Rabu, 31 Oktober 2012

MEMBERI KESEMPATAN

Banyak orang mengagumi suara emas pemenang Indonesian Idol 2012, Regina Ivanova. Menariknya, ia pernah gagal dalam enam audisi sebelumnya. Selain kegigihannya, pastilah Regina bersyukur atas peraturan kompetisi yang mengizinkan mereka yang pernah gagal untuk mencoba lagi. Pada kesempatan ketujuh, ia tampil fantastis dan menjadi pemenang. Seandainya peraturannya berbunyi lain, mungkin nama Regina tak akan pernah kita kenal


Kesempatan untuk mencoba lagi juga pernah dialami Yohanes Markus. Ia tercatat "gagal" dalam pelayanan perdananya bersama Barnabas dan Paulus ke pulau Siprus (Kisah Para Rasul 13:5, 13). Namun, ketika akan melayani lagi ke tempat yang sama, Barnabas justru ingin mengajak Markus. Barnabas tentu memiliki alasan kuat. Mungkin ia melihat Markus sudah berubah. Atau paling tidak ia ingin memberikan bimbingan dan kesempatan lagi kepada Markus. Kegagalan sebelumnya tidak membuatnya menyerah atas hidup Markus, dan untuk itu ia bahkan mengambil risiko berpisah dengan rekan kerja yang "lebih andal" (ayat 39). Alkitab mencatat bahwa kepercayaan yang diberikan Barnabas kepada Markus tidaklah sia-sia. Bahkan Paulus akhirnya sangat memerlukan pelayanan Markus (lihat 2 Timotius 4:11)


Jika diberi kesempatan menolong hidup seseorang, bagaimana sikap kita terhadap kegagalannya? Ketika ia gagal, kita memilih meninggalkan atau memberinya kesempatan? Perhatikan, banyak orang yang hidupnya berubah dan dipakai Allah justru ketika mereka mengalami anugerah berupa kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Kita bisa menjadi alat bagi anugerah Allah tersebut. --PBS

PENGAMPUNAN DAN KESEMPATAN MENCOBA LAGI
KERAP KALI MENJADI JALAN MENUJU PERUBAHAN YANG BERARTI

Kisah Para Rasul 15:35-41
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 28 Oktober 2012

DASAR BERTINDAK

Pada tahun 1973, Loren Cunningham memimpin tim Youth With A Mission (YWAM) untuk membeli sebuah kapal besar bagi penginjilan dunia dan menjadi sorotan publik. Segala kelancaran membuat fokus mereka beralih dari Tuhan kepada kapal. Tuhan menegur melalui firman-Nya dan menyatakan bahwa mimpi tentang kapal itu harus "mati". Sedih, hancur, malu, mungkin menggambarkan suasana hati Loren dan tim ketika harus membatalkan pembelian dan kehilangan uang muka. Namun, ia menulis: Tuhan memberi kami kesempatan untuk memberi penghormatan yang lebih besar bagi-Nya dengan membiarkan mimpi kami mati, sehingga Dia dapat membangkitkan-Nya kembali. Sembilan tahun kemudian, kapal penginjilan YWAM yang pertama dinamakan Anastasis yang artinya "kebangkitan"


Kesaksian ini mengingatkan saya pada awal pelayanan rasul Paulus. Bayangkanlah perasaannya saat menjadi "sorotan publik": ini dia si penganiaya jahat, syukurlah sekarang ia bertobat. Ia harus kehilangan karir dan reputasinya di antara para pemuka agama Yahudi, meninggalkan Yerusalem untuk pergi ke Arab, bersaksi di tengah bangsa non Yahudi. Rasul terpelajar ini juga harus belajar bekerjasama dengan para rasul lain dari latar belakang nelayan dan tukang kayu (ayat 18-19). Namun yang menjadi dasar Paulus melangkah adalah pernyataan Tuhan, bukan manusia, jadi ia tidak mundur (ayat 11-12). Hasilnya? Tuhan dimuliakan (ayat 23)!


Apa yang akan Anda lakukan jika Tuhan berkata bahwa mimpi-mimpi Anda harus mati agar Dia mendapat penghormatan yang lebih besar? Apa yang akan Anda jadikan dasar untuk bertindak? Pendapat manusia, atau kebenaran firman Tuhan? --ELS

TUHAN, TOLONG AKU PEKA DAN TAAT ARAHAN-MU
KARENA RENCANA-MU JAUH LEBIH BAIK DARI RENCANAKU

Galatia 1:11-23
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 26 Oktober 2012

Latihan Lapangan

Kalau kita akan mengajari anak kita untuk bisa naik sepeda, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan memintanya mencatat banyak teori tentang naik sepeda? Tentunya tidak! Kita biasanya memilih untuk langsung membawanya ke jalan atau tanah lapang bersama dengan sepedanya. Dengan memegangi sepedanya dan memberikan beberapa dorongan, kita memintanya untuk langsung naik dan mengayuh. Dengan cara itulah ia akan lebih cepat untuk dapat bersepeda


Cara serupa dipakai Paulus ketika ingin mengasah Timotius untuk menjadi pelayan yang tangguh. Ia tidak meminta Timotius untuk memperbanyak ikut "seminar kepemimpinan dan pelayanan", tetapi meminta Timotius untuk ikut "praktik pelayanan" bersamanya (ayat 3). Timotius belajar dan dilatih dengan cara melihat Paulus melayani, sekaligus dilibatkan dalam pelayanan. Mau tidak mau, ia ikut merasakan penderitaan maupun sukacita pelayanan yang dialami Paulus (lihat 2 Timotius 3:10-11). Timotius menjadi matang melalui latihan di lapangan


