHILAH MEREKA DENGAN KASIH DARI PADA-NYA.

  Lukas 15:1-7

Minggu, 23 September 2012

TELADAN

  Saya mengenal seorang bapak yang sangat rajin mendorong anaknya
  datang beribadah di gereja. Setiap Minggu pagi ia akan membangunkan
  anaknya, membantunya bersiap-siap, lalu mengantarnya ke sekolah
  minggu. Namun, setelahnya, ia sendiri tidak mengikuti kebaktian dan
  pergi ke tempat lain. Entah bagaimana anak ini memahami makna ibadah
  di gereja dengan teladan bapaknya yang demikian. Tanpa pemahaman
  yang benar, kemungkinan ia akan meninggalkan gereja setelah bapaknya
  tiada.


  Sikap yang demikian tidaklah disarankan Paulus kepada Titus, anak
  rohaninya yang sedang melayani di Kreta. Titus dinasihatkan agar
  menjadi seorang yang dapat diteladani. Ia harus lebih dulu melakukan
  apa yang baik ketika menasihatkan orang untuk menguasai diri dalam
  segala hal (ayat 6). Titus diharapkan untuk setia memberitakan
  firman dengan benar (ayat 8) dan juga dapat menghidupi apa yang
  diajarkannya, sebab pemberitaan yang keliru dan kesaksian yang buruk
  dari umat Tuhan akan memberi celah bagi orang untuk tidak
  menghormati Tuhan (bandingkan ayat 5). Sebaliknya, teladan yang
  diberikan dengan penuh kerendahan hati membuat lawan tak bisa
  mencela dan Tuhan dipermuliakan (bandingkan ayat 10).


  Sudahkah kita menjadi teladan dalam pelayanan kita? Apakah ucapan
  dan tindakan kita sudah selaras dalam kebenaran? Adakah hal-hal yang
  perlu kita perbaiki agar pelayanan tidak terhalang? Dalam
  keterbatasan kita, menjadi teladan pasti melibatkan banyak aspek
  hidup pribadi yang perlu dikoreksi. Namun, jika hal itu akan membuat
  Tuhan makin dihormati orang, bukankah kita akan bersukacita
  melakukannya? --SLI

                 SEBAGAIMANA YANG DILAKUKAN KRISTUS,
            MENJADI TELADAN BERARTI MELAKUKAN LEBIH DULU.

  Titus 2:1-10

OPERASI PLASTIK

  Ikhsan Darmawan menulis opini menarik berjudul "Operasi Plastik
  Birokrasi" (Kompas, 8 Mei 2012). Ia menyoroti kinerja pemerintah
  dalam melakukan reformasi birokrasi. Pada akhir tulisan, ia
  mengingatkan pemerintah agar reformasi birokrasi jangan sebatas
  "operasi plastik" yang hanya memperbaiki bagian luar birokrasi yang
  ada, tanpa ada perubahan mendasar.


  Raja Yosia melakukan reformasi besar-besaran di kerajaan Yehuda yang
  bukan sekadar "operasi plastik". Sesudah mengetahui firman Tuhan
  dari kitab Taurat yang ditemukan imam Hilkia (2 Raja-Raja 22:8), ia
  memanggil tua-tua Yerusalem dan Yehuda beserta seluruh rakyat
  membuat perjanjian di hadapan Tuhan untuk menaati-Nya dengan segenap
  hati dan jiwa (23:1-3). Ia tidak hanya menjauhkan berbagai berhala
  yang menyesatkan (ayat 4, 6, 10-14, 19), tetapi juga orang-orang
  yang melakukannya (ayat 5, 9, 20). Tak berhenti di sana, ia juga
  membimbing seluruh kerajaan untuk kembali menjalankan ketetapan
  Tuhan (ayat 21-23). Reformasi ini dimulai dari dirinya sendiri.
  Yosia dicatat sebagai raja yang berbalik kepada Tuhan dengan segenap
  hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan tidak seperti raja-raja
  sebelum dan sesudahnya (ayat 25).


  Reformasi apa yang kita rindukan terjadi dalam komunitas kita? Kita
  perlu memeriksa seberapa jauh diri kita sendiri telah mengalami
  reformasi itu. Ketika kebenaran firman Tuhan dibukakan, sudahkah
  kita mengikutinya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap
  kekuatan kita? Mari mohon anugerah Tuhan agar pribadi dan komunitas
  kita mengalami pembaruan yang sejati, bukan sekadar "operasi
  plastik". --BER

            HATI YANG DIPERBARUI MEMBAWA PERUBAHAN HIDUP.
            HIDUP YANG DIPERBARUI MEMBAWA PERUBAHAN DUNIA.

  2 Raja-Raja 23:1-30

Jumat, 21 September 2012

CERUTU DAN GARPU

  Konon, Charles Spurgeon mengundang D.L. Moody untuk menjadi
  pembicara dalam suatu kebaktian. Moody menerima undangan itu. Ia
  berkhotbah tentang keburukan tembakau, dan mengapa Tuhan menentang
  orang Kristen merokok. Spurgeon, seorang pengisap cerutu, terkejut
  melihat Moody memakai mimbar untuk menghakiminya. Ketika Moody
  selesai berkhotbah, Spurgeon naik ke podium dan berkata, "Tuan
  Moody, saya akan berhenti mengisap cerutu jika Anda berhenti
  menggunakan garpu." Moody berbadan sangat gemuk.


  Kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat,
  penting bagi orang percaya (bdk. Ibr. 5:14). Di sini Yesus mengecam
  penggunaannya yang salah arah. Kebanyakan orang menggunakannya untuk
  menghakimi pelanggaran orang lain, dan menutupi pelanggarannya
  sendiri. Hebatnya lagi, ia merasa sanggup membereskan dosa orang
  lain itu. Tantangan Yesus (ayat 5) dimaksudkan untuk menyadarkan
  para pendengar-Nya bahwa tidak ada seorang pun yang mampu
  membereskan dosanya sendiri, apalagi dosa orang lain. Hanya Yesus,
  Anak Domba Allah yang sanggup melakukannya (lihat Yohanes 1:29).


