Selasa, 27 Agustus 2013

SAI BUMI RUWA JURAI

Nats: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9)

Seusai dialog "Damailah Lampungku" di Bandar Lampung, muncul tekad yang kuat untuk membangun perdamaian di Lampung. Daerah ini dijuluki "Sai Bumi Ruwa Jurai", yang berarti satu bumi dua suku. Dialog itu diharapkan dapat mencegah konflik komunal terulang pada masa yang akan datang. Tentu saja, dialog saja tidak cukup. Diperlukan niat yang kuat dari seluruh warga untuk membawa damai di daerahnya.

Apakah arti damai bagi kita? Kata "damai" dalam bahasa Ibrani adalah shalom, yang mengandung makna sejahtera, sehat, dan makmur. Damai adalah segala sesuatu yang membuat dan membawa kebaikan bagi manusia. Damai adalah kenikmatan atas segala kebaikan. Membawa damai, dengan demikian, berarti berbuat sesuatu sehingga orang lain dapat menikmati kebaikan. Membawa damai berarti membawa atau berbuat kebaikan bagi sesama. Membawa damai berarti mengambil risiko untuk disalahmengerti, bahkan terkadang usaha kita tidak dihargai dan belum tentu berhasil. Mengapa anak-anak Allah dipanggil untuk menjadi orang yang membawa damai? Karena mereka melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah sehingga tindakan mereka mencerminkan karakter Allah, Sang Raja Damai.

Kita sebagai anak Allah diharapkan berperan aktif untuk membawa damai di bumi pertiwi, Indonesia. Perbedaan seharusnya memperkaya kita sehingga bisa saling melengkapi. Tuhan menciptakan kita tidak sama, tetapi bisa menjadi sesama bagi orang lain sehingga orang lain dapat menikmati kebaikan kasih Allah karena kehadiran kita. --Eddy Nugroho

KEBAIKAN ADALAH BAHASA YANG DAPAT DIDENGAR ORANG TULI
DAN DIPAHAMI ORANG BODOH. ­ANONIM

Matius 5:1-12

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 23 Agustus 2013

TIADA ULANGAN WAKTU

Nats: Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif... (Efesus 5:15)

Kebanyakan arloji berbentuk bulat. Akibatnya, sebagian orang berpikir bahwa waktu itu terus berulang seperti jarum jam yang berputar pada sumbunya. Padahal, waktu berjalan seperti garis lurus, dan tidak pernah kembali ke titik yang sudah dilewatinya. Pukul 09.00 hari ini tentu berbeda dari pukul 09.00 kemarin, berbeda lagi dari pukul 09.00 besok. Kita tidak pernah dapat mengulangi waktu yang sudah berlalu, bahkan satu detik sekalipun.

Di dunia ini semakin banyak kesempatan untuk berbuat dosa: kebiasan bergosip, mengakses pornografi di internet, mabuk, dan sebagainya --hal-hal yang bahkan menyebutkannya saja sudah memalukan (ay. 12-15). Kita diperintahkan untuk tidak ikut melibatkan diri di dalamnya (ay. 11). Kita perlu bersikap bijaksana, supaya tidak terhanyut oleh arus, mengikuti perbuatan orang yang tidak taat kepada Tuhan. Kita perlu mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita, dan kemudian mempergunakan setiap waktu yang ada untuk mewujudkan kehendak-Nya tersebut (ay. 16-17). Dengan demikian kita mempertanggungjawabkan waktu yang Tuhan karuniakan kepada kita.

Kita dapat memeriksa dengan jujur kebiasan kita selama ini dalam mempergunakan waktu. Seberapa banyak yang kita lakukan untuk hal produktif yang berguna baik bagi diri sendiri maupun sesama? Masihkah ada waktu yang kita gunakan untuk hal yang sia-sia, yang mungkin nikmat saat dilakukan, tapi menyisakan penyesalan sesudahnya? Ingatlah, waktu tidak dapat diulang; hargailah setiap detik yang kita alami. --Ulbrits Siahaan

WAKTU ITU SEPERTI PISAU BERMATA DUA,
DAPAT DIPAKAI UNTUK MENYUKAKAN ATAU MENDUKAKAN HATI TUHAN.

Efesus 5:11-17

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 22 Agustus 2013

PERENCANAAN ORANG PERCAYA

Nats: Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu. (Yakobus 4:15)

Semua orang melakukan perencanaan, namun tidak semua orang mampu menyusun rencana secara efektif. Kita pun kerap mendengar perkataan ini, "Gagal merencanakan adalah merencanakan untuk gagal." Perencanaan, dengan demikian, persoalan yang penting. Bagaimana hal ini dipandang dalam iman Kristen?

