Senin, 21 Februari 2011

JIKA IBADAH DISELEWENGKAN

Sebuah gereja ingin ibadah Natalnya dihadiri banyak orang. Lantas,
muncullah ide kreatif. Diumumkan di media massa bahwa dalam
kebaktian Natal nanti akan ada door prize. Setiap orang yang datang
akan diberi kupon. Setelah diundi, sang pemenang akan pulang dengan
membawa hadiah berupa mobil! Cara ini terbukti ampuh. Ribuan orang
hadir memenuhi tempat ibadah. Mereka beribadah sambil berharap agar
bisa pulang membawa mobil baru.

Ibadah mestinya diselenggarakan untuk memuliakan Tuhan. Namun, bisa
terjadi, penyelenggaraan ibadah disusupi motivasi lain. Raja Saul
mengajak rakyat mempersembahkan korban bakaran sebelum maju
berperang. Ibadah itu diadakan terutama bukan untuk menyembah Tuhan,
melainkan untuk menggalang massa. Mempersatukan rakyat yang sudah
tercerai-berai. Saul lebih memikirkan kepentingan rakyat daripada
kepentingan Tuhan. Maka, aturan ibadah pun ia abaikan. Tidak sudi
Saul menunggu Samuel yang sudah ditunjuk Tuhan memimpin ibadah (1
Samuel 10:8). Di-pimpinnya sendiri ibadah itu. Yang penting ibadah
berlangsung dan rakyat senang! Saul menjadikan ibadah hanya sebagai
alat untuk mencapai tujuan politiknya. Konsekuensinya fatal. Tuhan
menolak-nya!

Ibadah bukan wadah untuk pamer diri atau memikat massa. Jalankan
ibadah hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan menyenangkan hati
jemaat. Jika Anda menghadiri ibadah, hadirlah dengan motivasi murni.
Jangan jadikan ibadah saat untuk berpacaran, mencari rekan bisnis,
apalagi sekadar menjadi ajang "cuci mata" --JTI

IBADAH YANG TIDAK BERFOKUS KEPADA TUHAN
SAMA SEKALI BUKAN IBADAH YANG SEBENARNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar