Minggu, 13 April 2014

MENYELAMATKAN ORANG BRENGSEK

Nats: Karena itu, Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak mengasihi. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia mengasihi. (Lukas 7:47)

Ada orang yang tidak menyukai kata-kata dalam lagu Amazing Grace, yaitu pada bagian "that saved a wretch like me" (yang menyelamatkan orang sebrengsek saya). Kata-kata itu dianggap melemahkan semangat, memandang diri hina, dan tidak sesuai dengan ajaran Alkitab yang menghargai harkat manusia. Padahal, ketika menuliskan lagu tersebut, John Newton benar-benar menghayati betapa buruk dirinya. Ia pernah terlibat dalam perdagangan budak selama bertahun-tahun. Ketika berjumpa Kristus, penyesalan dan keharuan menyelimuti hatinya. Ia pun menuangkan perasaan hatinya melalui lagu yang termasyhur tersebut.

Keharuan besar juga meliputi hati perempuan berdosa yang meminyaki kaki Yesus sambil menangis tiada henti. Ia bahkan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Pada masa itu, tidaklah sopan seorang perempuan menggerai rambutnya di muka umum. Bukan itu saja, ia juga mencium kaki Yesus. Diam-diam orang Farisi yang mengundang makan Yesus merasa risih. Sebaliknya, Yesus justru melihat kasih di balik tindakan ekstrem perempuan ini, kasih karena bersyukur atas pengampunan Yesus terhadap dosanya yang besar (ay. 47).

Entah kita memiliki dosa besar atau kecil pada masa lalu, tiap-tiap kita berhutang amat besar kepada Yesus. Yesus membayar lunas hutang dosa kita dengan harga yang tak ternilai, dengan darah-Nya sendiri yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Pet. 1:18-19). Bila kita benar-benar menghayatinya, niscaya kita termotivasi untuk mengungkapkan kasih kepada-Nya. --Heman Elia /Renungan Harian

RENUNGKAN KASIH DAN PENGURBANAN KRISTUS YANG LUAR BIASA;
WUJUDKAN BELAS KASIH DALAM TINDAKAN NYATA SESAMA.

Lukas 7:36-50
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 12 April 2014

RUMAH SEJATI

Nats: TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam. (Mazmur 26:8)

Apa gambaran Anda tentang rumah impian? Sebagian orang mungkin berpikir tentang sebuah bangunan yang cantik lengkap dengan tamannya. Sebagian lagi berpikir tentang ruang keluarga yang nyaman. Tetapi, bagaimana kalau kita harus tinggal seorang diri di rumah impian itu sampai tua dan akhirnya mati di sana. Ironis, bukan? Kita ingin tinggal di rumah bersama orang-orang yang kita kasihi. Kalau kita disuruh memilih antara tinggal di rumah impian seorang diri atau di rumah yang kurang bagus tapi bersama orang yang kita kasihi, pasti kita memilih yang kedua. Demikanlah, rumah ideal itu bukanlah soal gedungnya, melainkan kebersamaan yang kita nikmati dengan orang yang kita kasihi.

Begitu pula rumah sejati kita, yang sering disebut dengan "hidup kekal" atau "surga", bukan terutama soal tempat, melainkan kedekatan dengan Tuhan dan pengenalan akan Dia (Yoh. 17:3). Karena itu, saat ini, dalam hidup ini, kita sudah mulai tinggal di rumah sejati kita, meski tentunya belum sempurna. Nampaknya rumah seperti ini juga yang dimaksudkan Daud dalam mazmurnya. Rumah tempat Tuhan bersemayam, bersekutu akrab dengan umat-Nya, memberikan perlindungan dan kekuatan.

Di tengah hidup yang melelahkan di dunia ini, terkadang kita rindu untuk segera "pulang". Syukurlah, kita tidak harus menunggu kematian datang untuk berada di rumah sejati kita. Kita bisa mengalaminya saat ini juga dengan membuka hati dan pikiran kepada Allah, menikmati kehadiran-Nya, dan bersekutu dengan-Nya. --Alison Subiantoro /Renungan Harian

RUMAH SEJATI KITA ADALAH BERADA DEKAT DENGAN TUHAN.

