Senin, 21 Februari 2011

JIKA IBADAH DISELEWENGKAN

Sebuah gereja ingin ibadah Natalnya dihadiri banyak orang. Lantas,
muncullah ide kreatif. Diumumkan di media massa bahwa dalam
kebaktian Natal nanti akan ada door prize. Setiap orang yang datang
akan diberi kupon. Setelah diundi, sang pemenang akan pulang dengan
membawa hadiah berupa mobil! Cara ini terbukti ampuh. Ribuan orang
hadir memenuhi tempat ibadah. Mereka beribadah sambil berharap agar
bisa pulang membawa mobil baru.

Ibadah mestinya diselenggarakan untuk memuliakan Tuhan. Namun, bisa
terjadi, penyelenggaraan ibadah disusupi motivasi lain. Raja Saul
mengajak rakyat mempersembahkan korban bakaran sebelum maju
berperang. Ibadah itu diadakan terutama bukan untuk menyembah Tuhan,
melainkan untuk menggalang massa. Mempersatukan rakyat yang sudah
tercerai-berai. Saul lebih memikirkan kepentingan rakyat daripada
kepentingan Tuhan. Maka, aturan ibadah pun ia abaikan. Tidak sudi
Saul menunggu Samuel yang sudah ditunjuk Tuhan memimpin ibadah (1
Samuel 10:8). Di-pimpinnya sendiri ibadah itu. Yang penting ibadah
berlangsung dan rakyat senang! Saul menjadikan ibadah hanya sebagai
alat untuk mencapai tujuan politiknya. Konsekuensinya fatal. Tuhan
menolak-nya!

Ibadah bukan wadah untuk pamer diri atau memikat massa. Jalankan
ibadah hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan menyenangkan hati
jemaat. Jika Anda menghadiri ibadah, hadirlah dengan motivasi murni.
Jangan jadikan ibadah saat untuk berpacaran, mencari rekan bisnis,
apalagi sekadar menjadi ajang "cuci mata" --JTI

IBADAH YANG TIDAK BERFOKUS KEPADA TUHAN
SAMA SEKALI BUKAN IBADAH YANG SEBENARNYA

Pelita tubuh

Menurut Anda apa yang paling penting dalam hidup ini? Apa yang
mendasari kehidupan ini? Apa yang menggerakkan kehidupan ini?
Apakah hal yang paling penting dalam hidup ini adalah ketika kita
bisa melihat kehidupan kita ke depan? Pandangan ini akan sangat
memengaruhi langkah demi langkah yang kita lewati dalam hidup ini.

Allah memiliki sebuah tujuan dalam hidup kita yaitu agar kita
bercahaya di dunia yang gelap ini. Akan tetapi sering kali mata
kita dibutakan oleh kegelapan dunia, kita lebih suka mengikuti
jalan di dalam dunia yang gelap ini. Mata kita suka akan tawaran
dunia yang gelap. Atau mata kita disilaukan oleh gemerlap dunia
yang membawa kita ke panggung kesombongan karena kerlap kerlip
kemewahan dan kesuksesan.

Kita lupa bahwa mata adalah pelita tubuh kita (34). Mata secara fisik
adalah pelita bagi tubuh, bukan pelita bagi akal (intelektual)
saja, bukan juga pelita bagi jiwa saja, tapi pelita bagi tubuh
secara keseluruhan. Dan selama pelita itu bekerja dengan baik,
kita mempunyai cahaya dalam tubuh kita. Ketika mata kita sudah
mulai mencoba untuk melirik dosa maka tubuh kita akan memberikan
respons untuk datang kepada dosa. Jika mata kita baik, teranglah
seluruh tubuh. Ketika mata kita sudah tidak memliki fokusnya maka
jalan kehidupan kita mulai dikaburkan (35).

Mata fisik kita boleh saja mengalami gangguan, tetapi janganlah
demikian dengan mata rohani kita. Kita harus tetap menjaganya agar
senantiasa berfungsi dengan baik, karena itu akan menjadi penuntun
bagi kita untuk tetap memandang kepada Allah

Bagaimana agar mata rohani kita tetap berfungsi dengan baik? Yaitu
dengan selalu menjaga persekutuan pribadi kita dengan Tuhan,
dengar-dengaran akan firman Tuhan, dan melakukan firman Tuhan itu
dalam kehidupan kita sesehari. Walaupun kita harus kehilangan
penglihatan kita secara fisik oleh karena sesuatu alasan, jangan
sampai kita kehilangan penglihatan rohani kita juga. Mata rohani
kita harus tetap baik dan sehat. Jangan sampai terjadi mata fisik
kita melek, tetapi mata rohani kita justru tertutup dan gelap.

PERCAYA DENGAN SEGENAP HATI

Seorang mahasiswa kehilangan sepeda motornya ketika tengah
berkunjung ke indekos temannya. Si pemilik indekos, karena merasa
ikut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, menyarankan agar si
mahasiswa menemui paranormal terkenal yang ada di daerah itu. Namun,
men-dengar saran itu, ia menjawab, "Ibu, saya menaruh percaya kepada
Yesus. Saya lebih baik kehilangan sepeda motor saya daripada
bertanya ke paranormal." Sebuah pernyataan yang tentu tak mudah
dijalankan.