Yakobus mencontohkan perencanaan seorang pedagang yang congkak. Pernyataan pedagang itu menyatakan bahwa ia berkuasa akan hari esok, perjalanan, bahkan laba yang akan ia dapatkan (ay. 13). Masalah utamanya: ia tidak sadar akan kefanaan manusia. "Uap" menggambarkan sesuatu yang tidak tinggal tetap, melainkan hanya hadir dalam hitungan detik, dan selanjutnya tidak kelihatan lagi. Maksudnya, kehidupan manusia itu datang dan pergi secara tidak terduga. Ada yang terlihat sehat, ternyata esoknya meninggal; ada yang sakitsakitan, namun ajal tidak kunjung menjemput. Jadi, kita tidak dapat menyusun rencana secara congkak. Dalam terjemahan Alkitab versi Raja James, kecongkakan semacam itu dikecam sebagai "kejahatan" (ay. 16).

Mungkin kita berpikir bahwa kemampuan dan pengalaman yang kita miliki akan memungkinkan kita meraih sukses dalam pekerjaan dan mengalami taraf hidup yang lebih baik. Tetapi, bagaimanakah sikap kita bila perencanaan kita gagal? Apakah kita sambil bersungut-sungut berkata, "Okelah, Tuhan, jadilah kehendak-Mu" ataukah dengan lega dan secara sadar kita berkata, "Jadilah kehendak-Mu"? Hal itu menunjukkan apakah kita memperhitungkan Allah dalam perencanaan kita atau tidak. --Vincent Tanzil

MENYUSUN RENCANA DALAM IMAN BERARTI MENYUSUN RENCANA
DENGAN MENGANDALKAN PENYERTAAN TUHAN.

Yakobus 4:13-17

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 19 Agustus 2013

MENULISKAN KARYA KRISTUS

Nats: Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. (Yohanes 21:25)

Sebelumnya, kesaksian Yohanes dalam Yohanes 21:25 ini sama sekali tak berkesan bagi saya. Tiap kali membaca bagian ini, saya selalu melewatkannya begitu saja. Sampai suatu ketika, dalam pelatihan menulis renungan, saya berwaktu teduh dengan menggunakan bacaan yang terbilang pendek ini. Momen kebersamaan dengan para penulis kristiani memberikan makna yang indah sekaligus menggetarkan bagi saya.

LAI menjuduli perikop ini "Kata Penutup". Ya, kata penutup atas seluruh tulisan Yohanes tentang perjalanan pelayanan Yesus di dunia. Yohanes telah mengalami dan menjalani hidup bersama Yesus --bahkan ia disebut sebagai murid yang dikasihi.Namun demikian, Yohanes menyadari bahwa tulisannya itu hanyalah catatan pendek dan singkat atas pelayanan Yesus. Dan, andaikan ia punya waktu untuk menuliskan semuanya, ia pun mengakui bahwa "jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu" (ay. 25). Pernyataan ini tepat dan memuat kebenaran. Ini bentuk pujian yang layak mengenai perbuatan-Nya, Sang Firman Allah, di dunia.

Media tulisan adalah salah satu media yang sangat efektif dalam menjangkau dunia bagi Kristus. Tak selalu harus berupa buku; kini tersedia media online yang memungkinkan perluasan penyebaran pesan lewat tulisan. Siapa saja dapat mengambil bagian, menjadi saksi tentang Yesus dan karya-karya-Nya. Kita dapat memaksimalkan penggunaan media itu untuk memenuhi dunia ini dengan kebesaran dan kebenaran Kristus. --Sunandar

DUNIA TAK DAPAT MENAMPUNG BANYAKNYA KISAH TENTANG YESUS DI DUNIA,
MAKA TERUSLAH MENCERITAKAN-NYA SEPANJANG USIA.

Yohanes 21:24-25

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 18 Agustus 2013

TETAP TERTAWA!

Nats: Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan... namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN... (Habakuk 3:17-18)

Ada hal yang menarik setiap kali musim hujan tiba. Berita tentang bencana banjir di berbagai kota hampir setiap hari menghiasi layar televisi. Penduduk memperlihatkan wajah cemas dan panik ketika air mulai menggenangi rumah mereka. Ada yang terpaksa naik ke bubungan atap rumah karena takut. Uniknya, sementara kebanyakan orang tampak begitu khawatir, puluhan anak kecil justru tampak berbeda. Mereka terlihat begitu senang menikmati datangnya banjir. Ya, air yang menggenangi jalan-jalan di sekitar rumah mereka jadikan sebagai arena bermain yang mengasyikkan. Mereka berenang, main perahu, sembari tertawa-tawa.