Mazmur 26:1-12
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jangan Takut

Mat 14 : 22 - 33 "Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan oleh gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru; "Itu hantu", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka; "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia; "Tuhan apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus; "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak; "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata; "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Lalu mereka naik ke parahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Pada Waktu itu murid-murid Tuhan Yesus sedang berada di perahu dan terjadi badai dan angin sakal, mereka sangat ketakutan dan kemudian mereka melihat sosok Tuhan Yesus yang dikira oleh mereka hantu, maka mereka mulai berteriak-teriak karena ketakutan. Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada mereka "Tenanglah, Aku ini, jangan takut!".

Kata jangan takut itu memiliki arti beranilah, melangkahlah. Kata-kata Tuhan Yesus ini meneduhkan hati murid-murid Tuhan Yesus, memberikan keberanian dan memberikan pengharapan.

Sekarang ini banyak sekali berita-berita yang terjadi  yang menimbulkan ketakutan, akan tetapi jangan heran dan takut dengan semua berita itu, jangan memperkecil hati kita dan jangan merespon dalam ketakutan.

2 Tim 1 : 7 "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."

Rasa takut itu sering melanda orang;

1. Anak-anak muda takut akan masa depan.

Mereka takut akan masa depan karena masa depan merupakan misteri, tetapi bagi orang percaya ada jaminan dari Tuhan. Amsal 23 : 18 "Karena masa depan  sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.

 

2. Wanita takut dengan perubahan fisiknya

Manusia secara fisik pasti berubah, tetapi manusia batiniah yang tulus dan suci, itulah yang indah.

 

Banyak sekali keadaan, kondisi yang kurang baik, badai, persoalan, masalah, penderitaan yang sering melanda hidup kita, tetapi kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Yesus dan kita harus menghampiri-Nya dengan iman dan bukan dengan masalah kita. Kita harus ingat kalimat ini :  "When fear react, faith will act"

Dalam alkitab ditemukan ada kata Jangan Takut sebanyak 380 - 400 kata. Tuhan mengajarkan kepada kita setiap hari untuk tidak takut.

Ada tiga cara untuk menghadapi rasa ketakutan :

1. Percaya kepada Firman Tuhan

Roma 9 : 6a "Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal" Jangan pernah terpengaruh oleh masalah yang sedang terjadi, sekalipun itu buruk atau kurang baik keadaannya, ingatlah kepada Tuhan, ada kepastian, ada Tuhan pasti ada jalan keluar. Pada Tuhan pasti ada jawaban. Firman-Nya adalah jawaban bagi kita.

2. Arahkan pandangan kita kepada Yesus

Pada waktu Petrus mengarahkan pandangannya kepada Tuhan, dia dapat berjalan di atas air. Kita harus mengarahkan pandangan kita hanya kepada Yesus. Masalah hanyalah sebuah bayangan yang tampaknya besar, akan tetapi pada saat kita menaruh Yesus di dalam masalah kita, di dalam ketakutan kita, Yesus berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Kita harus percaya bahwa pertolongan-Nya selalu tepat pada waktu-Nya.

3. Hidup di dalam doa

Berdoa itu seperti kita membangun jembatan. Walaupun kita tidak melihat jembatan itu, kita merasa yakin kalau Tuhan pasti akan mendengar doa kita. Hal ini menjelaskan bahwa doa itu merupakan unsur yang penting dalam pelayanan dan hidup.

Mat 14 : 22-23 "Sesudah itu Yesus memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang. Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ."

Berdoa

Tidak boleh         PART TIME

Tidak boleh         SOMETIME

Apa lagi              NO TIME

 

Berdoa

Harus                   ON TIME

Musti                    FULL TIME

Kalau bisa            OVERTIME

 

Kita harus banyak meluangkan waktu untuk berdoa, berdoa dapat mengubah situasi kita, ketakutan kita. Dengan berdoa kita dapat memindahkan gunung. Marilah kita berjalan dengan berani untuk menghadapi semua masalah dengan iman.