Penulis Amsal meminta kita menaruh percaya kepada Tuhan. Kata
"percaya" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yakin benar
atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan sese-orang atau
sesuatu (bahwa seseorang atau sesuatu itu akan dapat memenuhi
harapannya). Dengan demikian, percaya kepada Tuhan berarti yakin
benar pada kemampuan Tuhan, bahwa Dia dapat memenuhi apa yang kita
harapkan. Bahwa Dia dapat diandalkan, kapan pun dan di mana pun.
Selanjutnya, penulis Amsal mengatakan bahwa percaya yang dimaksud
adalah percaya dengan sege-nap hati. Artinya, percaya yang juga
dibarengi dengan kehendak untuk memasrahkan diri secara penuh kepada
maksud dan rencana Tuhan.

Percaya tentu memerlukan dasar. Penulis Ibrani mengatakan bahwa
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, sampai
selama-lamanya (Ibrani 13:8). Ayat tersebut menjadi peneguhan bagi
kita bahwa Yesus layak dipercaya dan diandalkan karena Dia tidak
berubah. Jika demikian, dalam kehidupan kita sehari-hari-menjalankan
bisnis, karier, pergaulan, kepemilikan atas sesuatu, kepada siapakah
dan dalam apakah kita menaruh percaya? --SS

KUASA KRISTUS LEBIH BESAR DARI SEGALA KUASA LAIN
MAKA TAK USAH MENCARI PERTOLONGAN DI TEMPAT LAIN

Rabu, 16 Februari 2011

Prioritas

Dampak langsung dari perkembangan teknologi di era globalisasi salah
satunya adalah semakin meningkatnya konsumerisme. Akibatnya, kita
semakin bias membedakan manakah yang termasuk kebutuhan dan
manakah yang termasuk keinginan. Oleh karena itu, John Neisbitt
dalam bukunya "Megatrends 2000" mengusulkan sebuah prinsip "first
thing first", artinya mengutamakan hal yang paling utama di antara
yang utama. Apa yang menjadi dorongan terbesar hati kita akan
menentukan pilihan dan prioritas yang kita buat.

Hal itu pulalah yang dialami oleh Martha dan Maria. Keduanya bertindak
sesuai dengan dorongan hati masing-masing ketika menyambut
kehadiran Tuhan Yesus. Waktu Yesus singgah di rumahnya, Maria
memilih duduk di dekat kaki Yesus (39). Maria memilih untuk duduk
dan mendengar dengan khidmat. Ini menunjukkan bagaimana Maria
memberikan perhatian penuh pada perkataan Yesus. Ia menyimak
dengan baik, seolah tak ingin ketinggalan satu kata pun dari
segala sesuatu yang disampaikan oleh Yesus. Lain halnya dengan
Marta. Marta sibuk sekali melayani (40). Mungkin ia ingin menjadi
tuan rumah yang baik hingga merasa perlu mempersiapkan berbagai
sajian untuk para tamu yang mendatangi rumah mereka. Walaupun
untuk itu ia harus berjerih lelah dan berpanas-panas di dapur.
Itulah sebabnya mengapa ia tidak bersama Maria.

Begitu sibuknya Marta sampai-sampai ia mengeluh mengapa Maria
duduk-duduk saja dan tidak ikut membantu dia (40). Namun
penjelasan Yesus kemudian mengajar kita bahwa penempatan prioritas
dalam relasi dengan Dia adalah sangat penting. Maka kita perlu
menyelidiki diri kita sendiri, apakah yang menjadi prioritas hidup
kita sekarang ini? Adakah kita terjebak pada pemenuhan ambisi atau
pembentukan citra diri seperti Marta? Marilah kita meniru teladan
Maria, yang bersedia mengambil waktu duduk di dekat kaki Yesus dan
mendengar perkataan-Nya. Karena hanya dekat dengan Yesus dan
dengar-dengaran firman yang akan membuat kita kuat dan berhikmat
dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

PENGKRITIK

Walt Disney adalah salah satu raksasa entertainment terbesar di
dunia ini. Apakah perjalanannya menuju sukses berlangsung mulus?
Tidak selalu. Disney harus bertemu banyak pengkritik yang berusaha
membunuh impiannya. Gagasan tentang tikus kartun pada zaman itu
sangat konyol. Tak heran Disney harus menelan banyak kritik,
sindiran, hinaan. Namun kini, anak-anak di seluruh dunia harus
berterima kasih kepadanya karena berhasil mempertahankan impian dan
tetap berusaha mewujudkannya.

