Selasa, 30 April 2013

TAK JADI MEMBUNUH

Nats: Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul. (1 Samuel 24:6)

Perasaannya sudah tumpul, hati nuraninya sudah mati. Begitu mungkin komentar kita terhadap pelaku pembunuhan yang memutilasi kurbannya. Mengapa pelaku tega melakukannya dengan cara yang begitu sadis? Kebencian dan rasa dendam dapat membuat seseorang bisa berbuat keji di luar batas perikemanusiaan.

Tidak demikian halnya dengan Daud ketika dikejar-kejar Saul. Pada saat Saul lengah, orang lain memandangnya sebagai kesempatan untuk menyingkirkan musuhnya itu. Bisa saja ia membunuh Saul untuk mempercepat jalannya menduduki tahkta sebagai raja. Tetapi, ia tidak mau melakukannya (ay. 5a, 8). Ia hanya memotong bagian pinggir jubah Saul (ay. 5b). Meskipun tidak sampai membunuh Saul, ia dihinggapi perasaan bersalah (ay. 6). Tindakannya merupakan penghinaan kepada seorang raja. Bagi Daud, ini kesalahan yang membuat hatinya tidak damai sejahtera. Bagaimanapun juga Saul adalah orang yang diurapi Tuhan sehingga ia menaruh hormat (ay. 7). Di pihak Saul, kejadian itu membukakan matanya: bahwa dirinya yang bersalah. Ia pun mengurungkan niat untuk membunuh Daud (ay. 18-19, 23).

Seberapa pekakah hati kita terhadap dosa? Apakah masih ada perasaan bersalah ketika melakukan dosa, termasuk dosa yang dianggap sepele? Kepekaan dapat dilatih ketika kita berani berkata tidak terhadap dosa sekecil apa pun. Tuhan telah memberi "alarm" dalam hati dengan perasaan bersalah ketika berdosa. Sadar dan bertobat menghindarkan kita dari bahaya dosa yang lebih besar lagi. --YBP

KETIKA TIDAK ADA DAMAI SEJAHTERA DI DALAM HATI,
INILAH SAAT YANG TEPAT UNTUK MENGOREKSI DIRI.

1 Samuel 24:1-23
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 29 April 2013

MENGANDALKAN MANNA

Nats: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa. (Keluaran 16:16)

Dulu Pak Ronny (nama samaran) pengusaha sukses. Sayang, usahanya bangkrut. Kini ia hidup dengan sederhana. "Dulu saya tidak perlu khawatir akan hidup saya sampai dua atau tiga tahun mendatang. Sekarang, bahkan untuk hari esok, kadang saya harus bergumul. Tapi saya percaya, Tuhan akan memelihara saya sekeluarga sama seperti ketika Dia memberi manna hari lepas hari pada bangsa Israel di padang gurun. Buktinya, sampai hari ini saya sekeluarga masih bertahan, " katanya.

Saya jadi teringat pada keadaan bangsa Israel di padang gurun. Selama 40 tahun, mereka mengandalkan manna sebagai makanan pokok (ay. 35). Manna ini memiliki beberapa keunikan. Munculnya hanya pada pagi hari. Ketika matahari makin tinggi, manna akan mencair (ay. 21). Orang Israel hanya diperbolehkan mengumpulkannya untuk kebutuhan selama satu hari (ay. 19). Jika ada yang mengumpulkan secara berlebihan, mannanya akan rusak (ay. 20). Baru pada hari keenam, mereka diperbolehkan mengumpulkannya dua kali lipat untuk persediaan pada hari Sabat karena manna tidak muncul pada hari Sabat (ay. 22-23).

Orang mendambakan hidup berkelimpahan. Namun, bagaimana jika Tuhan mengizinkan "kekurangan" mewarnai kehidupan kita? Bagaimana jika persediaan kita hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hari ini atau beberapa hari ke depan. Kisah tentang manna dapat menguatkan kita untuk tidak khawatir. Kita tetap berdoa, mengucap syukur, dan bertekun melakukan tugas kita, dengan percaya bahwa Tuhan senantiasa memelihara kita. --OKS

PERCAYALAH, KETIKA HARI BARU MENJELANG,
BERKAT BARU SELALU DATANG.

