Senin, 25 Februari 2013

MENJARING ANGIN

Nats: ... mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. (Kejadian 11:6)

Bisakah menjaring angin? Para ilmuwan dari Delft Technical University mencoba menjaring angin untuk menghasilkan tenaga listrik. Mereka memanfaatkan layang-layang dengan luas permukaan 10 meter persegi untuk mengubah angin menjadi energi listrik. Sejak tahun 2008 mereka sudah mencoba untuk membuat model yang pas.

Daya cipta manusia memang mengagumkan. Menara Babel, misalnya, kerap dijadikan simbol keangkuhan, kekuasaan duniawi, dan perlawanan terhadap kuasa Tuhan. Namun, menara ini juga simbol dari kecerdasan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Dalam terjemahan FAYH dikatakan, "Lihatlah! Jika sekarang ini, pada waktu mereka baru mulai memanfaatkan persatuan bahasa dan bangsa, mereka sudah sanggup menyelesaikan semua ini, bayangkan apa yang akan dilakukan mereka kemudian hari. Segala apa pun dapat mereka capai!" Allah sendiri mengakui potensi besar dalam diri manusia.

Kebenaran ini seharusnya menggelitik setiap orang percaya, mendorong kita mengembangkan keunggulan di bidang masing-masing untuk menyatakan kehebatan Tuhan. Kuncinya: kita perlu bergandeng tangan dan saling mendorong dalam mengembangkan potensi. Setiap orang perlu bekerja dengan rajin dan tekun untuk menghasilkan karya yang sebaik-baiknya. Bersama-sama sebagai jemaat kita dapat menyumbangkan solusi bagi persoalan praktis kehidupan sehari-hari. Dan, melalui karya tersebut, kiranya kita dapat memperkenalkan kepada orang banyak Tuhan yang menyertai kita dan memberi kita kreativitas. --MRT

ALLAH KITA ALLAH YANG MAHABESAR DAN MAHAKREATIF,
MARI KITA BERKARYA UNTUK MENYATAKAN KEAGUNGAN-NYA

Kejadian 11:1-9
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 22 Februari 2013

99 BALON

Nats: Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku... Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu. (Ayub 14:14,15)

Dua bulan sebelum lahir, Eliot Mooney divonis menderita Edwards Syndrome, penyakit yang tak memungkinkannya untuk lahir selamat. Orangtuanya berdoa memohon mukjizat, dan Eliot pun lahir. Namun, kondisinya memprihatinkan: paru-parunya tak berkembang sempurna, jantungnya berlubang, dan DNAnya memberi informasi keliru pada setiap sel tubuhnya. Setelah dua minggu Eliot diizinkan pulang dengan tiga peralatan medis menempel di tubuhnya, termasuk tabung oksigen dan selang untuk memasukkan susu.

Eliot kecil bertahan dan bertumbuh walaupun tak secepat anak seusianya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Uniknya, orangtua Eliot merayakan "ulang tahun"-nya setiap hari. Sebab, satu hari saja merupakan perjuangan berat baginya untuk hidup. Maka, setiap hari mereka merayakan kemenangannya. Hingga akhirnya, pada hari ke-99, Eliot kembali kepada Yesus. Pada hari pemakamannya, 99 balon dilepaskan -masing-masing mewakili ucapan syukur atas setiap hari yang Eliot habiskan di bumi.

Ketika Ayub mengalami penderitaan yang sangat berat, kematian membayanginya. Ia disadarkan akan betapa fana hidup manusia. Namun, Ayub berkata bahwa selama Tuhan masih memberinya hidup, ia akan terus berharap. Dan, bila kelak waktunya tiba, ia akan bahagia karena itu berarti Allah merindukannya pulang!