Awalnya, Nabi Habakuk begitu panik dan menyatakan kekecewaannya kepada Tuhan atas masalah yang ia alami. Dalam kepanikannya ia mencoba berseru kepada Tuhan: "Mengapa semua ini harus terjadi? Bukankah aku telah begitu setia kepada-Mu? Mengapa kejahatan terus saja terjadi dan tidak berhenti?" (Hab. 1:2-3). Tuhan pun memberinya hikmat melalui penglihatan tentang mengapa masalah itu harus terjadi. Jawaban Tuhan itu mengubah pandangan Habakuk. Ia tidak lagi mengeluh, sebaliknya ia bersorak-sorak di dalam Tuhan dan beria-ria di dalam Dia yang menyelamatkannya (ay. 18).

Anak-anak tidak pernah mengkhawatirkan masalah yang terjadi di sekitarnya. Mengapa? Bisa jadi karena ia percaya kepada orangtua yang akan melindunginya. Bagaimana dengan Anda? Apakah keyakinan kepada Allah membuat Anda tetap bersyukur, bersorak-sorak, dan bersukacita meski bertubi-tubi masalah mendera Anda? --Samuel Yudi Susanto

JIKA ANDA MEMPERCAYAI ALLAH,
MASALAH BUKAN LAGI SESUATU YANG MENAKUTKAN.

Habakuk 3:1-19

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 15 Agustus 2013

MESIN WAKTU

Nats: Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merekarekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:20)

Salah satu teknologi fiksi ilmiah yang paling terkenal adalah mesin waktu. Dengannya, orang bermimpi bisa mengintip apa yang terjadi pada masa depan atau untuk mengubah peristiwa masa lalu yang kita sesali. Menariknya, secara teori fisika, mesin waktu bisa dibuat, khususnya untuk "pergi" ke masa depan. Namun demikian, untuk sekarang, kita harus bisa menerima fakta bahwa masa lalu tidak bisa diubah dan masa depan hanya bisa kita bayangkan.

Syukurlah, bahwa sebagai umat Allah, fakta ini tidaklah menakutkan karena karakter Allah yang terungkap dalam pernyataan Yusuf. Kisah Yusuf ini mengandung setidaknya dua aspek. Pertama, mendorong kita untuk tidak terjebak dalam penjara masa lalu. Apa pun kesalahan atau keburukan yang terjadi, bukan berarti hidup kita selamanya buruk. Bahkan kesalahan masa lalu dapat Allah pakai untuk mendatangkan kebaikan. Ini yang terjadi pada saudara-saudara Yusuf. Mereka memiliki masa lalu yang buruk ketika mereka menjual Yusuf. Tetapi, mereka mengakui kesalahan itu dan melangkah maju. Melaluinya, kehidupan mereka sekeluarga terpelihara di tengah kelaparan yang melanda.

Kedua, mendorong kita untuk tidak mendendam pada orang lain. Kita perlu percaya bahwa hal itu terjadi dalam kontrol Allah demi kebaikan kita. Ini yang dilakukan Yusuf. Ia tidak mau terpenjara dalam kemarahan dan kepahitan kepada saudara-saudaranya. Ia mengampuni mereka, membuka pintu rekonsiliasi. Maukah kita juga melepaskan masa lalu seperti mereka? --Alison Subiantoro

LEPASKAN MASA LALU,
MELANGKAHLAH KE MASA DEPAN YANG GEMILANG.

Kejadian 50:15-21

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 08 Agustus 2013

MATA GANTI MATA

Nats: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44)

Pada 2008 pengadilan di Iran menjatuhkan kepada Majid Movahedi hukuman berupa penyiraman cairan asam untuk membutakan matanya. Itulah hukuman yang setimpal untuknya karena ia telah menyiramkan cairan asam ke wajah Bahrami, perempuan yang menolak pinangannya. Namun, beberapa menit menjelang hukuman dilaksanakan, Bahrani meminta hukuman itu dibatalkan. Ia menganggap balas dendam "mata ganti mata" semacam itu tidak pantas.

Keadilan macam apa yang diperoleh dari hukum "mata ganti mata dan gigi ganti gigi"? Banyak orang akan buta dan ompong. Yesus mengajarkan hukum yang baru: mengasihi dan memberkati mereka yang menganiaya kita. Paulus turut menegaskannya: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21). Mengapa? Kejahatan itu sampah. Orang yang berbuat jahat sedang memproduksi sampah, dan orang yang menyimpan dendam atas kejahatan orang lain menyimpan sampah itu. Keduanya sama-sama rugi.