Keluaran 16:13-36
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 28 April 2013

MENGASIHI ALLAH DAN MANUSIA

Nats: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu.... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini. (Markus 12:30-31)

Taj Mahal di India dibangun Shah Jehan pada 1631, didekasikan untuk istrinya tercinta, Mumtaz Mahal, yang meninggal ketika melahirkan anak mereka yang ke-14. Taj Mahal dibangun dengan arsitek Ustaz Ahmad Lahauri dan melibatkan 20.000 pekerja. Menurut salah satu legenda, setelah pembangunan Taj Mahal selesai, Ustaz Lahauri dijatuhi hukuman pancung dan semua pekerja dipotong tangannya, agar tidak membangun monumen lain yang dapat menyaingi Taj Mahal. Ironis. Di satu sisi, ia menunjukkan kedalaman cinta; di sisi lain, ia menunjukkan kebengisan yang tidak berperikemanusiaan.

Orang percaya kadang-kadang tergelincir pada sikap serupa. Kita menunjukkan kasih kepada Allah dengan setia ke gereja, mengikuti persekutuan doa, aktif melayani, dan seterusnya. Namun, di sisi lain, kita tetap menyimpan kebencian dan kemarahan terhadap orang lain. Kita lebih suka memendam kepahitan daripada melepaskan pengampunan. Atau, kita tidak peduli dan masa bodoh terhadap orang yang terhilang, enggan menyampaikan kabar baik kepada mereka.

Alkitab menyebutkan bahwa orang yang mengenal dan tinggal di dalam Allah akan dikenal dari kesetiaannya menuruti perintah-Nya (1 Yoh. 3:23, Yoh. 15:10). Perintah itu adalah mengasihi Allah dan sesama manusia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Besarnya kasih kita kepada Allah terwujud dalam kepedulian kita kepada sesama. Kasih kita kepada Allah yang tidak kelihatan terungkap dalam kasih kita kepada sesama di sekitar kita. --PRB

KASIH TIDAK MENGORBANKAN ORANG LAIN DEMI KEPENTINGAN PRIBADI;
SEBALIKNYA, MENGORBANKAN KEPENTINGAN PRIBADI DEMI ORANG LAIN.

Markus 12:28-34
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 26 April 2013

KETIKA BOSAN BEKERJA

Nats: TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. (Kejadian 2:15)

Salah satu kebiasaan yang paling digemari oleh para karyawan muda seperti saya ketika berkumpul dengan teman-teman adalah saling mengeluhkan keburukan kantor dan kejelekan atasan masing-masing. Selalu ada saja di antara kami yang merasa 'terpaksa' menjalani pekerjaannya, tidak bahagia di kantor, dll. Sebuah kondisi yang ironis sebenarnya.

Alangkah indahnya jika kita dapat bekerja dengan hati yang senantiasa antusias. Nyatanya tak ayal kita pun tak luput dari rasa bosan dan mungkin kejengkelan. Kenapa bisa begitu? Dalam kitab Kejadian, kita belajar bahwa Tuhan menempatkan manusia di dunia untuk menjadi pekerja, bukan sekadar penikmat (ay. 15). Tuhan memberi Adam sarana untuk mengaktualisasikan dirinya lewat tugasnya mengelola Taman Eden. Sayang, setelah Adam jatuh ke dalam dosa, manusia harus berkeringat dalam bekerja (Kej. 3:17-19). Pekerjaan dapat menjadi beban yang berat dan rutinitas yang membosankan.

