Senin, 30 September 2013

MELEK ALKITAB?

Nats: Orang-orang Yahudi di kota itu ... menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (Kisah Para Rasul 17:11)

Pada 2002, George Barna melakukan survei terhadap orang Kristen di Amerika. Ia ingin mengetahui pengetahuan mereka tentang Alkitab. Hasilnya: 48% responden tidak dapat menyebutkan nama 4 kitab Injil; 52% tidak dapat menyebutkan lebih dari 3 nama murid Yesus; 60% tidak dapat menyebutkan 5 saja dari 10 Perintah Allah; 61% mengira bahwa "Khotbah di Bukit" adalah khotbah Billy Graham. Bahkan, 71% responden juga mengira bahwa kalimat "Tuhan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri" adalah sebuah ayat Alkitab!

Jemaat Berea adalah jemaat yang "menerima firman itu dengan segala kerelaan hati" (ay. 11). Artinya, mereka tidak mengeraskan hati; mereka membuka hati untuk diajar tentang kebenaran. Dan, mereka tak sekadar membaca firman, tetapi juga menyelidikinya. Dari situ, mereka dapat menguji apakah ajaran yang mereka terima itu benar (ay. 11). Sebagai buahnya, iman mereka bertumbuh, kepercayaan mereka pada sang Mesias diteguhkan (ay. 12a). Bahkan, hidup mereka pun berdampak: mereka menjadi berkat bagi orang non-Yahudi, yang turut menjadi percaya (ay. 12b).

Ironis bila di tengah kebebasan untuk membaca dan memiliki Alkitab, orang justru kerap tidak membaca dan mempelajarinya. Padahal, inilah surat yang memperkenalkan Pribadi Allah yang benar. Inilah panduan Allah, yang memberi kita jalan saat menghadapi berbagai pergumulan. Inilah pertolongan Tuhan, agar kita tak kalah menghadapi masalah atau terperangkap dalam ajaran yang salah. Mari mempelajari firman-Nya. --Agustina Wijayani

FIRMAN-NYA ADALAH PENGUAT PADA SAAT KITA LEMAH;
FIRMAN-NYA ADALAH PEDOMAN PADA SAAT KITA BIMBANG.

Kisah Para Rasul 17:10-15

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 29 September 2013

AKHIR ZAMAN

Nats: Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu... hanya Bapa sendiri. (Matius 24:36)

Kapan zaman ini berakhir? Inilah pertanyaan manusia sepanjang zaman yang tak kunjung terjawab. Yesus mengajarkan bahwa dunia ini pasti berakhir ketika Dia datang untuk kedua kalinya (ay. 30-31). Kapan Dia datang kembali? Tak seorang pun yang tahu kecuali Bapa di surga.

Namun, Dia memberi kita tanda-tanda yang perlu kita perhatikan, agar kita waspada dan siaga. Tanda-tanda kedatangan-Nya kembali, antara lain bertambahnya pengajar dan mesias palsu (ay. 5), berita tentang peperangan (ay. 6-7a), meningkatnya bencana alam seperti tsunami, gempa, banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan (ay. 7b), dan Injil tersebar ke seluruh penjuru bumi (ay. 14). Yesus memberitahukan bahwa peristiwa-peristiwa ini bagaikan rasa sakit yang dialami seorang ibu yang akan melahirkan. Semakin dekat, frekuensi dan eskalasi rasa sakit itu semakin kuat (bdk. Yoh. 16:21). Demikian pula dengan kedatangan-Nya kembali. Ketika tanda-tanda di atas semakin intensif terjadi, berarti waktunya kian mendekat.

Bagi orang percaya, keadaan tersebut tidak perlu membangkitkan ketakutan. Sebaliknya, kita menantikan kedatangan-Nya dengan tekun dan sungguh-sungguh. Seperti seorang ibu yang sakit bersalin, penderitaan yang ditanggungnya itu berganti dengan kebahagiaan yang tak terkira ketika sang bayi terlahir dengan sehat. Demikian pula, penantian orang percaya akan berpuncak pada kebahagiaan yang tiada taranya: kedatangan kembali Tuhan dan Juruselamat untuk menjemput kita, mempelai perempuan-Nya yang cemerlang. --Susanto

BAGI ORANG PERCAYA, KEDATANGAN-NYA KEMBALI
BUKAN SUMBER KETAKUTAN, MELAINKAN SUMBER SUKACITA TIADA TARA.

Matius 24:1-36

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 23 September 2013

Makin lancar makin waspada

Ayat SH: Hakim-hakim 18:1-13

Kitab Hakim-Hakim terdiri dari 3 bagian: pengantar (ps. 1-2), kisah empat belas hakim (ps. 3-16), dan lampiran yang terdiri dari dua kisah (ps. 17-18, 19-21). Benang merah pasal 17-21 adalah "pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hak. 17:6, 18:1, 19:1, 21:25). Secara kronologis, kisah-kisah ini terjadi pada periode yang dekat dengan kematian Yosua sehingga kita akan menjumpai tokoh-tokoh cucunya Musa pada kisah pertama (Hak. 19:30) dan cucu Harun pada kisah kedua (Hak. 20:28).

