Anda pernah terpeleset dan jatuh? Saat menyusuri rawa untuk suatu
tugas, tanpa sengaja saya menginjak batu yang licin. Keseimbangan
saya goyah dan jatuh terpeleset. Tangan dan kaki lecet; badan basah
penuh lumpur. Kala itu, ada rekan yang tertawa; ada yang
"berkhotbah" panjang; ada pula yang tak peduli dan memaksa
melanjutkan perjalanan membuat saya tak nyaman. Namun, ada juga
rekan yang mengulurkan tangan; menawari untuk membawa sebagian
perlengkapan saya; atau berhenti menemani sampai saya siap
melanjutkan perjalanan. Mereka meringankan beban saya dan membuat
saya berbesar hati.
Bagaimana sikap yang benar saat menjumpai orang yang terpeleset,
jatuh dalam dosa? Paulus menasihati jemaat Galatia agar dengan lemah
lembut mereka membimbing orang-orang yang "terpeleset" kembali ke
jalan yang benar (ayat 1) dan bertolong-tolongan menanggung beban
(ayat 2). Menariknya, Alkitab versi Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
menuliskan: "Ikutlah merasakan kesukaran dan kesulitan orang lain
(ayat 2a). Kehadiran dan pertolongan kita merupakan sarana sentuhan
kasih yang nyata bagi orang lain yang tengah jatuh. Sebab itu, kita
tak boleh jemu melakukannya (ayat 9).
Respons kita terkadang menunjukkan tingkat kepedulian kita pada
orang lain. Ada orang, sengaja atau tidak, pernah "terpeleset" ke
rawa dosa. Dan, itu membuat terluka. Bukan cemoohan, khotbah
panjang, atau membiarkan mereka seorang diri, melainkan uluran
tangan penuh kasih. Kiranya Roh Kudus memberi kepekaan akan
kebutuhan orang lain serta kelemahlembutan untuk "mengangkat" dari
kejatuhan lewat sentuhan kasih kita kepada mereka. --SCL
ULURAN KASIH KITA KEPADA SAUDARA YANG MENGALAMI KEJATUHAN
AKAN MENOLONGNYA BANGKIT DARI KETERPURUKAN.
Galatia 6:1-10
tugas, tanpa sengaja saya menginjak batu yang licin. Keseimbangan
saya goyah dan jatuh terpeleset. Tangan dan kaki lecet; badan basah
penuh lumpur. Kala itu, ada rekan yang tertawa; ada yang
"berkhotbah" panjang; ada pula yang tak peduli dan memaksa
melanjutkan perjalanan membuat saya tak nyaman. Namun, ada juga
rekan yang mengulurkan tangan; menawari untuk membawa sebagian
perlengkapan saya; atau berhenti menemani sampai saya siap
melanjutkan perjalanan. Mereka meringankan beban saya dan membuat
saya berbesar hati.
Bagaimana sikap yang benar saat menjumpai orang yang terpeleset,
jatuh dalam dosa? Paulus menasihati jemaat Galatia agar dengan lemah
lembut mereka membimbing orang-orang yang "terpeleset" kembali ke
jalan yang benar (ayat 1) dan bertolong-tolongan menanggung beban
(ayat 2). Menariknya, Alkitab versi Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
menuliskan: "Ikutlah merasakan kesukaran dan kesulitan orang lain
(ayat 2a). Kehadiran dan pertolongan kita merupakan sarana sentuhan
kasih yang nyata bagi orang lain yang tengah jatuh. Sebab itu, kita
tak boleh jemu melakukannya (ayat 9).
Respons kita terkadang menunjukkan tingkat kepedulian kita pada
orang lain. Ada orang, sengaja atau tidak, pernah "terpeleset" ke
rawa dosa. Dan, itu membuat terluka. Bukan cemoohan, khotbah
panjang, atau membiarkan mereka seorang diri, melainkan uluran
tangan penuh kasih. Kiranya Roh Kudus memberi kepekaan akan
kebutuhan orang lain serta kelemahlembutan untuk "mengangkat" dari
kejatuhan lewat sentuhan kasih kita kepada mereka. --SCL
ULURAN KASIH KITA KEPADA SAUDARA YANG MENGALAMI KEJATUHAN
AKAN MENOLONGNYA BANGKIT DARI KETERPURUKAN.
Galatia 6:1-10