  Ketika seorang penderita kanker sembuh, ia tidak akan menyombongkan
  kesembuhannya dan melecehkan penderita yang belum sembuh.
  Sebaliknya, ia akan bersaksi tentang dokter dan pengobatan yang
  dijalaninya, berupaya membangkitkan pengharapan penderita lain.
  Begitu juga kita dalam pergumulan dengan dosa. Alih-alih saling
  menghakimi, mengapa kita tidak mengarahkan mata satu sama lain pada
  Sang Penyembuh dan anugerah-Nya yang mujarab? --ARS

     ORANG KRISTEN SANGAT MARAH TERHADAP ORANG KRISTEN LAIN YANG
      MELAKUKAN DOSA YANG BERBEDA DENGAN DOSANYA. -PHILIP YANCEY

  Matius 7:1-5

Kamis, 20 September 2012

STOP KOMPROMI!

  Lagu band Seurieus Rocker Juga Manusia (2004) sangat populer pada
  masanya, dan judul itu sering digunakan sebagai plesetan. Dengan
  latah kita juga berkata: "orang Kristen juga manusia" atau "pendeta
  juga manusia" artinya masih rentan terhadap dosa. Di satu sisi,
  memang benar sebagai manusia kita tak boleh pongah karena kita masih
  dapat jatuh dalam dosa. Di sisi lain, kerap ungkapan itu dijadikan
  dalih untuk membenarkan pelanggaran.


  Alkitab menentang keras kompromi terhadap dosa. Keinginan daging,
  yang membuahkan dosa dan berbagai tindak kejahatan (ayat 19-21, 26),
  bertentangan dengan keinginan Roh Tuhan (ayat 17). Misalnya saja:
  hidup yang dikuasai nafsu bertolak belakang dengan pengendalian
  diri; perseteruan tidak sejalan dengan kasih; kepentingan diri
  sendiri dan kemurahan adalah dua sikap yang kontras. Mengikuti
  keinginan Roh tidak dapat dikompromikan dengan keinginan daging.
  Paulus mengingatkan, ini tidak sama dengan sekadar memenuhi hukum
  Taurat (ayat 18). Hukum menunjukkan apa yang salah, Roh menuntun
  orang melakukan apa yang benar. Tidak ada hukum yang menentang
  pimpinan Roh, karena Roh pasti menuntun pada kebenaran (ayat 23).


  Di tengah berbagai situasi yang mengundang kompromi dengan dosa,
  kita perlu terus-menerus menyadari identitas kita sebagai milik
  Kristus. Tidak cukup kita menyadari apa yang salah, tetapi juga
  melakukan apa yang benar, apa yang seturut dengan keinginan Roh
  Tuhan. --BER

               KATAKAN YA PADA ROH DAN TIDAK PADA DOSA.
                 KEDUANYA TIDAK MUNGKIN DIPERSATUKAN.

  Galatia 5:16-26

Rabu, 19 September 2012

INI DOSA SIAPA?

  Jika kita ditimpa kemalangan, kita cenderung bertanya, mengapa
  saya yang mengalami penderitaan ini. Kenapa bukan orang lain yang
  lebih jahat? Atau, andaikan orang lain yang berdosa, mengapa saya
  yang harus menanggung akibatnya? Pertanyaan-pertanyaan tidak
  terjawab ini berpotensi membuat kita makin terpuruk dalam kesedihan
  dan mengobarkan kemarahan karena merasa Allah berlaku tidak adil
  atau menghukum kita terlalu berat. Selain itu, kita mungkin
  kehilangan simpati terhadap orang yang kurang beruntung, menganggap
  sudah selayaknyalah ia menanggung derita tersebut.


  Ketika melihat orang yang buta sejak lahir, murid-murid Yesus
  menanyakan hal yang sama: Mengapa ia menderita? Penderitaan ini dosa
  siapa? Jawaban Yesus mencengangkan. Penderitaan si orang buta bukan
  akibat dosa siapa pun. Hal itu diizinkan Tuhan dengan tujuan.
  Peristiwa Yesus mencelikkan matanya menjadi salah satu bukti bahwa
  Yesus adalah Mesias (ayat 32-33). Sebuah kesaksian yang kuat di
  tengah tekanan orang Farisi yang membutakan hati dan menolak
  percaya. Apa kondisi yang harus ada agar pekerjaan Allah ini
  dinyatakan? Kita tahu jawabnya: orang ini harus terlahir buta.


  Mungkin saat ini Anda mengalami penderitaan yang bukan karena
  kesalahan Anda. Mungkin tidak ada mukjizat yang terjadi. Tidak pasti
  juga sampai kapan Anda harus menanggung derita itu. Hendaknya Anda
  tidak terus terpuruk dalam kesedihan. Tuhan tidak pernah keliru.
  Dengan kepercayaan yang teguh, mohonlah Tuhan menyatakan
  pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam dan melalui tiap situasi yang Anda
  alami. --HEM

      SUKACITA DIPEROLEH BUKAN KARENA PERTANYAAN KITA TERJAWAB,
      MELAINKAN KARENA PEKERJAAN TUHAN TERLAKSANA MELALUI KITA.

  Yohanes 9:1-41

Selasa, 18 September 2012

72 HARI

  72 hari. Itulah umur pernikahan Kim Kardashian, selebriti
  Hollywood, dengan Kris Humphries, seorang pemain basket profesional
  Amerika Serikat. Menikah tanggal 20 Agustus 2011, mengajukan
  permohonan cerai tanggal 31 Oktober 2011. Menurut Barna Group tahun
  2008, 33% orang Amerika Serikat yang mereka survei pernah bercerai,
  tren yang mencerminkan masalah yang melanda zaman ini: krisis
  kesetiaan. Krisis ini ditemukan bukan hanya dalam kehidupan
  pernikahan, tetapi juga dalam semua aspek kehidupan.


  Alkitab jelas mengajarkan pentingnya kesetiaan. Kehidupan Rut
  mendemonstrasikan contoh yang indah dari prinsip ini. Sepeninggal
  suaminya, kita bisa mengerti kalau Rut memilih pergi dan mencari
  penghidupan yang lebih menjanjikan. Namun, Rut tidak melakukannya.
  Ia memilih berjanji setia sampai maut memisahkan kepada mertuanya,
  Naomi (ayat 17b). Padahal, Naomi tidak dapat menjamin kesejahteraan
  Rut (1:12-13). Tampaknya Rut memahami bahwa Tuhan berkenan pada
  kesetiaan (ayat 17). Kesetiaannya ini kelak membuatnya menuai kasih
  Boas (lihat pasal 2:10-12). Tuhan pun menghargai kesetiaan Rut
  dengan menjadikannya sebagai nenek Raja Daud, sekaligus nenek moyang
  Kristus (lihat Matius 1).