Mungkin Anda merasa terpanggil untuk suatu pelayanan tertentu, namun ragu dengan kemampuan Anda. Mengambil komitmen terlibat langsung selama satu periode tertentu dapat menjadi latihan terbaik Anda. Mungkin kita sedang mempersiapkan mereka yang akan melayani, seberapa jauh kita memberikan kesempatan untuk mengalami apa yang dipelajari? Apakah kita pernah menciptakan peluang untuk mempraktikkan setiap prinsip firman Tuhan yang diajarkan? Ingat, menjadi pelaku firman jauh lebih penting daripada hanya sekedar tahu tentang firman. Dan, hal itu tidak terjadi di ruang kelas, melainkan dalam lapangan kehidupan setiap hari. --PBS

PERSIAPAN PELAYANAN TERBAIK
ADALAH DENGAN IKUT AMBIL BAGIAN DI DALAMNYA

Kisah Para Rasul 16:1-5
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pengajar yang belajar

Ada ungkapan "guru itu hanya menang semalam dari muridnya". Artinya, guru hanya perlu belajar sehari sebelum ia mengajar dan itu cukup untuk menjadi bekal mengajar keesokan harinya. Akibatnya banyak pengajar yang sekadar menghafal ulang materi yang pernah diketahui sebelumnya. Mereka merasa bahwa tugas mereka sekarang hanyalah membagi ilmu yang pernah didapat. Bagi mereka, belajar dan menimba ilmu adalah pengalaman dan kegiatan masa lalu. Menyedihkan bukan?


Timotius diminta untuk membenahi pengajaran yang melenceng di tengah-tengah jemaat (ayat 1-5). Untuk itu ia sendiri haruslah menguasai pokok-pokok pengajaran yang sehat (ayat 6). Paulus mengingatkan agar Timotius terus bertekun mempelajari Kitab Suci dan mengawasi pengajarannya. Hanya dengan mengetahui yang benar maka ia akan mampu meluruskan kesalahan. Dengan terus belajar maka ia akan mengalami kemajuan dalam pemahaman dan akan mampu menjawab pergumulan jemaat yang tentunya akan selalu ada. Timotius diingatkan bahwa sebagai pengajar, ia tidak boleh berhenti belajar.

Kita mungkin diberi kesempatan untuk mengajar atau membimbing orang lain, entah itu sebagai orangtua, guru, gembala jemaat, pembimbing kelompok kecil, atau melalui peran lainnya. Masihkah kita terus belajar sampai hari ini? Apakah kita menginginkan untuk semakin memperdalam dan memperluas hal-hal yang selama ini sudah sering kita ajarkan? Apakah kita berharap bahwa setiap nasihat kita mampu menjawab persoalan nyata dari mereka yang kita tolong? Kalau kita ingin kedapatan bertanggung jawab dengan tugas yang Tuhan telah percayakan, maka tidak ada jalan lain selain: teruslah belajar! --PBS

HANYA PENGAJAR YANG TERUS BELAJAR
YANG LAYAK UNTUK TERUS MENGAJAR

1 Timotius 4:11-16
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 19 Oktober 2012

MENGEJAR KELEMAHLEMBUTAN

  Apa yang terlintas di pikiran Anda mendengar kata lemah lembut?
  Seorang yang feminin, gemulai dan bersuara halus? George Bethune
  pada tahun 1839 pernah menulis: "Mungkin tidak ada karunia yang
  lebih kurang didoakan atau diupayakan daripada karunia
  kelemahlembutan. Kelemahlembutan lebih dianggap sebagai
  kecenderungan alami atau sikap lahiriah daripada sebagai kualitas
  seorang pengikut Kristus. Jarang kita merenungkan bahwa tidak lemah
  lembut itu berarti dosa."


  Mengejar kelemahlembutan rasanya tidak cocok dengan konteks sebuah
  "pertandingan iman" dalam pesan Paulus yang kita baca (ayat 12). Apa
  yang ia maksudkan? Paulus memakai kata "lemah lembut" untuk
  menggambarkan sikapnya yang meneladani Kristus ketika menegur jemaat
  Korintus (2 Korintus 10:1-2). Ia menghindari perkataan keras dan
  kasar, dan sebaliknya berusaha meluruskan pendapat atau tindakan
  yang keliru dengan sikap yang penuh penghormatan kepada orang lain.
  Kata ini juga dipakainya untuk menunjukkan bagaimana jemaat harus
  menolong, bukan merendahkan atau menggosipkan, saudara seiman yang
  jatuh dalam dosa (Galatia 6:1). Kalau kita perhatikan,
  nasihat-nasihat Paulus kepada Timotius juga berbicara tentang sikap
  yang demikian


  Jika orang terdekat Anda ditanya hari ini, akankah mereka mengatakan
  bahwa Anda adalah orang yang lemah lembut? Tuhan Yesus mengajak kita
  untuk belajar "lemah lembut" seperti diri-Nya (Matius 11:28). Salah
  satu buah yang rindu dihasilkan Roh Kudus dalam hidup kita adalah
  kelemahlembutan. Mari berusaha "mengejar" karunia ini, mohon Tuhan
  menata perkataan dan perilaku kita seperti Kristus: penuh
  kelemahlembutan. --ELS

           KELEMAHLEMBUTAN ADALAH KEKUATAN, BUKAN KELEMAHAN
        IA DIHASILKAN OLEH ROH ALLAH YANG KUAT DAN MENGUATKAN

  1 Timotius 6:11-16

Kamis, 18 Oktober 2012

KE MANA MENCARI DAMAI?

Anda tentu sependapat bahwa damai sejahtera adalah hal yang
dirindukan semua orang di dunia. Segala cara ditempuh demi damai
diperoleh dalam kehidupan pribadi, keluarga, bahkan antar negara.
Sebab itu, konselor tak pernah sepi, diplomat selalu sibuk, dan
pasukan perdamaian masih saja dibentuk. Sebagai orang kristiani,
seberapa sering Anda mengalami damai sejahtera? Jika damai sejahtera
adalah buah Roh Kudus yang diam di dalam kita (Galatia 5:22),
bukankah seharusnya kita mengalaminya setiap hari?


