Jumat, 22 Maret 2013

KAKI PELITA

Nats: Setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki pelita dari emas. (Wahyu 1:12)

Ketika saya kecil, ada kaki pelita kuningan berukir di rumah, tampaknya warisan dari kakek. Tiap kali mati lampu, kami dapat menempatkan empat lilin di atasnya, dan cahaya emas yang hangat pun menerangi seluruh rumah. Bertahun-tahun kemudian, karena kami sempat pindah rumah, kaki pelita itu hilang. Semula saya pikir itu bukan masalah. Bukankah kaki pelita itu hanya aksesori? Namun, tanpa adanya kaki pelita, kami memasang lilin berdiri begitu saja di meja atau dialasi piring. Ternyata, posisi seperti itu kurang menguntungkan. Lelehannya mengotori meja atau piring, dan cahayanya tidak dapat menerangi seluruh ruangan.

Yohanes menyaksikan tujuh kaki pelita dalam penglihatannya, simbol tujuh jemaat yang mendapatkan pesan dari Tuhan. Kaki pelita bercabang tujuh ini bukan barang baru bagi masyarakat Kristen kala itu karena serupa dengan salah satu perabotan di dalam Kemah Suci. Bacaan ini hendak menyatakan, jemaat adalah kaki pelita dan sang Anak Manusia ada di tengah-tengah mereka.

Kaki pelita posisinya di bawah, namun ia membagikan kehangatan cahaya ke seluruh ruangan. Jemaat yang baik pun seharusnya memancarkan terang Kristus ke lingkungan tempat ia berada. Dan satu hal yang tidak kalah penting, meski bercabang tujuh, kaki pelita sejatinya adalah satu. Maka sungguh ironis jika sebuah jemaat bukannya membawa terang bagi lingkungannya, tetapi justru sibuk berkonflik dengan jemaat lain. Kita adalah kaki pelita untuk terang Kristus. Sudahkah kita membawa terang itu untuk dunia? --OLV

ANDA DAN SAYA ADALAH BAGIAN DARI KAKI PELITA
YANG BERFUNGSI UNTUK MEMANCARKAN TERANG KRISTUS

Wahyu 1:12-20
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 21 Maret 2013

UUB (Undang-Undang Boss)

Nomor 1 : Boss selalu benar.
Nomor 2 : Jika boss melakukan kesalahan, baca UU No. 1

Bila boss tetap pada pendapatnya, itu artinya bliau konsisten.
Bila staf tetap pada pendapatnya, itu artinya dia keras kepala.

Bila boss berubah-ubah pendapat, itu artinya bliau fleksible.
Bila staf berubah-ubah pendapat, itu artinya dia plin-plan.

Bila bos bekerja lambat, itu artinya bliau teliti.
Bila staf bekerja lambat, itu artinya dia tidak 'perform'!

Bila bos bekerja cepat, itu artinya bliau 'smart'
Bila staf bekerja cepat, itu artinya dia terburu-buru.
Bila bos lambat memutuskan, itu artinya bliau hati-hati.
Bila staf lambat memutuskan, itu artinya dia 'telmi'

Bila bos cepat ambil keputusan, itu artinya bliau berani ambil resiko.
Bila staf cepat ambil keputusan, itu artinya dia gegabah!

Bila bos mem-by-pass prosedur, itu artinya bliau proaktif-inovatif.
Bila staf mem-by-pass prosedur, itu artinya dia melanggar aturan.

Bila bos curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya bliau waspada.
Bila staf curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya dia negative thinking.

Bila bos menyatakan "Sulit" itu artinya bliau prediktif-antisipatif.
Bila staf menyatakan "Sulit" itu artinya dia pesimistik!

Bila bos menyatakan "Mudah" itu artinya bliau optimis.
Bila staf menyatakan "Mudah" itu artinya dia meremehkan masalah.

Bila bosa sering keluar
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 19 Maret 2013

1.000 KELERENG

Nats: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33)

Jeffrey Davis menulis buku berjudul 1.000 Marbles (1.000 kelereng) karena tergugah ajakan seorang penyiar senior dalam acara radionya. Si penyiar mengajak para pendengar untuk selalu menata prioritas karena masa hidup manusia ada batasnya. Jika seseorang hidup hingga usia 75 tahun, maka dikalikan dengan 52 (jumlah minggu dalam setahun), berarti orang itu memiliki 3.900 pekan yang bisa ia pergunakan dengan cara terbaik.

Saat itu si penyiar sudah berusia 55 tahun. Jadi, andai ia diberi hidup sampai usia 75, berarti ia tinggal punya 1.000 minggu lagi! Ia bergegas ke toko mainan. Membeli 1.000 kelereng. Lalu menaruhnya di toples kaca. Setiap minggu ia akan mengeluarkan satu kelereng dan membuangnya. Sejak itu, berkurangnya kelereng di dalam toples memperingatkannya betapa ia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Ia mesti menata prioritas hidup secara benar dan mengutamakan hal yang terpenting.