Hari ini kita menjumpai interaksi antara lima orang pengintai dari suku Dan dengan seorang Lewi. Kelima orang ini kelihatannya takut akan Tuhan (5-6). Namun pertanyaan apakah perjalanan mereka diberkati Tuhan mungkin karena mereka kebetulan menjumpai si orang Lewi di jalan. Tampaknya mereka masih mau mengandalkan Tuhan, tetapi bila itu sesuai dengan rencana mereka. Kita dapat melihat hati dan pola pikir mereka yang sejati ketika kemudian mereka menjumpai orang-orang Lais yang hidup "aman dan tenteram" dan "kaya harta". Tanpa pikir panjang, orang Dan membawa enam ratus orang bersenjata untuk membantai habis seisi Lais guna merampas harta milik mereka.

Selaras dengan itu, kita ketahui juga dari pasal 17 bahwa orang Lewi ini juga bukan seseorang yang melayani Tuhan dengan benar, tetapi seseorang yang menggunakan patung emas dan berbagai perlengkapan ibadah buatan Mikha (Hak. 17:4-5) sebagai objek dan sarana ibadahnya. Ini bertentangan dengan banyak perintah Tuhan, terutama perintah kedua (Kel. 20:4-5).

Perikop ini menunjukkan bahwa orang yang hidupnya berhasil, rencananya berjalan baik, bahkan terlihat mendapat "restu" dari Tuhan, ternyata tindakan dan pemikirannya tidak berkiblat kepada Tuhan. Maka waspadalah ketika Tuhan mengizinkan hidup kita berada di jalan tol. Semakin lancar hidup kita, semakin perlu mawas diri dan memohon belas kasihan Tuhan agar Roh Kudus membantu kita menjaga hati "dengan segala kewaspadaan" (Ams. 4:23).

Hakim-hakim 18:1-13

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/09/23/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

CINTA DAN PENGURBANAN

Nats: Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24)

Selama sepuluh tahun menikah, Nia tidak mencintai suaminya. Ia marah karena mereka dijodohkan. Sebaliknya, Anto memberikan yang terbaik untuk istrinya. Ia bangun pagi, menyiapkan makanan, dan bekerja. Suatu ketika Nia pergi ke salon dengan dompet kosong karena Anto lupa mengembalikan uang yang baru saja ia ambil untuk keperluan sekolah anak. Ia bergegas menyusul Nia. Sungguh sayang, di jalan ia mengalami serangan stroke. Anto pun meninggal dunia. Dan, Nia baru menyadari cinta dan pengorbanan suaminya waktu suaminya sudah meninggal.

Kita dipanggil untuk memikul salib. Apakah yang diwakili oleh salib? Salib adalah gambaran kebenaran akan cinta dan pengorbanan. Yesus memikul salib karena cinta-Nya. Karena cinta Dia sengaja memilih memikul salib. Dia memberikan kurban yang paling mahal kepada Bapa, yaitu nyawa-Nya sebagai tebusan salah. Ketika Dia memanggil murid-murid-Nya memikul salib (ay. 24), kita harus melihat bagaimana dan mengapa Dia memikul salib. Dengan cara ini kita pun mengetahui arti salib.

Salib hanya dapat dipikul karena cinta kita kepada-Nya. Cinta memampukan kita melewati penderitaan sehebat apa pun. Orang yang memikul salib juga harus siap berkurban. Bukan sembarang kurban, melainkan kurban yang sangat berharga. Apakah yang kita miliki dan kita anggap berharga? Harta? Kedudukan? Itulah kurban salib. Salib adalah bukti totalitas. Setiap orang yang siap memikul salib harus siap menyerahkan segala-galanya untuk Tuhan sesuai dengan cara-Nya. --Martinus Prabowo

CINTA DAN PENGURBANAN BERJALAN BERIRINGAN,
MENGUATKAN KITA DALAM MEMIKUL SALIB.

Matius 16:24-26

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 14 September 2013

MULUTMU HARIMAUMU

Nats: Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mazmur 141:3)

Pepatah "mulutmu harimaumu" mengajarkan kepada kita bahwa perkataan yang keluar dari mulut ini harus kita kendalikan. Jika tidak, perkataan itu menjadi 'galak' seperti harimau yang bisa menerkam balik kita. Mulut adalah media untuk mengartikulasikan segala sesuatu yang ada di dalam pikiran dan hati. Oleh karena itu, pepatah ini ingin mengajarkan kepada kita untuk selalu mengendalikan mulut kita. Dengan apakah kita mengendalikannya?