Ternyata selain menjanjikan damai sejahtera, Tuhan Yesus juga
memastikan bahwa masalah besar akan dialami oleh mereka yang menjadi
murid-murid-Nya. Lebih tepatnya, mereka akan "menderita
penganiayaan". Hmm.... Lalu bagaimana mungkin mereka bisa beroleh
damai sejahtera? Kepastian berikut diberikan: "Aku [Yesus] telah
mengalahkan dunia". Yesus memegang kuasa tertinggi (Matius 28:18),
segala sesuatu diletakkan di bawah kaki-Nya (lihat Efesus 1:22).
Sebab itu, tidak ada masalah yang bisa luput dari perhatian-Nya atau
terlalu sukar untuk ditangani-Nya


Yesus tidak mengajar murid-murid-Nya bagaimana cara menghindari atau
melarikan diri dari masalah, tetapi bagaimana menghadapi masalah
dengan memandang dan berharap kepada-Nya. Usaha manusia hanya dapat
meredakan masalah dan memberi "damai" sesaat. Kehadiran Roh Kudus
memungkinkan kita memiliki damai sejahtera yang melampaui segala
akal, dengan mengarahkan kita kepada Pribadi yang memegang kendali
atas segara situasi. Badai masalah takkan dibiarkan-Nya melampaui
kekuatan kita, namun justru membentuk kita makin mencerminkan Dia.
--ELS

DAMAI SEJAHTERA DAPAT KITA ALAMI DENGAN KEHADIRAN ROH KUDUS
DIA AKAN SELALU MEMBAWA KITA KEMBALI MEMANDANG KRISTUS

Yohanes 16:25-33

Rabu, 17 Oktober 2012

BUKAN KANKER PERAMPASNYA

  Saya hampir tidak percaya apa yang saya lihat. Wajah yang bersinar
  penuh sukacita di depan saya adalah seorang pasien kemoterapi karena
  kanker getah bening stadium empat yang dideritanya. Terakhir kami
  bertemu wajahnya suram bukan main, dan napasnya sesak karena 80
  persen paru-parunya penuh sel kanker. Kini, dengan leluasa ia
  bertutur bagaimana Tuhan memakai kondisi sulit itu untuk membongkar
  banyak kepahitan, kebencian, dan masalah-masalah yang tertimbun di
  hatinya. Ketika semua itu dibereskan, sukacita mengalir deras, dan
  ajaibnya, kondisi fisiknya ikut mengalami kemajuan. Perebut sukacita
  yang sesungguhnya sudah disingkirkan


  Kisahnya mengingatkan saya pada Daud yang kehilangan sukacita ketika
  ia berbuat dosa. Dalam Mazmur pengakuannya, ia melukiskan bagaimana
  dosa yang dipendam membuat batinnya bergumul, dan tulangnya remuk
  (ayat 5, 10). Ketika dosa dibereskan, Daud kembali menjadi orang
  yang berbahagia (bandingkan Mazmur 32:1-2), dan kebaikan-kebaikan
  Allah spontan mengalir dari bibirnya (ayat 15-16). Daud sadar bahwa
  sukacita itu sangat erat kaitannya dengan Roh Tuhan yang berdiam
  dalam dirinya (ayat 13). Kerelaan untuk taat juga merupakan karya
  Roh Tuhan (ayat 14)


  Apakah hari ini Anda sedang kehilangan sukacita? Salah satu perampas
  sukacita adalah dosa. Periksalah apakah ada kebencian, kepahitan,
  ketidakmauan mengampuni, atau dosa lain yang belum dibereskan di
  hadapan Tuhan. Akui dan tinggalkan dosa. Biarkan Tuhan memerdekakan
  Anda, dan memberikan buah-buah sukacita melalui kehadiran Roh-Nya.
  --ELS

             DALAM HUBUNGAN YANG HARMONIS DENGAN TUHAN,
          SITUASI SULIT TAK BERKUASA MERAMPAS SUKACITA KITA

  Mazmur 51

Senin, 15 Oktober 2012

KESEDIHAN ROH KUDUS

Francis Chan, penulis buku Forgotten God mengakui bahwa untuk
waktu yang lama, ia merasa agak berlebihan jika ia sebagai manusia
yang lemah bisa mendukakan Roh Kudus yang begitu hebat. Ia
mengevaluasi bahwa dalam budayanya, memiliki perasaan atau emosi
adalah sebuah kelemahan, sehingga ia seolah-olah mengecilkan sosok
Roh Kudus ketika berkata bahwa Roh Kudus bisa berduka


Namun, kenyataannya Alkitab jelas mengatakan bahwa Roh Kudus memang
bisa berduka. Yesaya berdoa mengakui dan mohon pengampunan Tuhan
atas perilaku umat Israel yang mendukakan Roh Kudus (ayat 10).
Perilaku mereka itu telah membuat Tuhan murka. Kita juga
diperingatkan dalam Perjanjian Baru untuk tidak menentang dan
membuat Roh Kudus berduka (Matius 12:32). Allah memberikan Roh-Nya
dalam hati umat-Nya untuk menginsafkan mereka akan dosa dan hidup
baru seturut kehendak-Nya (ayat 11, bandingkan dengan Yehezkiel
36:27). Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus hadir dengan kerinduan agar
orang berdosa bertobat. Menolak untuk mendengarkan Roh Kudus berarti
menolak untuk sungguh-sungguh bertobat dari kelakuan kita yang jahat
dan menerima anugerah Allah. Betapa ini menyedihkan hati-Nya!


