Jumat, 29 November 2013

TETAP PRIMA

Nats: Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir. (Filipi 2:12)

Ketika menonton salah satu episode Berpacu dalam Melodi di TVRI, saya terharu. Bintang tamunya Ernie Djohan, penyanyi yang telah 50 tahun malang-melintang di blantika musik Indonesia. Namun, masa keemasannya sudah lewat. Ia tak lagi memproduksi album baru. Saya bayangkan, ia sesekali hanya tampil di panggung kecil dari kota ke kota. Toh, mudah diduga, ia tekun menjaga kualitas suaranya. Terbukti malam itu ia tampil prima.

Paulus menasihati jemaat di Filipi agar tekun mengerjakan keselamatan. Menariknya, ia memberi catatan: terutama saat ia tidak hadir di antara mereka. Kita sudah dianugerahi keselamatan, dan dipanggil untuk hidup dalam iman selaras dengan anugerah-Nya. Bukan hanya ketika ada orang lain, namun juga ketika sendiri. Bukan hanya ketika keadaan baik, namun juga ketika keadaan tidak mendukung.

Saya jadi malu. Jujur, relatif lebih mudah saya hidup dalam iman ketika bersama dengan saudara seiman yang lain. Atau, saya baru giat belajar firman menjelang berkhotbah dalam suatu persekutuan. Namun, bagaimana saat tidak ada orang yang mengawasi saya? Saat tidak ada yang menolong dan menguatkan saya? Godaan untuk bersikap sembrono atau berputus asa mengetuk di muka pintu.

Seperti penyanyi profesional yang tekun menjaga kualitas suaranya, apakah saya tekun mengerjakan keselamatan dalam keadaan apa pun? Syukurlah, saya tidak perlu mengandalkan kekuatan sendiri. "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (ay. 13). --Arie Saptaji

       KITA DIPANGGIL UNTUK MENGERJAKAN KESELAMATAN BUKAN HANYA
         PADA MASA KEJAYAAN, NAMUN JUGA PADA MASA KESUNYIAN.

Filipi 2:12-18

e-RH Situs: http://renunganharian.net

 

Rabu, 27 November 2013

Bukan musimnya

Bacaan : Markus 11:12-14

Dalam perjalanan dari Betania ke Yerusalem bersama murid-murid-Nya, Yesus merasa lapar. Dari jauh, Dia melihat pohon ara yang rindang, lalu mendekatinya. Namun, ternyata Dia tidak mendapati buah di pohon itu. Yesus mengutuk bahwa tidak akan ada orang yang makan buahnya sampai selama-lamanya. Keesokan harinya, ketika mereka melintasi jalan yang sama, para murid terheran-heran menyaksikan bahwa pohon itu sudah kering sampai ke akar-akarnya. Uniknya, penulis Injil Markus mencatat bahwa saat itu bukanlah musim buah ara. Mengapa Yesus bertindak demikian?

Ketika musim semi tiba, pohon ara akan mengeluarkan daun-daun, sekaligus putik-putik yang bentuknya seperti buah kecil, yang dapat dimakan. Putik-putik ini akan rontok sebelum buah ara yang sesungguhnya keluar. Jika ada pohon ara yang mengeluarkan daun tetapi tanpa putik, berarti pohon itu tidak akan menghasilkan buah. Ia tidak akan berbuah selama-lamanya. Tidak ada gunanya ia hidup.

Banyak orang Kristen yang kelihatannya "rindang" dan melakukan berbagai rutinitas agama dengan rajin. Mereka sibuk dengan berbagai aktivitas kerohanian, namun hanya untuk memuaskan ego pribadi. Begitulah. Tanpa digerakkan oleh kasih, berbagai aktivitas tersebut hanya seperti daun-daun, bukan buah yang sejati (bandingkan dengan 1 Korintus 13:1-3). Padahal, kita hanya mungkin menghasilkan buah jika kita tinggal di dalam Kristus. Dialah yang akan mengalirkan kasih-Nya melalui kehidupan kita untuk mendatangkan kesejahteraan bagi sesama. --Hembang Tambun

            KITA TIDAK PERLU BERJUANG KERAS UNTUK BERBUAH;
         KITA PERLU BERJUANG UNTUK TINGGAL DI DALAM KRISTUS