  Kita yang hidup di zaman ini juga dipanggil Tuhan untuk menjadi
  orang-orang yang setia. Bukan hanya ketika segala sesuatu lancar dan
  senang, tetapi juga pada saat-saat yang tampaknya tidak
  menguntungkan. Biasanya, kita menjadi tidak setia ketika merasa
  bahwa kepentingan atau kenyamanan kita terganggu. Ketika kita
  meneladani Kristus yang mengutamakan kepentingan orang lain (Filipi
  2), kesetiaan akan terasa lebih mudah. --ALS

             SAMA SEPERTI TUHAN ADALAH TUHAN YANG SETIA,
    ORANG KRISTIANI PUN DIPANGGIL UNTUK MENJADI ORANG YANG SETIA.

  Rut 1:1-22, 2:10-12

Senin, 17 September 2012

Fwd: sales tgl 15 Sep



---------- Forwarded message ----------
From: edp.jmb <edp.jmb@mpi-pharmaniaga.co.id>
Date: 2012/9/17
Subject: RE: sales tgl 15 Sep
To: u.eddy26@gmail.com


 

================================================================
This message (including any attachments) contains information intended for a specific individual and purpose. If You are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to You in error, You should not disseminate, distribute or copy this email and You should delete it immediately and notify us.

Please note that any views or opinions presented in this email are solely those of the author and do not necessarily represent those of the company and should not be seen as forming a legally binding contract without express written confirmation.

You are advised to carry out your own checks on this message for computer viruses and other defects. Please note that we disclaim liability for any loss or damage caused by computer viruses and/or other defects

Scan by PT. Millennium Pharmacon International Tbk. Cisco IronPort
09/17/12; 08:48:41; 17 Sep 2012 01:48:41 -0000
================================================================




--
God Bless You
http://hosana11.blogspot.com
Follow me @ubalduseddy


KASIH YANG SEMPURNA

  Araham Staines bersama keluarganya meninggalkan Australia untuk
  hidup sebagai misionaris di India. Mereka melayani penderita
  penyakit kusta di daerah terpencil. Namun, peristiwa tragis
  menimpanya setelah 35 tahun ia melayani. Pada 1999, ia dan kedua
  putranya dibakar hidup-hidup dalam mobil mereka oleh sekelompok
  orang yang menentang pelayanannya. Istrinya berkata, "Saya kadang
  bertanya-tanya mengapa Graham tewas dan pembunuhnya bertindak begitu
  brutal.... Saya tidak berniat menghukum mereka.... Saya ingin dan
  berharap mereka bertobat dan berubah."


  Ucapan istri Graham melukiskan dengan indah konsep kasih baru yang
  diajarkan Yesus. Jika hukum Taurat memastikan orang jahat menerima
  ganjaran setimpal (ayat 38, 43b); Yesus mengajarkan bahwa yang jahat
  juga perlu dikasihi dan didoakan (ayat 39-44). Sikap ini
  mencerminkan karakter Bapa yang mengasihi semua orang (ayat 45).
  Kesempurnaan kasih Bapa merupakan tolok ukur kasih anak-anak-Nya
  (ayat 48). Kata "sempurna" di sini diterjemahkan dari kata Yunani
  teleios. Artinya bukan keadaan tanpa cela, melainkan kematangan
  rohani. Mengasihi semua orang, termasuk musuh sekalipun merupakan
  salah satu tanda kedewasaan rohani.


  Bagaimana dengan kasih kita? Tidak jarang kita berpikir kita sudah
  cukup mengasihi sesama. Tetapi, sebenarnya itu terbatas pada mereka
  yang baik terhadap kita. Bagaimana sikap kita ketika disakiti,
  difitnah, atau diperlakukan sewenang-wenang oleh orang lain? Mari
  mohon agar melalui situasi tersebut Allah menolong kita belajar
  mengasihi sama seperti Bapa mengasihi. --YBP

   MEMBALAS KEBENCIAN DENGAN KASIH ADALAH BUKTI KEDEWASAAN ROHANI.

  Matius 5:38-48

SEPUNYAMU

  Kisah Para Rasul merupakan kitab yang menunjukkan bahwa sejarah
  gereja mula-mula benar-benar terjadi tepat seperti yang Yesus
  firmankan sebelum Dia terangkat ke sorga: "Kamu akan menjadi
  saksi-Ku di Yerusalem, ... sampai ke ujung dunia" (Kis. 1:8). Jadi,
  semua tindakan para rasul dan jemaat waktu itu adalah dalam rangka
  menjadi saksi Kristus, baik melalui tindakan mujizat maupun tindakan
  yang tampaknya biasa-biasa saja. Seperti tindakan Rasul Petrus.


  Rasul Petrus pasti tidak berbohong ketika ia mengaku tidak membawa
  uang, dan jelas bahwa uang bukan satu-satunya kebutuhan pengemis
  lumpuh itu. Yang luar biasa dalam kisah ini bukanlah pada fakta
  bahwa Petrus memiliki karunia mukjizat, melainkan pada fakta bahwa
  Petrus memberikan apa yang ia miliki pada saat itu untuk menjamah
  hidup orang lumpuh tersebut. Tuhan memakai sentuhan Petrus yang
  disertai iman untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya. Orang banyak heran
  dan takjub (ayat 8-11), dan kesempatan proklamasi Injil pun terbuka
  lebar (ayat 12-26).


  Setiap hari kita berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki
  beragam kebutuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, apa yang dapat kita
  lakukan? Mari memohon hikmat dan kreativitas untuk membagikan apa
  yang kita punyai sesuai kebutuhan spesifik orang-orang yang kita
  jumpai. Apapun perbuatan atau pemberian kita (uang, nasi bungkus,
  baju layak pakai, pembezukan, mobil jemputan, telinga yang
  mendengar, kata-kata yang menghibur, sentuhan kasih, keterampilan
  medis, dll.), ketika dilakukan demi dan bagi Kristus, dapat dipakai
  Tuhan untuk membawa banyak orang takjub akan Dia dan membuka hati
  untuk mendengarkan Kabar Baik-Nya. --ICW

              TUHAN TIDAK MEMINTA YANG TIDAK KITA PUNYA.
   SUDAHKAH KITA MEMBERIKAN YANG KITA PUNYA UNTUK DIPAKAI OLEH-NYA?