Pemazmur mengajarkan kepada kita, bahwa untuk menyaring perkataan yang keluar dari mulut kita, tidak cukup dengan usaha sendiri, melainkan dengan berdoa. Berdoa adalah perlawanan yang paling tepat terhadap perkataan yang kotor dan jahat. Dalam doanya pada waktu petang, Daud berseru kepada Tuhan, meminta Tuhan melindungi dan memampukannya untuk hidup bagi kemuliaan-Nya. Permohonan ini begitu penting sehingga Daud berharap agar Tuhan menolongnya dalam pergumulan melawan berbagai bentuk pencobaan. Ia meminta Allah mengontrol perkataan, pikiran, dan tindakannya.

Kerinduan orang percaya adalah hidup kudus dalam setiap aspek kehidupannya. Dosa dalam berbagai bentuk akan berusaha menyimpangkannya. Yang berupa perkataan, misalnya, kita mengucapkan kata-kata kasar yang menyakitkan orang lain. Padahal, kita seyogyanya mengucapkan kata-kata yang penuh kasih dan membangun orang lain. Selaku pengikut Tuhan, kita perlu terus berdoa meminta tuntunan-Nya. Dengan berdoa, kita menaklukkan diri kepada Allah hingga terhindar dari dosa karena mulut kita. --Eddy Nugroho

KARENA SEPATAH KATA ORANG BISA DIANGGAP PANDAI;
KARENA SEPATAH KATA PULA ORANG BISA DIANGGAP BODOH. ­LUN GI

Mazmur 141:1-10

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 12 September 2013

ALLAH PERLU DIBELA?

Nats: Atau kausangka bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? (Matius 26:53)

Akhir-akhir ini ada kelompok ini itu yang suka melakukan penggeledahan, penggerebekan, penyisiran, penyerangan, dan pembunuhan. Dalam melakukan tindakannya, para pelaku itu cenderung bertindak keras, brutal, dan bahkan anarkis. Anehnya, semua itu mereka lakukan dengan dalih membela agama atau Allah. Pertanyaannya: benarkah Allah perlu dibela?

Ya, masakan Dia perlu ditolong manusia? Dia punya cara tersendiri untuk membela diri-Nya. Peristiwa di Taman Getsemani menyodorkan suatu jawaban yang unik. Sebelum Yesus ditangkap, Petrus berusaha membela-Nya dengan menetak putus telinga Malkhus. Bagaimana reaksi Yesus? Dia malah menegur Petrus dan menyembuhkan hamba Imam Besar itu (ay. 52-54). Sebelumnya, Yesus juga pernah menegur Petrus yang berusaha menggagalkan rencana keselamatan-Nya (Mat. 16:22-23). Akhirnya, ketika Dia tergantung di kayu salib, Allah Bapa malah "meninggalkan-Nya" (Mat. 27:46).

Tetapi, justru itulah cara Allah membela-Nya! Ketika Dia tidak mau dibela Petrus, dan tidak mau memanggil "lebih dari dua belas pasukan malaikat" (ay. 53), juga ketika Ia berdiam diri saat diadili, itulah saat Allah "membiarkan-Nya mati" agar rencana keselamatan itu bisa terwujud. Bayangkan, seandainya Allah melepaskan-Nya, maka gagallah rencana itu dan tiada jalan bagi kita beroleh keselamatan.

Allah Bapa dan Allah Anak "sengaja tidak membela diri", namun sesungguhnya itulah pembelaan-Nya terhadap rencana keselamatan yang sudah dirancang-Nya demi kita. Maka, Allah tak perlu dibela! --Hiendarto Soekotjo

KITALAH YANG SESUNGGUHNYA DIBELA ALLAH, BUKAN KITA YANG MEMBELA DIA!

Matius 26:47-56

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 09 September 2013

GELADI BERSIH

Nats: Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. (Ibrani 12:28)

Geladi bersih adalah pelatihan umum yang terakhir menjelang pelaksanaan atau pementasan acara sesungguhnya. Diharapkan, mereka yang terlibat memiliki gambaran tentang apa yang bakal dilakukan nanti. Geladi bersih merupakan persiapan dan bayangan bagi realitas yang sesungguhnya. Mana yang lebih utama dan lebih akbar? Jelas bukan bayangannya, tetapi realitasnya.

Penulis surat Ibrani memandang segala praktik ibadah pada masa sebelum Kristus sebagai "geladi bersih" bagi ibadah yang sejati sesudah kedatangan-Nya. Perjanjian yang lama menjadi bayangan bagi yang baru. Peran imam sebagai perantara dalam hubungan umat dengan Allah adalah persiapan untuk tugas Perantara yang diemban oleh Yesus Kristus. Darah hewan kurban menjadi simbol bagi darah suci yang mengalir di Kalvari. Israel yang menghadap Allah di Gunung Sinai adalah gambaran kita yang--melalui perantaraan Yesus--menyembah Dia dalam kekudusan-Nya. Dan apabila "geladi bersih"-nya sedemikian mulia dan membangkitkan kegentaran, apalagi ibadah yang sebenarnya.

