Rabu, 29 Mei 2013

BUAH APA?

Nats: Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku. (Yohanes 15:8)

Suatu kali setelah seorang pendeta berkhotbah, seorang ahli bahasa menghampiri dia. Ahli bahasa ini mengatakan bahwa ia mencatat banyak sekali kesalahan yang pendeta tersebut lakukan dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pendeta itu menjawab, "Dengan kebodohan saya, saya telah mencoba sedapat mungkin untuk melayani Tuhan. Dengan kepandaian Anda, apa yang sudah Anda perbuat bagi Tuhan?"

Sebanyak 7 kali kata berbuah disebutkan dalam perikop ini. Hal ini menunjukkan betapa besarnya keinginan Tuhan agar setiap orang Kristen menghasilkan banyak buah bagi-Nya. Tuhan Yesus menegaskan, berbuah adalah salah satu ciri dari seorang pengikut Kristus (ay. 8). Adapun yang perlu kita lakukan untuk dapat berbuah adalah tinggal di dalam Tuhan Yesus (ay. 4-5). Adanya hubungan yang hidup dan erat antara kita dan Tuhan Yesus itulah yang menjadikan hidup kita berbuah. Adapun yang menjadi bagian Tuhan adalah membersihkan kita agar lebih banyak berbuah (ay. 2).

Tuhan menginginkan hidup kita menghasilkan buah bagi-Nya. Buah yang seperti apa? Kehidupan yang berubah dan perbuatan yang memuliakan nama Tuhan. Sudahkah kita berbuah bagi Tuhan? Membawa jiwa kepada Tuhan, memancarkan kasih dalam tindakan nyata sehari-hari, mengerjakan tugas dengan jujur, itu adalah beberapa contoh perbuatan yang memuliakan Tuhan kita. Karena itu, tinggallah di dalam Kristus, bangunlah hubungan yang erat dengan Dia, agar buah-Nya semakin nyata dalam hidup kita. --IRF

KITA ADALAH RANTING, YANG HANYA BERBUAH
DENGAN MELEKAT PADA POKOK ANGGUR.

Yohanes 15:1-8

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak boleh ditolak

Tampaknya banyak paradoks dalam kehidupan Kristen yaitu hal-hal yang terlihat bertentangan, tetapi sesungguhnya tidak. Di satu pihak, kita harus sadar bahwa kita tidak layak dipakai Allah. Di pihak lain, kita harus menerima panggilan Allah dalam kesadaran bahwa kita tak layak.

Karena pengalaman pahitnya di masa lampau, saat saudara-saudaranya menolak kepemimpinannya (Kel. 2:14), Musa mati-matian menolak panggilan Tuhan untuk membawa umat-Nya keluar dari Mesir. Allah kemudian memberikan dua tanda, yaitu tongkat yang mejadi ular dan tangan yang menjadi putih oleh kusta. Tanda ini dapat dilakukan Musa saat orang Israel meragukan panggilan Allah terhadap Musa. Bahkan Allah juga menjanjikan bahwa jika orang Israel masih tidak percaya, maka dia dapat mengubah air dari sungai Nil menjadi darah untuk meyakinkan mereka. Namun Musa tetap tidak mau percaya, dan malah berdalih bahwa ia tidak pandai bicara. Namun Tuhan masih dengan sabar mengatakan bahwa Dialah yang membuat lidah, maka Dia pula yang akan menyertai lidah Musa dan mengajari Musa tentang apa yang harus dia katakan. Namun Musa masih tetap tidak mau. Ia malah meminta Tuhan untuk mencari orang lain. Tentu saja ini membuat Tuhan murka dan berkata bahwa Ia telah mengutus Harun -kakak Musa- untuk menjadi juru bicara Musa. Nah, apa lagi alasan yang dicari-cari Musa? Maka pada akhirnya, Musa tidak dapat menghindari lagi panggilan Allah tersebut. Sayang sekali jika orang menerima pelayanan karena terpaksa atau dipaksa.

Dari penolakan Musa, kita belajar memahami bahwa kita memang tidak layak dipakai Allah. Namun jika kita yang tidak layak ini diperkenan Allah untuk melayani Dia maka kita seharusnya tidak menolak panggilan itu. Kita justru harus melihat panggilan Allah tersebut sebagai suatu hak istimewa dan anugerah yang perlu disyukuri. Jika Allah melayakkan dan memampukan kita untuk melayani Dia, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak. Maka marilah melayani Tuhan sesuai dengan panggilan yang dipercayakan pada kita.

Keluaran 4:1-17

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/29/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 28 Mei 2013

CARA PANDANG ALLAH

Nats: Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku. (Hakim-hakim 6:15)

Tidak semua orang memiliki sikap percaya diri yang tinggi. Kebanyakan orang malah cenderung memandang rendah kemampuan dirinya. Kita merasa lebih lemah dari orang lain. Kita merasa belum cukup pengalaman. Atau, kita bukan berasal dari keluarga yang terkenal atau kaya.

Gideon mengalami krisis percaya diri ketika Allah hendak mengangkatnya sebagai hakim. Ketika malaikat Tuhan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah berani, jelas ia tidak percaya. Ia merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan bangsanya. Ia memandang kelemahan dirinya jika dibandingkan dengan kaum dan bangsanya. Namun, cara Allah memandang Gideon berbeda dari cara Gideon memandang dirinya. Allah mengukur kemampuan Gideon bukan dari usianya yang masih muda dan kaumnya yang kecil, tetapi karena Allah berjanji akan menyertainya. Itulah alasan Allah mengutusnya sebagai hakim bagi Israel.

Bisa jadi kita tidak dapat melakukan hal-hal yang besar karena kita memandang diri kita terlalu rendah. Kita menganggap diri kita tak mungkin melakukannya. Padahal, Allah selalu memandang kita dengan cara yang berbeda. Ukuran Allah berbeda dengan ukuran dunia. Allah menyatakan kita berharga, siapa pun kita di mata manusia. Karena itu, jangan ragu meraih kesempatan yang Allah sediakan. Awal untuk membangun kepercayaan diri adalah menghargai kemampuan yang Allah anugerahkan dan berserah kepada penyertaan Allah. Dengan modal itu, kita dapat berkarya menciptakan masa depan yang lebih baik. --IGR

JANGAN MEMANDANG PADA BESARNYA TANTANGAN YANG KITA HADAPI;
PANDANGLAH BETAPA BESAR ALLAH YANG MENYERTAI.

Hakim-hakim 6:11-24

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kesempatan melayani

Kesempatan untuk melayani Allah tidak selalu dianggap sebagai kesempatan emas. Banyak orang yang berusaha untuk menolak kesempatan itu, dengan berbagai macam alasan.

Musa, pada masa empat puluh tahun sebelumnya, menyadari benar bahwa ia adalah seorang Ibrani sekaligus pangeran Mesir, yang merupakan alat pilihan Allah untuk membebaskan Israel. Namun setelah masa empat puluh tahun menggembalakan kambing domba di padang gurun di wilayah Midian, Musa tidak lagi memiliki rasa percaya diri yang sama seperti sebelumnya. Karena itu, ketika Allah mengutus Musa, dia justru mempertanyakan dirinya, "Siapakah aku....?" (11).

Bagaimana jawaban Allah? Kalau kita perhatikan, jawaban Tuhan seolah tidak 'nyambung' dengan pertanyaan Musa karena Tuhan menjawab, "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (12). Dengan jawaban ini, Tuhan bermaksud mengalihkan perhatian Musa dari dirinya sendiri kepada Tuhan. Karena dalam hal ini identitas Tuhanlah yang jauh lebih penting (14). Dan memang, ketika kita tahu bahwa Tuhan beserta kita maka kita dapat maju melaksanakan kehendak Tuhan, bukan dengan keyakinan pada diri kita sendiri melainkan pada Tuhan yang kuat dan berkuasa.

Selain itu perkataan Tuhan, "Dan bilamana mereka mendengarkan perkataanmu ..." (18), bagai janji yang menenangkan hati Musa. Karena pada masa empat puluh tahun sebelum itu, saat ia meyakini panggilannya, orang Israel justru menolak dia. Lalu bagaimana mungkin mereka memercayai dia saat ia tidak lagi memiliki apa-apa. Mengenai raja dan bangsa Mesir, Allah berjanji akan menangani mereka (19-22). Lihatlah bagaimana Tuhan sudah mengatur segala sesuatunya. Musa hanya tinggal menjalankannya saja. Namun bukan berarti segala sesuatu akan berlangsung tanpa masalah (19), tetapi Tuhan tidak akan tinggal diam.

Kiranya ini membangkitkan semangat kita ketika ada kesempatan untuk melayani Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang akan menolong kita sehingga kita dimampukan untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Keluaran 3:11-22

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/28/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

SARAH COINER

Nats: Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka... dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu... (Matius 28:19, 20)

Sarah Coiner menderita cedera otak sejak balita. Aktivitasnya terbatas. Untuk menggerakkan tubuh ia nyaris tak bisa. Ke mana-mana ia harus ditolong sang ibu dan kursi rodanya. Pada usia 36 tahun, Sarah mendengar tentang Global Media Outreach. Dan, ia menangkap panggilan Tuhan yang menyuruhnya "pergi ke segala bangsa" untuk mengabarkan Injil. Sang ibu sangsi, bagaimana Sarah bisa melakukannya. Namun, ia lalu sadar, Tuhan bisa menciptakan cara, saat sepertinya tak ada cara. Dan, jika Dia memanggil, Dia pasti memperlengkapi.

Sarah tak dapat berbicara. Ia berkomunikasi melalui tulisan dengan bantuan komputer yang melekat di kursi rodanya. Untuk "berbicara", ia menekan papan tuts dengan semacam stik yang menempel di "helm penyokong" yang selalu ia pakai. Dengan alat itulah Sarah melayani bersama Global Media Outreach. Ia menjawab banyak e-mail dari berbagai belahan dunia. Ia "pergi" ke seluruh dunia dengan menjadi misionaris online!

Menjelang naik ke surga, Yesus memberikan mandat untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia kepada murid-murid-Nya. Dan, mereka sudah menuntaskannya. Kini, pekerjaan itu diteruskan kepada kita, suatu pekerjaan besar. Tak cukup dilakukan oleh sebagian anak Tuhan saja. Setiap pengikut Kristus mesti mengambil bagian dalam meneruskan berita Injil kepada berbagai bangsa, berbagai generasi, berbagai kalangan. Dengan berbagai cara. Mari menilik ke dalam diri dan mencari cara yang dapat kita lakukan untuk berperan dalam pekerjaan ini. --AW

JIKA TUHAN MEMANGGIL KITA UNTUK MELAYANI,
DIA TENTU MENYEDIAKAN CARA DAN PERLENGKAPANNYA.