Sudahkah kita mensyukuri setiap hari yang Tuhan beri? Mensyukuri hidup kita dan orang-orang di sekitar kita? Jangan membuang satu hari pun untuk hal sia-sia. Selama kesempatan ada, hiduplah maksimal bagi Dia. --AW

BILA ENGKAU MENAMBAH HARI-HARI DALAM HIDUP KAMI
BIARLAH NAMA-MU SEMAKIN DITINGGIKAN LEWAT DIRI INI

Ayub 14:7-15
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 21 Februari 2013

Siap dan sigap mengampuni

Matius 18:21-35

Mengapa kita mengampuni?" Pertanyaan yang sangat penting ini sering kita abaikan. Kita salah kaprah dan menyamakan mengampuni dengan memaklumi. Apalagi untuk urusan yang kita anggap remeh. Di kesempatan lain, mungkin kita "mengampuni" karena terpaksa. Karena tak bisa bertindak lain, ya "ampuni" saja, dalam arti tak usah diingat-ingat lagi. Namun di sisi lain kita harus mengakui ketidakmampuan kita untuk mengampuni. Jika seseorang berbuat salah, apalagi mendatangkan kerugian cukup besar, respons kita adalah marah dan bahkan balik membalas kesalahan orang itu.

Yesus secara hiperbolis merespons pertanyaan Petrus dengan menegaskan bahwa seorang murid harus mengampuni saudaranya "tujuh puluh kali tujuh kali" (22; bdk. Kej. 4:24). Sikap ini dijelaskan dengan perumpamaan yang dikatakan seumpama Kerajaan Sorga, artinya menyampaikan suatu pelajaran penting tentang bagaimana Allah berkuasa melalui ketaatan murid Kristus. Di dalam perumpamaan ini hadir sebuah hiperbola yang mencolok. Jika kita asumsikan 1 dinar = Rp. 50.000, -, dan 1 talenta = 6.000 dinar, maka hutang hamba pertama kepada sang raja bisa kita konversi menjadi 3 trilyun rupiah, dengan dua belas angka nol (24). Hutang si hamba kepada raja jelas tidak sebanding dengan hutang seorang hamba lain kepada dirinya yang hanya 100 dinar atau sekitar 5 juta rupiah. Perumpamaan ini menggarisbawahi sikap tidak mau mengasihani si hamba, padahal hutangnya yang lebih besar telah dihapus. Ketidakmauan untuk mengampuni ini berakibat dirinya dilaporkan oleh kawan-kawannya kepada raja (31) dan berbuahkan penghukuman (34). Nas ini (35) menegaskan bahwa Allah akan menolak mengampuni orang yang tidak mau mengampuni sesamanya.

Kita mesti mengampuni, karena sesungguhnya kita sudah diampuni Allah. Inilah jawaban tunggal yang mestinya mendasari kehidupan murid Yesus sebagai orang yang telah diampuni. Memang tidak mudah melakukannya. Mari kita datang kepada Roh Kudus dan meminta kuasa dan hikmat, supaya kita siap dan sigap mengampuni.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 08 Februari 2013

KISAH TEBOW

Pada 2011, Tim Tebow menjadi ikon fenomenal di dunia American football, dengan banyak kemenangan gemilang bersama timnya, Denver Broncos. Yang menarik, ia menjadi buah bibir bukan hanya karena prestasinya, tetapi juga keberaniannya menyatakan iman kepada Kristus. Ia selalu berdoa dengan berlutut di lapangan sebelum bertanding. Ia juga sengaja mengecat wajah dengan sebuah alamat ayat di bawah kedua mata, misalnya Yoh. 3:16 dan Ef. 2:8-10. Ini terekam oleh liputan TV dan membuat banyak penonton penasaran akan isinya.

Pendidikan rohani yang kuat dari orangtuanya sejak kecil adalah dasar kuat yang menolong Tim bertumbuh mencintai Yesus dan pelayanan. Di luar lapangan, ia aktif dalam pelayanan mahasiswa dan mendirikan Yayasan Tim Tebow sejak 2010. Yayasan ini menolong banyak anak yang mengalami sakit berat dan sedang membangun sebuah rumah sakit anak di Filipina. Tebow, yang baru berusia 25 tahun, berusaha menjadi teladan bagi para penggemarnya. Termasuk dalam menjaga kekudusan.