Dalam perenungannya akan hal ini, Francis menulis, "Saya yakin jika
kita benar-benar memedulikan kesedihan Roh Kudus, perkelahian,
perceraian, dan perpecahan dalam gereja kita akan berkurang.... Saya
berdoa agar beberapa dari Anda, pembaca, akan merasa begitu hancur
karena telah membuat Roh Kudus berduka ... sehingga Anda berusaha
menyelesaikan setiap konflik yang Anda miliki...." Apakah Anda salah
satunya? --ELS

AMPUNILAH AKU YANG MENDUKAKAN HATI-MU, YA ROH KUDUS
LEMBUTKANLAH HATIKU UNTUK TIDAK MELAKUKANNYA LAGI

Yesaya 63:7-14

MENYELAMI PIKIRAN TUHAN

Mungkin seperti saya, Anda pernah berharap bisa mendengar Tuhan
menyatakan diri secara supernatural. Bukankah Tuhan telah berbicara
secara langsung kepada Abraham, Musa, dan Paulus; mengutus malaikat
untuk memberitahukan rencana-Nya pada Gideon dan Maria; memberi
penglihatan khusus kepada Yakub serta Petrus? Namun, kenyataannya,
Dia tidak menyatakan diri dengan cara demikian pada setiap orang.
Lalu, bagaimana kita bisa menyelami pikiran Tuhan dan hidup sesuai
kehendak-Nya? Nasihat yang tentu sering kita dengar: bacalah
Alkitab! Benarkah Alkitab dapat mewakili pikiran-pikiran Tuhan?


Rasul Petrus tampaknya menghadapi pertanyaan serupa sehingga ia
menegaskan bahwa Alkitab tidak dihasilkan oleh manusia (ayat 21).
Alkitab dapat dipercaya karena ditulis oleh ilham Roh Kudus (ayat
19, 21). Atas dorongan Roh Kudus juga, para rasul termasuk dirinya,
menyampaikan apa yang dinyatakan oleh Kristus sendiri, yang ternyata
sesuai dengan nubuat para nabi (ayat 16-19, 21). Ada hal-hal yang
belum dinyatakan Tuhan Yesus semasa di dunia karena ketidaksiapan
para murid, namun Roh Kudus akan memberitahukan hal-hal itu kepada
mereka pada saat yang tepat (lihat Yohanes 16:12-15)


Tanpa membatasi Tuhan yang dapat menyatakan diri dengan segala macam
cara, satu hal yang pasti, Dia telah menyatakan Pribadi dan
karya-Nya dalam Alkitab. Roh Kudus sendiri yang menuntun penulisan
Alkitab dalam sejarah yang panjang dan memeliharanya hingga
sekarang. Jika kita memang rindu menyelami pikiran-pikiran Tuhan,
mengapa kita tidak bertekun mempelajari karya tulis Roh Kudus ini?
--JOE

KARENA DITULIS OLEH ROH KEBENARAN,
KITA DAPAT MEMERCAYAI ALKITAB SEBAGAI FIRMAN TUHAN

2 Petrus 1:16-21

Jumat, 12 Oktober 2012

HIDUP DIPIMPIN ROH

  Mungkin Anda pernah mengikuti seminar-seminar untuk melatih
  pikiran. Para ahli mengklaim bahwa orang dapat hidup lebih baik,
  lebih sehat, lebih berhasil, jika pikiran kita positif. Pola
  berpikir orang-orang yang sukses dipelajari agar dapat ditiru, dan
  sukses mereka juga dialami. Banyak juga yang bahkan bersemangat
  belajar cara mengendalikan pikiran orang lain



  Tampaknya Paulus juga berbicara tentang pengendalian pikiran dalam
  Roma 8. Kata "keinginan" dalam bagian ini diterjemahkan dari kata
  Yunani phronema, yang berarti cara pikir atau pikiran. Namun, Paulus
  tidak mendorong jemaat Roma untuk mengikuti pola pikir mereka
  sendiri atau orang tertentu. Menurutnya, keinginan daging atau
  pikiran manusia tidak dapat diandalkan (ayat 6-8). Manusia hanya
  bisa berkenan pada Allah ketika melakukan keinginan Roh atau pikiran
  Allah (ayat 5, 13). Dan hal itu berarti hanya Roh Allah sendiri yang
  dapat mengendalikan pikiran manusia untuk hidup seturut kehendak-Nya



  Pernahkah dua skenario berikut kita alami? Keduanya tampak serupa,
  tetapi tidak sama. Kita melatih diri berpikir positif dengan metode
  tertentu, lalu berdoa mohon Tuhan memberkati kita dalam
  melakukannya. Atau, kita mengakui ketidakberdayaan kita, bersyukur
  atas kehadiran Roh Kudus, dan mohon pengarahan- Nya. Yang pertama
  mengandalkan diri sendiri dan minta Tuhan mengikuti. Yang kedua
  menempatkan diri dalam kesiapan dipimpin oleh Roh Allah, karena
  percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang sungguh hidup, dan sadar bahwa
  hanya Dialah yang bisa menuntun kita memikirkan kehendak-Nya.
  Manakah yang lebih mewakili keyakinan dan sikap kita? --HAN

       HIDUP DIPIMPIN OLEH ROH TUHAN BERARTI MEMPERSILAKAN DIA
      MENGGANTI PIKIRAN-PIKIRAN KITA DENGAN PIKIRAN-PIKIRAN-NYA

  Roma 8:1-17

Kamis, 11 Oktober 2012

RENOVASI TOTAL

  "Kalau marah ia persis seperti saya, " cerita sahabat saya tentang
  putranya. Cerita yang tentunya dialami tiap orangtua. Anak-anak
  tidak hanya mewarisi kemiripan secara bentuk fisik, tetapi juga
  sifat-sifat dan kecenderungan orangtuanya. Kalau saja boleh, mungkin
  para orangtua ingin membentuk anaknya dengan semua sifat yang baik
  saja, tetapi tentu saja itu tidak mudah