Matius 28:16-20

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 27 Mei 2013

Allah memperhatikan penderitaan umat

Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderitaan kita. Tentu salah jika kita berpikir demikian. Allah kita adalah Allah yang sangat peduli terhadap penderitaan manusia, terutama penderitaan umat-Nya. Ini dapat kita lihat dalam nas hari ini.

Setelah ratusan tahun di Mesir, umat Israel -yang merasa menderita- berseru kepada Allah (23-24). Allah pun mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Ia kemudian menjalankan rencana-Nya untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir. Dalam bahasa Ibrani kata "mengingat" bukan berarti hanya secara pemikiran/kognitif, yaitu bahwa tadinya lupa dan sekarang ingat, tetapi mencakup tindakan juga. Jadi ini berarti, telah tiba waktunya bagi Allah untuk bertindak seturut dengan perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.

Allah kemudian memanggil Musa dan menyatakan bahwa "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka" (7). Allah kita memang adalah Allah yang sangat peduli dengan kesengsaraan umat-Nya, terutama mereka yang ditindas. Sebab itu Allah berkata bahwa jika kita menindas janda dan anak yatim lalu mereka berseru kepada Allah, maka Allah akan mendengar seruan mereka dan akan menyatakan murka-Nya kepada mereka yang menindas janda dan anak yatim tersebut (Kel. 22:22-24).

Kita harus mengerti bahwa Allah sangat peduli dengan penderitaan kita, karena itu jangan berhenti berseru kepada Allah untuk memberikan pertolongan kepada kita. Jika pertolongan tidak datang seturut yang kita inginkan, maka kita harus percaya bahwa itu bukan karena Allah tidak peduli, tetapi pasti ada rencana Allah dibalik penderitaan tersebut. Sebaliknya, kita juga harus berhati-hati jangan sampai kita menindas mereka yang lebih lemah karena ketika mereka berseru kepada Allah, maka Allah pasti akan mendengar seruan mereka dan akan menunjukkan murka kepada kita, yang menindas mareka yang lemah.

Keluaran 2:23-3:10

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/27/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TUHAN PEMBELAKU

Nats: Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya...? (Mazmur 35:10)

Pengadilan di negeri ini bagai pasar. Keadilan diperjualbelikan. Mafia hukum berkeliaran menjadi perantara. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita, betapa buruk sistem peradilan di negara ini. Pertanyaannya adalah, kepada siapa lagi kita dapat datang untuk mencari keadilan?

Pemazmur memilih meminta keadilan pada Tuhan. Ia memulai gugatannya atas orang-orang fasik yang menyerangnya dengan gugatan palsu. Ia meminta Tuhan membela perkaranya. Pemazmur menggugat karena mereka senang berbuat jahat dan menghancurkan orang lain yang tidak bersalah. Mereka juga membalas kebaikan dengan kejahatan, padahal pemazmur telah berlaku sangat baik terhadap mereka. Ini menyakitkan, bahkan seperti pengkhianatan bagi pemazmur. Mazmur ini bukan ratapan orang yang dirundung kepedihan dan putus asa, sebaliknya pemazmur sangat yakin bahwa ia dapat mengandalkan keadilan Tuhan. Tuhan menjadi Pembelanya. Pemazmur percaya ia akan memenangkan perkaranya dan para musuh akan terbukti kesalahannya.

Dunia bisa berlaku tidak adil dan menutup mata terhadap kebenaran. Dunia bisa menindas dan memfitnah orang benar. Namun, Tuhan menjaga dan membela umat yang Dia kasihi. Sebagai orang percaya, kita harus memelihara hidup kudus, menegakkan keadilan, serta membela orang yang lemah dan tertindas. Jangan biarkan orang jahat menemukan celah untuk mendakwa kita dan mempermalukan nama Tuhan. Lakukanlah kebenaran dan berharaplah hanya kepada Tuhan karena Dia benar dan adil. --ENO

KETIKA KITA BERJALAN DALAM KEBENARAN DAN KEADILAN,
KITA HIDUP DALAM PERLINDUNGAN DAN PEMBELAAN TUHAN.

Mazmur 35

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 25 Mei 2013

DOMBA YANG HILANG

Nats: Kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira... (Lukas 15:5)

Bagi arkeolog, puing dan reruntuhan masa lalu sama berharganya dengan emas. Artefak berupa gerabah dan benda kuno lain digunakan untuk menjelaskan asal usul peradaban, memverifikasi klaim kebenaran yang selama berabad-abad dipercayai. Dalam mencari mereka tidak segan-segan menghabiskan dana besar, menghabiskan waktu bertahun-tahun, menjelajah sampai ke daerah pelosok. Mereka akan memperoleh kepuasan besar ketika menemukan dan membuktikan apa yang mereka yakini, lalu mempublikasikannya pada dunia.

Yesus itu pencari. Bukan benda, namun domba, jiwa yang terhilang. Dia akan mencari sampai menemukannya kembali. Yesus mencurahkan segenap sumber daya terbaik untuk mengejar dan mendapatkan kembali domba yang terhilang itu (ay. 4). Saat menemukannya, Dia memikulnya di bahu-Nya (ay. 5), membawanya masuk ke rumah, mengadakan pesta untuk kepulangan domba, dan mengundang para sabahat-Nya (ay. 6).

Apakah Anda sudah ditemukan Yesus? Kembali dalam pelukan-Nya? Renungkanlah bagaimana Dia mencari dan menemukan Anda, lalu meletakkan Anda di bahu-Nya. Artinya, Dia memikul beban, kesukaran. dan masalah Anda. Dia lalu membawa Anda ke dalam rumah-Nya. Artinya, mengizinkan Anda menikmati segala milik-Nya. Dia juga mengadakan pesta bagi Anda dan mengundang para sahabat-Nya. Artinya, Dia membawa Anda ke dalam komunitas yang baik bagi hidup Anda. Apakah Anda sudah menikmati hak istimewa ini sebagai domba-Nya? Hiduplah sebagai domba-Nya yang penuh sukacita! --MRT

DIA YANG MENCARI ANDA DENGAN SEGENAP DAYA,
DIA PULA YANG AKAN MEMELIHARA ANDA SECARA SEMPURNA.

Lukas 15:1-7

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan

Tidak selalu mudah untuk kita memahami cara Tuhan memelihara hidup kita. Itu juga yang dirasakan tokoh-tokoh di Alkitab. Misalnya para patriakh, dan Yusuf! Pemazmur melihat di balik kehidupan mereka pemeliharaan Tuhan bukan hanya untuk pribadi tertentu, tetapi untuk umat-Nya dan masa depan mereka.

Abraham tinggal sebagai keluarga asing di tanah Kanaan, terkadang karena situasi harus lari ke tempat lain (Kej. 12:10-20; 20:1-18; juga Ishak di 26:1-34). Memang seringkali kejadian itu juga karena ulah mereka yang kurang beriman.Namun, Tuhan menyertai dan melindungi mereka dari orang-orang yang mencoba mengambil kesempatan di tengah kesempitan.Tuhan menghargai mereka sebagai orang yang diurapi, bahkan nabi (15). Oleh karena itu Tuhan membela mereka dari usikan musuh.

Siapa dapat menduga bahwa turunnya Yusuf ke Mesir sebagai budak, yang disebabkan ulah kakak-kakaknya, serta difitnahnya Yusuf oleh istri Potifar sehingga ia dipenjara, merupakan cara Allah mempersiapkan pertolongan atas keluarga besar Yakub dari bencana kelaparan dahsyat. Lebih daripada itu, Allah menggunakan peristiwa tersebut untuk mempersiapkan umat-Nya kelak, keluar dari Mesir dan menjadi bangsa yang dipakai Allah menyatakan keselamatan-Nya bagi dunia ini. (lih. 23-dst.).

Tuhan memelihara umat-Nya dengan cara-Nya melampaui pengertian kita yang terbatas.Allah berdaulat menggunakan cara-Nya sendiri. Di dalam hikmat-Nya, Allah tidak pernah keliru bertindak. Cara Allah selalu membuahkan berkat dan anugerah baik bagi mereka yang dipakai-Nya, maupun orang lain yang ada dalam lingkup anugerah-Nya. Mari bersyukur walau belum mengerti ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak terduga, dengan percaya bahwa Allah memelihara kita dan bahkan melalui kita Ia menyatakan rencana baik-Nya untuk orang di sekeliling kita.

Mazmur 105:12-22

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/26/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

BATAL ABORSI

Nats: Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu supaya mereka yang mendengarnya, beroleh anugerah. (Efesus 4:29)

Remaja itu hamil, namun pacarnya tak mau bertanggung jawab. Sambil menangis kebingungan, ia pergi menuju klinik aborsi. Di tengah jalan seorang ibu menghentikannya dan berkata, "Nak, aku tidak mengenalmu dan tidak ingin mengganggumu. Tetapi, saat melihatmu, aku tergerak untuk mengatakan bahwa Yesus mengasihimu. Dia tidak pernah melupakanmu. Semuanya akan berakhir dengan baik." Remaja itu berlutut di sudut jalan, berserah kepada Yesus, dan batal melakukan aborsi. Kini anaknya menjadi penyanyi dan motivator yang dipakai Tuhan untuk menjamah hati banyak orang. Nama anak itu Israel Houghton.

Perkataan mengandung kuasa, baik positif maupun negatif. Perkataan sinis dan sarkastis, yang lahir dari hati yang pahit, tak ayal membangkitkan kemarahan, kegeraman, fitnah, dan pertengkaran (ay. 31). Sebaliknya, orang yang sudah mengalami hidup baru di dalam Kristus sepatutnya menyampaikan perkataan yang membangkitkan semangat, memberikan dukungan, dan membesarkan hati. Perkataannya membuat orang yang mendengarnya beroleh anugerah (ay. 29) dan berani untuk hidup benar meskipun harus menanggung risiko.

Nah, apakah perkataan kita membangun orang-orang di sekitar kita? Kiranya perkataan kita menjadi berkat sehingga orang yang putus asa jadi berpengharapan, yang marah jadi lembut, yang acuh tak acuh jadi peduli, yang dendam jadi rindu untuk mengampuni, yang retak hubungan jadi rujuk kembali. Itulah anugerah hidup baru melalui perkataan yang penuh kuasa. --SST

KETIKA LIDAH KITA DIKUASAI OLEH ANUGERAH,
PERKATAAN KITA AKAN MENGALIRKAN BERKAT BAGI SESAMA.