Pengkritik tak memandang orang. Tak peduli betapa kerasnya Anda
bekerja. Tak peduli betapa hebatnya gagasan Anda. Tak peduli betapa
luar biasanya bakat dan kemampuan Anda. Tak peduli Anda sosok yang
sempurna. Anda tetap menjadi sasaran kritik. Tak seorang pun bebas
dari kritik. Semua dihadapkan pada pilihan: membiarkan kritik
membunuh impiannya atau memilih mempertahankan impian itu!

Yesus adalah figur sempurna. Namun, maksud baik Yesus pun
disalahartikan. Kebaikan Yesus menyembuhkan orang lumpuh, orang
buta, dan orang bisu pun, dikritik habis. Jika Tuhan Yesus yang
sempurna pun menuai kritikan hebat, apalagi kita. Ya, para
pengkritik ada di mana-mana. Kita tak dapat lepas dari pengkritik.
Solusi terbaik adalah menghadapi semua kritikan itu dengan jiwa
besar dan tidak membiarkan kritikan itu membunuh semua impian kita.

Apakah Anda sedang menuai sorotan serta kritikan tajam? Mungkinkah
semangat Anda meredup atau bahkan hampir mati karenanya? Lihatlah
bagaimana Tuhan Yesus menghadapi kritik. Bersemangatlah kembali dan
raih lagi impian Anda selaras dengan hati-Nya? Serahkan diri pada
pimpinan Roh Kudus! --PK

KRITIK DATANG TAK SELALU UNTUK MENYERANG
TETAPI AGAR KITA LEBIH TAHU APA ARTINYA BERJUANG

Senin, 14 Februari 2011

KEKUATAN CINTA

Kerap orang kemudian mengartikannya sebagai ketundukan yang
memposisikan istri sebagai pelayan dan pengikut kehendak suami
Bilangan 19-21

Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor
Universitas Internasional Columbia demi merawat Muriel, istrinya,
yang mengalami alzheimer atau gangguan fungsi otak. Muriel sudah
tidak bisa apa-apa, bahkan untuk makan, mandi, serta buang air pun,
ia harus dibantu. Pada 14 Februari 1995 adalah hari istimewa-tanggal
itu, 47 tahun lalu, Robertson melamar Muriel-maka ia memandikan
Muriel dan menyiapkan makan malam kesukaannya. Menjelang tidur ia
mencium Muriel, menggenggam tangannya, dan berdoa, "Bapa surgawi,
jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam, biarlah ia mendengar
nyanyian malaikat-Mu."

Paginya, ketika Robertson sedang berolahraga dengan sepeda statis,
Muriel terbangun. Ia tersenyum kepada Robertson. Dan, untuk pertama
kali setelah berbulan-bulan Muriel tak pernah berbicara, ia
memanggil Robertson lembut, "Sayangku ...". Robertson terlompat dari
sepeda statisnya. Ia memeluk Muriel. "Sayangku, kamu benar-benar
mencintaiku?" tanya Muriel lirih. Robertson mengangguk dan
tersenyum. "Aku bahagia." Itulah kata-kata terakhir Muriel sebelum
meninggal.

Alangkah indahnya relasi yang didasarkan pada cinta; tidak ada
kepedihan yang terlalu berat untuk dipikul. Cinta adalah daya dorong
yang sangat ampuh untuk kita selalu melakukan yang terbaik;
menjalani kegetiran tanpa isak, melalui kepahitan tanpa keluh,
melewati lembah kekelaman dengan kepala tegak. Tak heran Salomo pun
mengatakan, cinta kuat seperti maut (ayat 6). Maka, mari kita
me-numbuhkembangkan cinta di hati, untuk melandasi setiap tindakan
dan ucapan kita; di mana pun dan kapan pun --AYA

CINTA ADALAH DASAR YANG KOKOH TEGUH
UNTUK SEBUAH RELASI

Jumat, 11 Februari 2011

Beritakanlah!

Orang yang punya tujuan pasti akan memikirkan bagaimana cara untuk
mencapai tujuan itu dalam waktu tertentu. Dengan demikian,
menyusun strategi adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan.

Yesus tahu bahwa waktu sebelum saat kematian-Nya tidak akan lama lagi,
sementara masih banyak tempat yang belum pernah Dia datangi dan
masih banyak orang yang belum pernah mendengar firman-Nya. Oleh
karena itu Yesus memerlukan lebih banyak orang untuk pergi dan
memberitakan Kabar Baik itu. Maka Yesus mengutus tujuh puluh orang
untuk mendahului Dia. Sama seperti kedua belas murid yang
sebelumnya diutus untuk pergi, ketujuh puluh orang ini pun tidak
diperbolehkan membawa bekal perjalanan (4). Namun Yesus memberi
petunjuk tentang bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan makan
minum serta kebutuhan akan tempat bermalam (7-8). Lalu bagaimana
dengan tugas ketujuh puluh orang ini bila dibandingkan dengan
tugas kedua belas orang murid yang telah diutus sebelumnya? Tugas
mereka sama, yaitu menyembuhkan orang sakit dan memberitakan
Kerajaan Allah (9). Menyembuhkan orang sakit penting karena
menunjukkan bahwa Kerajaan Allah datang dengan kuasa dan kasih
karunia yang dapat dimiliki atau dialami oleh orang-orang yang
mengimani Yesus Kristus. Namun bukan berarti bahwa mereka akan
selalu diterima dengan tangan terbuka (10-12). Malah mereka akan
seperti anak domba di tengah serigala, yang menakutkan dan bisa
mengancam nyawa si anak domba (3).