Ringkasan Khotbah Ps. David Sugiharto 14/04/2013

Jumat, 11 April 2014

DIA TELAH MELAKUKANNYA

Nats: Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya. (Mazmur 22:32)

Pernahkah hati kita galau seolah Tuhan meninggalkan kita? Memang berat beban yang harus kita tanggung kala persoalan demi persoalan menimpa, tetapi jalan keluar tak kunjung tiba. Saya pernah mengalaminya. Mazmur 22 ini memberi pelajaran berharga tentang iman. Setelah merenungkannya, saya merasakan beban yang menindih itu akhirnya terangkat.

Bagian kedua Mazmur 22 adalah pernyataan iman si pemazmur bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang peduli kepada orang yang tertindas. Pemazmur pun bangkit dari kegalauan perasaan diabaikan oleh Tuhan dan mulai mengajak umat untuk memuji Dia. Pemazmur tidak mau tunduk pada perasaan galaunya. Ia tidak mau menyerah dalam kondisi yang terasa berat. Sebaliknya, ia memercayakan diri pada keadilan dan kekuasaan Tuhan dan menganggap Tuhan sudah turun tangan untuk menolongnya.

Bersyukur, memuji Tuhan, dan mengajak umat menyembah Tuhan adalah sebuah tindakan iman. Dengan beriman, pada saat penantian pun kita sudah memercayakan diri pada Tuhan dan sudah melihat dengan kaca mata iman penyelesaian yang Dia lakukan.

Pujian kepada Allah selalu mengangkat hati manusia ke tempat yang lebih tinggi. Pujian yang tulus memberikan ruang kepada si pemuji untuk melihat keperkasaan Allah di takhta-Nya yang mahatinggi. Pada saat yang sama, si pemuji pun akan melihat bahwa persoalan dirinya yang begitu membelenggu dan menghimpitnya ternyata jauh lebih kecil dari kebesaran dan kedahsyatan Allah. Oleh karena itu, mari kita memuji Tuhan senantiasa. --Eddy Nugroho /Renungan Harian

TUHAN TELAH, SEDANG, DAN AKAN MENOLONG UMAT-NYA.
MARILAH KITA MEMUJI DAN MERAYAKAN PERTOLONGAN-NYA.

Mazmur 22:23-32
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 10 April 2014

BAHASA HATI

Nats: Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa lidah akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (1 Korintus 13:8)

Pasangan senior ini istimewa bagi saya. Sebut saja namanya Bapak Thomas dan Ibu Amanda. Dalam usia 90-an, Pak Thomas telah sangat berkurang pendengarannya. Alat bantu dengar pun tak sepenuhnya menolong. Tak jarang reaksinya hanya tersenyum karena tak sepenuhnya paham akan perkataan orang. Atau, ia bereaksi menyimpang dari topik pembicaraan. Hanya ada satu orang yang dengannya ia masih dapat berkomunikasi dengan tepat, yaitu Bu Amanda, istrinya. Kasih dan kebersamaan yang berlangsung sekian lama membuat mereka sanggup saling mengerti melampaui keterbatasan indra fisik. Di antara mereka berdua terjalin bahasa hati.

Waktu memang dapat mengikis habis segala kemampuan kita berkomunikasi. Ketika seseorang menjadi tua, bahkan uzur, segalanya menjadi berubah. Jari tak lagi lincah bermain di atas papan ketik. Tangan gemetar. Bibir enggan berucap. Telinga tak lagi tajam mendengar. Otak lamban menangkap informasi. Bahkan ada yang disergap penyakit pikun. Mungkin kita bertanya, bagaimana orang-orang seperti ini berkomunikasi dengan Tuhan?

