Sabtu, 15 Maret 2014

KASIH DI SMOKEY MOUNTAIN

Nats: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu. (Ulangan 15:11)

Kunjungan singkat ke tempat pembuangan sampah terbesar di kota Manila, Filipina, yaitu Smokey Mountain yang dihuni 1.700 keluarga miskin, sungguh mendatangkan kesan tersendiri. Di sana ada kegiatan luar biasa yang dilakukan gereja lokal. Jemaat UCCP (United Church of Christ in Philipinnes) Tondo membuka sebuah taman kanak-kanak di salah satu sudut Smokey Mountain untuk mendidik dan membagikan harapan akan kesempatan memiliki masa depan yang lebih baik. Sebuah penerapan kasih yang nyata kepada sesama.

Perikop hari ini mengatur penghapusan utang dalam kehidupan bangsa Israel. Ini suatu bentuk keadilan dan pertolongan kepada sesama yang tidak sanggup untuk membayar utang. Firman Tuhan mengatakan pentingnya membuka tangan dan hati menolong mereka yang membutuhkan. Mereka yang kuat semestinya tidak menindas yang lemah, melainkan mengulurkan tangan untuk membantu.


Orang miskin selalu ada di sekitar kita dan mereka membutuhkan pertolongan. Tuhan hendak memakai kita untuk menjadi saluran berkat-Nya. Persoalannya, apakah mata kita terbuka untuk melihat mereka yang ada di sekitar kita dan membutuhkan uluran tangan kasih kita? Tuhan menghendaki supaya kita dapat menunjukan kasih dan empati kita terhadap mereka. Bukan saja dalam bentuk derma atau pemberian sesaat, tetapi juga dukungan berkesinambungan yang memampukan mereka mengubah keadaan mereka sendiri menjadi lebih baik. Bersediakah kita menolong? --Adama Sihite /Renungan Harian

KASIH ADALAH KEKUATAN UNTUK MENOLONG MEREKA
YANG LEMAH DAN TERTINDAS.

Ulangan 15:1-11

e-RH Situs: http://renunganharian.net
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 14 Maret 2014

KEBENARAN DAN PENGHARGAAN

Nats: Kemudian berkatalah Ia kepada mereka, "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" (Lukas 4:23)

Mendapat penghargaan memang menyenangkan dan bisa menjadi salah satu pendorong semangat bagi kita untuk berkarya. Namun, penghargaan tak boleh membuat kita mengabaikan kebenaran.

Yesus pun tidak mengabaikan kebenaran hanya demi penghargaan banyak orang. Ketika Dia mulai mengajar (ay. 21), banyak orang memberikan penghargaan (ay. 22). Tetapi, penghargaan itu serta-merta berubah ketika ada yang berkata, "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Di balik pernyataan itu, mereka menghina dan tak lagi menghargai apalagi memercayai kuasa Yesus. Yesus lalu menyingkapkan kebenaran yang terpendam dalam pikiran mereka, "Hai tabib, sembuhkanlah diriMu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" (ay. 23). Yesus tak melakukan seperti yang mereka kehendaki, malah menyamakan mereka dengan orang-orang pada zaman Elia dan Elisa yang tak mendapat berkat (ay. 2427). Mereka jadi marah, dan hendak melemparkan Yesus dari tebing. Cermati reaksi Yesus: Dia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka lalu pergi (ay. 30). Dia tak tersentuh oleh kemarahan orang-orang yang menolak kebenaran itu.

Yesus datang untuk menggenapi firman dan memberitakan kebenaran. Dia tidak tergantung pada penghargaan, juga bukan bertindak demi menyenangkan kemauan orang. Kita pun dipanggil untuk setia menyatakan kebenaran di mana pun dan apa pun pekerjaan kita. Andaikan kita harus pergi karena orang tak senang, kita pergi dengan kebenaran. --Candradewi Wijayanti /Renungan Harian

ENTAH DIHARGAI ATAU TIDAK DIHARGAI,
KEBENARAN ADALAH KEBENARAN.