Sampai kini pun pemberitaan Kabar Baik selalu menimbulkan konsekwensi.
Lalu apakah karena itu kita akan tinggal diam? Baik sebagai
pribadi pengikut Tuhan maupun sebagai bagian dari umat percaya,
kita perlu berdoa agar Tuhan menaruh beban di hati kita bagi
jiwa-jiwa yang terhilang, agar orang lain pun mengalami kasih
karunia kekal itu di dalam hidup mereka. Maka janganlah sia-siakan
waktu, jadikanlah hidup Anda sebagai sarana pemberitaan Kabar Baik
yang memungkinkan orang tertarik pada Tuhan yang kita sembah dan
muliakan.

JIKA TUHAN MENGHENDAKI

Semua orang pasti memiliki rencana. Ada rencana jangka pendek, ada
juga rencana jangka panjang. Dalam menyusun rencana, orang mendaftar
apa saja yang akan dilakukan dan apa saja sumber daya pendukung yang
ada agar rencana itu terwujud. Dan, orang kerap membuat perencana-an
dalam berbagai aspek kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga,
pekerjaan maupun pelayanan.

Ada orang yang membuat perencanaan dengan sangat rinci, ada juga
yang tidak. Dalam pelaksanaannya pun ada rencana yang terlaksana
dengan baik, ada yang berjalan walau tidak sesuai, bahkan ada yang
sama sekali tidak terlaksana. Nyatanya, sebaik apa pun sebuah
rencana dibuat, manusia tidak punya kuasa mutlak membuat semuanya
terjadi seperti yang ia kehendaki. Oleh karena itu, dalam surat
kepada kedua belas suku di perantauan (1:1), Yakobus mengingatkan
jemaat untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan.
Hal ini akan membantu mereka, juga kita, untuk peka terhadap
kehendak Tuhan dan tidak cepat bermegah diri. Apalagi sebagai
anak-anak Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan dan
kekuatan kita.

Semua yang kita rencanakan untuk dilakukan di sepanjang hari ini
atau esok, hanya dimungkinkan jika Tuhan menghendaki kita hidup dan
melakukannya (4:15). Inilah yang harus selalu kita ingat; bahwa kita
adalah manusia yang terbatas, dan Tuhanlah yang punya kuasa mutlak
atas hidup kita. Sehebat apa pun rencana kita, tanpa Tuhan
menghendakinya terjadi, maka hal itu tidak akan ter-laksana.
Sudahkah Anda melibatkan Tuhan dalam perencanaan Anda hari ini? --SL

SEMAKIN BANYAK HAL YANG KITA RENCANAKAN
SEMAKIN PERLU KITA MELIBATKAN TUHAN DI DALAMNYA

Kamis, 10 Februari 2011

TERBIASA DENGAN DOSA

Sebagai mahasiswa kedokteran, seorang kerabat saya diwajibkan
berdinas di rumah sakit. Tugasnya cukup menguji nyali: jaga malam di
kamar mayat. Di hari pertama, ia sangat terganggu oleh suasana
dingin dan aroma formalin. Namun, setelah dua-tiga hari, ia mulai
bisa bertugas dengan santai, bahkan sambil makan di situ! Manusia
memang bisa "kebal" menghadapi situasi buruk, asal dibiasakan, sebab
Tuhan memberinya kemampuan adaptasi yang hebat. Tanyai saja orang
yang sudah lama be-kerja di WC umum, pelelangan ikan, atau pompa
bensin-pasti mereka merasa nyaman saja, walau tempat kerjanya tidak
nyaman.

Sayang, saking baiknya kemampuan adaptasi manusia, kadang dosa pun
bisa tak terasa seperti dosa lagi. Seperti bacaan firman Tuhan hari
ini. Sulit dipercaya bahwa yang melakukan tindakan tercela itu
adalah Raja Salomo: sang penulis puluhan amsal yang bijaksana dan
berwibawa. Salomo jatuh cinta pada gadis-gadis asing dari Moab,
Amon, Edom, Sidon, dan Het. Seiring berjalannya waktu, kesenangan
Salomo atas istri-istrinya menggantikan posisi Tuhan di hidupnya
(ayat 3, 4). Kesenangan-kesenangan itu memalingkan kasihnya dari
Allah.