Syukurlah, komunikasi kita dengan Tuhan tidak bergantung pada alat-alat, baik indra kita maupun perlengkapan elektronik, melainkan pada kasih. Kasih melampaui segala media. Kasih mengerti desah napas, gerak jari, getar bibir, dan titik air mata. Kasih itu menembus segala batas. Kasih itu kekal. Bahkan ketika semua media komunikasi rusak, kasih tetap tinggal di hati. Menjadi bahasa hati. Menjadi bahasa yang abadi. --Pipi A Dhali /Renungan Harian

MENJADI TUA BUKANLAH RINTANGAN UNTUK MENGASIHI TUHAN
SEBAB DIA MENGENAL BAHASA HATI.

1 Korintus 13:8-13
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 09 April 2014

TITIPAN TUHAN

Nats: TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. (Kejadian 2:15)

Seperti apa masa depan dalam imajinasi kita? Di film Elysium, bumi digambarkan sudah begitu buruk dan tercemar hingga sejumlah kelompok elite yang berduit tinggal di stasiun luar angkasa bernama Elysium. Di sana tiap orang dimanjakan dengan fasilitas kesehatan nan canggih, sedangkan orang-orang miskin yang tertinggal di bumi hidup menderita. Konsep yang hampir mirip juga dipaparkan dalam film animasi Wall-E.

Bayangan buruk tentang masa depan bumi seperti itu sangat berlawanan dengan indahnya Taman Eden yang kita baca hari ini. Alkitab mengenalkan kita pada rencana awal Tuhan untuk manusia: Dia menempatkan kita di lokasi yang sesuai untuk hidup kita, dan kita dipanggil untuk berkarya; tak hanya mengusahakan, tapi juga memelihara. Mengusahakan berarti melakukan tugas terbaik sesuai panggilan pribadi kita: kontraktor, guru, pebisnis, dll. Adapun memelihara berarti kita harus bertanggung jawab dalam berusaha, dengan mengingat bumi ini sesungguhnya milik Tuhan.

Begitu banyak prediksi dan penelitian seputar isu lingkungan hidup dan masa depan bumi, yang mungkin hanya kita perhatikan sambil lalu. Hari ini kehancuran lingkungan hidup mungkin terasa hanya fiksi, namun bukan tidak mungkin menjadi nyata jika kita terus tidak peduli. Bagaimanapun, kita adalah bagian dari bumi ini. Nama "Adam" dalam bahasa Ibrani diambil dari kata adama, yang berarti tanah. Mari kita jaga bumi yang sudah Tuhan percayakan pada kita, melalui berbagai tindakan dalam keseharian kita. --Olivia Elena /Renungan Harian

DENGAN MENGUSAHAKAN DAN MEMELIHARA BUMI, KITA MEMBANGUN
LINGKUNGAN YANG KONDUSIF BAGI UMAT TUHAN UNTUK BERKARYA.

Kejadian 2:8-17
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

SUDAH JATUH DITIMPA TANGGA

Nats: Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. (1 Samuel 1:7)

Dalam hidup, terkadang kita dapat mengalami apa yang disebut sudah jatuh ditimpa tangga. Karena sebuah kesalahan sepele, kita kena damprat bos. Kita pun harus mengerjakan lagi pekerjaan itu dari awal dan harus lembur di kantor. Lalu, dengan tubuh penat kita pulang mengendarai motor tua. Baru separuh jalan, tiba-tiba motor macet, kehabisan bensin. Terpaksalah kita menuntunnya. Sesampai di rumah, istri sudah menunggu. Bukan dengan sapaan ramah, tapi omelan karena kita pulang larut malam. "Mengapa sepanjang hari ini aku mengalami situasi yang menyebalkan?" pikir kita.

Hana pun mengalami berbagai kemalangan secara bertubi-tubi. Hati perempuan mana yang tidak pilu jika tidak mampu memberikan keturunan untuk sang suami? Saat itu, hal ini sebuah aib besar, dan Hana pun merasakan kepiluan ini. Tidak berhenti di situ, Penina, istri Elkana yang lain, setiap kali bertemu selalu menyakiti hati dan merendahkan Hana. "Mengapa semua penderitaan ini bertubi-tubi menimpaku?" demikianlah kiranya jeritan hati Hana. Hana sungguh mengalami apa yang disebut: sudah jatuh ditimpa tangga.