Bagaimana mengatasinya? Yang terutama, kita perlu menyadari keterlibatan Tuhan di dalam pekerjaan kita. Jika kita bekerja sekadar untuk mencari uang atau menyenangkan orang lain, kejenuhan gampang muncul. Ketika kita merasa hambar dalam bekerja, kemungkinan kita perlu mengubah perspektif kita: bahwa pekerjaan adalah kesempatan dan kehormatan dari Tuhan bagi kita untuk turut berkarya dalam kerajaan-Nya. Mungkin kita juga perlu memikirkan metode dan cara kerja yang baru dan kreatif untuk menghindari kejenuhan. --OLV

PEKERJAAN SEMESTINYA BUKAN MENJADI SUMBER KEBOSANAN,
MELAINKAN SUATU KEHORMATAN YANG MENDATANGKAN SUKACITA.

Kejadian 2:8-15
Powered by Telkomsel BlackBerry®

MEMAHAT MARMER CARRARA

Nats: Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan. (Yesaya 48:10)

Sebongkah marmer Carrara raksasa teronggok di depan teras gereja selama hampir 100 tahun. Di sana-sini terdapat carut-marut bekas pahatan para pematung sebelumnya, yang menyerah karena kerasnya marmer itu. Tak ada yang sanggup menaklukkannya. Sampai suatu hari, seorang anak muda 26 tahun jatuh cinta padanya. Ia memahatnya sampai menjadi salah satu patung terindah di dunia. Sekarang, adikarya itu dikenal sebagai "David". Pematungnya tidak lain Michelangelo.

Ada yang lebih keras dari marmer Carrara, yaitu hati bangsa Israel. Allah begitu geram sampai menjuluki mereka tegar tengkuk dan keras kepala (ay. 4). Mereka telah mengalami banyak kebesaran dan kasih Allah, tetapi mereka mengabaikan Dia dengan menyembah berhala (ay. 5-8). Apa yang dilakukan-Nya terhadap kekerasan hati mereka?

Pertama, Dia mengasihani mereka. Dia tidak membinasakan mereka walaupun mereka patut menerimanya (ay. 9). Kedua, Dia tidak tinggal diam. Dia mengubah mereka melalui aneka pendisiplinan (ay. 10). Bila marmer Carrara hanya bisa ditaklukkan oleh Michelangelo, hati manusia hanya bisa ditaklukkan oleh Allah. Dialah Spesialis hati yang keras!

Kekerasan hati manusia bukanlah jalan buntu bagi Allah. Mungkin Anda sedang mendoakan seseorang yang keras hati. Kalau begitu, Anda berdoa pada Pribadi yang tepat. Atau, mungkin Andalah orang yang keras hati itu. Kalau begitu, Allah belum menyerah pada Anda. Jika perlu, Dia akan mendisiplinkan Anda, supaya Anda kembali kepada-Nya. --JIM

ALLAH LEBIH GIGIH DALAM MENGASIHI KITA YANG KERAS KEPALA TIDAK MENGASIHI DIA.

Yesaya 48:1-11
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 24 April 2013

MELAYANI DENGAN RENDAH HATI

Nats: ... Engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu... (Lukas 14:14)

Biasanya orang sangat senang menerima penghargaan karena itu menunjukkan kemampuan dan kelebihannya. Namun, penghargaan juga bisa membuat orang menjadi tinggi hati. Dalam bacaan kita, Yesus mengajarkan bagaimana menjadi tamu dan tuan rumah yang seharusnya.

Dalam perumpamaan pertama, Yesus memperingatkan bahwa penghargaan bukanlah suatu ambisi yang kita kejar, melainkan suatu anugerah. Jangan bersikap merasa layak untuk mendapatkan tempat terhormat, bisa jadi sikap itu malah berbalik mempermalukan diri sendiri, terlebih jika kita berhadapan dengan orang yang memang lebih pantas mendapatkannya. Kalau memang layak, kita pasti akan mendapatkan penghargaan. Rendah hati bukan sikap tidak menghargai diri sendiri, melainkan tahu bagaimana menempatkan diri. Jika menjadi tuan rumah suatu perjamuan, menurut Yesus, yang perlu kita undang bukanlah orang kaya dan terkenal, sahabat atau kerabat. Sebaliknya, kita mengundang orang yang tidak bisa membalas pemberian kita, mereka yang layak menerima belas kasih kita. Hendaknya kita menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan kelas atau status sosial. Sikap rendah hati dan keramahtamahan semacam itu mendatangkan berkat Tuhan.