Namun, benarkah demikian? Benarkah umat Kristen sekarang beribadah dengan antusiasme yang tinggi sekaligus sikap penuh hormat akan hadirat Allah? Seberapa siap kita memasuki sebuah ibadah? Seberapa dalam rasa syukur yang mendorong kita pergi ke gereja? Seberapa rindu kita menantikan datangnya hari Minggu? Semoga kita tidak dibuat malu ketika menengok betapa seriusnya umat Perjanjian Lama melakukannya, padahal itu baru sebuah "geladi bersih" belaka. --Pipi A Dhali

KITA SUNGGUH SIAP BERIBADAH JIKALAU KITA SUNGGUH SADAR
SIAPA YANG SEDANG KITA SEMBAH.

Ibrani 12:18-29

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jangan salahkan masa lalu

Yefta, seorang prajurit yang gagah berani, ternyata memiliki asal usul kelam. Ibunya adalah perempuan sundal dan bukan istri ayahnya (1). Itulah sebabnya, ia dibenci saudara-saudaranya seayah. Mereka tidak ingin bila suatu waktu dia mendapat harta warisan ayah mereka. Maka mereka mengusir Yefta (2), yang kemudian bergabung dengan geng perampok (3). Sungguh malang. Yefta menjadi korban kehidupan ayahnya yang bermoral rendah dan ketidakadilan keluarganya.

Namun kehidupan Yefta jadi berbalik seratus delapan puluh derajat ketika pemuka Israel di Gilead meminta dia untuk memimpin peperangan melawan bani Amon (5-6). Dari bacaan kemarin, kita tahu bahwa Israel sedang berada di bawah penindasan Filistin dan Amon, sebagai akibat dosa mengkhianati Tuhan. Setelah mengalami hukuman Tuhan, mereka berbalik kepada Tuhan dan Tuhan bersedia memulihkan mereka. Masalahnya, saat itu mereka tidak memiliki pemimpin untuk menghadapi bani Amon yang akan menyerang mereka (Hak. 10:17-18). Tentu saja pemuka Israel jadi pusing karena tidak bisa mencari orang untuk memimpin mereka berperang. Hingga akhirnya mereka menjumpai Yefta dan berjanji akan memberikan mereka otoritas atas Gilead (4-5).

Ini mengherankan Yefta mengingat perlakuan keluarganya sebelumnya. Namun dendam tidaklah menguasai hatinya. Ia tahu bahwa kalaupun ia berhasil mengalahkan bani Amon, itu terjadi karena Tuhanlah yang memberikan kemenangan (9). Maka Yefta membawa seluruh masalah itu kepada Tuhan (11).

Sungguh menarik melihat kesadaran Yefta akan kuasa dan karya Tuhan. Meski mungkin memiliki kepribadian kasar karena bergaul dengan geng perampok, ternyata ia beriman kepada Tuhan. Latar belakang Yefta sebenarnya mirip dengan Abimelekh (Hak. 8:31-9:4). Namun Yefta lebih sadar akan keberadaan Allah dan mau berserah pada-Nya. Melihat Yefta, kita sadar bahwa latar belakang kehidupan tidak bisa menjadi alasan bagi orang untuk tidak percaya Tuhan. Selain itu, jangan salahkan masa lalu atau kondisi keluarga atas keadaan kita pada masa kini.

Hakim-hakim 11:1-11

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/09/09/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 08 September 2013

NAMA YANG MENGGENTARKAN

Nats: Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. (Yosua 2:11)

"Sstt... Bu Priska datang, " bisik ketua kelas. Suasana kelas yang semula gaduh langsung tenang karena sang ketua kelas menyebut namanya. Tidak ada satu pun murid di kelas itu yang berbicara lagi. Beberapa orang bahkan terlihat duduk dengan tegang. Mereka tahu betul siapa Bu Priska. Semua orang di sekolah itu segan kepadanya. Suaranya sama tegasnya dengan sikapnya. Bu Priska murah pujian kepada murid yang berperilaku baik, tetapi juga akan menegur dengan keras murid yang berperilaku buruk.

Apa yang dialami oleh para murid saat mendengar nama Bu Priska mengingatkan saya pada kegentaran penduduk Yerikho saat mendengar nama Tuhan. Penduduk kota Yerikho merasa takut walaupun mereka tinggal di kota yang dikelilingi tembok yang sangat kuat. Tembok yang kokoh dan prajurit yang kuat tidak lagi membuat mereka merasa aman. Mereka merasa ngeri dan gemetar (ay. 9). Penduduk kota Yerikho menjadi tawar hati dan patah semangat ketika akan berhadapan dengan bangsa Israel (ay. 11). Mereka telah mendengar tentang Tuhan yang selama ini menolong bangsa Israel. Tuhan yang telah melakukan mujizat. Tuhan yang telah memberikan kemenangan kepada bangsa Israel (ay. 10). Nama Tuhan, perbuatan Tuhan, menggentarkan hati penduduk Yerikho.