Tanpa menata prioritas, kita akan membuang banyak waktu secara percuma untuk hal yang kurang penting atau bahkan yang tak berguna. Sebaliknya, prioritas yang benar mengarahkan kita pada tujuan utama kita: memuliakan nama-Nya. Melalui segala hal dalam hidup kita. Jadi, sudahkah kita mencari Kerajaan Allah? Sudahkah keluarga kita memuliakan Dia? Sudahkah pekerjaan kita memancarkan kemurahan-Nya? Sudahkah pelayanan kita menyatakan kebesaran kuasa-Nya? Carilah dahulu Kerajaan Allah. Maka, semua yang kita perlukan, tak usah kita khawatirkan, karena Dia akan mencukupkan. --AW

JANGAN TENGGELAM DALAM AKTIVITAS DAN RUTINITAS
BERILAH PRIORITAS PADA KRISTUS DI TEMPAT TERATAS

Matius 6:25-34
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 17 Maret 2013

MUSLIHAT KUDA TROYA

Nats: ... perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi... melawan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12)

Pasukan Yunani, setelah mengepung Troya selama sepuluh tahun tanpa hasil, membuat kuda-kudaan raksasa dan mengisinya dengan prajurit pilihan. Mereka lalu pura-pura berlayar pergi. Warga Troya menganggap patung kuda itu sebagai trofi kemenangan dan menyeretnya ke dalam benteng. Malamnya, prajurit Yunani keluar dari perut kuda, membukakan gerbang bagi prajurit lain yang menunggu di luar, dan menaklukkan Troya.

Kita orang percaya juga hidup dalam peperangan. Bukan peperangan fisik, tapi peperangan rohani yang tak kelihatan. Musuh kita digambarkan sebagai para penguasa, kuasa dunia yang gelap, dan roh-roh di udara. Mereka sangat jahat dan licik, dengan penuh tipu daya dapat menyusup ke dalam benteng pertahanan orang percaya untuk merusak kesatuan dan mencemari kesucian hidup orang beriman. Mereka menyerang dan membengkokkan lembaga yang dipandang sakral (seperti perkawinan, gereja, pengadilan), profesi yang dianggap mulia (seperti guru, pendeta, dokter, hakim), dan nilai-nilai kebajikan yang luhur.

Tuhan sudah menyediakan perlengkapan senjata rohani yang lengkap dan penuh kuasa (ay. 13-16) untuk menghadapi tipu daya musuh. Kita perlu berdiri teguh dalam kemenangan yang telah diraih Kristus, menggunakan pedang roh, yaitu firman Tuhan, dan bersandar pada Allah dalam doa (ay. 10, 17, 18). Anugerah-Nya memampukan kita untuk hidup sebagai manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef. 4:24). --SST

KEGELAPAN HANYA DAPAT DIUSIR OLEH TERANG,
TIPU MUSLIHAT HANYA DAPAT DIPATAHKAN OLEH KEBENARAN

Efesus 6:10-20
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 13 Maret 2013

MEMADAMKAN KEJAHATAN

Nats: Janganlah kamu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:21)

Sekian tahun yang lalu saya dihina oleh orang yang akan menyewakan rumahnya kepada kami sekeluarga. Sebenarnya, pemicu masalahny adalah kesalahan komunikasi antara dia dan istrinya. Namun, ia tidak mau mengakuinya dan malah merendahkan saya. Saya keluar dari rumahnya sambil mendoakan hal-hal yang jelek baginya. Saya pergi dengan perasaan terluka dan tersiksa.

Beberapa tahun kemudian, saya kembali difitnah oleh seorang ibu yang akan melanjutkan kontrakan rumah kami. Bedanya, kali ini saya dapat berdoa dengan tulus, agar ia dapat akur dengan suaminya dan berbahagia. Setelah berdoa seperti itu, saya tidak lagi merasa sakit hati kepada ibu itu, malah menjadi bersemangat dan bersukacita.

Tidak jarang kita berpikir bahwa kita sebaiknya berdiam diri saja saat dianiaya atau diperlakukan dengan jahat oleh orang lain. Kita tidak perlu membalas kejahatan itu. Firman Tuhan mendorong kita untuk melangkah lebih jauh. Kita diperintahkan untuk melawan kejahatan dan mengalahkannya. Bukan dengan membalas berbuat jahat, melainkan dengan berbuat baik pada si pelaku kejahatan.

Jika kita melawan kejahatan dengan kejahatan, berarti kejahatan semakin berkembang. Sekalipun tampaknya ada yang menang, sesungguhnya kejahatan hanya mendatangkan siksaan dan penderitaan bagi semua pihak. Untuk memadamkan kejahatan, kita harus menggunakan penangkalnya: kebaikan. Ketika kita memilih untuk melawan kejahatan dengan mengampuni dan mengasihi pelakunya, sukacita dan damai sejahtera akan merebak. --TS

KEJAHATAN TIDAK SEPATUTNYA DIBIARKAN DAN DIDIAMKAN,
MELAINKAN HARUS DIPADAMKAN DAN DIKALAHKAN DENGAN KEBAIKAN

Roma 12:15-21
Powered by Telkomsel BlackBerry®