Belajar dari Salomo, mari kita lebih waspada. Jangan berkompromi
dengan dosa demi kenyamanan pribadi. Mungkin di awal kita masih
punya rasa bersalah, tetapi lama-kelamaan kita bisa terbiasa hingga
merasa tidak ada yang salah. Jangan sampai kita terlena dan
terjerumus. Seperti kata pepatah: Jika kita menghabiskan waktu di
pasar, kita akan tercium seperti ikan; jika kita menghabiskan waktu
di taman, kita akan tercium seperti bunga; jika kita terus-menerus
berbuat dosa, ada waktunya semua akan terbuka --OLV

SERAPAT-RAPATNYA DOSA DISELUBUNGI
SUATU KALI IA AKAN MEMBUAT PELAKUNYA MERUGI

Rabu, 09 Februari 2011

ANJURAN DAN LARANGAN

Ada satu cara yang saya terapkan dalam mendidik anak. Di sebuah
kertas saya menuliskan beberapa kata kunci mengenai hal-hal yang
boleh dan yang tak boleh mereka lakukan. "Mengerjakan PR", "bangun
tepat waktu", "minum susu", adalah hal-hal yang harus dikerjakan.
"Berebut mainan", "terlalu banyak nonton televisi", adalah aktivitas
yang saya larang. Jika mereka melakukan yang dianjurkan, saya akan
membawa mereka bermain keluar rumah atau membelikan buku menggambar
kesukaan mereka. Sebaliknya, jika mereka melakukan apa yang
dilarang, saya akan memberi mereka hukuman.

Yosia, seorang raja yang lembut hatinya, menyediakan dirinya untuk
mendengar dan berusaha menaati Tuhan dengan membaca dan mempelajari
Taurat yang ditemukan di rumah Tuhan. Ia mendengar dengan
sungguh-sungguh apa hukuman yang Tuhan tetapkan bagi mereka yang
me-ninggalkan Dia (ayat 17), dan juga apa berkat Tuhan bagi mereka
yang taat (ayat 18-20). Yosia men-jadikan Taurat Tuhan sebagai
cermin yang patut dipercaya tentang apa yang seharusnya dilakukan
umat Tuhan, dan apa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Kesungguhan untuk mau dikoreksi oleh Tuhan melalui firman-Nya harus
kita pelihara. Kita butuh mendidik diri sendiri untuk mengikuti apa
yang dianjurkan Tuhan dan menghindari apa yang dilarang oleh-Nya.
Salah satu cara sederhananya: buatlah daftar apa yang Dia kehendaki
untuk dilakukan dan apa yang tidak, setiap kali selesai membaca
firman. Lalu taati dan kerjakan setiap hal di daftar itu dengan
sabar dan setia. Biarlah firman Tuhan menjadi petunjuk hidup kita
yang terutama --FZ

BERKAT DIBERIKAN SEBAGAI UPAH KETAATAN
DAN MURKA SEBAGAI UPAH PELANGGARAN kaudengar itu,
19 oleh karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di
hadapan TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang
Kufirmankan terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya, bahwa
mereka akan mendahsyatkan dan menjadi kutuk, dan oleh karena
engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Akupun
telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN,
20 sebab itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada
nenek moyangmu, dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu
dengan damai, dan matamu tidak akan melihat segala malapetaka
yang akan Kudatangkan atas tempat ini." Lalu mereka menyampaikan
jawab itu kepada raja.

Bacaan Alkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?Bilangan+4-6


e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

MENGALAMI SENDIRI

Saat Anne Graham Lotz-putri Billy Graham-masih remaja dan bergumul
dengan imannya, ia dinasihati seorang pemimpin rohaninya. "Selama
ini kau masih memandang Allah melalui sebuah prisma. Pandangan ibu,
ayah, dan gerejamu, masih sangat mewarnai pandanganmu tentang Allah.
Mulai sekarang, pandanglah Allah dengan cara pandangmu sendiri.
Majulah bersama Allah." Anne sadar, ia tak dapat hidup berkenan
kepada Allah hanya karena ia mempunyai orangtua yang hebat dalam
pelayanan. Ia harus mengalami sendiri hubungan pribadi dengan-Nya.
Sejak, itu ia mengalami kemenangan dan sukacita di hidupnya.

Ketika Tuhan mengizinkan Iblis mendatangi Ayub dengan berbagai
ujian, Ayub mendapat kesempatan untuk mengalami sendiri siapa Tuhan
yang selama ini ia abdi. Ayub adalah orang yang paling saleh, jujur,
dan takut akan Tuhan, di antara orang-orang di seluruh bumi (Ayub
1:1, 8). Namun, baru setelah melalui segala ujian itu, di akhir
kitab Ayub kita membaca bahwa ia tak hanya mengenal Tuhan dari kata
orang, tetapi dari pengalamannya sendiri (42:5). Maka, ia bisa
bersaksi mantap tentang Tuhan. Dan, sanggup menyimpulkan
pengalamannya bukan dengan hujat atau keluh, melainkan dengan
pengakuan akan kebesaran Tuhan yang berdaulat atas hidupnya (42:2).