Efesus 4:17-32

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Allah mendidik hamba yang akan dipakai

Ketika Allah akan memakai seseorang, maka Ia akan mendidik dan membentuk orang itu agar siap dipakai Allah. Allah mendidik Musa sekitar empat puluh tahun lamanya dalam sekolah yang luar biasa, yaitu istana Mesir. Namun rupanya pendidikan tersebut masih belum cukup. Dalam nas hari ini kita melihat bahwa Allah kemudian mengirim Musa ke Midian selama empat puluh tahun untuk mendidik dia lebih lanjut.

Setelah Musa dewasa, suatu hari ia mendapati seorang Mesir memukul seorang Ibrani. Ia menganggap orang Ibrani sebagai saudaranya. Itu berarti Musa tahu bahwa dia adalah seorang Ibrani, walaupun ia hidup sebagai pangeran Mesir. Maka ia bermaksud membunuh orang Mesir tersebut. Namun ia tahu bahwa risikonya besar jika ketahuan membunuh seorang Mesir. Sebab itu ia membunuh orang Mesir itu ketika tidak ada orang (maksudnya tidak ada orang Mesir) yang melihat perbuatannya. Lalu mengapa Musa tetap membunuh orang Mesir itu walau tahu bahwa perbuatannya berisiko? Stefanus memberikan pemahaman bahwa Musa beranggapan bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan saudara-saudaranya, walaupun mereka tidak mengerti (Kis. 7:25). Perhatikanlah, betapa tinggi hatinya Musa. Pemahaman bahwa ia akan dipakai Tuhan membuat dia menganggap diri layak untuk mencabut nyawa orang lain.

Ia memang telah mendapat pendidikan tinggi di istana Mesir. Namun pendidikan itu rupanya tidak membentuk karakternya. Sebab itu, ia masih perlu dididik dalam hal karakter supaya siap dipakai oleh Tuhan. Kita akan melihat bagaimana nantinya Musa menjadi orang yang berbeda setelah Allah membentuk dia selama masa empat puluh tahun di Midian.

Allah memang akan mendidik dan membentuk orang yang Dia pilih untuk menjadi hamba-Nya. Bukan hanya dalam soal pengetahuan, terlebih dalam soal karakter sebagai hamba yang rendah hati dan lemah lembut. Maka janganlah mengeluh jika Allah mendidik kita dengan cara-cara dan dalam waktu yang kita tidak sukai, karena itu berarti bahwa Allah akan memakai kita dengan lebih efektif lagi.

Keluaran 2:11-22

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/25/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 24 Mei 2013

APA YANG MENDORONG KITA?

Nats: Yesus menjawab mereka, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang..." (Yohanes 6:26)

Memiliki anak kecil yang lucu sangat menyenangkan. Setiap saya kembali ke rumah, ia selalu menyambut dengan pelukan dan ciuman. Rasanya semua penat hilang karenanya. Suatu saat, ia tidak berlaku seperti biasanya. Setelah ia mencium saya, ia marah, memukul-mukul bantal dan tempat tidur sambil menangis. Saya heran. Ternyata, penyebabnya karena saya tidak membawa oleh-oleh. Saya sedih. Rupanya, selama ini ia mencium saya karena saya membawakan oleh-oleh.

Orang percaya juga dapat bersikap seperti itu. Datang kepada Tuhan, ke gereja, atau rajin mengikuti ibadah hanya karena ingin mendapatkan "roti" yang bersifat sementara. Bukan sebagai wujud kasih dan kerinduan untuk bersekutu dengan-Nya. Hasilnya, banyak yang kecewa dan mungkin marah jika doa dan keinginannya tidak dikabulkan.

Allah merindukan kita mencari Dia bukan hanya untuk mendapatkan roti atau pemenuhan kebutuhan jasmani yang akan binasa. Bukan berarti pemenuhan kebutuhan jasmani itu tidak penting, namun seyogyanya hal itu tidak menjadi fokus kita. Dia menginginkan kita rindu untuk bersekutu dengan-Nya sebagai Roti Hidup yang memberi hidup kekal. Dia menginginkan kita memiliki hubungan yang erat dengan diri-Nya.

Bagaimana pendekatan kita kepada Allah selama ini? Apakah kita bersikap baik kepada-Nya hanya karena menginginkan berkat jasmani dari-Nya? Ataukah kita sungguh-sungguh ingin mengenal karakter-Nya sehingga saat keadaan buruk menimpa pun, kita tetap teguh percaya akan jaminan pemeliharaan-Nya? --PRB

KETIKA KITA MENGUTAMAKAN HUBUNGAN DENGAN ALLAH,
KITA AKAN MENGALAMI KEPUASAN YANG TAK TERGANTIKAN OLEH APA PUN.

Yohanes 6:25-59

e-RH Situs: http://renunganharian.net

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Peranan orang tua dalam rencana Allah

Orang tua adalah figur penting dalam keluarga, juga dalam rencana Allah bagi umat. Ini kita lihat dalam hidup Musa.

Ketika rencananya gagal, Firaun memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki Israel dengan membuang mereka ke sungai Nil. Pada waktu itulah Musa lahir. Ibu Musa melihat anak itu baik dan sehat. Namun, Stefanus memberikan gambaran bahwa Musa itu elok di mata Allah (Kis. 7:20). Jelas ibu Musa tidak dapat menyerahkan anaknya kepada tentara Mesir. Lalu ia menyembunyikan Musa selama tiga bulan (2). Tampaknya masa itu dipakai si ibu untuk memikirkan cara menyelamatkan bayinya. Karena sesudah masa tiga bulan ia meletakkan bayinya dalam peti dan menghanyutkannya di sungai Nil. Tentu bukan kebetulan jika si bayi hanyut dengan melewati tempat puteri Firaun mandi. Bukan kebetulan pula jika sang putri memutuskan untuk memelihara bayi itu, meski ia memperkirakan bayi itu adalah bayi orang Israel. Tidak tersirat kekhawatiran mengenai perintah sang raja menyangkut bayi orang Israel.

Kakak Musa yang mengikuti "perjalanan" bayi Musa di sungai, langsung mendatangi putri Firaun dan menawarkan diri untuk mencarikan inang penyusu. Menurut Anda sebijak itukah kakak si bayi? Tentu ibu mereka pegang peranan dalam hal ini. Si ibu tidak mau kehilangan anak laki-lakinya sehingga ia mempersiapkan kakak si bayi untuk memantau si adik dan kemudian berbicara seperti itu kepada sang putri. Suatu strategi yang cemerlang!

Dari rangkaian peristiwa ini, kita melihat Allah yang memakai si ibu untuk menyelamatkan bayinya, bukan hanya demi hidup si bayi melainkan bagi kepentingan besar di masa mendatang. Dan Allah memberikan kehormatan kepada orang tua Musa untuk mempersiapkan anaknya dalam menggenapi rencana Allah. Sejalan dengan itu, tentu ada tanggung jawab besar dalam mendidik anak untuk memahami rencana Tuhan bagi diri mereka. Maka orang tua harus melihat pentingnya peran yang diberikan Tuhan kepada mereka. Peran itu harus dijalankan dengan serius, peka terhadap tuntunan Tuhan, serta dengan mengandalkan kekuatan yang dari Tuhan.

Keluaran 2:1-10

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/24/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 22 Mei 2013

Melihat Allah di tengah kesulitan

Ketika dalam kesulitan, kadang kita tidak dapat melihat rencana Allah dalam hidup kita. Nas hari ini menunjukkan bahwa di tengah penderitaan umat, sesungguhnya rencana Allah sedang digenapi.

Karena merasa terancam oleh keberadaan Israel di tengah mereka, Firaun berikhtiar untuk menghabisi orang Israel. Maka Firaun membebankan kerja yang lebih berat kepada orang Israel. Tujuannya, agar banyak yang mati. Namun bukannya berkurang, orang Israel bahkan bertambah semakin banyak.

Rencana kedua, Firaun meminta para bidan untuk membunuh bayi laki-laki Israel ketika dilahirkan. Mengapa hanya bayi laki-laki? Pada waktu kejatuhan manusia, dalam hukuman-Nya terhadap ular yang mewakili Iblis, Tuhan menyatakan akan mengadakan permusuhan antara keturuan ular (yaitu keturunan Iblis secara rohani/orang tidak percaya) dengan keturunan perempuan (yaitu keturunan orang percaya) dalam Kej. 3:15. Dari perempuan tersebut akan lahir laki-laki yang menghancurkan kepala si Iblis. Maka tak heran bila Iblis memakai Firaun untuk membunuh hanya bayi laki-laki Israel supaya apa yang telah Allah nyatakan tidak terjadi.

Namun rencana Firaun tidak berhasil karena kedua bidan yang menangani persalinan perempuan-perempuan Israel (mungkin mereka adalah kepala bidan-nama kedua bidan itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang Israel), tidak mematuhi perintah Firaun. Mereka tidak mau membunuh bayi laki-laki Israel karena mereka takut akan Allah (17). Akibatnya, orang Israel malah semakin bertambah. Bahkan Allah juga memberkati para bidan tersebut hingga mereka kemudian berumah tangga (21).

Di balik semua masalah yang dihadapi Israel, sesungguhnya Allah sedang menggenapi rencana-Nya untuk memberkati mereka. Setidaknya, kedua bidan yang mematuhi perintah Allah, telah mencicipi berkat tak terduga.Sebab itu, mari kita belajar untuk melihat rencana Allah di tengah berbagai kesulitan hidup yang kita hadapi, karena Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28).

Keluaran 1:1-22

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/23/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

KETIKA DIFITNAH

Nats: ... kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah... (1 Korintus 4:13)

Fitnah menghancurkan reputasi seseorang. Kalau tidak percaya, tanyailah Marcelino de Sautuola. Ia adalah arkeolog amatir yang pertama kali menemukan lukisan dinding zaman purba pada tahun 1879. Ketika ia mempublikasikan temuannya, banyak arkeolog yang cemburu. Mereka terang-terangan menuduh Sautuola sengaja menciptakan kebohongan untuk memperoleh popularitas. Ia akhirnya meninggal karena depresi. Puluhan tahun kemudian, baru para ahli mengakui keaslian temuan Sautuola.

Rasul Paulus pun kerap difitnah oleh musuh-musuhnya. Namun, apa responsnya? Ternyata ia tidak menjadi pahit atau marah. Ia tidak digerus oleh depresi berkepanjangan. Ia juga tidak membalas dendam. Sebaliknya, ia menjawab para pemfitnahnya dengan penuh kasih dan kesabaran (ay. 13). Apa rahasianya? Pertama, ia menyadari dirinya sebagai hamba Tuhan yang bisa menjadi sasaran penganiayaan dan penderitaan (ay. 10-13, lihat juga Fil. 1:29). Kedua, ia sesungguhnya mengikuti teladan Kristus, yang menurut kacamata dunia merupakan kebodohan (ay. 10). Bukankah apa yang dilakukan Paulus persis seperti Kristus: ketika dimaki malah memberkati dan ketika dianiaya malah bersabar (ay. 12)?