Jadi, daripada ingin dihormati orang banyak, lebih baik kita memikirkan siapakah yang seharusnya kita layani. Dalam Kerajaan Allah, ketika melayani orang lain yang paling 'hina', kita telah melayani Tuhan kita, Yesus Kristus. Melayani dengan rendah hati akan memancarkan kemuliaan Tuhan. --ENO

DARIPADA BERJUANG KERAS UNTUK MENDAPATKAN PENGHARGAAN,
LEBIH BAIK MEMUSATKAN PERHATIAN UNTUK MELAYANI ORANG LAIN.

Lukas 14:7-14
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 19 April 2013

DOA PAGI

Nats: TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. (Mazmur 5:4)

Sebelum mengawali kegiatan rutin harian, saya meluangkan waktu beberapa menit untuk bersaat teduh, membaca firman Tuhan, dan berdoa secara pribadi. Dimulai dengan doa ucapan syukur, membaca firman Tuhan, dan dilanjutkan dengan doa permohonan pribadi serta doa syafaat. Momen ini sangat berharga karena memungkinkan saya bebas berbicara kepada Tuhan. Mengungkapkan segala keinginan dan memohon petunjuk agar Tuhan menunjukkan jalan terbaik dalam melakukan aktivitas harian. Menjalaninya sekian lama, saya merasa ada sesuatu yang kurang bila pada pagi hari tidak melakukannya.

Pemazmur mengawali doa pagi dengan mengatur persembahan bagi Tuhan (ay. 4). Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas perlindungan yang Tuhan berikan (ay. 12-13), yang membuat pemazmur bersukacita (ay. 12). Pemazmur tidak hidup sembrono, namun berupaya mengamalkan kebenaran. Ia menjauhi kejahatan, penipuan, dan penumpahan darah (ay. 6-7). Daud menyadari, ia mampu melakukannya karena Tuhan memberkati dan memagarinya dengan anugerah-Nya sebagaimana perisai melindungi seseorang dari senjata lawan (ay. 13).

Pemazmur menjalin komunikasi yang intim dengan Tuhan. Ketika berkomunikasi dengan Tuhan, kita leluasa untuk mengungkapkan keinginan hati kita. Semakin sering kita berkomunikasi dengan Tuhan, semakin paham kita akan kehendak Tuhan bagi kehidupan kita. Dan oleh limpahan anugerah-Nya, kita akan dimampukan untuk melakukan kehendak-Nya tersebut dalam hidup kita. --WB

TUHAN BUKAN HANYA MENYATAKAN KEHENDAK-NYA BAGI KITA,
NAMUN JUGA MELIMPAHKAN ANUGERAH-NYA UNTUK MEMAMPUKAN KITA.

Mazmur 5:1-13
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 17 April 2013

BODOH NAMUN TERPILIH

Nats: Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orangorang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat... (1 Korintus 1:27)

Setelah melayani beberapa tahun di Filipina Selatan sebagai misionaris, keluarga Tarigan kembali ke Medan dan membagikan pengalaman mereka. Untuk memudahkan mereka belajar bahasa lokal, mereka mempekerjakan seorang ibu setempat untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Mereka harus bersabar karena ibu tersebut bekerja sangat lamban. "Ia tidak bisa mengerjakan dua pekerjaan sekaligus. Kalau ia memasak sambil menyeterika, salah satunya pasti gosong", katanya. Selama itu, mereka berulang-ulang memberitakan Injil kepadanya. Akhirnya, ibu itu percaya pada Yesus dan minta dibaptis.