Lukas 4:16-30
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 13 Maret 2014

BADAI EYEMOUTH

Nats: Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan (Mazmur 56:14)

Pada 1881, badai menyapu Inggris. Para nelayan di pesisir pantai selama berhari-hari tak dapat melaut, termasuk nelayan di daerah Eyemouth. Namun, suatu hari matahari tampak bersinar cerah, dan para nelayan Eyemouth bersiap untuk kembali berlayar dan menangkap ikan. Ketika mereka hendak berlayar, kepala dermaga menghentikan dan memperingatkan bahwa badai akan datang kembali. Namun, mereka mengabaikannya. Ternyata, badai benar-benar datang, menyapu empat puluh kapal, dan hampir semua nelayan yang berada di kapal itu tewas.

Firman Tuhan adalah pelita bagi jalan hidup kita. Sering kali kita tidak mengerti jalan yang kita tempuh, kita bimbang dalam memutuskan sesuatu. Firman Tuhan dapat memberikan pengertian sehingga langkah kita tidak salah. Kita perlu memahami bahwa firman Tuhan bukanlah aturan legalistik agama, melainkan prinsip kebenaran yang menjaga hidup kita. Di dalam kehidupan ini, dunia menawarkan godaan yang dapat menyapu dan menenggelamkan kita. Firman Tuhan berfungsi sebagai "peringatan" yang menyelamatkan hidup kita.

Kita dapat tergoda untuk berbuat curang, serakah, dan menipu. Kita juga dapat tersapu dan tenggelam dalam keegoisan, tak mau mengampuni, dan amarah. Kita perlu merendahkan hati untuk menyimak firman Tuhan, merenungkannya, dan mengizinkannya mengubah hidup kita. Peringatan-Nya menjaga langkah kita. Nah, apabila firman Tuhan memperingatkan kita, akankah kita bersikap seperti para nelayan Eyemouth tadi? --Hendro Saputro /Renungan Harian

FIRMAN-NYA MENERANGI JALAN KITA,
PERINGATAN-NYA MENJAGA LANGKAH KITA.

Mazmur 56:6-14
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

DOSA YANG TERCEGAH

Nats: Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: "Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia." (Kejadian 20:6)

Seorang gadis remaja yang hamil di luar nikah berniat menggugurkan kandungannya. Ia mendatangi sebuah klinik khusus yang melayani kaum perempuan yang bermasalah seperti dirinya. Tidak disangka, setelah mendapatkan penjelasan tentang proses aborsi, gadis itu mengurungkan niatnya. Ia pun memilih mempertahankan kandungannya. Gadis itu mungkin tidak menyadarinya, namun Tuhan telah bekerja secara diam-diam mencegahnya melakukan aborsi.

Dalam kisah Abraham ini, diceritakan pula bagaimana Tuhan berkuasa mencegah Abimelekh melakukan dosa. Kali ini dengan cara yang lebih terang-terangan. Abraham mengatakan bahwa Sara "hanyalah" adiknya sehingga raja Gerar itu berniat memperistri Sara (ay. 2). Tuhan yang mahatahu segera bertindak, memperingatkan Abimelekh melalui mimpi (ay. 3). Karena Abimelekh memiliki hati yang tulus, ia pun mendengarkan peringatan Tuhan itu dan mengembalikan Sara kepada Abraham (ay. 67).

Kita mungkin pernah mengalami hal yang serupa, yaitu Tuhan mencegah kita ketika kita nyaris berbuat dosa. Dia tidak menginginkan umat-Nya terjerumus ke dalam dosa. Bagaimanakah reaksi kita? Sebagai anak-Nya, kita dapat belajar mengembangkan kepekaan untuk mendengarkan suara Bapa kita dan dan menaati kehendak-Nya. Dia melatih kita untuk memilih perbuatan yang benar dan berguna bagi kesejahteraan kita. Bukankah kita patut bersyukur kepada Tuhan atas penjagaan-Nya terhadap hidup kita sehingga kita tehindar dari berbuat dosa? --Yohana Puji Dyah Utami /Renungan Harian

KUASA TUHAN DAN HATI YANG BERSIH
MAMPU MENCEGAH KITA DARI MELAKUKAN DOSA.