Difitnah memang tidak enak. Namun, jangan biarkan fitnah mendikte respons Anda. Belajarlah mencontoh Kristus dan Paulus. Walau difitnah, tetaplah sabar dan balaslah dengan kebaikan. Tentu saja hal ini tidaklah mudah, tetapi hal ini jauh lebih baik ketimbang membiarkan diri Anda dihancurkan oleh kebencian dan kemarahan akibat difitnah. --JIM

FITNAH MEMANG KEJAM,
TETAPI KASIH MAMPU MEMADAMKANNYA.

1 Korintus 4:6-14

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 20 Mei 2013

PENYESALAN MASIH BERGUNA

Nats: Jawab Yakub kepada Firaun: "Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing." (Kejadian 47:9)

Seandainya hidup ini bisa diulang kembali, bagian manakah yang ingin Anda ubah? Bagi saya, ada beberapa peristiwa yang memalukan dan patut disesali. Beberapa dosa masa lalu dan kekalahan fatal ketika berperang melawan hawa nafsu ingin saya hapus dari sejarah hidup saya. Ada pula kesengsaraan hidup yang pernah saya alami akibat kesalahan saya.

Mungkin Yakub juga mengenang masa lalunya ketika Firaun bertanya berapa usianya. Yakub menyelipkan keluhan akan hidupnya yang buruk. Ia pernah secara licik menukar hak kesulungan kakaknya, Esau, dengan semangkuk kacang merah dan membohongi ayahnya untuk mendapatkan doa berkat.Hidupnya terasa pahit ketika ia lari ketakutan dari rumah, ketika istri tercintanya -Rahel-- meninggal, anak perempuannya diperkosa, dan Yusuf hilang dan dikabarkan meninggal. Setelah bencana kekeringan yang memaksa anak-anaknya membeli gandum di Mesir, Yakub khawatir akan kehilangan lagi anak bungsunya, Benyamin. Beruntung Yakub sempat menyaksikan anugerah Tuhan yang memelihara diri dan keluarganya sebagai cikal bakal bangsa Israel.

Apakah Anda menyesali bagian-bagian dari hidup Anda? Mungkin Anda tidak sempat lagi memperbaiki hidup yang semakin menyimpang dari angan-angan Anda semula. Tampaknya saat ini Tuhan pun tidak peduli terhadap Anda. Namun, yakinlah bahwa Tuhan memperhatikan penyesalan dan pertobatan Anda. Tetaplah percaya bahwa Tuhan tengah bekerja untuk merajut kembali hidup Anda. Terimalah hasil akhirnya tanpa bersungut-sungut. --HEM

MELAMPAUI PILIHAN TERBURUK KITA SEKALIPUN,
ALLAH TURUT BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN.

Kejadian 47:1-12

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

DOA BAGI PEMIMPIN

Nats: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur... untuk raja-raja dan semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. (1 Timotius 2:1-2)

Situasi dan kondisi negeri ini terasa ruwet sehingga masyarakat bersikap skeptis dan masa bodoh. Penyelenggara negara --mulai dari pejabat eksekutif, yudikatif sampai legislatif-- satu per satu digiring ke penjara oleh KPK karena kasus korupsi. Di kota besar, jalanan macet, kriminalitas mengancam di mana-mana. Sebagai rakyat biasa, kita bisa apa? Itu pertanyaan kita.

Nas hari ini menunjukkan betapa vitalnya peran doa, bukan sebagai atribut kerohanian pribadi belaka. Paulus meminta anak asuhnya, Timotius, untuk berdoa syafaat bagi semua orang. Kemudian ia secara khusus menyebutkan para pemimpin bangsa yang berkaitan erat dengan jemaat dan kehidupan pelayanan.

Dalam berdoa, kita meminta hal-hal baik dan berkenan kepada Allah, bukan hal-hal yang baik menurut anggapan kita. Doa meminta kehidupan yang tenang dan tenteram ini merupakan penerapan dari prinsip bahwa Injil ditujukan bagi semua manusia (ay. 6). Injil mengungkapkan kehendak Allah untuk menyelamatkan semua orang (ay. 4). Dengan berdoa bagi para pemimpin, kiranya kabar baik itu dapat disebarkan seluas-luasnya.

Jadi, kita dapat menjawab pertanyaan tadi dengan: kita dapat berdoa! Jangan bosan-bosan berdoa. Kita berdoa agar para pemimpin dan warga bangsa ini dapat mengalami dan menerima anugerah keselamatan Allah. Kita berdoa agar umat Allah leluasa dalam beribadah dan melayani-Nya, dan kiranya Allah mendatangkan perubahan menuju kebaikan dan kesejahteraan bagi bangsa ini. --ENO

KETIKA KITA BERDOA, KITA TURUT MENGAMBIL BAGIAN
DALAM PEWUJUDAN KARYA ALLAH DI DUNIA INI.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Manekin Telanjang

Nats: ... supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. (1 Korintus 12:25)
 
Ketika akan berkhotbah, pendeta memajang manekin perempuan telanjang. Jemaat berbisik-bisik. Beberapa wajah menunjukkan sikap protes. Pendeta itu bertanya, "Bagaimana penampilan manekin ini?" Beberapa jemaat menjawab: tidak sopan, terlalu vulgar, tidak menarik, mengerikan, dll. "Kalau menurut Anda itu tidak baik, lakukanlah sesuatu untuk memperbaikinya. Bangkit dan tinggalkan tempat duduk Anda!" tantangnya. Ternyata, di samping manekin itu, pendeta telah menyiapkan perlengkapan untuk mendandaninya. Seorang jemaat maju dan mengenakan baju. Yang lain memasangkan wig. Yang lain lagi memakaikan ikat pinggang, mengoleskan gincu, dan memberi bedak. "Sekarang, bagaimana?" tanya pendeta. Hampir semua jemaat menjawab, manekin itu jadi lebih menarik.
 
"Seperti itulah gereja kita!" kata pendeta. "Jika Anda hanya mengkritik kekurangannya, tidak akan terjadi apa-apa. Anda bahkan hanya memperburuk situasi. Yang diperlukan adalah bangkit dan meninggalkan tempat duduk Anda. Lakukan sesuatu. Jika semua jemaat berbuat seperti itu, gereja kita akan menjadi indah."
 
Paulus menegur jemaat Korintus yang terancam bahaya perpecahan karena masing-masing anggota mementingkan diri sendiri dan menyombongkan karunia mereka. Paulus menegaskan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus, yang terdiri dari banyak anggota. Masing-masing anggota harus saling memperhatikan, demi kesejahteraan bersama, untuk kemuliaan Tuhan. Bagaimana Anda berperan dalam membangun gereja Tuhan? --HT
 
JIKA ANDA MELIHAT KEKURANGAN DALAM GEREJA,
BISA JADI ANDA DIPANGGIL UNTUK MEMPERBAIKINYA.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 17 Mei 2013

SUPAYA SEIMBANG

Nats: Hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. (2 Korintus 8:14)

Di pasar malam, saya mendengar seorang anak meminta dibelikan siomay pada bapaknya. Ia berkata, "Pak, beli siomay 2.000 ya." Bapaknya menjawab, "Tidak, 1.500 saja, hanya itu uang Bapak." Saya merasa sedih. Bagi kebanyakan kita, uang 500 rupiah kecil saja nilainya. Tetapi, bagi bapak tersebut, nilainya sangat berarti. Ia memerlukannya untuk memenuhi keinginan anaknya.

Jemaat di Korintus berkomitmen untuk membantu jemaat di Yerusalem, namun mereka lalai dalam memberikannya (ay. 10-11). Rasul Paulus mengingatkan mereka dan menjelaskan beberapa prinsip dalam memberi. Pertama, harta milik kita adalah karunia dari Tuhan; jika kita mampu memberi kepada orang lain itu adalah anugerah karena belum tentu semua orang bisa memberi (ay. 1-5). Kedua, kita harus mengingat bahwa Kristus terlebih dahulu mengasihi kita sehingga kita juga mampu mengasihi orang lain (ay. 9). Ketiga, pemberian kita dimaksudkan supaya ada keseimbangan, tidak ada kesenjangan. Jika kita mengalami anugerah Tuhan dalam bentuk harta, biarlah kita memakainya untuk memberkati sesama yang kekurangan.

Apakah kita berkomitmen untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk memberkati orang yang kekurangan? Kita akan memberi dengan sukarela ketika menyadari bahwa harta yang kita miliki adalah karunia Tuhan. Memang kita perlu bekerja untuk memperolehnya, tetapi Tuhanlah yang memberi kita kekuatan untuk bekerja. Sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita, kita dapat memakai harta tersebut untuk mengasihi sesama. --IRF

UANG DIMAKSUDKAN UNTUK DIBERIKAN DAN DIPAKAI DEMI KEBAIKAN.
UANG BUKAN UNTUK DICINTAI DAN DITUMPUK. --J.I. PACKER

2 Korintus 8:1-15

Sumber: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 15 Mei 2013

KESESAKAN MENJADI KESEMPATAN

Nats: Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. (Mazmur 138:7)

Di sepanjang perjalanan hidup saya bersama keluarga, jatuh bangun sudah menjadi hal yang sering kami alami. Saat jatuh kadang kami tidak menyadari bahwa Tuhan sedang menempa kami menjadi pengikut-Nya yang lebih tegar.

Demikian juga dengan Daud. Kesesakan hidup dapat menjadi alat Allah untuk menjadikannya lebih menyelami kebesaran kasih setia-Nya. Mazmur ucapan syukur ini mengisahkan pengalaman pemazmur ketika Allah menyelamatkannya di tengah kesesakan. Daud menaikkan doanya kepada Allah, dan ia beroleh daya juang baru. Pemazmur memuji nama Allah karena kasih dan kesetiaan-Nya kepada janji-Nya. Pemazmur sangat sadar bahwa pertolongan yang Allah berikan kepadanya semata-mata hanya karena keberadaan diri Allah, dan juga karena Allah setia kepada janji-Nya. Pemazmur yang menyadari siapa dirinya tentu saja sangat berterima kasih karena Allah yang mahatinggi bersedia melihat dan menolong ia yang hina. Tidak mengherankan pemazmur begitu bersemangat memberitakan nama dan kesetiaan Allah. Ia yakin bahwa nantinya semua raja di bumi akan bersyukur kepada Allah.