Memang tidak nyaman ketika kita harus menderita secara beruntun dan seolah-olah tidak terlihat ada jalan keluar. Namun, dalam situasi seperti itulah kita diminta untuk tetap tenang, sabar, dan banyak berdoa. Ya, Tuhan mendengar dengan jelas kepiluan hati kita. Dan nyatalah bahwa doa yang kita naikkan dengan hati yang hancur, tidak dipandang hina oleh Tuhan. Seperti terbukti dalam hidup Hana. --Samuel Yudi Susanto /Renungan Harian

DI TENGAH PENDERITAAN YANG BERLANGSUNG SECARA BERUNTUN,
PERCAYALAH BAHWA TANGAN TUHAN SENANTIASA MENUNTUN.

1 Samuel 1:1-18
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 07 April 2014

PUISI ALLAH

Nats: Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)

Puisi yang baik termasuk karya seni bernilai tinggi, disajikan dengan pemilihan kata yang jitu dan bernas. Penyair yang terampil dapat menghasilkan puisi yang elok dan sarat makna, serta dapat dikenang sampai berabad-abad. Dan, setiap puisi yang baik memiliki keunikan dan keindahan tersendiri.

Puisi berasal dari kata Yunani poieô, yang darinya kata poem (syair atau sajak) dan poetry (puisi) berasal. Kata ini juga dapat berarti "ciptaan" atau "buatan" seperti yang dipakai Paulus dalam ayat ini. Ia mengingatkan jemaat Efesus bahwa masing-masing orang percaya adalah hasil karya Allah yang unik di dalam Kristus. Masing-masing didesain Allah secara khusus dengan tujuan tertentu yang Dia siapkan. Manusia bukanlah produk massal buatan pabrik; masing-masing orang ibarat karya khusus yang dirancang seorang ahli. Itulah sebabnya tidak ada manusia yang persis sama dengan orang lain, baik secara fisik maupun kepribadiannya. Tiap-tiap orang adalah karya Allah yang istimewa.

Paulus mengingatkan orang percaya untuk menyadari identitas mereka: orang yang sudah diselamatkan karena anugerah, dengan tujuan agar nama Tuhan dimuliakan. Masing-masing kita dirancang untuk memuliakan Dia dengan beragam cara. Dia mau kita menjadi diri sendiri sesuai dengan rancangan-Nya. Artinya, kita menerima diri sendiri dan berkarya bagi Allah, tidak berusaha menjadi orang lain yang mungkin lebih hebat menurut kita. Dengan menyadari hal ini, kita akan semakin menghormati diri sendiri dan orang lain. Ingatlah, Anda adalah puisi Allah. --Hembang Tambun /Renungan Harian

SEBAGAI PUISI ALLAH, KITA MEMILIKI PESAN DAN KEINDAHAN TERSENDIRI
UNTUK DIBAGIKAN KEPADA DUNIA.

Efesus 2:1-10
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 06 April 2014

MENEBAR WEWANGIAN

Nats: Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu memimpin kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. (2 Korintus 2:14)

Suatu hari, Matthew Henry, seorang pengajar Alkitab, dirampok. Perampok itu merampas semua isi dompetnya dan tidak meninggalkan apa pun. Saat tiba di rumah, ia membuka agendanya dan menulis, "Aku bersyukur kepada Tuhan. Pertama, sebelumnya aku tidak pernah dirampok. Kedua, walaupun ia mengambil dompetku, ia tidak mengambil nyawaku. Ketiga, jumlah uangku yang diambil tidak banyak. Dan keempat, akulah yang dirampok, bukan aku yang merampok."

Sangat menyenangkan berada di antara orang-orang yang penuh rasa syukur.Mereka mengisi sebuah ruangan dengan sikap optimisme, rasa damai, dan pikiran yang positif. Dalam suratnya kepada orang percaya di Korintus, Paulus mengatakan bahwa orang yang demikian seperti wewangian harum yang membangkitkan kesenangan di setiap sudut ruangan. Sebaliknya, orang yang bersungut-sungut menebarkan bebauan juga, tetapi tidaklah harum. Mereka membuat orang sekitar menjadi muram, geram, kesal.