  Kenyataan ini sedikit banyak menolong kita memahami pernyataan Tuhan
  Yesus tentang pentingnya kelahiran kembali (ayat 3). Jelas yang
  dimaksud Yesus bukanlah proses kelahiran jasmani yang diulang dua
  kali, karena hasilnya akan sama saja: manusia berdosa yang tidak
  dapat ambil bagian dalam Kerajaan Allah. Di sini Yesus sedang
  berbicara tentang pembentukan hidup yang sama sekali baru oleh karya
  Roh Kudus. Renovasi total yang tidak mungkin dilakukan manusia.
  Kelahiran pertama membentuk manusia secara jasmani (ayat 6). Ada
  kebutuhan untuk bertahan hidup, mengasihi dan dikasihi, dan
  sebagainya. Kelahiran kedua membentuk manusia secara rohani. Ada
  gairah akan hal-hal yang rohani, hasrat untuk mengenal Tuhan dan
  menyelaraskan hidup dengan kehendak-Nya


  Hanya anugerah Roh Kudus yang memungkinkan kita menyadari
  ketidakberdayaan kita, memercayakan diri kepada Yesus sebagai
  Juruselamat, dan mengalami kelahiran kembali. Nikodemus, dengan
  segala pengetahuan rohaninya tidak dapat ambil bagian dalam Kerajaan
  Allah tanpa karya Roh Kudus ini. Demikian juga dengan kita, bukan?
  Status kristiani turun temurun atau keaktifan dalam kegiatan
  gerejawi bukan jaminan kita dilahirkan kembali. Sudahkah renovasi
  total oleh Roh Kudus kita alami? --HAN

          HIDUP YANG DIBARUI TAK DAPAT DIHASILKAN SENDIRI,
      HANYA ROH KUDUS YANG DAPAT MENJADIKAN KITA ANAK-ANAK ILAHI

  Yohanes 3:1-8

Rabu, 10 Oktober 2012

SANG PENOLONG

  Tahukah Anda bahwa Alkitab memuat lebih dari 100 nama, sebutan
  atau deskripsi tentang Roh Kudus? Ini adalah hasil studi Elmer Towns
  dalam bukunya Nama-nama Roh Kudus (The Names of The Holy Spirit).
  Menurutnya, seringkali orang tidak memperhatikan berbagai sebutan
  itu karena Roh Kudus di pikiran mereka adalah semacam kuasa atau
  pengaruh supernatural, aktivitas Tuhan yang memberi penghiburan atau
  kemampuan tertentu, bukan pribadi yang memiliki nama


  Dalam bacaan hari ini, kita menemukan salah satu sebutan untuk Roh
  Kudus, yaitu sang "Penolong", atau dalam bahasa Yunani: parakletos.
  Artinya, penolong, penghibur, atau advokat yang mendampingi. Sebutan
  ini juga diulang Yesus dalam ayat 26, 15:26; 16:7. Yesus berkata,
  Dia akan memberikan seorang Penolong "yang lain", atau dalam bahasa
  Yunaninya allos. Artinya, "yang lain" dari jenis yang sama. Yesus
  bisa saja menggunakan kata heteros--"yang lain" dari jenis yang
  berbeda--tapi tidak memilih kata tersebut. Dia dengan jelas
  menunjukkan bahwa Roh Kebenaran itu adalah Pribadi yang sama seperti
  diri-Nya. Kehadiran-Nya sama dengan kehadiran Allah Bapa dan Yesus
  sendiri (ayat 16, 23)


  Mungkin selama ini kita memiliki pandangan yang kabur tentang Roh
  Kudus, kurang melihat kehadiran-Nya, baik dalam Alkitab maupun
  kehidupan kita. Karena tidak mengenal-Nya, kita pun mengabaikan-Nya
  dan hanya mencari Dia saat membutuhkan kuasa pertolongan-Nya. Mari
  mohon Tuhan membukakan mata kita untuk melihat dan mengenal Roh
  Kudus lebih lagi. --LIT

            ROH KUDUS BUKAN SEKADAR KUASA TAK BERPRIBADI,
              DIA PRIBADI TUHAN YANG HARUS KITA HORMATI

  Yohanes 14:12-20

Minggu, 07 Oktober 2012

MEMFITNAH ALLAH

  Ada cerita menarik di seputar kampanye kepala daerah. Kupon
  sembako gratis dibagi-bagikan kepada masyarakat atas nama calon
  tertentu. Ketika masyarakat mendatangi rumah sang calon, mereka
  diberitahu bahwa itu kupon palsu dan tidak ada program pembagian
  sembako dari sang calon. Sang calon sendiri merasa geram karena ia
  dipermalukan dengan cara seperti itu. Baginya itu fitnah yang
  menyakitkan


  Dalam bacaan kita, Allah murka kepada Elifas, Bildad dan Zofar,
  ketiga teman Ayub karena mereka memiliki dan mengajarkan pemahaman
  yang salah tentang Dia (ayat 7-8). Allah difitnah. Mereka mengatakan
  hal-hal yang kedengarannya baik, namun tidak tepat tentang Allah.
  Berdasarkan hal itu mereka menyalahkan Ayub dengan penuh keyakinan.
  Pemahaman akan Allah yang tidak tepat, yang kemudian disampaikan
  kepada orang lain, pada hakikatnya adalah fitnahan terhadap Allah.
  Celakanya jika nasihat dan pengajaran yang demikian banyak didengar
  oleh orang-orang yang ingin mencari Allah dengan tulus. Banyak orang
  akan ikut memiliki pengenalan yang tidak tepat tentang Allah, lalu
  bisa kecewa atau menuntut sesuatu yang tidak pernah dikatakan atau
  dijanjikan-Nya


