Kamis, 31 Januari 2013

BAI FANG LI

Bai Fang Li, pengayuh becak dari Tianjin, China, tinggal di gubuk tua, di lingkungan kumuh tempat tinggal para pengayuh becak dan pemulung. Tak ada perabotan berharga di rumahnya. Ia hanya punya satu piring dan satu gelas kaleng sebagai alat makan. Ia tidur beralas karpet lama dengan selembar selimut tua sebagai penghangat, dan hanya diterangi lampu minyak.

Penghasilan Bai sebenarnya dapat membuatnya hidup lebih layak. Namun, sejak usia 74, ia menyumbangkan sebagian besar penghasilannya ke panti asuhan di Tianjin, yang menampung 300 anak dan mengelola sekolah untuk anak dari keluarga kurang mampu. Ketika pada umur 91 tahun ia tak sanggup lagi mengayuh becak, Bai telah menyumbangkan uang sebesar 350.000 yuan (Rp472.500.000, 00)! Meski tak berlimpah harta, ia memutuskan untuk tidak memikirkan diri sendiri dan berani memberi.

Firman Tuhan mengingatkan bahwa bila manusia hanya memikirkan dirinya sendiri, berarti ia sedang mengikuti hikmatnya sendiri. Dari situ, bisa timbul kekacauan dan kejahatan (ay. 16). Bagaimana tidak? Kerap karena mengejar keinginan sendiri, manusia lantas menghalalkan segala jalan. Padahal, keinginan adalah sesuatu yang tak pernah dapat terpuaskan. Hikmat yang dari atas berkebalikan dengan itu. Mari cermati kembali ayat 17. Jika Tuhan berdiam di dalam diri kita, Dia akan mengubahkan cara kita mengingini sesuatu. Tuhan akan menolong kita untuk berhenti menyenangkan diri sendiri, serta bertumbuh semakin dewasa dengan menyenangkan Tuhan dan melayani sesama. --AW

KEEGOISAN TAK PERNAH DAPAT DIPUASKAN
HANYA BERSAMA YESUS HIDUP KITA DIPENUHKAN

Yakobus 3:16-18
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 30 Januari 2013

KENAPA ENGGAN BERBAGI?

Seorang petani lele yang lumayan sukses di Kalasan, Yogyakarta, tidak segan-segan membagikan ilmunya kepada petani lain yang berminat menekuni budidaya ikan air tawar tersebut. Ia tidak khawatir kelak mereka akan menjadi pesaingnya. "Kenapa mesti enggan berbagi ilmu dan keterampilan?" katanya. "Kalaupun kita sudah membagikannya, belum tentu juga orang bisa menirunya begitu saja. Dengan berbagi, kita sendiri akan mendapatkan lebih banyak masukan. Kita malah jadi semakin pintar."

Ya, memberi tidak akan membuat kita kekurangan. Sebaliknya, seperti ditegaskan Yesus, memberi justru menjadikan sumber daya kita berlipat ganda. Apa yang kita berikan tidak akan hilang secara sia-sia, melainkan akan dikembalikan kepada kita dalam kadar yang berlimpah-limpah. Ini prinsip yang berlawanan dengan yang dijalankan dalam dunia bisnis. Pebisnis didorong untuk mengeluarkan biaya sekecil mungkin demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Prinsip bisnis semacam ini membangkitkan keserakahan, adapun belajar memberi mengembangkan kemurahan hati kita.

Kita masing-masing pasti memiliki sesuatu yang baik--uang, talenta, waktu, tenaga, senyuman, pengampunan--untuk dibagikan kepada orang yang memerlukan. Kita tidak akan selalu menerima balasan dalam bentuk yang sama persis, namun tak ayal kita akan mengalami berkat yang mendatangkan damai sejahtera. Jadi, perhatikanlah apa saja yang Anda miliki dan dapat Anda daya gunakan untuk memberkati sesama. Seperti petani lele tadi, kenapa enggan berbagi? --ARS

ORANG MISKIN ADALAH ORANG YANG TIDAK MEMILIKI APA-APA
UNTUK DIBAGIKAN KEPADA SESAMANYA

Lukas 6:37-42
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 29 Januari 2013

MEMINTA HIKMAT

Seorang pemain golf profesional baru saja membuat pukulan bagus. Sayang, bolanya masuk ke sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang dibuang sembarangan. Menurut peraturan, jika ia sengaja mengeluarkan bola itu, maka ia mendapat hukuman. Namun kalau ia memukul bola bersama kantong kertas itu, ia tidak mungkin bisa memukul dengan baik. Si pemain pun berpikir sejenak untuk mencari hikmat. Tak lama kemudian, ia mengambil korek dari sakunya dan membakar kantong kertas tadi. Sesudah itu, ia dapat memukul bola golf itu lagi dengan pukulan terbaiknya.