Kalau direnungkan, apa sebenarnya yang membuat orang mampu bersyukur? Mereka dapat mengingat berkat Allah pada masa lalu dan menyadari bahwa Allah masih menyediakan hal yang luar biasa. Jangan beranggapan bahwa pribadi yang bersyukur itu buta terhadap kenyataan hidup yang sulit. Mereka pun tidak kebal terhadap persoalan. Tapi, pengharapan yang mereka miliki mengalihkan fokus dari kekecewaan dan sakit hati kepada karakter Allah. Orang itu yakin cepat atau lambat Dia akan memberikan pemahaman, kekuatan, bahkan berkat yang diperlukan. --Imelda Saputra /Renungan Harian

ORANG YANG BERSYUKUR AKAN BERTERIMA KASIH DALAM SEGALA SITUASI.
PENGELUH AKAN MENGOMEL MESKIPUN HIDUP DALAM KELIMPAHAN.

2 Korintus 2:12-17
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 05 April 2014

BERSEDIA DITEGUR

Nats: Itu akan kami kembalikan! Dan kami tidak akan menuntut apa-apa dari mereka. Kami akan lakukan tepat seperti yang engkau perintahkan! (Nehemia 5:12)

Direktur perusahaan menegur manager keuangan yang terbukti menyelewengkan dana perusahaan. Manager itu tidak mau mengakuinya dan terus mengelak dengan berbagai alasan. Bukannya meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya, ia justru marah serta mengancam sang direktur, karena merasa telah dipermalukan dan sakit hati oleh teguran itu.

Sikap yang berbeda justru ditunjukkan oleh para orang kaya yang ditegur oleh Nehemia. Mereka menyadari kesalahan dan memperbaiki sikap mereka. Pada masa pembangunan kembali tembok Yerusalem, banyak orang terpaksa menggadaikan tanah, bahkan menjadikan anak sebagai jaminan, untuk membeli gandum dan membayar pajak kepada raja. Namun, orang kaya tersebut justru memanfaatkan keadaan untuk mengambil keuntungan besar. Nehemia menegur mereka dengan tegas dan keras. Menerima teguran, mengakui kesalahan, dan memperbaiki diri bukanlah perkara mudah bagi mereka yang berstatus sosial tinggi dan terpandang. Namun, mereka dengan rendah hati menuruti perintah Nehemia.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita pun siap menerima teguran ketika bersalah, termasuk ketika firman Tuhan menyatakan pelanggaran kita? Atau, kita malah marah karena merasa dipermalukan? Apakah kita bersedia mengakui kesalahan dan memperbaiki diri? Kiranya Tuhan memampukan kita untuk rendah hati dan rela dievaluasi serta siap sedia memperbaiki diri. Dengan demikian, kehidupan kita semakin berkualitas dan tidak merugikan sesama. --Rellin Ayudya /Renungan Harian

ADA DUA PILIHAN KETIKA MENDAPAT TEGURAN: MENOLAKNYA
KARENA SAKIT HATI ATAU MENERIMANYA DENGAN KERENDAHAN HATI.

Nehemia 5:1-13
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 04 April 2014

BELALANG DAN SEMUT

Nats: Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (2 Tesalonika 3:10)

Pada musim dingin, si belalang melihat sederet semut membawa biji-bijian ke sarang mereka. Kata belalang, "Maukah kamu berbagi sedikit makanan? Saya belum makan apa pun sejak kemarin; saya hampir mati kelaparan." Seekor semut menjawab, "Apa yang kamu lakukan sepanjang musim panas sehingga tidak punya makanan pada musim dingin ini?" Kata belalang, "Saya menghabiskan waktu untuk bernyanyi dan beribadah kepada Tuhan; saya sibuk mempersembahkan berbagai kidung kepada-Nya sehingga saya tidak sempat mengumpulkan makanan untuk musim dingin." Jawab semut. "Kalau begitu, berdoalah terus dan mintalah musim dingin segera pergi." Rombongan semut itu berlalu meninggalkan si belalang.