  Kisah Para Rasul 3:1-10

Jumat, 14 September 2012

SABAT UNTUK MANUSIA

Meski memahami bahwa Sabat dirancang Tuhan sebagai hari
perhentian, bagi banyak orang kristiani yang aktif di gereja, Sabat
justru hari yang melelahkan. Ada banyak pelayanan atau acara gereja
yang dilangsungkan pada hari itu. Akibatnya, bukan berkat Tuhan yang
dirasakan, tetapi setumpuk kepenatan.


Masalah ini bukan masalah baru. Sibuk di hari Sabat sudah biasa bagi
para imam di zaman Perjanjian Lama. Hal ini dikutip Yesus untuk
menegur orang Farisi yang menghakimi para murid-Nya (ayat 23-24).
Orang Farisi sibuk dengan berbagai larangan, namun mengabaikan
maksud Tuhan sendiri atas hari Sabat. Jelas menurut Yesus, Tuhan
merancang Sabat bukan sebagai aturan yang memberatkan (ayat 27).
Sabat ditetapkan Tuhan untuk kebaikan manusia, sehingga dapat
beristirahat dan menikmati berkat Tuhan secara khusus (bdk. Kejadian
2:1-3, Keluaran 20:8-11). Tindakan orang Farisi menyempitkan makna
Sabat pada ritual dengan banyak aturan, padahal Sabat menunjukkan
hati Tuhan yang begitu mengasihi ciptaan-Nya, termasuk para murid
yang sedang butuh makanan.



Apakah Sabat menjadi beban atau sukacita bagi Anda? Apakah yang
menjadi fokus Sabat Anda: Kristus atau ritual ibadah dan pelayanan?
Jika hari Minggu adalah hari yang "sibuk" bagi Anda, pikirkanlah
satu hari perhentian lainnya sebagai hari di mana Anda benar-benar
dapat beristirahat dan menikmati Tuhan secara khusus. Alkitab
menyebutkan satu dari enam hari haruslah dikuduskan sebagai hari
Sabat. Entah itu hari Sabtu, Minggu, Senin, atau hari lainnya, yang
terutama adalah Tuhan menjadi pusat dan sumber sukacita kita, bukan
yang lain. --MEL

SABAT ADALAH PERINGATAN AKAN KASIH TUHAN YANG MENYELAMATKAN
DAN MEMBAWA SUKACITA.

Markus 2:23-28

Kamis, 13 September 2012

MENYERAHKAN DIRI

Ketika menerima beasiswa dari sebuah lembaga tempat saya mengabdi,
dengan sadar saya mengikatkan diri dengan peraturan yang ditetapkan
lembaga tersebut. Saya membaca berulang kali peraturan yang
diberikan sambil mengukur kesanggupan melakukannya. Saat dijalani,
ketentuan itu terasa lebih berat dibanding dengan yang pernah saya
bayangkan. Namun, dengan setia menaatinya, saya pun leluasa
menikmati beasiswa yang dijanjikan.


Ada yang harus ditaati saat kita percaya kepada Kristus dan menerima
kasih karunia-Nya. Semula kita hamba dosa, tetapi kini menjadi hamba
kebenaran (ayat 18). Kita seolah telah mengikat kontrak seumur hidup
dengan Kristus. Seluruh tubuh kita menjadi milik-Nya. Kita tak lagi
boleh menggunakan anggota tubuh untuk melakukan kecemaran sebab
tubuh kita bukan lagi milik dosa. Sebaliknya, kita harus menyerahkan
diri untuk melakukan kebenaran, hingga makin hari kita makin hidup
dalam kekudusan (ayat 19). Sama-sama hamba yang harus taat. Bedanya,
taat pada dosa mengarahkan kita kepada kematian (ayat 21), taat pada
Allah membawa kita menikmati kekudusan dan hidup yang kekal (ayat
21-22).


Apakah yang lebih menguasai tubuh Anda saat ini? Dosa, ataukah
kebenaran Kristus? Ingat, sekalipun dosa tidak lagi berkuasa atas
diri kita, kita masih dapat memutuskan untuk menuruti keinginannya.
Masih menaati dan tunduk kepada dosa adalah perbuatan yang
bertentangan dengan akal sehat. Kita sudah diberitahu apa buahnya
nanti. Mari menyerahkan diri kepada Tuan yang benar, dan dengan
sukacita menaati segala perintah-Nya. --HEM

TAAT ADALAH KONSEKUENSI MENGIKUT TUHAN
YANG AKAN MEMBAWA KITA MENIKMATI KEKUDUSAN.

Roma 6:15-23

SABAT UNTUK TUHAN

Orang bisa berdebat apakah Sabtu atau Minggu adalah Sabat yang
dimaksudkan oleh Alkitab. Namun, tidak diragukan, kedua hari itu
adalah hari yang paling banyak digunakan orang untuk berbelanja,
pesiar, nonton, kumpul keluarga, dan hal-hal lain demi "menyegarkan
diri", yang sulit dilakukan pada hari kerja. Tidak salah bukan?
Bukankah Sabat berarti beristirahat? Tuhan sendiri yang
memerintahkannya.


Tapi ada yang menarik dalam perintah Tuhan ini. Ayat 10 mengatakan
bahwa umat Tuhan harus menguduskan hari Sabat sebagai hari
milik-Nya, dalam terjemahan BIS: hari istirahat yang khusus untuk
Tuhan. Jadi, Sabat bukan waktu istirahat tanpa tujuan, melainkan
waktu istirahat yang dikhususkan untuk berfokus pada Tuhan. Tuhan
sendiri beristirahat jelas bukan karena kelelahan. Dia berhenti dan
melihat segala yang diciptakan-Nya sungguh amat baik, lalu secara
khusus memberkatinya (ayat 11, bdk. Kejadian 2:1-3). Tuhan
menghendaki ciptaan-Nya punya waktu istirahat yang khusus untuk
mengingat semua karya dan anugerah-Nya; juga memercayakan diri pada
pemeliharaan-Nya sekalipun ada satu hari yang tidak digunakan untuk
bekerja.


Bagaimana selama ini kita melewatkan hari Sabat? Bisa jadi kita
terlihat beribadah di gereja, namun kita sedang tidak terarah pada
Tuhan. Bisa jadi kita punya banyak aktivitas yang menyenangkan guna
mengistirahatkan otak dan badan yang penat, tetapi kita melupakan
sama sekali Tuhan, Sang Pemilik hari Sabat. Bisa jadi kita berlibur,
tapi sarat kekhawatiran takut berkat Tuhan tak cukup menghidupi
kita. Mari rayakan hari perhentian dengan fokus yang benar: fokus
kepada Tuhan, Sang Pemilik hari Sabat. --MEL

SABAT MEMPERBARUI JASMANI DAN ROHANI KITA
AGAR SELALU SEGAR DAN SUKACITA MELAYANI TUHAN.