Nama Tuhan mengacu pada karakter-Nya. Nama-Nya lebih kokoh daripada benteng terkuat sekalipun. Sudah sepatutnya kita gentar pada-Nya. Bukan gentar ketakutan, melainkan gentar penuh hormat. Di dalam nama-Nya, kita beroleh perlindungan, pengharapan, dan keselamatan. --Silvia Wiguno

DI TENGAH KEHIDUPAN YANG PENUH DENGAN TANTANGAN,
NAMA TUHAN ADALAH BENTENG PERLINDUNGAN YANG PALING AMAN.

Yosua 2

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 07 September 2013

HARI BERLOMBA

Nats: Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi. (1 Korintus 9:25)

Ketika saya sedang mengemudi di jalan, di depan saya ada van milik FedEx, yang di bumpernya tertempel stiker berbunyi "Every day is a race day". Ya, sejak bangun pagi hingga petang, kita terus bersabung dengan waktu, bergulat dengan tugas pekerjaan dan rumah tangga.

Rasul Paulus dalam nas hari ini juga berbicara mengenai pertandingan dalam kehidupan. Kebanyakan orang di dunia ini berlomba untuk memperebutkan kesuksesan yang berpusat pada diri sendiri dan keluarga atau kelompoknya. Sebaliknya, perlombaan orang beriman berfokus pada bagaimana kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.Ukuran keberhasilan dunia ini ialah standar pencapaian kehidupan, seperti kekayaan, kedudukan, kekuasaan, status sosial. Paulus menyebutnya mahkota yang fana. Tetapi, orang beriman berlomba untuk mengisi kehidupan barunya, agar menjadi lebih bermakna bagi sesama untuk kemuliaan Allah. Itulah mahkota yang abadi.

Dunia mengejar mahkota keberhasilan yang fana dan yang dapat layu. Tidak demikian dengan orang beriman. Kita mengejar mahkota kehidupan yang kekal. Kita melakukan pekerjaan sehari-hari yang tidak banyak berbeda dengan sebagian besar orang di dunia ini. Perbedaannya terletak pada nilai-nilai yang kita terapkan dalam bekerja dan kepada siapa kita mempersembahkan hasil karya kita. Bagi orang beriman, kita mengabdikan segala jerih lelah kita demi kemuliaan Tuhan dan bukan untuk hal yang lain. Adakah Anda dan saya berada di jalur ini dalam gelanggang perlombaan hidup? --Susanto

DUNIA MENGUKUR KESUKSESAN DARI PENCAPAIAN STANDAR HIDUP,
TETAPI KESUKSESAN HIDUP KITA DIUKUR DARI KETAATAN KEPADA ALLAH.

1 Korintus 9:24-27

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 06 September 2013

PAKAI "SABUN"-NYA

Nats: Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaiab karena iman, dalam darah-Nya. (Roma 3:25)

Dalam sebuah acara TV, seorang ateis menantang Reinhard Bonnke: "Kisah tentang darah Yesus sudah diberitakan selama 2.000 tahun, dan jika memang ada kuasa dalam darah itu, seperti kata Anda, tentunya keadaan dunia tidak akan sejahat sekarang ini." Oleh hikmat Tuhan, Bonnke-—penginjil ternama itu—-menjawab, "Tuan, di dunia ini ada banyak pabrik sabun, tetapi masih saja ada banyak orang yang bertubuh kotor. Sabun tidak akan membersihkan, jika ia tidak dipakai. Bahkan para pekerja pabrik sabun juga tak akan menjadi bersih, jika mereka tak memakainya. Jadi, pakailah. Mandilah dengan sabun. Serupa dengan itu, Anda harus mengizinkan darah Yesus membasuh hidup Anda yang berdosa, baru Anda akan dapat bernyanyi, 'Ada kuasa di dalam darah-Nya!'"

Benar, keadaaan manusia berdosa sangatlah mengenaskan. Tak ada seorang pun yang benar (ay. 10). Tak ada yang mencari Allah (ay. 11). Tak ada yang berbuat baik (ay. 12). Mulut mereka menipu dan penuh sumpah serapah (ay. 13, 14). Mereka menumpahkan darah (ay. 15). Mereka tidak mau berdamai (ay. 17). Mereka tidak takut akan Allah (ay. 18). Siapa yang tidak gerah melihat kondisi semacam ini? Seolah-olah tak ada lagi harapan.


Namun, Allah menyediakan jalan ajaib di tengah kondisi putus asa tersebut: "yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya" (ay. 22). Perhatikan bagian terakhir: bagi semua orang yang percaya. Bagian Allah adalah menyediakan penebusan. Bagian kita adalah menerima dan mengimani penebusan-Nya itu! --Agustina Wijayani

SEPERTI SABUN YANG AKAN BERFUNGSI KETIKA DIPAKAI,
BEGITU JUGA KESELAMATAN DITERIMA KETIKA KITA BERIMAN.

Roma 3:9-28

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 05 September 2013

SATU TAHUN LAGI

Nats: Jawab orang itu: "Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Lukas 13:8-9)

Seorang pengusaha memberi kepercayaan pada seorang karyawannya untuk mengelola suatu bidang usaha, namun sudah tiga tahun berturut-turut bisnis itu rugi. Menurut Anda, apa yang akan dilakukan oleh pengusaha itu? Jika Anda adalah sang karyawan, apa yang Anda harapkan akan dilakukan pengusaha itu?