Sebagai pemimpin yang masih muda, Timotius dinasihati Paulus untuk menjaga hidupnya agar tidak menjadi sandungan, sebaliknya menjadi teladan. Caranya, dengan terus tekun mempelajari Kitab Suci (ay. 13) dan mempergunakan karunia rohaninya (ay. 14). Tujuannya agar Timotius semakin dewasa rohani (ay. 15) dan dapat menjadi teladan. Tebow dan Timotius berhasil melaksanakan pesan ini selagi mereka muda. Mari ikuti nasihat Paulus ini. Berapa pun usia kita sekarang, Tuhan akan menolong kita melakukannya. --AW

DALAM SEGALA MUSIM HIDUP KITA
BIARLAH HIDUP KRISTUS NYATA DALAM HIDUP KITA

1 Timotius 4:11-16
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 07 Februari 2013

MAHKOTA SANG JUARA

Di Singapura rutin diadakan perlombaan lari maraton. Seorang teman saya pernah berpartisipasi dalam acara itu. Ia memang tidak menjadi juara, tapi sebagai peserta yang berhasil melewati garis akhir, ia berhak mendapatkan sebuah baju yang menandakan keberhasilannya tersebut. Baju ini mendatangkan kebanggaan tersendiri baginya. Ia mengakui, baju itu mengingatkannya bahwa segala kerja kerasnya baik dalam mempersiapkan diri maupun selama menempuh perlombaan ternyata tidaklah sia-sia.

Hal serupa juga dirasakan oleh para atlet lomba lari jarak jauh pada zaman Paulus. Pada saat itu, sang juara akan disemati sebuah mahkota yang membuatnya disanjung oleh seluruh masyarakat. Demi mendapatkan mahkota tersebut, seorang atlet akan mati-matian berjuang menanggung segala kesusahan baik selama ia mempersiapkan diri maupun saat ia menjalani perlombaan sesungguhnya. Paulus memakai hal itu untuk menggambarkan bagaimana kita seharusnya menjalani hidup sebagai orang Kristen.

Paulus mengingatkan bahwa mahkota yang kita kejar jauh lebih mulia daripada mahkota yang tersedia bagi para atlet lomba lari itu. Untuk memperolehnya, banyak kesusahan dan tantangan yang menghadang dan berusaha meruntuhkan iman kita. Tantangan iman kita bermacam-macam, bisa berupa peristiwa buruk, penganiayaan dari orang yang membenci iman kita, argumentasi yang menyerang kekristenan, dan sebagainya. Berhadapan dengan semua itu, sepatutnya kita tetap setia menjaga iman sampai Tuhan memanggil kita pulang --ALS

KESETIAAN KITA BERTAHAN DALAM PERJUANGAN IMAN
TERBAYAR OLEH KEMULIAAN MAHKOTA YANG KITA TERIMA

1 Korintus 9:24-27
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 01 Februari 2013

DI BALIK KETAATAN

Beberapa tahun lalu, seorang pendeta senior di gereja kami dipindahkan dari Medan ke Lampung. Mutasi ini terjadi secara mendadak. Ia bergumul karena, dari segi materi, jemaat yang dilayaninya di Medan lebih kaya daripada jemaat di Lampung. Apalagi, saat itu salah seorang anaknya sedang kuliah di jurusan kedokteran di Medan, yang tentu saja membutuhkan banyak biaya. Setelah berserah dalam doa, Pak Pendeta taat pada penunjukan pemimpin gereja. Rupanya, hanya dalam beberapa bulan kemudian, seorang jemaatnya di Lampung bersedia menanggung seluruh biaya kuliah anak pendeta tersebut sampai tamat.

Ketika Tuhan memanggil Abraham, semua masih tidak jelas. Bahkan tempat tujuannya saja ia belum tahu. Banyak alasan baginya untuk tidak menaati Tuhan. Ia sudah memiliki kehidupan yang mapan di antara sanak saudaranya. Ia hanya belum punya anak. Tetapi, Abraham taat. Ia tidak selalu berhasil dengan mulus, tetapi imannya terus bertumbuh sehingga ia nantinya menjadi bapa dari semua orang beriman. Ketaatannya juga berdampak pada keselamatan dunia karena keturunannya -Yesus Kristus- menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi ini.

Apakah yang membuat Anda ragu menaati Allah? Ketika Anda taat, Dia akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah. Jalan-Nya tidak selalu mudah dan menyenangkan, namun Dia pasti menyertai dan menguatkan Anda dalam menghadapi rintangan apa pun yang muncul. Menaati Dia tidak akan membuat Anda menyesal; sebaliknya, Anda akan mengalami sukacita yang besar. --HEM

MENAATI PANGGILAN ALLAH YANG PENUH KASIH
ADALAH SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

Ibrani 11:8-19
Powered by Telkomsel BlackBerry®