Keluaran 20:1-17

Selasa, 11 September 2012

BUKTI IMAN

  Kita, sebagai orang kristiani yakin bahwa kita tidak bisa
  dilahirkan kembali atau diselamatkan oleh karena perbuatan. Kita
  hanya bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus, Tuhan dan Juru
  Selamat kita. Tetapi mungkin kemudian muncul pertanyaan, "Bagaimana
  saya bisa tahu bahwa saya atau seseorang sudah mengalami kelahiran
  kembali?" Adakah bukti yang dapat terlihat secara nyata?


  Yakobus memberi jawaban yang tepat. Kalau kita mencoba mencari bukti
  dari iman seseorang, perhatikanlah perbuatannya. Apa yang diperbuat
  seseorang mencerminkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Jika
  tutur lakunya sama sekali tidak mencerminkan orang yang sudah
  diselamatkan, imannya patut dipertanyakan (ayat 15-17). Yakobus
  memberi contoh tentang Abraham dan Rahab. Kita tidak bisa membaca
  pikiran dan hati mereka, tetapi bisa melihat bahwa mereka memercayai
  Allah melalui perbuatan mereka. Abraham rela mempersembahkan anaknya
  kepada Allah, Rahab mempertaruhkan nyawa untuk menyembunyikan
  mata-mata umat Allah (ayat 21, 25).


  Adalah wajar kalau kita sendiri atau seseorang meragukan iman kita
  karena menemukan tindakan kita yang tidak menunjukkan buah
  pertobatan. Kalau kita secara konsisten berkanjang dalam dosa dan
  tidak merasa resah dengan ketidaktaatan kita, maka kita perlu
  waspada. Bandingkanlah bagaimana tutur laku dan kebiasaan-kebiasaan
  kita sebelum dan sesudah menerima Kristus. Perbuatan-perbuatan apa
  saja yang menunjukkan bahwa kita telah diselamatkan dan diubahkan
  oleh kasih karunia Kristus? --BWA

         HANYA OLEH KARENA IMAN SESEORANG DAPAT DISELAMATKAN.
 HANYA MELALUI KETAATAN KEPADA ALLAH IMAN SESEORANG DAPAT DIBUKTIKAN.

  Yakobus 2:13-26

Senin, 10 September 2012

PROTES KEPADA TUHAN

  Hollywood tak habis-habisnya memproduksi film superhero, dan
  kebanyakan laris di bioskop. Jalan ceritanya seru, tokoh yang baik
  pasti berjaya, dan si jahat pasti tersingkir. Para penonton senang
  dibuatnya. Bagaimana jika jalan ceritanya terbalik? Kemungkinan
  besar penonton protes. Tak jarang kita punya kecenderungan yang sama
  dalam hidup. Kita protes ketika orang baik menderita atau
  sebaliknya, orang jahat berjaya.



  Keluhan bernada protes juga disampaikan oleh nabi Habakuk. Bagaimana
  mungkin bangsa Babel dipakai Tuhan untuk menghukum umat pilihan-Nya?
  Tuhan itu Mahakudus (ayat 12, 13a), sedangkan bangsa Babel menyembah
  berhala dan terkenal kejam (ayat 17). Memang umat Israel telah
  berdosa dan layak dihukum. Tetapi, cara Tuhan melakukannya bukan
  jalan cerita yang diharapkan Habakuk. Dalam penantian sang nabi,
  Tuhan menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan yang adil dan benar, tidak
  akan membiarkan orang jahat berjaya. Namun, kapan dan bagaimana
  mereka akan dihukum, itu ada dalam kedaulatan Tuhan. Yang harus
  dilakukan oleh Habakuk menantikan waktu Tuhan dengan tetap percaya
  (ayat 3-4).



  Siapa yang dapat menyelami jalan pikiran Tuhan? Bahkan apa yang
  tampak jahat dapat menjadi alat di tangan-Nya untuk mendatangkan
  kebaikan. Yesus sendiri disalibkan seperti penjahat sekalipun Dia
  tidak berdosa. Tampaknya tidak adil, namun melaluinya datang
  penebusan bagi manusia. Apakah Anda pernah bingung dan
  bertanya-tanya saat melihat peristiwa yang sulit dipahami? Sampaikan
  kebingungan dan keraguan Anda kepada Tuhan, dan dengan iman
  nantikanlah Dia berkarya pada waktu-Nya. --YBP

     CARA TUHAN TIDAK TERSELAMI NAMUN KEBENARAN-NYA SELALU PASTI.

  Habakuk 1:12-2:5

DIA MEMBUATKU BERLARI

  Eric Liddell, dalam film Chariots of Fire, menunda
  keberangkatannya sebagai misionaris ke China untuk berlari di ajang
  Olimpiade. Jenny, adiknya, kesal atas keputusan itu. Mungkin ia
  menganggap olahraga lari sebagai sekadar aktivitas duniawi yang
  pantas dikorbankan demi suatu tugas yang lebih mulia. Bagaimana
  tanggapan Eric? Ia menjawab, "Aku percaya Allah menjadikanku dengan
  suatu tujuan. Dia membuatku dapat berlari cepat, dan ketika aku
  berlari, aku merasakan kegirangan hati-Nya." Sang ayah mendukungnya
  dengan berkata, "Eric, engkau dapat memuliakan Allah dengan mengupas
  kentang jika engkau mengupasnya sebaik-baiknya."



  Kebanyakan dari kita bersikap seperti Jenny: menilai hal-hal
  tertentu saja sebagai pelayanan rohani. Namun, menyimak baik-baik
  Wahyu 4, tak ayal kita akan berpikir lain. Bagian ini menggambarkan
  sekelumit keadaan surga (ayat 1), di mana penyembahan kepada Allah
  berlangsung selama-lamanya (ayat 9-10). Nyanyian kedua puluh empat
  tua-tua menggarisbawahi betapa Tuhan layak menerima pujian dari
  segala macam makhluk. Dalam Alkitab versi King James ayat 11b ini
  diterjemahkan: "Untuk kesenangan hati-Mu semuanya itu ada dan
  diciptakan." Segala yang ada seharusnya menjadi ekspresi penyembahan
  untuk menyenangkan Sang Pencipta, bukan hanya hal-hal tertentu saja.



  Anda merasa tugas harian Anda biasa-biasa saja, bahkan sepertinya
  tidak rohani? Tuhan merancang tiap-tiap orang berbeda, menempatkan
  kita di bidang-bidang yang khas di mana kita bisa melayani secara
  efektif. Adakah Allah digirangkan dengan apa yang Anda kerjakan saat
  ini? --ARS

                HAL APAKAH YANG KETIKA ANDA LAKUKAN,
                ANDA MERASAKAN KEGIRANGAN HATI TUHAN?

  Wahyu 4

NYANYIAN ALAM

  Apa buktinya Allah ada?" selalu menjadi topik hangat dalam diskusi
  keagamaan. Ini bukan saja pertanyaan yang muncul dari mereka yang
  tidak percaya adanya Allah, namun juga dari kalangan yang memercayai
  adanya Allah. Logika berpikir yang sangat mendasar untuk menjawabnya
  adalah: segala ciptaan ada karena ada penciptanya. Makin rumit suatu
  ciptaan, makin hebat pula penciptanya.



  Logika inilah yang juga dipakai pemazmur dalam merenungkan
  keberadaan Allah. Ia melihat betapa Allah meninggalkan sangat banyak
  jejak dan bukti tentang keberadaan-Nya melalui alam semesta. Percaya
  bahwa langit, matahari, dan segala kompleksitas alam di sekitar kita
  itu ada dengan sendirinya adalah sebuah ide konyol dari mereka yang
  menekan bisikan nurani. Keindahan, kemegahan dan keteraturan jagat
  raya menyiratkan ada arsitek agung di baliknya. Buah karya Allah,
  yaitu bumi dan segala isinya adalah salah satu cara Allah untuk
  membisikkan keberadaan-Nya.



  Keberadaan alam semesta tidak hanya layak menjadi alat pembuktian
  namun sepantasnya menimbulkan pesona dan hormat kepada Sang
  Pencipta. Kalau langit saja bisa menceritakan pekerjaan Tuhan yang
  mulia, betapa lebih lagi kita sebagai ciptaan-Nya yang paling agung,
  yang dibuat seturut gambar-Nya. Sudah selayaknya kita juga menjadi
  pencerita kemuliaan-Nya dan pemberita pekerjaan tangan-Nya. Seberapa
  besar kekaguman kita kepada-Nya dan seberapa banyak cerita hidup
  kita menjadikan orang kagum kepada-Nya? --PBS

            KETIKA KITA TERPESONA TERHADAP ALAM SEMESTA,
               NYATAKAN KEKAGUMAN KEPADA PENCIPTA-NYA.

  Mazmur 19:1-7

Jumat, 07 September 2012

KASIH KARUNIA

  Saat saya masih duduk di kelas 6 SD, saya memakai uang tabungan
  untuk membelikan ayah saya sebuah kado disaat beliau berulang tahun.
  Ayah tentu sangat senang menerimanya. Namun ketika Ayah melihat saya
  begitu berbangga hati karena telah membelikan sesuatu, sambil
  tersenyum beliau bertanya, "Dengan uang apa kamu membeli kado ini?"
  Saya pun menjawab, "Uang jajan." Ayah bertanya lagi, "Siapa yang
  memberimu uang jajan?" Saya pun menjawab dengan tersipu, "Ayah."



  Kira-kira begitulah yang terjadi ketika kita melayani Tuhan. Tidak
  ada satu pun perbuatan baik kita yang dapat membuat Tuhan "berutang
  budi" kepada kita (ayat 35). Segala sesuatu yang kita miliki, baik
  itu talenta, uang, bahkan hidup kita, semuanya berasal dari Tuhan.
  Tuhan sendiri yang memampukan kita memakai semua itu bagi
  kemuliaan-Nya. Ayat-ayat yang kita baca adalah sebuah doksologi atau
  pujian yang menutup penjelasan Paulus tentang karya keselamatan yang
  begitu agung (pasal 1-11). Masalah pelik dosa telah diselesaikan
  oleh cara Allah yang tak terpikirkan dan tak terselami oleh manusia
  (ayat 33). Manusia tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Jika
  manusia hidup dan memiliki ini itu, semua adalah kasih karunia
  semata.



  Menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah kasih karunia
  Tuhan, bagaimanakah seharusnya kita mempergunakan apa yang telah Dia
  berikan itu? Talenta, waktu, kesehatan, uang, tempat tinggal, ...
  segala sesuatu yang kita miliki. Dengan hati yang melimpah dengan
  ucapan syukur atas kasih karunia Tuhan, mari kita memikirkan
  bagaimana mempergunakan semua itu untuk kemuliaan-Nya. --VTA

                    SEGALA SESUATU YANG DARI TUHAN
           SUDAH SELAYAKNYA DIGUNAKAN UNTUK MEMULIAKAN-NYA.

  Roma 11:33-36

Kamis, 06 September 2012

LEBIH SAYANG TUHAN

  Suatu kali, anak kami yang berumur tiga tahun mengalami demam
  tinggi sampai mengigau. Maka, saya peluk dia kemudian kami ajak
  berdoa bersama. Hati kecil saya berdoa kepada Tuhan dengan berkata,
  "Biar saya saja yang mengalami sakit seperti ini, jangan anak saya."
  Perasaan itu muncul karena rasa kasih sayang saya kepada anak
  pertama yang Tuhan anugerahkan bagi kami. Rasa sayang yang tentu
  juga dimiliki oleh kebanyakan orangtua.



  Tuhan pun melihat rasa sayang yang begitu besar dalam diri Abraham
  kepada anak tunggalnya, Ishak (ayat 2). Abraham begitu sayang kepada
  Ishak sebab sekian lama ia menantikan anak ini dari Tuhan. Rasa
  sayang ini kemudian Tuhan uji, yaitu dengan meminta Abraham
  mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran kepada Tuhan (ayat 2).
  Bagaimana respons Abraham? Kasihnya yang besar kepada Ishak tentu
  memunculkan pergulatan batin yang berat. Namun, melihat tindakan
  iman yang ia lakukan (ayat 8-10) serta tanggapan Tuhan yang berkata:
  "dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal
  kepada-Ku" (ayat 12, 16) menunjukkan bahwa Abraham lebih sayang
  kepada Tuhan. Kasihnya kepada Tuhan jauh melebihi kasihnya kepada
  Ishak. Kasihnya mengutamakan Dia yang berkuasa memberi dan mengambil
  (lihat Ayub 1:21).