Ternyata ia memberi Anda kesempatan satu tahun lagi untuk membuktikan bahwa Anda dapat berhasil. Anda mendapat sebuah anugerah. Apa yang akan Anda lakukan? Tidakkah Anda akan menggali segenap potensi diri Anda dan melakukan semua upaya agar berhasil sehingga kepercayaan yang diberikan kepada Anda tidak sia-sia? Jika ternyata Anda masih bekerja dengan setengah hati, Anda benar-benar tidak tahu bersyukur.

Begitu juga dengan pohon ara dalam perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus. Dari segi usia, sudah seharusnya ia berbuah sejak tiga tahun lalu. Akibatnya sang pemilik meminta agar pohon itu ditebang saja, karena tidak ada gunanya ia hidup. Lalu penjaga kebun memohon diberi waktu setahun lagi. Ia akan menggemburkan tanahnya dan memberinya pupuk. Jika tahun depan ia masih belum berbuah, maka pohon itu akan ditebang. Itulah gambaran hidup kita.

Jika Allah datang dan memeriksa hidup kita saat ini, buah apa yang akan Dia temukan? Apakah kita akan bersukacita atau menjadi malu karenanya? Karena itu, di saat Dia masih memberi kita kesempatan untuk hidup, jalanilah sebuah kehidupan yang bermanfaat sehingga Anda dapat menghasilkan buah-buah yang memuliakan nama-Nya. --Hembang Tambun

SETIAP HARI BARU YANG TUHAN BERIKAN UNTUK KITA JALANI
ADALAH KESEMPATAN UNTUK BERBUAH BAGI DIA.

Lukas 13:6-9

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 04 September 2013

Arti Kata HOSANNA

Kita Sudah sering mendengar mengenai kata "Hosanna", bahkan ketika memuji Tuhan kita juga sering mengatakan Hosana bagi Tuhan, apakah Hosana itu.

Hosana yang sering kita baca di Alkitab dapat kita jumpai di Mat 21:9 Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!"

dalam bahasa inggrisnya terjemahan King James And the multitudes that went before, and that followed, cried, saying, Hosanna to the Son of David: Blessed is he that cometh in the name of the Lord; Hosanna in the highest.

Mari Studi kata sedikit "Hosanna" berasal dari kata ibrani 'HOSYI'AH NA' terdiri dari 2 kata YASHA yang artinya "menyelamatkan" , NA yang artinya Permohonan atau doa

Secara ringkas Hosana kalau diterjemahkan dalam bahasa inggris I pray to be save now

Yang dalam bahasa indonesia secara harafiah "aku berdoa selamatkanlah aku sekarang".

Arti harafiah "aku berdoa selamatkanlah aku sekarang" sama dengan Mazmur 118:25 Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! (HOSYI'AH NA') Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!.  Yohanes 12:13 mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"

di kitab Yohanes 12 kata Hosana terkait dengan Hari Raya Pondok Daun karena dalam Yoh.12 ayat 13 "mereka mengambil daun daun Palem"

Dari penejelasan di atas bisa kita menarik kesimpulan Mengenai arti Hosanna.

Pertama, Permohonan Doa. Seperti dalam Maz. 118:25 Ya Tuhan BERILAH……Kata berillah menunjukkan sebuah permintaan yang dalam kepada Tuhan.

Kedua, Pujian atau sanjungan . seperti dalam Matius 21:9……….mengikuti Yesus dari belakang dan berseru (berseru dalam terjemahan kjv menjerit, berteriak,berseru dengan nyaring hingga suara menjadi parau)

Kalau Menyorot Matius 21:9 pengertian HOSYI'AH NA' itu merupakan suatu istilah dalam doa/ permohonan. Yang kemudian kata ini dalam Matius 21:9 menjadi suatu istilah yang menyatakan sukacita dan pujian kepada TUHAN, dan karena itulah ketika Tuhan Yesus Kristus memasuki kota Yerusalem, Ia dielu-elukan dengan kata "HOSANA!" Dengan demikian, cukup beralasan menerima bahwa melambai-lambaikan dahan palem dan meneriakkan "HOSANA!" untuk mengucapkan selamat datang bagi Tuhan Yesus Kristus, Respon spontan menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Allah Hosana bagi Anak Daud,

Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!"
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 03 September 2013

MENDERITA DENGAN TEKUN

Nats: Jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (Roma 8:25)

Victor Frankl, tawanan Nazi pada Perang Dunia II, menyatakan bahwa manusia dapat bertahan menghadapi apa pun, kecuali jika harus hidup tanpa pengharapan. Pengharapan itulah yang ditawarkan iman Kristen. Menjadi pengikut Kristus bukanlah resep untuk hidup makmur atau nyaman di negara ini. Malah sebaliknya. Untuk beribadah atau membangun tempat ibadah saja orang percaya kerap mendapatkan rintangan. Pernah saya melayani di satu daerah yang melarang gereja memasang lambang salib. Orang Kristen juga tidak kebal terhadap penderitaan dan dan bencana. Lalu, mengapa mau menjadi orang Kristen? Paulus menjawab: pengharapan.