Tidak ada cara untuk membersihkan diri dari sampah kejahatan yang busuk kecuali membuangnya. Caranya dengan mengampuni dan berbuat baik. Mengapa? Pengampunan dan perbuatan baik adalah anugerah ilahi, bukan karakter asli hasil usaha manusia. Ketika kita membiarkan anugerah ilahi pengampunan dan perbuatan baik itu bekerja dalam diri kita, luka batin kita akan dibebat dan disembuhkan Allah. Dan pada saat yang sama, kita sedang membuka kesempatan pintu pertobatan bagi si pelaku kejahatan. Mau mencoba membuktikan kebenarannya? Silakan! --Susanto

SAMPAH BUKAN UNTUK DISIMPAN, MELAINKAN HARUS DIBUANG DAN DIBAKAR.
KEJAHATAN JUGA PERLU DIGANTIKAN DENGAN PENGAMPUNAN DAN KEBAIKAN.

Matius 5:38-48

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 06 Agustus 2013

ALLAH YANG DERMAWAN

Nats: Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Matius 20:15)

Salah satu alasan mengapa saya sangat bersyukur sebagai umat Allah adalah karena saya menyembah Allah yang murah hati. Bagi saya secara pribadi, rasanya tidak ada Allah yang begitu murah hati kepada umat-Nya selain Bapa Surgawi yang kita kenal di dalam nama Yesus. Melalui perumpamaan tentang orang upahan di kebun anggur, kita akan belajar mengenai kemurahan hati Allah kita.

Dalam perumpamaan tersebut, diceritakan adanya masalah ketika para pekerja menerima pembagian upah atas hasil kerja mereka. Mereka yang bekerja lebih dahulu merasa keberatan karena upah mereka sama dengan pekerja yang hanya bekerja selama satu jam. Namun, pemilik kebun anggur menegaskan bahwa ia bukan berlaku tidak adil dalam hal ini karena sebelumnya mereka sudah sepakat menerima upah satu dinar sehari. Kemurahan hatinya itu, yang sukar dipahami oleh para pekerja yang terdahulu, tentulah sangat disyukuri oleh pekerja terakhir yang hanya satu jam berkeringat.

Berbicara mengenai sifat Allah yang murah hati, Alkitab juga mencatat bahwa Allah kita menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik. Dia juga menurunkan hujan bagi orang benar maupun orang yang tidak benar (band. Mat. 5:45). Kasih di dalam diri-Nya membuat Allah bermurah hati terhadap ciptaan-Nya.

Jika Allah begitu murah hati terhadap ciptaan-Nya, seyogyanya umat-Nya juga menerapkan gaya hidup murah hati dalam hidup keseharian. Biarlah dunia melihat bahwa Allah kita murah hati melalui perbuatan kita. Mari bermurah hati! --Widodo Surya Putra

ORANG KRISTEN YANG BERMURAH HATI SEDANG MEMANCARKAN
KEPADA DUNIA KARAKTER BAPANYA YANG MURAH HATI.

Matius 20:1-16

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 03 Agustus 2013

FIRMAN YANG HIDUP

Nats: Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun. (Ibrani 4:12)

Konon, seorang pria mengajukan permintaan untuk memperoleh Alkitab dari The Gideons. Menurutnya, kertas Alkitab itu sangat cocok dan sempurna untuk dipakai melinting tembakaunya. Lembaga itu meluluskan permintaannya. Pria tadi pun benar-benar memakai kertas buku itu untuk merokok. Namun sebelum melinting tembakau, ia selalu membaca lembaran yang akan dipakainya -- bagian depan dan belakang. Begitulah, si pria terus memakai lembaran kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Sampai akhirnya, ia membaca Yohanes 3:16, berhenti lama di situ, dan menyerahkan hatinya kepada Kristus.

Kisah humor di situs Sermon Central ini menggambarkan bahwa Alkitab itu bukan buku biasa. Ya, sumber penulisannya bukan hikmat manusia, melainkan hikmat Allah sendiri. Alkitab bukan kumpulan ajaran manusia, melainkan kebenaran Allah. Maka, bagi setiap orang yang mau percaya, kuasa firman Allah akan sanggup menyelamatkannya. Benar, firman Allah itu berkuasa. Penulis kitab Ibrani menyebutnya hidup dan kuat. Karena itu, firman Allah sanggup mengubahkan hidup seseorang -- bahkan membuatnya berbalik dari hidupnya yang lama, dan menerima hidup baru yang dianugerahkan Allah!