  Saat-saat ini, adakah hal-hal dalam kehidupan kita yang dapat
  mengalihkan kasih kita dari Tuhan? Pekerjaan, keluarga, harta, hobi,
  atau hal lain yang lekat di hati. Tuhan berkuasa memberi dan
  mengambil semua itu. Yang Dia minta, kita menjadikan-Nya yang
  terutama mulailah hari ini. --YKP

                 UTAMAKAN TUHAN LEBIH DARI SEGALANYA
           SEBAB DIA LAYAK MENDAPAT KESELURUHAN HIDUP KITA.

  Kejadian 22:1-19

Rabu, 05 September 2012

SAYA TIDAK DITOLONG

  Ketika mengalami kemalangan, berbagai pertanyaan mungkin
  berkecamuk di benak kita. Mengapa ini menimpa saya? Kalau orang lain
  ditolong Tuhan, kenapa saya tidak? Mengapa Tuhan yang Mahaadil dan
  Mahakasih tega membiarkan saya seperti ini?



  Mungkin saja pertanyaan serupa terlintas dalam benak Yohanes
  Pembaptis. Saat itu, ia dipenjara karena keberaniannya menegur
  Herodes yang mengambil isteri saudaranya, sebagai isteri (lihat
  Matius 14:3-4). Murid-murid Yohanes bercerita tentang segala
  mukjizat Yesus. Pertanyaan Yohanes melalui murid-muridnya (ayat 20),
  menyiratkan ketidakpuasan, seolah ingin menantang Yesus membuktikan
  keilahian-Nya dengan menyelamatkannya. Namun, Yesus hanya meminta
  murid-muridnya melaporkan mukjizat yang mereka lihat. Semua itu
  jelas menunjukkan Dialah Mesias yang dinanti-nantikan. Dia tak perlu
  membuktikan apa-apa kepada Yohanes (ayat 23).



  Mungkin Anda juga sedang bertanya-tanya mengapa Tuhan tak kunjung
  menolong. Anda mulai meragukan bahwa Dia benar Tuhan yang Mahakuasa,
  Mahatahu, Mahaadil, dan Mahakasih. Tengoklah kemegahan karya-Nya
  melalui alam semesta. Renungkanlah kehidupan Yesus yang nyata dalam
  sejarah, penebusan dosa oleh kematian-Nya di kayu salib dan
  kebangkitan-Nya dari maut. Tak ada alasan meragukan-Nya ketika kita
  memercayai kedaulatan-Nya. Kiranya Anda tidak menjadi kecewa dan
  menolak Tuhan, hanya karena Dia tidak memenuhi keinginan Anda. --HEM

           TUHAN ADALAH TUHAN YANG PALING TAHU HAL TERBAIK
                ENTAH SAYA MERASA DITOLONG ATAU TIDAK.

  Lukas 7:18-35

SAYA TIDAK DITOLONG

Ketika mengalami kemalangan, berbagai pertanyaan mungkin
berkecamuk di benak kita. Mengapa ini menimpa saya? Kalau orang lain
ditolong Tuhan, kenapa saya tidak? Mengapa Tuhan yang Mahaadil dan
Mahakasih tega membiarkan saya seperti ini?



Mungkin saja pertanyaan serupa terlintas dalam benak Yohanes
Pembaptis. Saat itu, ia dipenjara karena keberaniannya menegur
Herodes yang mengambil isteri saudaranya, sebagai isteri (lihat
Matius 14:3-4). Murid-murid Yohanes bercerita tentang segala
mukjizat Yesus. Pertanyaan Yohanes melalui murid-muridnya (ayat 20),
menyiratkan ketidakpuasan, seolah ingin menantang Yesus membuktikan
keilahian-Nya dengan menyelamatkannya. Namun, Yesus hanya meminta
murid-muridnya melaporkan mukjizat yang mereka lihat. Semua itu
jelas menunjukkan Dialah Mesias yang dinanti-nantikan. Dia tak perlu
membuktikan apa-apa kepada Yohanes (ayat 23).



Mungkin Anda juga sedang bertanya-tanya mengapa Tuhan tak kunjung
menolong. Anda mulai meragukan bahwa Dia benar Tuhan yang Mahakuasa,
Mahatahu, Mahaadil, dan Mahakasih. Tengoklah kemegahan karya-Nya
melalui alam semesta. Renungkanlah kehidupan Yesus yang nyata dalam
sejarah, penebusan dosa oleh kematian-Nya di kayu salib dan
kebangkitan-Nya dari maut. Tak ada alasan meragukan-Nya ketika kita
memercayai kedaulatan-Nya. Kiranya Anda tidak menjadi kecewa dan
menolak Tuhan, hanya karena Dia tidak memenuhi keinginan Anda. --HEM

TUHAN ADALAH TUHAN YANG PALING TAHU HAL TERBAIK
ENTAH SAYA MERASA DITOLONG ATAU TIDAK.

Lukas 7:18-35

Selasa, 04 September 2012

MEMBERI=PERCAYA

  Tuhan kiranya membalas kebaikan Anda berlipat ganda, " kira-kira
  begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang
  pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan
  itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini
  membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya
  berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas
  kebaikan saya?



  Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar
  kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
  dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).
  Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga,
  kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa
  kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang
  kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa
  Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas
  kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain;
  tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang
  Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka.



  Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi
  kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan.
  Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita
  sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan
  sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan
  yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia
  senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada
  pemeliharaan-Nya yang sempurna. --LIT

                TUHAN SENANG MENUNJUKKAN KEBAIKAN-NYA
       KETIKA KITA SEPENUH HATI MEMERCAYAKAN HIDUP KEPADA-NYA.

  Amsal 19:11-20

Senin, 03 September 2012

SIBUK SENDIRI

  Menurut Anda, dosa apakah yang bisa menyebabkan banyak orang
  binasa? Mencuri? Membunuh? Berzina? Yesus memberi pernyataan menarik
  tentang situasi manusia pada zaman Nuh, ketika Tuhan membinasakan
  bumi dengan air bah: mereka makan dan minum, ... kawin dan
  dikawinkan ... (ayat 27). Lalu, tentang penduduk Sodom dan Gomora
  yang juga binasa: mereka makan dan minum, ... berjual-beli, ...
  menanam dan membangun (ayat 28). Apa salahnya memberi prioritas pada
  keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis?