Ketika manusia jatuh dalam dosa, dunia ikut terkena imbasnya, menjadi rusak dan cemar. Segenap ciptaan turut mengeluh karena mereka tidak seindah yang seharusnya. Saat ini, mereka yang percaya kepada Kristus mendapatkan keselamatan, namun keselamatan tersebut belum mencapai puncak kemuliaannya, yang akan terjadi ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Kemuliaan yang menanti kita ketika berjumpa dengan Tuhan Yesus itu amat besar sehingga, dibandingkan dengan hal itu, penderitaan kita hari-hari ini "ringan" saja. Itulah pengharapan yang menanti kita.

Adakah kita dihina karena nama Kristus? Adakah kita menderita hingga mengeluh sama seperti dunia ini? Godaan terbesarnya adalah untuk menyalahkan Tuhan. Namun, pengharapan kita sudah bersauh di tempat yang benar. Berpeganglah pada pengharapan tersebut di tengah penderitaan dan tantangan hidup! --Vincent Tanzil

PENGHARAPAN ADALAH SAUH BAGI JIWA
DI TENGAH BADAI KESENGSARAAN.

Roma 8:18-30

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 02 September 2013

Kasihilah isteri Anda selagi bisa dan ada waktu.

Suatu ajaran yang seringkali muncul kembali dalam sejarah Gereja Kristiani adalah begini:

1. Seorang anak menyimpulkan konsep dasarnya tentang Allah berdasarkan citra Ayahnya sendiri – Ayah dipandang sebagai cerminan Bapa Sorgawi.

2. Seorang anak menarik konsep dasarnya tentang Gereja berdasarkan pada teladan Ibunya sendiri – pemupukannya setiap hari, pengajarannya, nasihatnya, dan pendisiplinannya, dihayati oleh sang anak sebagai cerminan dari kualitas rohani yang diberikan Gereja.

3. Seorang anak menarik pengertiannya tentang bagaimana Allah berhubungan dengan Gereja – dan oleh karenanya, bagaimana Allah berhubungan dengannya sebagai anggota Gereja – dengan mengamati bagaimana Ayahnya berhubungan dengan Ibunya, dan Ibunya dengan Ayahnya.

Teladan Anda dalam cara Anda memperlakukan isteri Anda merupakan perumpamaan hidup bagi anak-anak Anda tentang bagaimana Allah ingin berhubungan dengan mereka! Apakah Anda menyediakan diri bagi isteri Anda? Apakah Anda memuji dan mendukung isteri Anda? Apakah Anda suka menolong isteri Anda? Apakah Anda memenuhi kebutuhan isteri Anda?

Tanyakanlah kepada diri sendiri hari ini, "Apakah aku perlakukan isteriku seperti kuharap Tuhan memperlakukanku?"

HAL TERBESAR YANG DAPAT DIPERBUAT SEORANG AYAH BAGI ANAK-ANAKNYA ADALAH MENGASIHI IBU MEREKA.

"Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri." Efesus 5:28

Disadur dari: Buku "Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk AYAH"
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jangan sembarang pilih

Gideon, sang pahlawan Israel, seolah bersikap rendah hati tatkala secara resmi menolak permintaan rakyat agar ia menjadi raja Israel. Bahkan ia menegaskan bahwa anaknya pun tidak akan duduk menjadi raja atas mereka (Hak. 8:22-31). Meski demikian, secara praktis Gideon bertingkah seperti raja. Namun tidak demikian dengan Abimelekh, anak Gideon.

Abimelekh sangat berambisi menjadi raja. Untuk itu ia tidak segan berlaku licik dan kejam (1). Padahal penulis kitab Hakim-hakim sedang menegaskan bahwa raja sejati adalah Tuhan. Abimelekh memberi pilihan kepada rakyat: ia atau ketujuh puluh saudaranya yang lain (2). Saudara-saudara ibunya ternyata bersikap suportif. Mereka menggalang dukungan, termasuk dukungan dana, bagi Abimelekh. Maka didapatlah dukungan dari warga kota Sikhem dan dari orang-orang bayaran (3-4). Selanjutnya, menghabisi ketujuh puluh saudaranya adalah langkah berikut untuk mewujudkan ambisinya (5).

Orang Sikhem tentu mendengar kisah Abimelekh yang membunuh ketujuh puluh saudaranya, sebelum mereka menobatkan dia menjadi raja (6). Namun tampaknya mereka tidak memusingkan hal itu karena bagi mereka, Abimelekh adalah saudara mereka (3). Memang ibu Abimelekh, yang merupakan gundik Gideon, berasal dari Sikhem (Hak. 8:31). Mungkin saja Abimelekh dibesarkan di Sikhem juga. Fanatisme kedaerahan tampaknya bersuara kuat dalam hal ini. Bisa jadi, orang Sikhem berharap bahwa pelantikan Abimelekh menjadi raja akan membawa keuntungan atau manfaat tersendiri bagi mereka. Meski demikian, seharusnya mereka tidak membutakan hati terhadap kebrutalan Abimelekh.