  Pemahaman seseorang akan Allah-nya pastilah akan memengaruhi hidup
  kesehariannya. Allah yang seperti apakah yang kita kenal selama ini?
  Sesuaikah dengan penyataan Allah tentang diri-Nya dalam Alkitab?
  Seberapa banyak hidup kita dipengaruhi pengenalan tersebut? Lalu,
  Allah yang seperti apa yang sedang kita ceritakan kepada orang lain
  melalui perkataan dan hidup kita? Yakinkah kita bahwa kita tidak
  sedang memfitnah Dia? --PBS

                 KENALI HAL-HAL YANG BENAR DARI ALLAH
               KATAKAN HAL-HAL YANG BENAR TENTANG ALLAH

  Ayub 42:7-10

SAAT HARUS MENANTI

  Begitu mendapat kepastian diterima di sebuah universitas di
  Jepang, sahabat saya jadi sangat bersemangat. Enam bulan menanti
  waktu berangkat dipenuhinya dengan berbagai persiapan seperti
  belajar bahasa, membeli koper besar dan baju hangat, juga mencari
  banyak informasi tentang negeri Sakura itu


  Bangsa Israel juga sedang menanti. Mereka menanti pertolongan Tuhan.
  Tapi tampaknya tidak banyak harapan dalam penantian mereka. Banyak
  yang berpaling mencari jalan keluar lain (ayat 18-20). Memang
  sebagian besar orang Israel saat itu kemungkinan adalah generasi
  yang hanya mendengar Tuhan dari cerita kakek-nenek mereka. Benarkah
  Tuhan mendengar dan akan menjawab? Bagaimana saya tahu Dia sanggup
  dan akan bertindak? Melalui nabi Yesaya, Tuhan menegur kebutaan
  rohani mereka dan menunjukkan bukti-bukti kehadiran dan
  kekuasaan-Nya (ayat 21- 28). Hanya pengenalan akan Tuhan yang dapat
  menghidupkan harapan dan memberikan kekuatan dalam penantian


  Ketika menantikan campur tangan Tuhan, apa yang biasanya kita
  lakukan? Adakah kita mereka-reka sendiri sosok Tuhan yang kita mau,
  dan bagaimana Dia harus bertindak, lalu kecewa karena harapan kita
  tak kunjung terpenuhi? Carilah jejak karya-Nya di sekitar kita,
  resapilah penyataan diri-Nya dalam Alkitab. Berdoalah dengan penuh
  pengharapan. Renungkan tiap situasi yang dialami dan tanyakanlah apa
  Tuhan ingin kita pelajari. Biarlah penantian kita akan Tuhan tidak
  menjadi masa "menganggur" yang tak jelas, tetapi menjadi masa-masa
  mengalami kekuatan baru yang dihasilkan dari makin dalamnya
  pengenalan kita akan Dia. --LIT

            JADIKAN MASA-MASA MENANTIKAN PERTOLONGAN TUHAN
            UNTUK MAKIN MENGENAL DAN MENGALAMI PRIBADI-NYA

  Yesaya 40:18-31

FENOMENA GUNUNG ES

  Gunung es adalah suatu bongkahan besar es air tawar yang telah
  terpecah dari akumulasi endapan salju yang membatu selama rentang
  waktu yang lama dan mengambang di perairan terbuka. Sekitar 80-90%
  volume gunung es berada di bawah permukaan air laut, besar dan
  bentuknya sulit diperkirakan hanya berdasarkan apa yang tampak di
  permukaan


  Hati dan pikiran manusia juga disadari Daud bagaikan gunung es.
  Kompleks. Sulit ditebak hanya berdasarkan apa yang tampak di luar.
  Ia pun meminta Tuhan menyelidiki hatinya. Daud mengenal Tuhan
  sebagai Pribadi yang Mahahadir (omnipresence), Mahatahu
  (omniscience) dan Mahakuasa (omnipotence). Tuhan hadir ketika ia
  melakukan segala sesuatu (ayat 1-4), sejak terbit fajar hingga
  tengah malam (ayat 9-10), sejak ia dibentuk dalam kandungan (ayat
  14-16) hingga nanti ia turun ke dalam dunia orang mati (ayat 7-8).
  Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Pemahaman akan kemahatahuan
  Tuhan bukan merupakan ancaman bagi Daud, malahan menjadi penolong
  bagi dirinya yang penuh ketidaktahuan dan keterbatasan.
  Kemahahadiran dan kemahatahuan Tuhan juga menjadi jaminan bahwa Dia
  berkuasa menyelidiki hati, menguji pikiran, serta memperbaiki apa
  yang keliru di dalamnya


  Seringkali kita tampak "baik-baik saja" di luar, namun, jikalau kita
  mau jujur dan mengizinkan Tuhan menyelidiki diri kita, ada banyak
  hal yang mesti kita tinggalkan, perbaiki, dan mohonkan pengampunan.
  Dalam kesadaran akan ketidakberdayaan kita menghadapi "fenomena
  gunung es" di dalam diri, maukah kita dengan rendah hati berseru:
  "Allah Yang Maha Tahu, selidikilah diriku, dan tuntunlah aku di
  jalan-Mu"? --DEW