Melalui mazmur ini, kita belajar bahwa orang percaya tidak perlu bersedih hati pada waktu mengalami kesesakan. Jika hal itu menimpa kita, tetap pujilah Allah, bersyukurlah atas kesetiaan-Nya, dan ingatlah bahwa segala kejadian berada di bawah kendali kuasa dan kehendak-Nya. Tetaplah percaya, jika Tuhan sanggup mengubah kesesakan menjadi kesempatan untuk menyelami kasih dan kuasa-Nya dengan kacamata baru. --ENO

KESESAKAN BUKANLAH JALAN BUNTU,
MELAINKAN JENDELA BARU UNTUK MELIHAT KEBAIKAN ALLAH.

Mazmur 138:1-8

Sumber: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 14 Mei 2013

MENINGKATKAN POTENSI KEPEMIMPINAN ANDA

Baru-baru ini, saya membaca buku "Spiritual Leadership" karya J. Oswald Sanders sementara saya mempelajari makalah yang saya tulis di seminari. Saya selalu menggumulkan gagasan tentang kepemimpinan jenis ini di gereja. Pada dasarnya, saya percaya bahwa semua orang Kristen adalah pemimpin dalam hal-hal tertentu. Setiap orang Kristen setidaknya memiliki pengaruh terhadap satu orang. Karena itu, bahkan jika hanya menjadi pemimpin bagi satu orang saja, mereka tetap dapat disebut sebagai pemimpin.

Hal yang saya gumulkan mengenai kepemimpinan, dalam gereja dan di antara orang-orang Kristen, adalah bahwa kita sering mengartikan kepemimpinan sebagai sesuatu yang mulia, bukan sebagai sebuah wujud penyangkalan diri. Saya mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Tom Lin beberapa minggu yang lalu sebagai tantangan bagi diri saya, "Gereja Amerika telah menjadikan kepemimpinan sebagai hal yang agung, sesuatu yang mengagumkan -- kita tidak pernah mengajar remaja-remaja kita untuk berani terlibat dalam penderitaan. Padahal, jika kita membaca Alkitab, Yesus justru meminta para pemimpin untuk menyangkal hal-hal yang paling mereka sukai."

Dengan memiliki gambaran kepemimpinan yang seperti itu dalam benak saya, maka saya dapat merasa nyaman berbicara tentang peningkatan potensi kepemimpinan dengan cara mencari hal-hal spesifik yang dapat menjadi pusat perhatian kita. Dengan memusatkan perhatian kepada hal-hal yang spesifik itu, kita dapat menggunakan pengaruh yang kita miliki dengan lebih baik lagi. Sementara gereja menyambut generasi milenium yang baru sebagai para pemimpin, masih banyak dari mereka yang tertinggal di luar dan sekarang mencari-cari sesuatu yang nantinya dapat menolong mereka untuk memimpin.

Mengapa kita berfokus pada potensi kepemimpinan, bukan pada kepemimpinan itu sendiri? Banyak orang, terutama orang-orang muda, hanya memiliki pengaruh terhadap sedikit orang, tetapi sedang mencari cara untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menjadi pemimpin yang kuat. Dengan demikian, fokus kita ada pada potensi itu.

Sanders menyoroti beberapa prinsip yang ia ambil dari Hudson Taylor (seorang misionaris Inggris terkenal yang melayani di Cina) tentang bagaimana cara para pemimpin meningkatkan potensi kepemimpinan mereka. Saya menemukan beberapa wawasan yang sangat berharga dalam keenam bidang yang menjadi pusat perhatian Sanders dengan komentar pribadi dari saya.

1. Organisasi

Para pemimpin yang baik memiliki kemampuan untuk menganalisis bidang mana saja yang berfungsi di bawah standar dan mampu membuat rencana untuk memperbaiki situasi tersebut. Sebuah organisasi gereja dan kepemimpinan rohani bukanlah hanya tentang (atau tidak harus melulu tentang) efisiensi semata, namun kita juga tidak boleh menerima inefisiensi begitu saja. Meningkatkan kualitas kepemimpinan berarti memberi fokus yang lebih pada rincian administrasi.

2. Fokus Rohani

Ke mana kita membawa orang-orang di sekitar kita? Saya menyukai pepatah yang berkata, "Air akan naik sampai setinggi sumbernya" sebagai pengingat yang berguna dalam hal ini. Kesehatan rohani orang-orang di sekitar kita harus menjadi perhatian utama. Sebab dengan kesehatan rohani itulah, mereka bisa menjadi pribadi yang benar-benar efisien. Meningkatkan kepemimpinan berarti kita memimpin orang lain kepada Allah, bukan kepada kita.

3. Level Keterlibatan

Dibutuhkan percakapan yang alot untuk membangun ataupun membangun kembali kepercayaan dan kejujuran. Pemimpin yang buruk menghindari percakapan yang alot. Ketika masalah diabaikan, moral akan jatuh, dan kinerja akan menurun. Gereja-gereja tempat saya beribadah, dibesarkan sebagai seorang anak pendeta, dan yang sekarang menjadi tempat pelayanan saya, banyak ditentukan oleh manuver politik yang menempatkan cengkeraman pada moral mereka yang terlibat dalam kepemimpinan gereja. Meningkatkan kepemimpinan berarti memahami tingkat moral orang-orang yang ada di sekitar dan sengaja berupaya meningkatkannya.

4. Hubungan

Para pemimpin yang bertumbuh harus semakin banyak berinvestasi ke dalam kehidupan orang-orang, bukan kepada struktur yang memberi mereka jabatan. Para pemimpin yang terbaik tahu bagaimana dan kapan perlu terlibat dengan orang-orang di sekitar mereka. Meningkatkan kepemimpinan berarti lebih memperhatikan hubungan-hubungan tersebut. Salah satu aspek dalam hubungan antarpribadi yang menantang saya akhir-akhir ini adalah dalam hal mendengarkan. Meskipun saya menyukai interaksi dengan orang lain, tetapi saya adalah seorang pendengar yang buruk. Henri Nouwen pernah berkata, "Keindahan dari mendengarkan orang lain adalah bahwa orang-orang yang didengarkan akan mulai merasa diterima, dan mulai menganggap kata-kata mereka lebih serius. Dengan demikian, mereka akan menemukan jati diri mereka."

5. Pemecahan Masalah

Pemimpin harus mampu memecahkan masalah yang sulit. Perhatikan kutipan ini, "Menciptakan masalah memang mudah, tetapi memecahkannya sulit." Hal ini sejalan dengan hal-hal sebelumnya, sebab pemecahan masalah selalu dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja administrasi, tingkatan moral, dan kualitas sebuah hubungan.

6. Penciptaan

Ini merupakan hal yang saya pergumulkan secara pribadi. Saya cenderung hebat dalam hal mewujudkan ide-ide, bukan menciptakannya. Karena itu, setiap minggu saya harus benar-benar memberi ruang pada diri saya untuk berpikir di luar kotak. Saya juga mencoba untuk bekerja sama dengan orang-orang di sekitar saya yang mampu menghasilkan ide-ide kreatif sepanjang waktu. "Mengkritik rencana lebih mudah daripada membuatnya," adalah kalimat yang baik untuk mengingatkan kita. Meningkatkan kepemimpinan berarti kita harus lebih sering menciptakan ide daripada mengkritiknya. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama Situs: Manofdepravity.com
Alamat URL: http://manofdepravity.com/2012/03/improving-leadership-potential/
Judul asli artikel: Improving Leadership Potential
Penulis: Tyler
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kasih menjadikan karunia berfungsi

Kasih ibarat lem perekat, pipa penyambung, tali pengikat, garam pengawet dan penghilang rasa tawar. Apabila tidak ada kasih, rupa-rupa karunia akan berdiri sendiri-sendiri. Padahal, Allah memberikan karunia untuk membangun kehidupan bersama di bumi ini, bukan di sorga. Karunia bernubuat, iman, pengetahuan, hanya diperlukan di bumi untuk membangun kehidupan. Sayangnya, ada saja orang Kristen yang menjadikan rupa-rupa karunia untuk diri sendiri atau kelompok komunitasnya saja. Seolah-olah mereka hidup di sorganya sendiri. Kasih harus menggarami dan merekatkan karunia yang satu dengan yang lain demi kebaikan hidup bersama di bumi.

Tanpa kasih, tidak ada gunanya karunia karena hanya akan jatuh pada kemegahan diri sendiri. Tanpa kasih, memberi akan tak bermakna. Pemberi dan penerima akan merasa hampa. Kasih menjadikan karunia yang ada pada kita berfungsi. Karunia ada untuk fungsi tertentu. Tanpa kasih, karunia tidak berguna (1-3).

Kasih itu tidak merugikan orang lain dalam bentuk apa pun. Ia tidak mengambil atau mengurangi hak-hak orang lain. Ia memberi ganti rugi apabila sudah merugikan sesamanya. Kasih itu tidak berlaku semena-mena atau menganggap rendah orang lain. Kasih itu memberi keuntungan bagi semua pihak. Ia memenuhi hak-hak setiap orang sebagai manusia seutuhnya yang dikasihi Allah.

Seharusnyalah rupa-rupa karunia yang kita miliki untuk memberi keuntungan bagi kehidupan. Sekali kita menggunakan karunia yang ada pada kita untuk kemegahan dan kesombongan kita, kita telah mengurangi sukacita orang lain, mereduksi iman dan pengharapan sesama kepada Allah. Apalah hak kita menyombongkan pemberian yang kita terima? Karunia itu pemberian Allah bukan milik ciptaan kita sendiri. Mari kita kembalikan karunia yang kita terima dari Allah sesuai dengan hakikat fungsinya yaitu untuk membangun kehidupan bersama. Hendaklah rupa-rupa karunia yang kita masing-masing miliki berdiri di atas satu pondasi yaitu kasih. Janganlah orang lain menjadi tersisih karena karunia yang kita megahkan.

1 Korintus 13:1-13

Sumber: e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/05/14/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

MENJELAJAHI GUA

Nats: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)

Dalam sebuah perjalanan ke Vietnam, rombongan kami dibawa ke sebuah gua yang katanya adalah tempat persembunyian para pejuang Vietnam ketika berperang melawan Amerika Serikat. Gua tersebut gelap, sangat panjang, dan berliku-liku. Mereka yang belum mengenal gua itu dengan baik berisiko tersesat jika nekat menjelajahinya sendirian. Belum lagi risiko terpeleset dan terluka karena salah memilih pijakan. Tapi, karena pemimpin perjalanan kami kenal betul gua itu, kami aman selama tetap berjalan bersamanya.