Kemudian ibu itu minta izin untuk kembali ke desanya. Ia terbeban untuk memberitakan Injil kepada suaminya dan keluarganya yang lain. Dengan tidak banyak berharap, Pak Tarigan mengizinkannya. Beberapa bulan kemudian, ibu itu mengirim pesan, meminta agar Pak Tarigan datang karena sudah ada lima belas orang yang percaya dan siap dibaptis. Pak Tarigan tidak percaya begitu saja. Ia pergi untuk memeriksanya, dan memastikan apa yang mereka percayai. Ternyata, mereka memang mendapatkan pengajaran yang benar: bahwa Yesus mati untuk menyelamatkan mereka. Hingga saat ini, gereja hasil rintisan ibu itu masih terus bertumbuh.

Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar tidak bermegah atas berbagai kelebihan mereka. Allah dapat saja memilih orang yang tidak diperhitungkan oleh manusia, agar nyata kebesaran-Nya melalui mereka. Yang terpenting bukanlah siapa Anda, melainkan di tangan siapa Anda berada. --HT

JIKA TUHAN HENDAK MEMAKAI ANDA,
SIAPAKAH YANG DAPAT MENCAMPAKKAN ANDA?

1 Korintus 1:18-31
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 14 April 2013

MEMEDULIKAN BAWAHAN

Nats: Barulah sesudah itu orang Lewi boleh masuk untuk melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Pertemuan, sesudah engkau menahirkan mereka dan mengunjukkan mereka sebagai persembahan unjukan. (Bilangan 8:15)

Jika suatu perusahaan ingin mencari karyawan, lazimnya atasan atau wakilnya akan mencari dan menyeleksi calon karyawan yang akan dipekerjakan di perusahaan yang bersangkutan. Setelah mendapatkannya, karyawan ini tentu dilatih, diawasi, dan dijaga prestasi dan sikap kerjanya, agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Demikian pula Allah Israel sewaktu mempersiapkan Harun dengan memaparkan tugas-tugasnya di Kemah Suci. Dia juga mempersiapkan orang Lewi sebelum ditugaskan. Orang Lewi memang berbeda dari suku-suku lain. Mereka membantu imam melayani Allah. Tempat tinggal mereka tersebar di antara suku-suku lain karena Tuhan tidak memberi mereka tanah pusaka. Sebelum mereka memulai tugas pelayanan, Tuhan meminta agar mereka ditahbiskan dengan percikan air dan persembahan kurban penghapus dosa. Penahbisan orang Lewi adalah proses penyerahan mereka kepada Tuhan sebab mereka adalah milik-Nya.Tuhan juga menetapkan masa kerja bagi mereka, yaitu sejak umur dua puluh lima sampai lima puluh tahun.

Dalam tatanan tersebut kita melihat bagaimana Tuhan mengatur pekerjaan hamba-Nya, sampai pada masa kerja mereka. Bila Tuhan, yang Empunya pelayanan, memperhatikan pekerjaan, keterbatasan, dan kesejahteraan pelayan-Nya, tentunya kita pun harus demikian. Jika kita menjadi pemimpin atau atasan, kita juga harus mempersiapkan anak buah kita sehingga menjadi karyawan yang berprestasi, dan terutama memiliki integritas. Tentu saja, jangan lupa memperhatikan kesejahteraan mereka. --ENO

JIKA DIHARGAI SEBAGAI MANUSIA YANG BERMARTABAT,
KARYAWAN AKAN TERDORONG UNTUK BERKARYA SECARA OPTIMAL.

Bilangan 8:1-26
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 13 April 2013

BATAL KONTES

Nats: Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu sujud di hadapan-Nya... (Lukas 8:28)

Pada 1717 di Dresden, Jerman, direncanakan kontes bermain orgel antara komposer Johann Sebastian Bach dan Louis Marchand, pemain orgel dari Prancis. Pagi menjelang kontes, Marchand berjalan-jalan santai di pekarangan gereja dan mendengar suara orgel. Penasaran, ia mengintip ke dalam gereja. Ternyata, Bach sedang berlatih. Menyaksikan kemahiran Bach dalam bermain orgel, hatinya sontak menciut. Ia buru-buru meninggalkan tempat itu untuk pulang ke negara asalnya. Ia tidak berani meneruskan kontes dengan Bach, salah satu maestro musik era Barok. Ia kalah sebelum bertanding.