Kejadian 20:1-18
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 02 Maret 2014

MENYELAMATKAN IBU BERSALIN

Nats: Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. (1 Korintus 1:10)

Pada April 2013, seorang pilot di Peru hendak melakukan pendaratan darurat demi keselamatan seorang penumpang yang akan melahirkan. Masalahnya, mereka jauh dari bandara. Hari pun sudah malam. Setelah berkordinasi dengan berbagai pihak, landasan pendaratan darurat segera disiapkan. Pemerintah setempat mengumumkan agar sebanyak mungkin orang membawa becak dan motor ke lokasi yang ditentukan. Kendaraan diatur berbaris berhadapan sambil menyalakan lampu, membentuk jalur landasan. Hasilnya, sang pilot berhasil mendaratkan pesawat, dan sang ibu melahirkan dengan selamat.

Kesatuan memang mengagumkan. Banyak hal besar dan sulit jadi lebih mudah jika dikerjakan bersama-sama. Hal yang semula tampak mustahil jadi mungkin diwujudkan. Namun, harus diakui, menciptakan dan memelihara kesatuan tidaklah mudah, apalagi dalam jangka waktu yang panjang.

Jemaat Tuhan­ dulu dan kini­ juga bergumul dengan isu kesatuan. Jemaat Korintus mengalami perpecahan dan pengelompokan. Sebagian mengagungkan hikmat dunia (golongan Apolos), mendewakan tradisi Yahudi (golongan Kefas), menekankan kesalehan batin (golongan Kristus), bahkan memuja pemimpin tertentu (golongan Paulus). Paulus menegur mereka agar kembali pada ajaran yang benar dari Tuhan Yesus Kristus, Pemersatu dan Penyelamat mereka. Karya Kristus di salib itulah yang terpenting. Itulah yang seharusnya menjadi fokus perhatian jemaat. Jika semua orang percaya bersatu memberitakan nama Kristus, hal itu akan menjadi kesaksian yang kuat tentang Dia. --Hembang Tambun /Renungan Harian

KESATUAN ORANG PERCAYA MEMANCARKAN
KEMULIAAN ALLAH DENGAN CEMERLANG.

1 Korintus 1:10-17
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 01 Maret 2014

TETAP BERSUKACITA

Nats: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah. (Filipi 4:4)

Umurnya kira-kira sepuluh tahun. Wajahnya tampak lelah. Namun, ia tersenyum ketika kami berjumpa. Yang membuat saya sangat terkesan, ia gadis cilik yang tidak biasa: ia tidak memiliki kaki sama sekali. Badannya hanya sampai sebatas paha, dan ia mesti "berjalan" dengan tangannya. Tidak mudah, dan amat melelahkan tentunya. Toh ia tetap tersenyum. Melihat kondisinya itu, saya terharu dan sekaligus tersadar betapa banyak hal yang patut disyukuri dalam hidup ini.

Di dalam surat yang ditulisnya di penjara ini, Rasul Paulus menyampaikan beberapa nasihat pribadi, yaitu kepada Euodia, Sintikhe, dan Sunsogos (ay. 34). Salah satunya adalah supaya mereka tetap bersukacita di dalam Tuhan. Kata bahasa Yunani untuk "senantiasa" adalah pantote, yang artinya setiap saat, selalu, terus-menerus apa pun kondisi dan keadaannya. Jadi, sukacita bukanlah perasaan gembira yang muncul karena sedang mengalami situasi yang membahagiakan, melainkan buah Roh, karya Roh Kudus di dalam hidup orang percaya. Kita bersukacita karena berada di dalam Tuhan Allah yang damai sejahtera-Nya melampui segala akal dan pikiran kita (ay. 7).

Kita sering sulit mengalami sukacita karena menganggapnya sebagai perasaan yang ditentukan oleh keadaan. Namun, ketika kita belajar mengenali bahwa sukacita adalah karya Roh Kudus, kita akan menyadari bahwa sukacita itu tidak ditentukan oleh situasi atau kondisi di sekitar kita. Senantiasa bersukacita itu ternyata bukan sesuatu yang mustahil! --Adama Sihite /Renungan Harian

SUKACITA SEJATI TIDAK DITENTUKAN OLEH KEADAAN,
MELAINKAN MERUPAKAN KARYA ROH KUDUS YANG MELAMPAUI KEADAAN.

Filipi 4:1-9
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®