Perjalanan hidup kita mirip dengan perjalanan menjelajahi gua tersebut. Kita tidak tahu apa yang ada di depan kita sehingga sangat besar risiko untuk tersesat dan terluka jika kita menjalani kehidupan ini seorang diri. Tetapi, kita memiliki Allah yang mahatahu, bahkan yang mengatur sejarah kehidupan kita dan seluruh ciptaan. Tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi tanpa seizin Dia dan keluar dari rencana-Nya. Tidak hanya itu, segala peristiwa tersebut Dia pakai untuk kebaikan kita! Oleh sebab itu, selama kita berjalan bersama Dia, kita aman.

Di tengah situasi dunia yang serba tidak menentu, banyak tantangan yang menerpa kita. Mungkin ada di antara kita yang mengalami kesulitan ekonomi, masalah kesehatan yang kian memburuk, atau pemberontakan anak. Biarlah di tengah segala situasi tersebut kita tidak meninggalkan Allah, namun memegang tangan-Nya semakin erat. Dialah yang akan menuntun dan menguatkan kita dalam menghadapi tantangan tersebut. --ALS

KETIKA JALAN HIDUP TAMPAK SEMAKIN GELAP,
PEGANGLAH TANGAN TUHAN DENGAN SEMAKIN ERAT.

Roma 8:18-30

Sumber: www.sabda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 12 Mei 2013

LEBIH BERHARGA

Nats: Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu. (Amsal 29:17)

Seorang ibu sedang membersihkan kulkas ketika anaknya yang berusia empat tahun mendatanginya. Anak itu membawa majalah dan menanyakan sesuatu. Ibu itu bergegas mencuci dan mengeringkan tangan, duduk di kursi, memangku anak itu, dan menghabiskan waktu selama sepuluh menit untuk menjawab pertanyaan anaknya. Seorang tamu yang melihatnya berkata, "Kebanyakan kaum ibu tidak mau diganggu saat ia mengerjakan sesuatu." Ibu itu menjawab, "Saya masih dapat membersihkan lemari es itu selama sisa hidup saya, tetapi pertanyaan anak saya tadi mungkin tidak akan pernah terulang lagi."

Sebagai orangtua, kadang kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk keluarga dan anak-anak. Pekerjaan dan kesibukan yang menumpuk lebih menyita perhatian kita. Kapan kita memperhatikan perkembangan anak? Biasanya kita baru turun tangan ketika anak mulai menimbulkan masalah, lalu kita marah-marah pada mereka. Jarang kita memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan tenang, lemah lembut, dan dari hati ke hati.

Adakah kita menyadari, anak membikin onar kadang-kadang karena kurangnya perhatian dan kasih sayang kita? Betapa sedihnya mereka, untuk menarik perhatian kita saja mereka harus membuat masalah dulu. Mereka harus bersaing dengan setumpuk kertas proyek, deposito di bank, kedudukan, karier, dan prestise yang kita kejar. Mengapa kita tidak meluangkan waktu khusus untuk mereka? Kesempatan kita untuk memperhatikan mereka terbatas. Kita tidak ingin kehilangan kesempatan yang berharga itu, bukan? --PK

PERHATIAN DAN KASIH SAYANG KITA KEPADA ANAK-ANAK
MENUNJUKKAN PENGHARGAAN PADA TUHAN YANG MENGARUNIAKAN MEREKA.

Amsal 29:15-17

Sumber: www.sabda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 11 Mei 2013

SOBEKAN ALKITAB

Nats: Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku. Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku. (Mazmur 119:92-93)

Hien Pham, seorang anak Tuhan, ditangkap oleh tentara komunis Vietnam pada 1970-an. Ia disiksa dan diindoktrinasi supaya menyangkal Kristus. Suatu hari, saat membersihkan toilet tentara yang sangat jorok, ia menemukan secarik kertas yang telah dipakai untuk membuang air besar. Ternyata, kertas itu sobekan Alkitab dari Roma 8:38-39. Membacanya, ia disadarkan akan kasih Allah. Malam itu, untuk pertama kalinya ia berdoa kepada Allah setelah sekian lama meninggalkan imannya. Ia kembali kepada Allah.

Sebagai anak Tuhan, kita mungkin mengalami penganiayaan dari musuh iman Kristen (ay. 84-86, 95). Penganiayaan mulai dari bentuk yang paling ringan seperti ejekan sampai yang paling berat yaitu penyiksaan fisik dan kematian syahid. Ketika dianiaya, kita mudah sekali "dihabisi", yaitu kehilangan pengharapan dan iman (ay. 87). Di tengah situasi ini, firman Tuhan menjadi kekuatan dan keselamatan kita (ay. 81). Melalui firman, kita diingatkan akan kesetiaan Allah yang abadi (ay. 90). Tidak heran bila pemazmur berpegang teguh pada firman di tengah kejaran para musuhnya (ay. 88).

Secara praktis, bagaimana kita bisa mengalami kuasa firman yang menopang di tengah penganiayaan? Pertama, kita harus gemar membaca firman (ay. 92). Firman harus menjadi makanan rohani setiap hari. Kedua, kita harus rajin menghafalkan firman (ay. 93). Firman yang diingat akan dengan mudah menghibur dan menolong kita tatkala kita melewati lembah kelam bernama penganiayaan. --JIM

ORANG YANG AKRAB DENGAN FIRMAN AKAN MENYEMAI KEKUATAN
KETIKA BADAI PENGANIAYAAN DATANG MELANDA.

Mazmur 119:81-95

Sumber: www.sabda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bersyukur untuk perjanjian kekal

Seberapa jauh kita mengingat sejarah kehidupan kita, dan mampu bersyukur untuk kasih setia Tuhan? Di masa kecil, ada kasih sayang orang tua, ada kecukupan dalam hidup, dst. Pernah kita mensyukurinya? Saat beranjak dewasa, kita bertemu secara pribadi dengan Tuhan Yesus. Pengalaman itu menjadikan rasa syukur yang tiada terhingga. Bahkan memampukan kita, saat menghadapi situasi tidak enak, masalah bertubi-tubi saat ini, tetap bersyukur kepada Tuhan.

Mazmur 105 adalah mazmur syukur karena kasih setia Allah dalam sejarah umat-Nya. Ayat 1-6 mengajak umat Israel bersyukur karena Allah telah berkarya bagi mereka dengan perbuatan-Nya yang ajaib. Ayat-ayat selanjutnya adalah catatan sejarah Israel yang merupakan bukti kasih setia-Nya kepada mereka.

Inti bagian pertama Mazmur ini (1-11) adalah kasih setia Allah yang dinyatakan lewat ikatan perjanjian-Nya. Siapakah Israel yang boleh mengalami kebaikan Tuhan. Inilah perjanjian anugerah! Isi perjanjian itu adalah mereka menjadi umat Tuhan dengan tanah Kanaan sebagai milik pusaka mereka (11). Inilah Perjanjian kekal (8, 11) karena Allah tidak pernah ingkar janji! Di kemudian hari bangsa Israel secara harafiah kehilangan tanah pusaka karena dosa-dosa mereka. Namun, Allah tetap mengasihi dan memelihara mereka. Pemazmur meyakini kasih setia Tuhan tidak pernah berubah.

Di dalam Kristus, Allah mengikatkan perjanjian-Nya dengan kita. Perjanjian itu bersifat anugerah. Perjanjian itu bersifat kekal! Allah Tritunggal penjamin keselamatan kita (Yoh. 10:28-30; Ef. 1:13-14). Di dunia ini, Tuhan bisa mendisiplin kita oleh karena ketidaksetiaan kita kepada-Nya, seperti Allah mendisiplin Israel sehingga kehilangan tanah pusaka.Akan tetapi, kasih setia Allah tak pernah berubah. Mari kita bersyukur untuk kasih setia-Nya dengan bertekad menjalani hidup berkenan kepada-Nya.

Mazmur 105:1-11

Sumber: www.sabda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

BERDOA DENGAN RENDAH HATI

Nats: Kalau aku, kataku: "TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!" (Mazmur 41:5)

Bagaimanakah sikap doa yang benar di mata Tuhan? Tentu bukan doa yang meminta-minta demi kepentingan pribadi. Apalagi doa yang menuntut janji Allah, seakan-akan Allah berutang kepada kita untuk mengabulkan doa kita. Mazmur ini mengajarkan cara berdoa yang benar, yaitu dengan kerendahan hati.

Sikap rendah hati ditunjukkan pemazmur dengan menyadari dosanya di hadapan Tuhan. Ia juga mengakui bahwa ia tak sanggup menghadapi para musuh yang merencanakan kecelakaan padanya. Ia meminta pertolongan Tuhan agar ia sanggup menghadapi mereka. Keberanian itu bukan muncul dari kesombongan, sebaliknya dari sikap yang rendah hati dan tulus. Dengan kata lain, pemazmur percaya bahwa Tuhan melihat motivasi hatinya dan berkenan kepada doanya. Mazmur ini ditutup dengan suatu pujian, yang sekaligus menutup rangkaian mazmur bagian pertama. Rangkaian mazmur yang didominasi permohonan ini ditutup dengan satu kesimpulan: Tuhan berkenan mendengar dan menjawab doa yang tulus dan dipanjatkan dalam kerendahan hati.

Tuhan mendengarkan doa yang datang dari kerendahan hati. Salah satu wujud kerendahan hati adalah memiliki sikap peduli pada orang yang lemah. Sikap itu muncul karena kesadaran bahwa dirinya penuh kelemahan dan butuh pertolongan juga. Tuhan berkenan pada doa seperti itu. Sikap rendah hati menyatakan keterbukaan untuk menerima kasih dan pertolongan Tuhan. Dengan mengalami kasih dan pertolongan-Nya, kita pun tergugah untuk memedulikan sesama. --ENO

BERDOA ADALAH MENYADARI KETERBATASAN KITA SEBAGAI MAKHLUK
DAN MENANTIKAN PERTOLONGAN SANG PENCIPTA YANG MAHAKUASA.

Mazmur 41

Sumber: www.sabda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

KAMI MENDOAKANMU

Nats: Sebab itu, sejak kami mendengarnya, kami tidak henti-hentinya berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu dipenuhi dengan segala hikmat dan pengertian rohani untuk mengetahui kehendak Tuhan... (Kolose 1:9)

Untuk mendorong lebih banyak orang berdoa bagi pelayanan misi yang sedang kami jalankan, kami menerbitkan Surat Doa setiap bulan. Surat Doa ini berisi kabar terbaru dari lapangan misi: tantangan, pergumulan, dan keberhasilan para perintis dalam melayani kelompok masyarakat yang belum mengenal Tuhan Yesus. Ketika bertemu dengan beberapa pendukung doa ini, mereka sering berkata, "Keluarga kami berdoa untuk kalian!" "Saya berdoa bagi Anda tadi pagi!" Tiap kali mendengar pernyataan itu, hati saya menjadi hangat dan penuh rasa terima kasih. Merekalah yang tekun menopang kami supaya tetap melayani dengan setia.