Fabel di atas mengingatkan saya pada ajaran Paulus. Ia menegaskan bahwa orang yang tidak mau bekerja tidak boleh makan. Ia tidak berbicara tentang orang yang tidak mampu bekerja, melainkan orang yang malas atau enggan bekerja. Orang semacam itu hanya akan menjadi benalu di tengah keluarga dan masyarakat. Sebaliknya, orang yang rajin bekerja bukan hanya akan dapat mencukupi kebutuhan pribadi, namun kiranya mendapatkan hasil berlebih untuk membantu orang lain yang kekurangan.

Bekerja tidak lain adalah perwujudan dari iman dan ibadah. Berdoa dan bekerja, dengan demikian, tidak sepatutnya dipertentangkan; keduanya perlu berjalan beriringan. Jika orang menghayati hal ini dengan baik, ia akan bekerja dengan penuh sukacita dan rasa syukur, dan hasilnya pun akan optimal. --Eddy Nugroho /Renungan Harian

ORANG PERCAYA TIDAK AKAN BERMALAS-MALASAN,
TETAPI BEKERJA DENGAN TEKUN SEBAGAI UNGKAPAN IMANNYA.

2 Tesalonika 3:1-15
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 03 April 2014

TERGERAK BELAS KASIHAN

Nats: Ketika mendarat, Yesus melihat orang banyak berkerumun, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka. (Markus 6:34)

Apa reaksi seseorang ketika melihat orang lain ditimpa masalah atau malapetaka? Ada orang yang tergerak oleh belas kasihan, turut merasakan penderitaan itu, dan melakukan sesuatu untuk meringankan beban orang yang ditimpa masalah. Tetapi, ada juga orang yang bersikap biasa-biasa saja, masa bodoh, tak mau tahu. Tidak semua orang berbelas kasih ketika menyaksikan orang lain tertimpa musibah. Belas kasihanlah yang menggerakkan seseorang untuk keluar dari dirinya, dari kepentingan pribadinya, lalu mengarahkan hati dan pikirannya kepada orang lain. Belas kasihan menggerakkannya untuk bermurah hati.

Yesus, Sang Gembala Agung, tergerak hati-Nya oleh belas kasihan saat melihat orang banyak karena mereka seperti kawanan domba tanpa gembala. Orang-orang dari berbagai kalangan tampak memerlukan bimbingan dan perlindungan. Bertemu dengan orang yang memerlukan bantuan, Yesus tidak berdiam diri. Dan ini yang Dia lakukan: pertama, Dia mengajari mereka banyak hal, lalu memberikan peneguhan dan arahan. Tidak berhenti di situ, Yesus mengajak para murid-Nya untuk memberi mereka makan. Yesus, tidak membiarkan orang-orang menderita kelaparan dan hidup tanpa pengharapan.

Di sekitar kita ada banyak orang menderita. Orang yang sedang bergumul dengan penyakit, orang yang perlu dukungan, empati, dan kehadiran orang lain yang akan memberinya semangat hidup. Melihat kondisi ini, apakah kita tergerak belas kasihan dan melakukan sesuatu untuk memenuhi harapan mereka? --Samuel Yudi Susanto /Renungan Harian

BELAS KASIHAN AKAN MENDORONG KITA UNTUK PEDULI
DAN BERGERAK UNTUK BERMURAH HATI.

Markus 6:30-44
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 02 April 2014

TIDAK TIMBUL LAGI

Nats: Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi." (Yohanes 8:11)

Orang tua itu menemui pendeta dan bercerita, "Saat muda saya berselingkuh, meninggalkan istri dan anak saya. Kemudian, anak saya meninggal karena sakit dan istri saya menyusul karena berduka. Saya tidak sempat memohon maaf pada mereka. Akankah Tuhan mengampuni saya?" Pendeta itu mengajaknya ke tepi sungai. Ia disuruh mengambil batu besar dan melemparkannya ke air. Pendeta itu mengambil kerikil dan juga melemparkannya ke air. Pendeta itu bertanya, "Mana dari kedua batu itu yang akan timbul dari dalam air?" Jawab orang itu, "Tidak ada." Pendeta itu berkata, "Betul. Begitu juga dosa kita di hadapan Tuhan, besar atau kecil tidak diperhitungkan lagi karena Tuhan sudah menghapusnya."