Memiliki sendiri pengalaman rohani bersama Tuhan adalah kunci untuk
bertumbuh secara rohani. Jangan hanya mendengar tentang kebesaran
Tuhan dari kesaksian para rohaniwan atau rekan seiman. Praktikkan
iman kita dan alami sendiri kemenangan bersama-Nya. Maka, dari hidup
dan mulut kita akan keluar kesaksian tiada henti-yang menguatkan
iman kita dan membesarkan nama Tuhan --AW

MENDENGAR TENTANG KEBESARAN TUHAN ITU MENYENANGKAN
MENGALAMI KEBESARAN TUHAN ITU MENGHIDUPKAN IMAN

Senin, 07 Februari 2011

Melihat kemuliaan Tuhan

Yesus memiliki kebiasaan yang patut diteladani oleh para pengikut-Nya,
yakni kebiasaan untuk berdoa dan bersekutu dengan Bapa-Nya di
surga. Pada waktu itu Yesus membawa ketiga murid-Nya naik ke atas
gunung untuk berdoa. Lalu terjadi sesuatu. Lukas mencatat bahwa
"...rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih
berkilau-kilauan" (29). Tidak hanya itu, ada dua orang yang
terlihat berbincang-bincang dengan Yesus. Mereka adalah Musa dan
Elia. Dua pribadi yang sangat dikenal di kalangan bangsa Yahudi.
Keduanya pun menampakkan diri dalam kemuliaan (30-31). Perubahan
rupa yang terjadi pada Yesus adalah suatu gambaran tentang
keadaan-Nya kelak dalam kerajaan-Nya yang akan datang, yaitu saat
Dia akan memerintah sebagai Raja.

Perubahan rupa atau yang disebut transfigurasi itu terjadi untuk
menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ini sekaligus merupakan
suatu jaminan atas kebangkitan dan kerajaan-Nya yang akan datang
kelak. Juga membuktikan keunggulan Yesus dari Musa dan Elia,
seperti ditunjukkan dalam kesaksian Petrus yang diberikan dalam 2
Petrus 1:16-18. Hal ini diperkuat dengan suara yang datang dari
surga, yang menyatakan Yesus sebagai Anak yang dipilih oleh Bapa
(35).

Bagi ketiga murid Yesus, yaitu Yakobus, Petrus, dan Yohanes, peristiwa
itu tentu saja menjadi pengalaman yang menakjubkan dan sangat
berharga. Mereka dapat melihat Yesus dalam rupa yang penuh dengan
kemuliaan. Orang lain yang pernah juga menyaksikan rupa Yesus
dalam kemuliaan adalah Stefanus. Namun hal itu terjadi setelah
Yesus bangkit dan naik ke surga (Kis. 7:56).

Sebagai orang percaya, adakah kerinduan dalam hati Anda untuk melihat
Yesus dalam kemuliaan-Nya, sebagaimana yang telah disaksikan oleh
Yakobus, Petrus, dan Yohanes? Bila ya, mari kita terus bertekun
dalam iman kita hingga pada waktunya kelak kerinduan tersebut
dapat terwujud, yaitu tatkala kita bertemu muka dengan muka dalam
kemuliaan-Nya yang kekal kelak. Keselamatan kita di dalam
Kristuslah yang menjadi jaminan untuk itu.

LEMAH LEMBUT

Kalau kamu tidak bertobat, tinggalkan rumah ini!" seru Pendeta Joe
pada Tim, anaknya, yang terlibat pergaulan bebas. Tim langsung
minggat. Menyewa indekos. Suatu malam ayahnya ditelepon seseorang.
"Anakmu ada di penjara. Ia terlibat perdagangan narkoba!" Segera
sang ayah mencarinya di penjara, tetapi anaknya tidak ada di situ.
Ternyata berita telepon itu salah sambung. Maka, Joe ber-usaha
mencari tempat kos Tim. Menjelang subuh baru ketemu. Anaknya itu
sedang tidur. Ia masuk ke kamarnya, berlutut dan memeluknya, lalu
berkata: "Tim, kamu baik-baik saja, kan? Ayah sayang pada-mu!"
Ketika Tim melihat kelemahlembutan ayahnya, hatinya pun tersentuh.
Ia pun pulang dan bertobat.

Kelemahlembutan kadang dipandang sebagai kelemahan. Orang lebih suka
bersikap keras untuk menunjukkan kuasa dan wibawa. Padahal
kelemahlembutan lebih ampuh! Ketika Paulus ber-kunjung ke
Tesalonika, para lawannya telah menghasut jemaat. Paulus dituduh
gagal menjalankan misinya, sehingga dianiaya di Filipi. Menghadapi
hasutan itu, Paulus tidak bersikap keras dengan me-nunjukkan
otoritasnya sebagai rasul. Ia tidak menghabisi para lawannya, atau
membesarkan diri untuk merebut simpati. Namun, ia bersikap seperti
ibu yang mengasuh anaknya. Lemah lembut. Berusaha mendengar dan
memahami kebutuhan mereka. Belajar merendah dan melayani. Sikap
itulah yang membuatnya disegani.