Paulus memuji jemaat di Kolose atas buah iman mereka, yang salah satunya terbukti melalui kasih yang mereka tunjukkan kepada orang Kristen lain yang melayani mereka (ay. 4, 8). Ia menegaskan bahwa tiap kali berdoa bagi jemaat ini, ia selalu mengucap syukur atas buah iman mereka (ay. 3). Paulus tidak hanya berdoa bagi mereka, melainkan memberi tahu jemaat itu bahwa ia berdoa bagi mereka. Dalam surat-suratnya, Paulus selalu menekankan pentingnya berdoa. Ia selalu berdoa bagi jemaat yang dilayaninya, dan sebaliknya, ia meminta mereka berdoa baginya.

Mendoakan orang lain adalah sebuah kehormatan bagi orang percaya. Itulah wujud kepedulian, dukungan, dan kesatuan di dalam Kristus. Berdoalah bagi seseorang, terutama jika Anda mengetahui kebutuhan khususnya, dan beri tahukanlah kepadanya, "Saya mendoakanmu!" Itu dapat menguatkan dan menambah sukacitanya. --HT

DOA ANDA DAPAT BERPERAN SEBAGAI PENDORONG
BAGI PERTUMBUHAN IMAN ORANG LAIN.

Kolose 1:1-14

Sumber: www.sabda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 08 Mei 2013

PERCAYA DAN MENGASIHI

Nats: Dan inilah perintah-Nya: Supaya kita percaya kepada nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. (1 Yohanes 3:23)

Apakah ketika anak kita lahir, kita akan berkata kepadanya, "Anakku, aku bersukacita atas kelahiranmu. Aku mau kamu menunjukkan kasihmu kepadaku. Untuk itu, inilah peraturan-peraturan yang harus kautaati. Kalau kamu tidak setia melakukannya, aku tidak akan mengakuimu lagi sebagai anak"? Namun, tidak sedikit orang percaya yang mengira bahwa Bapa berkata demikian ketika Dia menjadikan kita sebagai anak-Nya. Kita mengira, kita harus menaati berbagai peraturan dan kewajiban agar Bapa tetap berkenan kepada kita.

Rasul Yohanes menunjukkan, kerinduan Bapa sesungguhnya tidaklah pelik dan rumit. Alih-alih membebani kita dengan berbagai peraturan dan kewajiban, Dia menginginkan agar kita hidup dalam iman dan kasih. Percaya mengacu pada iman terhadap segala pekerjaan yang sudah diselesaikan Kristus bagi kita. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik dan amal ibadah kita, melainkan semata-mata karena anugerah penebusan-Nya. Kita perlu terus-menerus berpegang teguh pada kebenaran ini. Selanjutnya, sebagai buah dari kepercayaan ini, kita dimampukan untuk memperlakukan orang lain sama seperti Kristus memperlakukan kita: mengasihi mereka --termasuk orang yang memusuhi kita-- dengan kasih-Nya.

Kita perlu senantiasa ingat bagaimana Allah memperlakukan kita, merengkuh kita yang berdosa menjadi anak-Nya. Selanjutnya, sama seperti Dia mengasihi kita, biarlah Dia menyatakan kasih-Nya melalui kita kepada orang-orang di sekitar kita, khususnya mereka yang menyulitkan kita. --ARS

BIARLAH HARI-HARI KITA DIGERAKKAN OLEH DUA HAL INI:
KEPERCAYAAN KEPADA ALLAH DAN KASIH KEPADA SESAMA.

1 Yohanes 3:19-24
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Perhatikanlah konteks!

Perempuan dengan rambut digerai dan acak-acakan serta laki-laki dengan kepala botak biasa terdapat dalam ibadah ekstatik terhadap dewa-dewa Timur. Ini kontras dengan perempuan Yahudi yang menutup kepala dengan tudung.

Kehidupan baru dalam Roh membawa kemerdekaan dan kesederajatan bagi laki-laki dan perempuan untuk sama-sama berpartisipasi aktif dalam komunitas Kristen mula-mula. Namun, dalam rangka pemberitaan Injil, Paulus menganjurkan perempuan supaya tidak sama dengan perempuan dalam ibadah ekstatik yang memberi kesan kegilaan dan kemabukan. Tujuan Paulus ialah ketertiban dan sifat misioner komunitas Kristen.

Paulus menyoroti soal rambut di kepala perempuan bukan karena persoalan gender atau karena peraturan Kristen, tetapi untuk kepentingan pekabaran Injil oleh gereja mula-mula. Ibadah Kristen harus berlangsung dengan tertib dan teratur supaya tidak menjadi sumber penolakan bagi orang Yahudi terhadap Injil Kristus. Untuk mempertegas tentang rambut perempuan supaya sungguh-sungguh mendapat perhatian, Paulus memakai contoh hubungan Allah-Kristus, dan laki-laki-perempuan. Allah dan Kristus berada dalam hubungan setara, demikian pula laki-laki dan perempuan. Keduanya saling memberi kemuliaan oleh yang satu kepada yang lain (2-10, 13-16). Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan menurut gambar Allah dan keduanya berasal dari Allah (11-12).

Nas ini bukan ditujukan hanya kepada para perempuan, tetapi kepada semua orang Kristen. Konteks zaman itu berbeda dengan konteks sekarang. Waktu itu rambut perempuan dapat menjadi masalah dan batu sandungan. Perhatikanlah konteks sekarang! Apa sajakah hal-hal di sekitar kita yang dapat mengganggu ketertiban dalam ibadah serta dapat menjadi sumber penolakan orang kepada Kristus? Kesaksian kita merupakan bagian penting dari ibadah. Kesaksian iman kita dapat menjadi sandungan bila jatuh menjadi kesombongan iman. Maka berhati-hatilah, jangan sampai menghalangi orang datang kepada Kristus!

1 Korintus 11:2-16
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 06 Mei 2013

Jangan mendua hati

Bagaimana perasaan kita ketika orang yang sangat kita cintai tiba-tiba berselingkuh? Pasti perasaan sakit hati, cemburu, marah, kecewa, dsb., bercampur aduk dalam hidup kita. Lalu, bagaimana perasaan Tuhan ketika kita menduakan diri-Nya? Dalam teks ini, Paulus menegaskan bahwa Tuhan marah dan cemburu (22). Karena sejak awal Dia tidak ingin ada allah lain dalam hidup kita (bdk. Kel. 20:3).

Di satu sisi, jemaat Korintus percaya kepada Kristus. Di sisi lain lingkungan yang penuh penyembahan berhala menyebabkan situasi yang sulit. Dengan tegas Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menjauhi penyembahan berhala (14). Jemaat Korintus sudah disatukan kepada Kristus melalui perjamuan kudus sebagai lambang penebusan Kristus (16-17). Mereka tidak perlu lagi mengikuti perjamuan para penyembah berhala. Mereka dapat belajar dari nenek moyang Israel yang mendua hati dengan menyembah Allah sekaligus berhala, yang mengakibatkan Allah murka dan menghukum mereka (18-22).

Jika demikian, apakah orang yang percaya kepada Kristus boleh menikmati makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala? Jawaban Paulus bersifat dialektis. Jikalau makanan tersebut benar-benar sebagai alat untuk penyembahan berhala, maka Paulus melarang keras untuk menikmatinya karena sama saja dengan mengakui keberadaan roh jahat di balik berhala (19-20; 28-29a)). Akan tetapi, jikalau makanan tersebut tidak berkaitan dengan penyembahan berhala maka dapat dimakan untuk kebutuhan jasmani (25-27). Prinsip ini yang Paulus gunakan dalam menghadapi 'dilema' seperti itu: pertama, selalu menguji hati nurani agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (29, 32); kedua, mengucap syukur kepada Tuhan (30); ketiga, semuanya dipergunakan hanya untuk kemuliaan Tuhan (31). Paulus kemudian mengajak mereka melihat dirinya sebagai teladan sebagaimana ia sendiri meneladani Kristus (10:33-11:1). Prinsip Paulus tetap sama dengan pasal 8, yaitu ujung dari semua perbuatan kita haruslah demi kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan orang lain.

1 Korintus 10:14-11:1
Powered by Telkomsel BlackBerry®

BUKAN SEKADAR KATA

Nats: Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur melalui Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kolose 3:17)

Joyce Meyer, penulis dan pengkhotbah televisi, suatu saat bersama suaminya, Smith, mengunjungi restoran favorit mereka. Setelah memesan menu, seorang pelayan membawa baki berisi pesanan mereka. Tanpa disengaja baki itu tumpah dan isinya menimpa Smith yang saat itu mengenakan jas kesukaannya. Smith yang sial itu tersenyum sambil berkata, "Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja." Joyce turut membantu dan membereskan makanan dan minuman yang berceceran di lantai dan di tubuh Smith sambil tetap bersikap ramah. Bukan hanya itu, mereka berdua menemui pemilik restoran, meminta agar ia tidak memecat pelayan yang baru saja bertindak ceroboh itu.

Melihat tanggapan Joyce dan suaminya, pelayan itu membungkuk untuk meminta maaf dan berkata, "Saya sungguh-sungguh minta maaf. Saya baru bekerja di sini. Saya gugup dan merasa seperti bermimpi ketika bertemu langsung dengan Ibu. Saya selalu mengikuti khotbah Ibu di televisi setiap hari." Ya, kira-kira apa yang akan terjadi seandainya Joyce dan suaminya bersikap sebaliknya? Tak ayal semua khotbahnya yang didengar pelayan itu melalui televisi akan menjadi sia-sia. Dan, pelayan itu akan mengingat Joyce sebagai seorang pengkhotbah yang munafik.

Kadang-kadang Allah menguji integritas dan bobot perkataan kita melalui peristiwa yang tidak disangka-sangka. Tanggapan kita terhadap peristiwa itu menunjukkan kualitas karakter kita yang sesungguhnya. Karena itu, hendaklah kita melakukan segala sesuatu dengan mata yang tertuju kepada Allah. Kiranya kita tidak terpeleset ke dalam sikap yang memalukan. --PRB

SIKAP DAN PERILAKU KITA ADALAH ILUSTRASI KHOTBAH YANG PALING EFEKTIF.