                      KATA HATI BISA SAJA MENIPU
               MINTALAH DIUJI OLEH ALLAH YANG MAHATAHU

  Mazmur 139:1-23

Jumat, 05 Oktober 2012

ESTER AHN KIM

  Jika Anda sudah tahu akan dijebloskan ke dalam penjara untuk waktu
  yang lama, apakah yang akan Anda lakukan? Sebagian orang mungkin
  ingin memaksimalkan waktu yang tersisa untuk menikmati hal-hal yang
  disenangi. Ester Ahn Kim, seorang kristiani di Korea, tahu bahwa ia
  pasti dipenjara karena ia menolak bersujud dalam kuil yang dibangun
  penjajah di negaranya. Menariknya, sebagai persiapan, ia melatih
  diri untuk menghafal lebih dari seratus pasal Alkitab, karena tahu
  ia tak akan diizinkan menyimpan Alkitabnya. Tuhan memakai
  kesiapannya untuk membawa banyak orang mengenal Juru Selamat dan
  mengalami hidup yang diubahkan selama ia hidup di balik terali besi


  Persiapan Ester menunjukkan di mana hatinya berada. Ia tak mungkin
  bersusah payah menghafalkan isi Alkitab jika ia tidak menganggapnya
  cukup penting dan berharga. Ia tak ingin berpisah dengan Firman
  Tuhan. Kecintaan yang juga kita baca dari Mazmur 119. Pemazmur tak
  ingin berhenti memperkatakan Firman Tuhan, baik bagi dirinya sendiri
  (ayat 43-45), maupun bagi orang-orang di sekitarnya (ayat 42, 46).
  Firman Tuhan menjadi sumber pengharapan (ayat 50), sukacita (ayat
  47), tuntunan (ayat 51), penghiburan (ayat 52), nyanyian (ayat 54),
  dan upahnya (ayat 56)


  Kecintaan Ester dan pemazmur terhadap firman Tuhan membuat saya
  menginginkan keintiman yang lebih lagi dengan Tuhan. Dan jujur,
  disiplin yang lebih lagi. Bukan supaya dapat bermegah dengan
  banyaknya Firman Tuhan yang saya hafal, tetapi supaya saya makin
  peka mendengarkan suara Roh-Nya, dan hidup saya makin mengalirkan
  kasih-Nya. Adakah Anda juga memiliki kerinduan yang sama? --MEL

             KETIKA FIRMAN TUHAN MELEKAT DALAM INGATAN,
              MASALAH KITA HADAPI DENGAN PENUH KESIAPAN

  Mazmur 119:41-56

Kamis, 04 Oktober 2012

TIDAKKAH KAMU BACA?

  Tahukah Anda bahwa seluruh isi Alkitab dapat dibaca nonstop dalam
  waktu sekitar 76 jam? Jadi, jika Anda membacanya 15 menit saja
  setiap hari, Anda dapat menyelesaikan seluruh Alkitab kurang dari
  setahun! Jika sebagian besar orang kristiani belum pernah satu kali
  pun membaca Alkitab hingga selesai, masalahnya terletak pada
  disiplin dan motivasi


  Menarik untuk memperhatikan pertanyaan Tuhan Yesus: Tidakkah kamu
  baca? Pertanyaan yang sama juga dilontarkan-Nya dalam Matius 19 dan
  22. Tuhan Yesus seolah hendak menegaskan kepada para pendengar-Nya
  --baik murid-murid, orang Farisi, maupun orang banyak yang
  mengikuti-Nya--bahwa sebagai umat Allah, sudah seharusnya mereka
  membaca seluruh isi Kitab Suci. Kaum Farisi mencomot satu bagian
  tanpa melihat bagian lainnya, sehingga pemahaman mereka tak lengkap
  dan kesimpulan mereka keliru


  Bisa jadi kita pun gelagapan jika pertanyaan yang sama diajukan pada
  kita. Sudah berapa kali kita selesai membaca Alkitab? Tanpa memahami
  garis besar keseluruhannya, kita bisa terjebak memandang Alkitab
  sebagai kumpulan cerita yang tidak saling berhubungan, dan membuat
  banyak pemaknaan yang keliru. Padahal, Alkitab merupakan satu buku
  dengan satu cerita tentang Pribadi dan karya Tuhan yang agung.
  Luangkanlah waktu untuk mulai berdisiplin membaca seluruh bagian
  Alkitab. Miliki daftar pembacaan Alkitab untuk menandai bagian mana
  saja yang sudah dan belum Anda baca (Bacaan Alkitab Setahun dalam
  Renungan Harian dapat menolong Anda). Disiplin membaca Alkitab akan
  menolong kita makin memahami maksud firman-Nya! --ELS

            DISIPLIN MEMBACA ALKITAB MEMBERI GAMBARAN UTUH
       AGAR FIRMAN TUHAN DIPAHAMI LENGKAP, BUKAN SEBAGIAN SAJA

  Matius 12:1-8

UNTUK APA BERPUASA?

  Mengapa banyak orang tidak mendapatkan manfaat dari disiplin
  berpuasa? Donald S. Whitney dalam bukunya Spiritual Discipline for
  The Christian Life berpendapat hal itu dikarenakan banyak orang
  berpuasa tanpa tujuan rohani. Akibatnya, puasa tidak berbeda dengan
  "diet" untuk menurunkan berat badan. Tanpa tujuan rohani yang jelas,
  berpuasa hanya akan menjadi sesuatu yang menyengsarakan


  Tampaknya orang-orang Yahudi di Betel juga kehilangan tujuan rohani
  dalam melakukan ibadah puasa mereka. Selama tujuh puluh tahun mereka
  berpuasa meratapi kehancuran Yerusalem dan Bait Tuhan, akibat
  dosa-dosa mereka. Kini setelah mereka kembali ke tanah air dan
  sedang membangun kembali Bait Tuhan, mereka ragu apakah mereka masih
  harus terus berpuasa seperti itu (ayat 3). Jawaban Tuhan
  mengejutkan. Puasa mereka selama ini tidak memperkenankan-Nya.
  Selama 70 tahun rupanya puasa bangsa itu hanya ritual belaka, bukan
  ditujukan untuk menyatakan pengabdian mereka kepada Tuhan serta
  penyesalan yang sungguh-sungguh atas dosa-dosa mereka yang
  mendukakan hati-Nya (ayat 5). Betapa sia-sianya puasa tanpa tujuan
  yang berpusat pada Tuhan!