Apakah Anda dikenal sebagai orang yang kasar atau lemah lembut? Suka
memotong pembicaraan atau membiarkan orang lain berbicara? Pemarah
atau mudah mengalah? Jika Anda mau dihormati, terapkan
kelemahlembutan --JTI

HATI YANG KERAS BISA DIKALAHKAN
JIKA ANDA PUNYA SENJATA KELEMAHLEMBUTAN

Sabtu, 05 Februari 2011

Mukjizat itu nyata

Mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus selalu di luar dugaan
manusia. Apa yang dipandang mustahil oleh manusia, bagi Yesus
adalah sebuah keniscayaan. Hal ini kembali nyata dalam bacaan kita
hari ini, saat Yesus mengubah lima roti dan dua ekor ikan menjadi
makanan yang cukup bagi lima ribu orang lebih.

Saat itu orang banyak berbondong-bondong mengikut Yesus. Mereka tidak
kunjung beranjak, padahal hari sudah menjelang malam. Melihat
orang banyak itu, Yesus merasa perlu memberi mereka makan. Namun
pada saat itu mereka hanya memiliki lima potong roti dan dua ekor
ikan. Dengan jumlah makanan sesedikit itu, mana mungkin bisa
mencukupi kebutuhan makan orang sebanyak itu? Tentu saja jauh dari
cukup (12-13).

Akan tetapi, apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi
Allah. Yesus, yang tidak mau membiarkan orang-orang tersebut
mengalami kelaparan, kemudian bertindak. Lima roti dan dua ekor
ikan, setelah dibagikan, ternyata mencukupi kebutuhan lima ribu
orang yang hadir pada saat itu. Bahkan masih bersisa sebanyak dua
belas bakul (14-17)!

Bagaimanakah mukjizat itu dapat terjadi? Kapankah lima buah roti dan
dua ekor ikan berubah menjadi makanan yang cukup bagi orang
banyak, bahkan berlebih? Kalau kita perhatikan, mukjizat itu
terjadi bukan ketika lima roti dan dua ekor ikan ada di tangan
para murid, akan tetapi pada saat ada di tangan Tuhan Yesus, yang
mengucap berkat dan memecah-mecahkan roti tersebut, lalu kemudian
membagikannya kepada orang banyak.

Dalam kisah ini kita melihat kuasa dan kedaulatan Allah dalam
menjadikan segala sesuatu, juga dalam mencukupi kebutuhan manusia.
Keterbatasan manusia dan keterbatasan berbagai sumber daya tidak
menjadi penghalang bagi kuasa Tuhan untuk bekerja. Hal yang paling
penting adalah menyerahkan segala sesuatunya kepada tangan Tuhan
yang berkuasa. Sebab itu, jangan menghalangi kuasa Tuhan dengan
segala keterbatasan yang kita miliki. Bila kita mau berserah,
mukjizat itu pasti nyata dalam hidup kita.

Yesus, Sang Mesias

Sudah berapa lamakah kita menjadi orang percaya? Apakah selama ini
kita telah sungguh-sungguh mengenal siapa Yesus, sehingga kita
dapat memberikan jawaban yang benar dan tepat ketika orang
bertanya tentang Yesus?

Pada bagian ini kita membaca tentang Yesus yang mengajukan pertanyaan
kepada murid-murid-Nya: "Kata orang banyak siapakah Aku?" Para
murid memberikan banyak alternatif jawaban kepada Yesus (19).
Kembali Yesus bertanya kepada para murid. Kali ini lebih spesifik:
"Menurut kamu, siapakah Aku ini?" (20a). Bila sebelumnya banyak
murid yang berlomba menjawab, kali ini hanya Petrus yang
memberikan jawaban kepada Yesus (20b).

Pertanyaan Yesus kepada murid-murid mengenai siapa diri-Nya,
berhubungan erat dengan apa yang Dia sampaikan setelah itu. Yesus
memberitahu tentang segala sesuatu yang akan menimpa diri-Nya
(22-27). Dengan kata lain, Yesus memberikan dasar atau alasan bagi
semua hal yang akan Dia alami, yakni karena Dia adalah Mesias dari
Allah, seperti yang dikatakan oleh Petrus.

Penolakan dan aniaya yang akan dijalani oleh Yesus merupakan
"konsekuensi" dari eksistensi-Nya sebagai Mesias. Banyak orang
yang menolak hal ini, termasuk para tua-tua dan ahli-ahli Taurat
(22) karena mereka menciptakan konsep Mesias berdasarkan pandangan
mereka sendiri. Apa yang dialami Yesus juga akan dialami oleh para
murid dan pengikut-pengikut-Nya (23-24). Keyakinan yang kuat
tentang siapa Yesus, akan menjadi kekuatan bagi murid-murid Yesus
untuk bertahan dalam penderitaan dan aniaya yang harus mereka
tanggung kelak.

Lalu bagaimana dengan kita selaku pengikut Kristus saat ini? Sudah
jelaskah bagi kita siapakah Yesus Kristus, yang kita sebut sebagai
Tuhan dan Juruselamat dalam setiap pengakuan iman kita? Kiranya
kita tidak meragukan kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup. Dengan meyakini hal itu, dengan mengenal Dia
semakin dalam dari hari ke sehari melalui persekutuan pribadi
dengan Dia, kita akan siap membayar harga dalam perjalanan kita
mengikut Dia dengan memikul salib.