Kolose 3:5-17
Powered by Telkomsel BlackBerry®

HATI YANG MIRING

Nats: Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. (1 Raja-raja 11:4)

Jatuh cinta, berjuta rasanya... Syair lagu ini populer pada era 1970-an. Lagu itu menggambarkan betapa cinta bisa menjungkirbalikkan perasaan orang yang mengalaminya. Jatuh cinta memang merupakan perasaan yang sangat kuat. Kebiasaan, tabiat, dan minat seseorang dapat berubah olehnya. Kita tidak bisa mencegah diri kita jatuh cinta. Namun, benarkah dorongan cinta tidak dapat dikendalikan? Apakah jatuh cinta harus diikuti dengan pernikahan?

Raja Salomo juga jatuh cinta. Bukan hanya terhadap seorang perempuan, melainkan banyak, dan mereka adalah perempuan asing (ay. 1). Padahal, Tuhan sudah melarang orang Israel menikahi perempuan yang bukan bangsanya sendiri (ay. 2). Tujuannya adalah agar mereka tetap setia kepada Tuhan yang esa (ay. 2). Sedemikian banyak istri dan gundiknya itu (ay. 3) sampai-sampai akhirnya Salomo terseret hatinya menyembah ilah lain. Dengan mendirikan bukit pengurbanan untuk para dewa yang menjijikkan, ia menyakiti hati Tuhan yang telah begitu baik kepadanya. Ia memilih untuk menyenangkan hati para istrinya daripada menyenangkan hati Tuhan.

Apakah saat ini kekasih Anda berpotensi mengalihkan kecintaan Anda pada Tuhan? Adakah seseorang mencuri hati Anda sedemikian rupa sehingga Anda mulai berpikir untuk meninggalkan iman Anda? Ingatkan kembali diri Anda akan kebaikan-Nya. Jangan khianati Dia yang telah menyerahkan hidup-Nya kepada Anda. Tuhan mengasihi Anda dengan kasih yang sempurna. Sepatutnyalah kita berpaut dengan sepenuh hati kepada-Nya. --HEM

BIARLAH KITA JATUH CINTA DENGAN SEPENUH HATI KEPADA TUHAN
SEHINGGA KEHIDUPAN KITA PUN MEMULIAKAN NAMA-NYA.

1 Raja-raja 11:1-14
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tetap teguh di tengah pencobaan

Apa hubungan pasal 10 ini dengan dua pasal terdahulu? Pasal 10 berfokus pada bahaya penyembahan berhala yang kontras dengan iman Kristen (1-13, 14-22), lalu kembali ke masalah makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala (23-33).

Demi mengejar kuasa, jabatan, dan harta, tidak jarang ada orang percaya yang rela menyangkal Kristus. Begitu juga saat ada tekanan, kekhawatiran, kecemasan, kepahitan dan persoalan hidup, ada saja orang Kristen yang mencari jalan keluar dengan mengandalkan kekuatan diri. Lalu bagaimana sikap yang benar dalam menghadapi cobaan hidup?

Paulus mengingatkan orang percaya di Korintus untuk tetap teguh di tengah begitu banyak badai pencobaan yang menghadang perjalanan hidup mereka. Orang percaya sedang terjepit karena berada di tengah-tengah orang yang menyembah berhala. Mereka menjadi bimbang dan ragu untuk mengikut Kristus. Paulus menguatkan mereka dengan mengingatkan kembali bagaimana Tuhan dahulu memelihara dan menuntun perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir (1-4). Namun, mereka tidak setia kepada Tuhan dengan menyembah berhala (7), berbuat cabul (8), mencobai Tuhan (9) dan bersungut-sungut kepada-Nya (10). Akibatnya, Tuhan marah dan membuat mereka menderita bahkan mati semua di padang gurun, kecuali Yosua dan Kaleb (5; bdk. Bil. 26:65). Perilaku buruk nenek moyang Israel dan dampaknya menjadi pelajaran bagi orang percaya di Korintus (6, 11).

Tidak seharusnya orang percaya gagal dalam pencobaan seperti yang dialami umat Israel. Pencobaan mereka berkaitan dengan hal sehari-hari. Tuhan tidak akan memberikan pencobaan yang melampaui kekuatan mereka dan selalu ada jalan keluar bagi setiap pencobaan (13).

Sebagai orang percaya, kita senantiasa menghadapi berbagai cobaan. Janganlah kita kalah terhadap cobaan. Sebaliknya, mari kita melawan cobaan karena Yesus, sang "batu karang rohani", yang telah mencurahkan darah-Nya bagi keselamatan kita, akan setia bersama kita selalu (4).

1 Korintus 10:1-13
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TETAP BERDIRI

Nats: Melalui Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman ke dalam anugerah ini. Di dalam anugerah ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5: 2)

Setelah Israel Houghton menyanyikan refrain lagu Still Standing, ia menggunakan waktu jeda untuk menjelaskan maknanya kepada penonton. Still Standing bukan mengacu pada seseorang yang tetap berdiri tegak karena tidak ada masalah yang melanda hidupnya. Ia menggambarkan kondisi "tetap berdiri" itu seperti boneka balon yang ada pemberat di bagian kakinya. Saat dipukul dengan keras, boneka itu akan terpelanting, tetapi akan segera memantul bangkit lagi.

Kehidupan juga dapat memukul kita dengan keras, tetapi anugerah Allah --seperti pemberat pada boneka balon itu-- akan menopang kita untuk tetap berdiri. Tanpa anugerah-Nya dapatkah kita tetap berdiri tegak? Tanpa kaki yang berakar dan berdasar dengan kuat di dalam anugerah-Nya, tak ayal kita gampang jatuh tersungkur ketika sedikit saja masalah menimpa hidup kita. Ibarat fondasi kokoh yang menopang rumah dari terpaan badai, anugerah memungkinkan kita menjalani hidup di tengah segala situasi. Di tengah berbagai kesukaran pun, kita dapat tetap bermegah (ay. 3) karena kita bisa mengalami kemenangan atas kesengsaraan melalui penyertaan-Nya.

Lebih dari itu, melewati penderitaan dengan penyertaan anugerah-Nya akan membuat karakter kita semakin terasah. Karakter kita akan terbentuk. Kita bertumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan ketekunan, ketahanan, dan pengharapan (ay. 3-4). Dan melalui tempaan itu, kita akan semakin dimampukan untuk dapat menerima dan menghargai hal-hal yang bersifat kekal. --GDO

KITA TETAP BERDIRI BUKAN KARENA KITA KUAT,
MELAINKAN KARENA DIA TETAP MENOPANG KITA.

Roma 5:1-11
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 02 Mei 2013

PANGGILAN MELAYANI

Nats: Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (Yeremia 1:7)

Bayangkan Anda tengah berada dalam krisis multidimensional berskala nasional, dan Tuhan memanggil Anda untuk menjadi nabi-Nya bagi bangsa-bangsa (ay. 4), sebuah pelayanan lintas negara. Anda dipanggil untuk menyampaikan berita yang berdampak bagi bangsa yang terancam (Yehuda) dan yang mengancam (Babel). Ini sebuah kepercayaan yang amat besar, sekaligus sebuah tugas yang jauh dari sepele!

Jika pada awalnya Yeremia tampak gentar, tentulah kita dapat memahaminya. Untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa di tengah suasana genting seperti itu, tentu dibutuhkan seseorang yang berpengalaman, matang, mantap, sudah terbukti dan teruji validitasnya. Siapa yang mau mengambil risiko dengan menempatkan seseorang yang masih hijau? Yeremia pun tampaknya tahu diri sehingga ia berusaha mengelakkan panggilan itu. Namun, panggilan Tuhan memang melampaui perhitungan manusia. Dalam perspektif-Nya, kemudaan dan kekurangpiawaian wicara bukan alangan. Dalam misteri panggilan-Nya, Tuhan bahkan sudah mengenal dan menguduskan Yeremia sebelum ia hadir di rahim ibunda (ay. 4)! Bukan hanya memilih, Tuhan juga menyertainya. Dalam ay. 7-10, setidaknya ada lima kata kerja yang menyatakan penyertaan Tuhan.

Bukankah itu suatu penegasan yang kuat bahwa jika Tuhan memanggil kita untuk bekerja, Dia sendiri turut bekerja melalui pekerjaan kita? Indah, bukan? Bagaimana dan apa tanggapan kita terhadap panggilan Tuhan dalam konteks kita masing-masing? Apakah jawaban Anda? --DKL

TUHAN TIDAK PERNAH MELEPASKAN KITA SEORANG DIRI;
DIA SENANTIASA MENYERTAI KITA DALAM MENJALANKAN PANGGILAN-NYA.

Yeremia 1:4-19
Powered by Telkomsel BlackBerry®

KETIKA JAUH

Nats: Sebab itu, kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia. (Efesus 4:17)

Arman menangis. Di depan konselornya ia bercerita telah sangat jauh dari Allah. Jatuh sangat lama pada kebiasaan dosa. Ia menyesal, ingin berubah. Namun ia tidak tahu dari mana harus memulai. Ia merasa sudah tidak mengenal jalan untuk kembali.

Paulus mengingatkan, ada kebiasaan hidup manusia lama yang harus ditanggalkan. Ia menyebutkan beberapa indikasinya: pikiran yang sia-sia, pengertian yang gelap, jauh dari persekutuan dengan Allah, dan perasaan yang tumpul (ay. 17-19). Sekalipun kita sudah belajar mengenal Kristus, namun tanpa pengertian yang benar, kita masih dapat berjalan dengan pola pikir dan cara hidup manusia lama.

Pikiran yang sia-sia mengacu pada pemikiran yang kurang bermoral. Pengertian yang gelap mengacu kepada pikiran yang diselubungi kegelapan sehingga tidak dapat memahami terang kebenaran. Jauh dari persekutuan dengan Allah, dalam beberapa terjemahan, berarti terpisah dengan Allah, terasing, menjadi orang lain sehingga kita tidak mengenali Allah lagi. Sedangkan perasaan yang tumpul sama artinya dengan tidak peka lagi dengan dosa.

Manakah dari keterangan di atas yang menggambarkan keadaan kita? Sudah seberapa jauhkah kita menyimpang? Apakah kita semakin membelakangi Allah? Allah menghendaki agar kita, sebagai umat yang telah ditebus, untuk berhenti, menanggalkan gaya kehidupan lama, berbalik, dan mulai membangun sifat-sifat manusia baru hari demi hari (ay. 25-32). Sebagai manusia baru, kenakanlah "pakaian" baru! --MRT

ALLAH TELAH MEMBERI ANDA IDENTITAS SEBAGAI MANUSIA BARU;
KENAKANLAH "PAKAIAN" YANG SEPADAN DENGAN KEHIDUPAN BARU ITU.

Efesus 4:17-32
Powered by Telkomsel BlackBerry®