Memilih pemimpin adalah keputusan yang harus dipertimbangkan masak-masak karena dampak yang begitu besar bagi rakyat. Apakah orang yang tega membunuh ketujuh puluh saudaranya layak menjadi raja? Keputusan orang Sikhem yang gegabah akan dibayar mahal kemudian. Ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak sembarangan memilih pemimpin. Harus dilihat apakah ia berdiri di atas kebenaran.

Hakim-hakim 9:1-6

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/09/02/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

RUMAH SAMPAH

Nats: Lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan, seperti burung dari pada tangan pemikat. (Amsal 6:5)

Terperangah saya menyaksikan acara TV itu. Kru sengaja mendatangi rumah-rumah yang penghuninya tidak pernah membersihkan rumah dan membuang barang. Akibatnya rumah mereka begitu jorok, penuh tumpukan barang, sehingga sukar menemukan celah untuk berjalan. Orang harus melangkah di sela-sela timbunan barang. Udara pengap. Penuh bau tak sedap. Suasana gelap. Jauh dari kewajaran hidup yang sehat. Rumah dan sampah menyatu. Celakanya, si penghuni seolah dibuat lumpuh tak berdaya untuk memperbaiki keadaan.

Amsal 6:4-11 mengulas satu topik saja: kemalasan. Ini adalah sumber dari banyak kesusahan hidup yang mampu menyudutkan seseorang pada ketidakberdayaan yang melumpuhkan (ay. 11). Hal itu tidak terjadi dalam sekejap mata, melainkan ada prosesnya. Awalnya keengganan untuk bangun pada waktunya (ay. 4, 10). Artinya, selalu menunda. Nanti saja. Karena "dipelihara" sebagai kebiasaan, kemalasan bertumpuk. Jadi kian parah dan susah dilawan. Orang terjerat olehnya. Maka, hindarilah kemalasan sebelum ia menjadi "perangkap" (ay. 4).

Kebiasaan bermalas-malas tak boleh dibiarkan. Harus dilawan sedini mungkin. Jika terlanjur mendarah-daging, sangat sulit melawannya. "Pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak" seru penulis Amsal. Artinya, kita perlu segera menggantinya dengan kebiasaan yang berlawanan, dengan belajar memerintah diri sendiri agar tidak menunda pekerjaan (ay. 7-8). Ya, belajar menyelesaikan pada hari ini tugas yang dapat diselesaikan hari ini. --Pipi A

TIDAK ADA JALUR ALTERNATIF DALAM IMAN
SELAIN PERCAYA KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS.

Amsal 6:4-11

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 01 September 2013

JALUR ALTERNATIF

Nats: Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu. (Daniel 3:18)

Pak Joko, jemaat salah satu gereja di kota Solo, menderita penyakit asma yang cukup akut. Keteguhan hatinya membuat saya terkesan. Ia percaya bahwa suatu saat Tuhan pasti menyembuhkan penyakitnya. Pihak keluarganya, yang belum mengenal Tuhan, menganggap keyakinannya itu hanyalah suatu kebodohan. Bahkan mereka berusaha menawarinya pengobatan alternatif yang mereka yakini dapat memberikan kesembuhan. "Di gunung itu ada dukun ampuh, ribuan orang sudah disembuhkannya!" kata mereka membujuk Pak Joko. Dengan polos Pak Joko berkata, "Tidak. Terima kasih. Saya hanya percaya pada Gusti Yesus!"

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego pun pernah diberi jalan alternatif oleh Raja Nebukadnezar, agar nyawa mereka selamat dari perapian. "Sembahlah patung yang aku buat itu, maka kalian akan selamat!" kata raja. Tetapi, ketiga orang itu dengan teguh hati berkata, "Allah yang kami puja pasti sanggup melepaskan kami, tetapi seandainya tidak, kami tetap tidak akan menyembah patung yang tuan dirikan itu!" Kata-kata iman itu membawa ketiganya masuk ke dalam perapian, tetapi api itu tidak membakar tubuh mereka sedikit pun. Tuhan telah menyatakan pembelaan-Nya.

Tuhan seringkali menggunakan masalah pelik untuk menguji iman umat-Nya. Ketika Anda benar-benar dalam situasi tertekan dan tidak ada jalan keluar, selalu ada hal-hal yang berusaha menggoyahkan iman Anda. Apakah iman Anda tetap kepada Tuhan? Nyatanya, orang-orang yang memercayai Tuhan-lah yang akhirnya menerima pembelaan-Nya. --Samuel Yudi Susanto

TIDAK ADA JALUR ALTERNATIF DALAM IMAN
SELAIN PERCAYA KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS.

Daniel 3:1-18

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®