BATAS KEPUASAN DIRI

Suatu hari saya menonton acara perlombaan di televisi, yang
rasanya cukup langka: lomba memakan burger sebanyak-banyaknya.
Hadiahnya, uang dengan jumlah yang fantastis. Usai lomba, peserta
yang keluar sebagai pemenang tampak sangat puas. Ia berhasil
menghabiskan sejumlah besar burger dengan waktu tercepat. Saya jadi
bertanya-tanya, inikah cermin kehidupan manusia masa kini? Melahap
apa yang ada di depannya sebanyak mungkin, dalam waktu sesingkat
mungkin, demi mendapat hadiah sebanyak mungkin? Ah, sungguh itukah
arti hidup kita?

Doa yang diajarkan Yesus justru mengarahkan hal yang sebaliknya,
"berikanlah ... yang secukupnya, " kata-Nya. Dia mengajar kita untuk
tidak serakah. Secukupnya saja, sesuai kebutuhan kita, sebab Tuhan
memelihara kita hari demi hari. Keserakahan hanya membuat orang
sulit bersyukur, sebab harapannya selalu tertuju pada hal yang lebih
besar. Itu sebabnya orang serakah tidak pernah tenang hatinya.
Selalu tidak puas, tenggelam dalam ambisinya sendiri. Tuhan sangat
tidak berkenan pada keserakahan. Dia mengajar kita untuk berjalan
setiap hari bersama-Nya, dengan kecukupan dari-Nya. Bahkan jika ada
kelimpahan, Dia meminta kita berbagi, sebab masih banyak orang yang
membutuhkan.

Sifat serakah harus diwaspadai, sebab ia bisa menjangkiti siapa
saja. Keserakahan akan menyingkirkan nilai-nilai kasih dan
kepedulian kita pada kepentingan dan kebutuhan sesama. Sebab,
keserakahan membuat kita selalu menginginkan lebih, bahkan saat kita
sudah cukup memiliki segala sesuatu-kuasa, materi, dan sebagainya
--HA

KETIKA SYUKUR MENGUASAI HATI
SESUNGGUHNYA HIDUP KITA TELAH TUHAN CUKUPI

Selasa, 01 Februari 2011

Takut pada Yesus

Kehadiran dan karya Yesus ternyata dapat menimbulkan rasa takut. Yang
aneh, rasa takut itu muncul juga pada diri setan-setan, yang
biasanya ditakuti manusia. Manusia pun bisa takut pada dampak
karya dan kuasa Yesus. Kedengarannya aneh, tetapi itulah yang
terjadi.

Setan-setan yang merasuki diri seorang Gerasa membuat orang itu hidup
liar seperti hewan. Ia tidak berpakaian, tinggal di pekuburan,
dirantai dan dibelenggu, juga pergi ke tempat-tempat sunyi (27,
29). Setan-setan itu juga memampukan dia untuk memutuskan semua
ikatan. Ketika melihat Yesus, setan-setan mengenali identitas-Nya.
Mereka tahu siapa Yesus. Itu sebabnya mereka sangat ketakutan
kalau-kalau Yesus melakukan sesuatu atas mereka (28, 31). Namun
bagi Yesus, jiwa manusia jauh lebih berharga. Dia tidak
mengizinkan setan mana pun menguasai manusia. Sebab itulah Dia
datang ke dunia, yaitu untuk membebaskan manusia dari ikatan
dengan kuasa jahat. Maka Yesus pun mengusir mereka dari orang
Gerasa itu.

Pulihnya si orang Gerasa dari kerasukan, ternyata memunculkan
ketakutan di pihak lain. Orang banyak yang mendengar kisah itu
lalu penasaran dan mendatangi Yesus. Di situ mereka melihat orang
yang semula kerasukan itu sudah pulih. Bukannya senang, mereka
malah merasa takut (35, 37). Akibatnya mereka mengusir Yesus
keluar dari daerah mereka.

Sungguh tragis bila orang lebih takut pada apa yang akan Yesus lakukan
dalam hidup mereka dibanding dengan apa yang setan lakukan. Ada
yang khawatir bila Yesus mengubah banyak hal dalam diri mereka,
atau meminta mereka memutuskan ikatan dengan berbagai hal yang
sudah menjadi bagian hidup mereka. Buat orang semacam itu, adalah
lebih baik bila Yesus menjauh dari hidup mereka. Mereka tak mau
Yesus intervensi dan mengutak-atik hidup mereka.

Adakah rasa takut semacam itu dalam diri Anda? Atau sudahkah Anda
membuka diri Anda seluas-luasnya pada karya Yesus, meskipun untuk
itu Anda harus bayar harga dengan meninggalkan semua yang tidak
Dia perkenan? Kiranya Tuhan memampukan kita.