Tampaknya, laki-laki dari Gerasa itu dirasuki setan-setan yang perkasa. Mereka memiliki kekuatan yang luar biasa (ay. 29). Namun, sewaktu berhadapan dengan Yesus, mereka kecut—melebihi mindernya Marchand kepada Bach. Mereka tahu bahwa Dia adalah Allah yang hidup (ay. 28). Dia berotoritas untuk memerintahkan dan mengusir setan (ay. 29-33). Tidak ada perlawanan dari setan itu karena Yesus bukan tandingan mereka. Anehnya, bila setan begitu takut untuk diusir Yesus, sebaliknya penduduk Gerasa malah takut sehingga mengusir Yesus (ay. 37). Setan takut dan hormat. Penduduk Gerasa takut, tetapi tidak hormat. Sungguh ironis.

Jadi, kita tidak usah takut kepada setan karena kita adalah anak Allah yang Mahatinggi. Justru merekalah yang gentar terhadap Roh Allah di dalam diri kita. Dan, tidak seperti penduduk Gerasa yang mengusir Tuhan, kita mengembangkan sikap hati yang takut sekaligus hormat kepada Allah. --JIM

KETAKUTAN KITA KEPADA SETAN ADALAH
BUKTI KEDANGKALAN PENGENALAN KITA AKAN ALLAH.

Lukas 8:26-39
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 11 April 2013

AMARAH KEPITING

Nats: Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh (Pengkhotbah 7:9)

Ketika air laut sedang surut, banyak anak menangkap kepiting kecil di tepi Pantai Belawan, Sumatera Utara. Anak-anak itu memegang setangkai kayu pendek dengan seutas tali pancing pendek. Sebuah batu atau kayu yang sangat kecil diikatkan di ujung tali pancing. Mereka menyentuhkannya kepada kepiting yang sedang mengintip dari rongga-rongga pasir yang kering. Biasanya kepiting itu akan marah, lalu menjepit batu atau kayu kecil itu. Itulah saat yang ditunggu anak-anak itu. Mereka menarik kayunya dan memasukkan kepiting itu ke dalam ember atau wadah penampung lainnya. Kepiting itu akan menjadi mainan mereka atau kemudian dijual seharga Rp500,00 kepada anak lain. Amarah telah mencelakakan si kepiting.

Banyak hal yang dapat memancing amarah kita dan menguras persediaan kesabaran kita. Namun, kemarahan seringkali membuat seseorang bertindak dengan tidak bijaksana. Ketika kita marah, emosi negatif akan mendominasi perasaan kita dan menuntut pelampiasan yang sepadan. Ketika melampiaskannya, mungkin kita merasakan kepuasan sesaat, namun setelah itu kita dirundung oleh penyesalan dan rasa bersalah. Kadang-kadang, amarah bahkan bisa mencelakakan kita.

Untuk dapat meredam amarah, kita perlu melatih dan memelihara kesabaran. Bukan berarti kita tidak boleh marah, namun emosi kita semestinya tidak lekas terpancing. Kita juga perlu belajar untuk marah pada saat yang tepat dan memberikan respon dengan cara yang benar sehingga kita tidak perlu menyesalinya kemudian. --HT

AKAN SELALU ADA PERKARA YANG MEMANCING KEMARAHAN KITA,
NAMUN KITA DAPAT MEMILIH UNTUK TIDAK MENANGGAPINYA.

Pengkhotbah 7:8-14
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 05 April 2013

BERIBADAH DALAM KEHIDUPAN

Nats: Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. (Amos 5:24)

Kritik itu seperti obat yang pahit, tak enak rasanya tapi banyak gunanya. Memang ada kritik yang dilontarkan sekenanya dan oleh karenanya sering tak seimbang. Namun, ada banyak kritik yang berguna karena disampaikan dengan motivasi yang bersih (walau kritiknya bisa saja tetap setajam pisau bedah).