Saat ahli Taurat dan orang Farisi membawa kepada-Nya perempuan yang berzinah, Yesus menempelak mereka. Jika mereka tidak berdosa, silakan mereka merajam perempuan itu (ay. 7). Nyatanya tidak ada seorang pun yang mengambil batu, dan satu per satu mereka meninggalkan tempat itu. Adapun Yesus, bukannya menghukum, Dia malah mengulurkan pengampunan, dan memberi perempuan itu kesempatan untuk hidup baru (ay. 11).

Pengampunan Yesus ini setidaknya mengandung dua pesan. Pertama, jangan menghakimi dosa orang lain. Kita juga berbuat dosa; mengapa kita begitu sombong, menganggap dosa orang lain lebih parah daripada dosa kita? Kedua, Tuhan tidak membeda-bedakan antara dosa besar dan dosa kecil. Yang penting bukan besarnya dosa kita, namun apakah kita bersedia memohon ampun kepada-Nya. --Martha I Tioso /Renungan Harian

JIKA ALLAH SAJA MENYEDIAKAN PENGAMPUNAN,
MENGAPA KITA MALAH MELONTARKAN PENGHAKIMAN?

Yohanes 8:2-11
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 01 April 2014

KASIH YANG MENGUBAHKAN

Nats: Maka Yefta ikut dengan para tua-tua Gilead, lalu bangsa itu mengangkat dia menjadi kepala dan panglima mereka. Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa. (Hakim-hakim 11:11)

Pada usia 12 tahun, Guy Gabaldon melarikan diri dari rumahnya di Los Angeles dan bergabung dengan geng anak jalanan. Kemudian ia diadopsi keluarga keturunan Jepang, Nakano. Hidupnya berubah. Pada Perang Dunia II, Gabaldon bergabung dengan Korps Marinir Amerika Serikat dan dikirim ke Pulau Saipan melawan tentara Jepang. Ia menerobos hutan lebat, keluar masuk gua, berusaha meyakinkan musuh untuk menyerah daripada mati. Ketika Saipan kalah, hampir 31.000 tentara Jepang dan 25.000 penduduk setempat tewas dalam pertempuran atau bunuh diri. Namun, Gabaldon berhasil menyelamatkan 1.500 tawanan perang, yang diperlakukan dengan sangat manusiawi.

Yefta, salah satu pahlawan Israel, memiliki masa lalu yang kelam. Ibunya pelacur (ay. 1-3). Saat remaja, ia terusir dari keluarga dan kampung halaman, lalu bergabung dengan perampok di Tanah Tob. Saat bangsanya terdesak musuh, tanpa malu para penatua yang pernah mengusirnya meminta pertolongannya (ay. 5-10). Yefta pun membawa perkaranya ke hadapan Tuhan, yang melembutkan hatinya dan memenuhinya dengan Roh Tuhan (ay. 11, 29). Sebelum berperang, Yefta mengajak bangsa Amon berdamai, namun mereka memilih berperang (ay. 12-28). Akhirnya Yefta berhasil mengalahkan bangsa Amon dan menyelamatkan bangsanya (ay. 33).

Yefta bukan saja menundukkan Bani Amon (ay. 32). Kasih Tuhan, yang menutupi segala sesuatu dan sabar menanggung segala sesuatu, juga memampukannya mengatasi kegetiran hidup. Bagaimana dengan kita? --Susanto /Renungan Harian

KITA TIDAK BISA MEMILIH LAHIR DI MANA, OLEH SIAPA, DARI BANGSA APA,
NAMUN KITA BISA MEMILIH HENDAK MENGASIHI ATAU MEMBENCI.

Hakim-hakim 11:1-11
hosanna11.blogspot.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®