Peganglah hal ini: bahwa Firman Allah itu hidup dan berkuasa. Bacalah dengan setia. Pelajarilah dengan hati terbuka. Alamilah hubungan yang hidup dengan Firman itu. Izinkan Tuhan membentuk ulang sisi-sisi hidup kita sesuai dengan firman-Nya. Mengubahkan hidup kita. Bahkan menjadi benar-benar baru, seperti yang Dia mau. --Agustina Wijayani

OLEH FIRMAN-NYA, TUHAN BISA MEMBUAT SESUATU DARI YANG TIDAK ADA.
OLEH FIRMAN-NYA, TUHAN BISA MENGUBAH KEBERADAAN KITA.

Ibrani 4

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 02 Agustus 2013

TIDAK TAHU

Nats: Ia menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" (Zakharia 4:13)

Buku Derek Williams, One in a Million, memuat kisah Bob. Pria ini tahu cerita tentang Yesus, kematian, dan kebangkitan-Nya. Ia membaca buku-buku yang mengupas hal itu, namun logikanya menolak percaya bahwa manusia dapat bangkit dari kematian. Pada 1984, ia bertemu langsung dengan penginjil terkenal, Billy Graham. Bob mengaku terkesan ketika Billy Graham mengaku bahwa banyak pertanyaan yang tidak ia ketahui jawabannya, sama seperti dirinya! "Kalau Billy Graham saja tidak tahu semua hal tentang kekristenan, kenapa aku harus tahu semuanya dulu baru percaya?" pikirnya. Bob pun akhirnya memutuskan untuk menerima Yesus.

Ketidaktahuan adalah hal yang lumrah. Bukan hanya Bob dan Billy Graham, bahkan nabi Zakharia pun tidak mengerti banyak hal. Dalam perikop hari ini, ia dua kali mengaku tidak mengerti tentang penglihatan yang ia alami dan meminta penjelasan. Dalam perikop sebelum dan sesudahnya, kita juga menemukan pengakuan serupa. Sebagai buah dari kejujurannya ini, malaikat memberitahukan makna penglihatan tersebut. Zakharia kemudian mampu menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel.

Sebagai manusia yang terbatas, kita tidak mungkin mengerti segala hal. Baik itu soal Kekristenan, ilmu pengetahuan, maupun kehidupan. Otak dan akses kita terhadap informasi terbatas. Karena itu, tidak perlulah kita menutup-nutupi ketidaktahuan tersebut dengan bersikap sok tahu. Lebih baik, dengan rendah hati kita mengakuinya dan meminta penjelasan supaya jadi mengerti. --Alison Subiantoro

LEBIH BAIK MENGAKU TIDAK TAHU SUPAYA MENJADI TAHU
DARIPADA SOK TAHU DAN TIDAK PERNAH TAHU.

Zakharia 4:1-14

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 01 Agustus 2013

SUNGGUH AMAT BAIK

Nats: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:31)

Jika kita menyimak berbagai macam fakta mengenai alam semesta yang Tuhan ciptakan, kita akan berdecak kagum. Ada banyak keindahan yang bisa kita nikmati tanpa harus membayar sepeser pun! Ada langit bertaburan bintang ketika cuaca cerah pada malam hari, cahaya yang menakjubkan ketika matahari terbit atau terbenam, beragam hewan dengan bentuk yang unik, dan masih banyak lagi. Sungguh ajaib ciptaan Allah itu!

Hari ini kita membaca rangkaian ayat yang cukup panjang mengenai sejarah penciptaan langit, bumi, dan segala isinya. Alkitab mencatat, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam" (ay. 31). Sungguh amat baik segala sesuatu yang Allah ciptakan! Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari mengatakan bahwa Allah memandang segala sesuatu yang telah dibuat-Nya itu, dan Ia sangat senang. Jika Allah menganggap segala sesuatu yang Dia ciptakan sungguh amat baik, sudah selayaknya apabila kita setuju dengan Dia. Kita juga patut bergembira karena Allah juga bergembira dengan semua karya-Nya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengucap syukur dan merasa senang dengan apa yang Allah perbuat bagi kita? Apakah kita bisa melihat sisi terbaik dari setiap kesusahan yang menimpa kita? Allah tidak pernah salah. Dia menciptakan segala sesuatu yang baik untuk alam ini; Dia juga menyediakan segala sesuatu yang baik untuk hidup kita pada saat ini, pada masa yang akan datang, bahkan sampai pada kekekalan. --Widodo Surya Putra

MENYAKSIKAN KEINDAHAN CIPTAAN ALLAH MENEGUHKAN
BAHWA DIA SENANTIASA MENYEDIAKAN YANG TERBAIK BAGI KITA.

Kejadian 1:1-31

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®