  Yesus mengingatkan bahwa manusia bisa begitu sibuk dengan urusan
  keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis tanpa melibatkan Tuhan. Semua
  hal itu bisa jadi berhala, Tuhan digeser dari tempat utama.
  Orang-orang yang sibuk dengan urusan "rohani" juga bisa terjebak
  pada hal serupa. Tanda-tanda lahiriah mereka cari dan pentingkan,
  menggantikan kehadiran Tuhan yang sejati. Yesus mengingatkan Tuhan
  tak bisa diprediksi dengan tanda-tanda lahirian (ayat 20). Siapa
  yang bisa menebak kapan Tuhan akan datang kembali dan menghakimi
  seisi dunia? Berkaca pada orang-orang pada zaman Nuh, juga penduduk
  Sodom dan Gomora, tiap orang perlu menjadikan tiap saat sebagai
  momen untuk menyambut kehadiran Tuhan, tidak sibuk dengan urusannya
  sendiri.


  Tuhan Mahahadir. Ini seharusnya membuat perbedaan dalam cara kita
  hidup. Kita akan bertutur pada pasangan, menasihati anak, melakukan
  bisnis, mengisi waktu luang bahkan menyantap makanan dan minuman
  dengan cara yang menghormati Tuhan, bukan mengabaikan-Nya. Seberapa
  banyak kita menyadari dan mengalami kehadiran Tuhan dalam aktivitas
  sehari-hari? --LIT

          TUHAN, TOLONG AKU UNTUK TIDAK HANYA MERENUNGKAN-MU
       SAAT HARI TELAH LEWAT, TETAPI MENGALAMI-MU SETIAP SAAT.

  Lukas 17:20-37

Etos kerja yang diinginkan Tuhan

    Salah satu alat ukur penting untuk menilai pekerjaan seseorang adalah
    etos kerjanya. Sebagai orang Kristen kita melakukan yang terbaik
    karena Kristus telah memberikan yang terbaik, yaitu anugerah
    keselamatan. Itulah etos kerja Kristen dan itulah makna
    "mengerjakan keselamatan" (12).

    Etos kerja yang baik mengandung nilai-nilai sebagai berikut. Pertama,
    kerja bukan karena dilihat orang. Paulus menasihati jemaat untuk
    mengerjakan pelayanan mereka dengan baik sekalipun Paulus tidak
    hadir di tengah-tengah mereka karena pelayanan itu ditujukan
    kepada Allah (12-13). Bukankah kita sering menemukan orang-orang
    yang bekerja keras di depan bos, tetapi bersikap santai ketika bos
    pergi?

    Kedua, kerja baik dengan sungguh-sungguh, tanpa bersungut-sungut dan
    berbantah-bantahan. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan,
    pekerjaan atau pelayanan adalah ungkapan rasa syukur kita kepada
    Tuhan (14-15). Banyak orang terlihat bekerja keras, tetapi di
    balik itu mereka sering mengeluh dengan alasan seperti 'gaji
    kecil', 'bos galak', 'lingkungan kerja buruk' dan lain-lain.

    Ketiga, kerja dengan berdedikasi dan kerelaan untuk berkurban.
    Semangat materialistis mengajarkan supaya kita bekerja sesuai
    dengan bayaran yang disediakan. Sedangkan etos kerja Kristen
    mengajarkan untuk rela berkurban dan membayar harga (17).

    Tiga nilai di atas menggambarkan etos kerja dan pelayanan Kristen.
    Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan menjadi seperti
    bintang-bintang di dunia (15). Bintang di langit itu biasa, tetapi
    bintang di dunia itu langka dan luar biasa! Namun, kita harus
    ingat senantiasa bahwa keberhasilan kita untuk mengerjakan itu
    semua berasal dari Allah. Dialah yang "mengerjakan di dalam kamu
    baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (13). Tanpa
    menyadari hal tersebut, kita akan menjadi sombong dan menganggap
    keberhasilan oleh etos kerja itu adalah semata-mata kerja keras
    dan kehebatan kita.

MENGARAHKAN HATI

  Kita sering mendengar pepatah yang mengatakan "Tak kenal maka tak
  sayang". Pepatah ini tak pernah lekang oleh zaman dan masih tetap
  relevan. Pengenalan antara dua pribadi akan bertumbuh hanya jika
  keduanya berkomitmen untuk menjalin relasi lebih dalam lagi.


  Komitmen Paulus yang besar untuk mengenal Allah terlihat jelas dalam
  bacaan kita hari ini. Bukan sekadar pengenalan yang dangkal, tetapi
  persekutuan yang sedemikian erat hingga memungkinkan Paulus untuk
  dapat hidup makin serupa Kristus. Paulus telah berjumpa dengan
  Kristus secara pribadi, bahkan merintis banyak jemaat. Walau
  demikian, Paulus sadar bahwa ia masih perlu terus bertumbuh dalam
  pengenalan akan Allah. Dan, dengan intensional ia mengarahkan diri
  untuk itu. Komitmennya digambarkan dengan kata-kata seperti:
  mengejar (ayat 12) dan berlari-lari (ayat 14). Sesuatu yang aktif
  dan bersemangat, yang terus maju secara bertahap, yang mengarah pada
  satu tujuan yang jelas. Paulus menyadari ia belum sempurna dalam
  pemahamannya, namun ia terus mengarahkan hidupnya untuk mengenal dan
  menyelaraskan diri dengan Allah (ayat 13) hingga memperoleh upah
  yang telah disediakan Allah untuknya (ayat 14).


  Seberapa besarkah komitmen kita untuk mengenal Allah? Apakah kita
  mengejar, berlari-lari ke arah-Nya, atau kita tengah kehilangan
  gairah untuk mendekat pada-Nya? Mari mengarahkan hati untuk makin
  mengenal Allah. Ketika kita memelihara komitmen ini, maka hati kita
  akan terus diselaraskan dengan hati Kristus. Keinginan dan kebiasaan
  lama yang berpusat pada diri sendiri digantikan oleh respons yang
  baru untuk memuliakan Allah. --LCM

                   KASIH DAN PELAYANAN KEPADA ALLAH
         BERMULA DARI HATI YANG DIARAHKAN UNTUK MENGENAL-NYA.

  Filipi 3:10-14