Amos mengkritik umat Israel yang tinggal di wilayah utara dengan amat tajam, terutama soal kehidupan ibadah dan kehidupan sosial mereka. Ia memperingatkan mereka untuk bertobat agar tidak dihukum. Masalahnya, mereka bebal sehingga pada 722 SM Asyur membumihanguskan negeri mereka. Sebetulnya kehancuran ini bisa dihindari jika umat mau mendengarkan kritikan pedas nabi. Ia mencela mereka karena memisahkan ritus agama dari kesaksian hidup. Ibadah mereka memang rapi, teratur, padat, indah, sistematis, dan rutin. Namun, Tuhan tidak berkenan. Jika dilakukan terpisah dari kesaksian hidup di luar ibadah, ritual semata tidaklah berguna!


Ritus di tempat ibadah dan kehidupan sehari-hari mesti menjadi satu keutuhan. Dalam nas hari ini, Amos menyerukan agar keadilan dan kebenaran selalu ada dan berlimpah dalam hidup kita. Itu yang dikehendaki Tuhan. Ritus perlu berjalan dengan baik, namun bukan berarti kita lalu mengabaikan kebenaran dan keadilan dalam keseharian. Baik dalam ritus ibadah maupun dalam keseharian, kita senantiasa melayani Tuhan dan sesama. Tidak mengotak-ngotakkan, lalu hidup secara munafik dalam dua dunia. Di dunia rohani dan dunia sekuler, kita mesti utuh. --DKL

RITUS YANG BENAR ADA DI TENGAH-TENGAH KEHIDUPAN KITA INI:
IBADAH (ROHANI) ADALAH ABODAH (KERJA SEHARI-HARI).

Amos 5:21-27
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 02 April 2013

FOKUS KE DEPAN

Nats: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku... yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Filipi 3:13b-14)

Ketika kita mengemudi kendaraan, pandangan kita terutama terfokus pada hal-hal yang ada di depan kita. Kendaraan lain yang melintas, jalan yang mungkin berlubang, juga manusia atau hewan yang bisa saja tiba-tiba menyeberang. Sesekali saja kita harus menengok ke spion untuk memastikan tidak ada kendaraan yang sedang mengejar kita karena suatu keperluan atau barangkali ada kendaraan yang ingin mendahului kita pada saat kita ingin berbelok arah.

Demikian juga dengan cara kita menjalani hidup. Sebaiknya pandangan kita arahkan ke depan, berfokus pada apa yang menjadi cita-cita kita pada masa yang akan datang dengan disertai rasa optimis, doa, dan kerja keras. Masa lalu—rentetan kejadian yang sudah tidak bisa diubah lagi—kita gunakan sebagai bekal untuk menyongsong masa depan. Masa lalu adalah sejarah yang memberi kita pengalaman berharga agar kita lebih bijaksana dan teliti pada masa kini dan nanti.


Kita semua memiliki masa lalu. Ada yang gemilang sehingga orang seakan ingin terus memeluknya. Ada pula yang menimbulkan trauma sehingga orang terus dihantui oleh bayangan buruk. Kedua sikap itu sama-sama tidak sehat. Entah baik entah buruk, kita perlu belajar melepaskan masa lalu, agar kita dapat melanjutkan hidup dengan cara yang bermakna dan meraih pencapaian yang maksimal. Jadi, mari kita mengarahkan pandangan ke masa depan dan menjadikan masa lalu sebagai acuan untuk menjadi orang yang lebih baik pada masa kini dan nanti. --RE

MASA LALU SEHARUSNYA MENJADI PENDORONG UNTUK MAJU,
BUKANNYA BEBAN YANG MEMBUAT LANGKAH KITA TERTAHAN.

Filipi 3:1b-16
Powered by Telkomsel BlackBerry®