  Disiplin berpuasa dapat menolong pertumbuhan rohani kita. Jika tidak
  bermanfaat, Tuhan Yesus tentu tidak akan mengajar kita berpuasa
  (lihat Matius 6). Kita dapat berpuasa untuk memperkuat permohonan
  khusus, mengungkapkan pertobatan, maupun menyatakan kasih dan
  pengabdian kepada Tuhan. Jika Tuhan mendorong Anda untuk berpuasa,
  maukah Anda melakukannya? Bukan sebagai ritual tanpa makna, tetapi
  sarana untuk memperdalam hubungan kita dengan-Nya. --ITA

      DISIPLIN BERPUASA MELEPASKAN KITA DARI TOPANGAN LAHIRIAH,
       MENEMPATKAN KITA DALAM KETERGANTUNGAN PENUH KEPADA ALLAH

  Zakharia 7:1-14

Selasa, 02 Oktober 2012

BERDISIPLIN DENGAN TUJUAN

  Mungkin kita pernah terkagum-kagum dengan pemain musik yang hebat.
  Saya punya beberapa rekan musisi yang luar biasa sejak muda. Mereka
  seolah dilahirkan dengan keahlian itu. Namun, semua orang yang
  pernah mencoba main musik pasti tahu bahwa kepiawaian mereka tidak
  muncul begitu saja. Ada ribuan jam latihan yang telah mereka lewati
  dengan penuh kedisiplinan sebelum akhirnya mereka "merdeka"
  memainkan nada-nada yang indah. Prinsip yang sama juga berlaku dalam
  pertumbuhan rohani. Elton Trueblood berkata, "Disiplin adalah harga
  yang harus dibayar untuk mengalami kemerdekaan."


  Disiplin berlatih juga menjadi nasihat rasul Paulus kepada Timotius
  muda. Paulus ingin agar anak rohaninya itu menjadi pelayan yang
  mumpuni dalam mengajarkan firman Tuhan (ayat 6, 13). Namun, hal itu
  tidak dapat terjadi begitu saja. Timotius harus melatih diri dalam
  membaca Kitab Suci dan menggunakan karunianya mengajar. Kata
  "latihlah" dalam bahasa Yunani adalah gumnazo, yang juga merupakan
  asal kata Inggris gymnasium, tempat para olahragawan berlatih fisik.
  Tidak ada jalan pintas. Tentu saja, menjadi pelayan yang disiplin
  bukan tujuan akhir. Latihan rohani hanyalah sarana yang menjadikan
  Timotius leluasa dipakai Allah membawa keselamatan dan pertumbuhan
  bagi banyak orang


  Apa yang paling Anda rindukan dalam kehidupan kristiani Anda? Jika
  rencana Allah adalah membuat anak-anak-Nya menjadi serupa dengan
  Kristus (1 Yohanes 3:2b), tidakkah hal itu juga seharusnya menjadi
  kerinduan kita? Disiplin apa saja yang harus kita latihkan untuk
  mewujudkannya? --ELS

                    DISIPLIN ROHANI MENOLONG KITA
               BERTUMBUH SERUPA KRISTUS DENGAN SUKACITA

  1 Timotius 4:1-10

Senin, 01 Oktober 2012

"MAKIN TUA MAKIN JADI"

Umumnya masa menjadi tua adalah masa yang sangat ditakuti oleh
banyak orang. Mengapa? Karena masa itu dilihat sebagai masa di mana
kita kehilangan "guna" bagi siapa saja dan untuk siapa saja.
Bayangan tentang daya ingat bahkan kekuatan yang hilang, tidak
dibutuhkan, diabaikan, kesepian serta banyak hal lainnya, seringkali
membuat orang memandang masa tua sebagai "masa suram". Ketika masa
itu tiba kita hanya akan menjadi orang yang pasif


Akan tetapi, bayangan tersebut sama sekali tidak terbukti pada "pak
tua" Barzilai. Memang fungsi-fungsi fisiknya melemah (ayat 35),
namun ia justru sangat "aktif dan berguna" di usianya yang ke-80
tahun. Ia memberi teladan kesetiaan dan kemurahan dengan
berinisiatif menyediakan kebutuhan raja pilihan Tuhan, beserta
segenap rakyat yang mengikutinya dalam pengungsian (lihat 2 Samuel
17:27-29). Tercatat sebagai orang yang sangat kaya, tampaknya
Barzilai adalah seorang pekerja yang luar biasa (ayat 32).
Sampai-sampai, ketika situasi negeri membaik, raja Daud berniat
mengajaknya ikut ke istana (ayat 33). Tawaran bagi seorang
terpandang seperti Barzilai tentu bukan tawaran yang sembarangan.
Namun, lagi-lagi Barzilai menunjukkan sikap teladan, memberi
kesempatan bagi generasi yang lebih muda untuk berkarya di samping
raja (ayat 37)


Tanggal 1 Oktober ini, seluruh dunia memperingati hari lanjut usia.
Jika Tuhan masih menempatkan mereka ada di tengah kita, tidakkah ada
yang Dia ingin kita pelajari dari mereka? Jika Anda adalah pembaca
yang sudah berumur lanjut, kiranya Tuhan memampukan Anda seperti
Barzilai, memakai kekayaan usianya untuk memberi kontribusi yang
berarti bagi zaman ini. --WIN

MAKIN TUA MAKIN JADI,
MAKIN PANJANG USIA MAKIN BESAR KESEMPATAN HIDUP BERARTI

2 Samuel 19:31-39