Di perjalanan hidup ini, kerap kita menjumpai peristiwa yang tak terduga dan belum pernah kita alami. Sebagian di antaranya bisa jadi berupa ujian yang berat (ayat 1-3)--baik dalam berkeluarga, dalam membesarkan anak, dalam bekerja, dalam bergaul, dalam melayani Tuhan, dan dalam banyak aspek lain lagi. Kita membutuhkan hikmat untuk menghadapinya. Namun, dalam kondisi sulit, wawasan dan pengalaman kita bisa terasa tak cukup. Sebagai anak Tuhan, di mana kita dapat memperoleh hikmat untuk dapat memilih sikap dan tindakan yang tepat?

Yakobus memberi kita kelegaan bahwa bila kita merasa kekurangan hikmat, kita boleh memintanya kepada Allah (ay. 5). Asal kita meminta dengan iman, Dia akan memberikan hikmat itu tanpa syarat. Dia akan memberi kita hikmat praktis untuk mengatasi kesulitan kita. Dia akan memberi kita hikmat untuk dapat melihat sebuah keadaan sebagaimana Allah melihat sehingga kita tahu bagaimana bersikap secara tepat bagi setiap pribadi dan dalam setiap situasi. --AW

LIHATLAH MASALAH DARI CARA ALLAH MELIHAT
MAKA IA TAKKAN TAMPAK SESULIT KETIKA IA PERTAMA TERLIHAT

Yakobus 1:1-8
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 28 Januari 2013

KARENA MIRIP

Kami kehilangan kontak dengan seorang saudara laki-laki kami selama 15 tahun. Berita terakhir yang kami dapat, ia berada di sebuah kota di Kalimantan Selatan, telah menikah dengan wanita setempat, berganti agama dan identitas. Pada pertengahan 2011, dua abang saya (salah satunya seorang angota TNI) mencarinya, tanpa alamat.

Mereka bertanya kepada para kepala desa, ketua-ketua RT dan RW, tetapi tidak ada yang tahu. Mereka mencari komunitas-komunitas suku Batak, tetapi tidak mendapatkan informasi yang berarti. Setelah semua cara dilakukan, mereka menyerah dan bersiap pulang dengan tangan hampa. Ketika sepeda motor mereka berhenti di tepi jalan, seorang pemuda mendekati mereka dan bertanya, "Bapak kok mirip sekali dengan abang yang di sana itu?" Lalu mereka mengikuti pemuda itu ke sebuah daerah perkebunan yang cukup jauh. Puji Tuhan, mereka menemukan abang saya.

Ketika Naaman mendatangi Elisa untuk disembuhkan dari kustanya, ia sudah memiliki konsep sendiri tentang bagaimana nabi Allah itu akan mengatasi masalahnya. Lalu ia disuruh mandi tujuh kali ke dalam sungai Yordan. Hanya itu. Dan ia menolaknya. Cara Tuhan itu sama sekali lain dari bayangannya semula. Namun, berkat nasehat bijak para pegawainya, akhirnya ia taat. Hasilnya, ia pun sembuh.

Manusia sering kali mengambil peran Tuhan dalam melakukan sesuatu. Mereka membatasi Tuhan sehingga akhirnya gagal melihat-Nya berkarya. Terbukalah kepada-Nya dan taatilah Dia, maka Anda akan terpesona akan Dia. --HEM

SERING KALI TAK TERDUGA DAN BERBEDA DARI PEMIKIRAN KITA,
TETAPI CARA TUHAN TETAP YANG TERBAIK

2 Raja-Raja 5:1-15
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 27 Januari 2013

JALAN TERJAL

Saya membaca kisah menggelitik ini di blog seorang teman. Ia menuturkan bahwa dulu ketika jalan trans Kalimantan sedang dibangun dan kondisinya masih berantarakan, nyaris tidak pernah terdengar adanya kasus kecelakaan di situ. Namun kini, ketika jalan tersebut mulus tanpa lubang, ia kerap mendengar kabar tentang orang yang meninggal sia-sia karena kecelakaan di jalan raya tersebut. Kenyamanan yang tersedia bisa jadi justru membuat pengemudi lengah, mengantuk, atau kurang berkonsentrasi dalam mengemudikan kendaraan.

Saya kadang-kadang secara diam-diam menganggap Tuhan kejam karena Dia menuntun saya melewati jalan yang sama sekali tidak menyenangkan. Jalan yang terjal, penuh lubang, kelokan, dan kerikil tajam. Tidak jarang saya berharap agar Tuhan menuntun kita melalui hamparan rumput dengan bebungaan yang elok dan pepohonan yang teduh, namun Tuhan justru membawa saya melalui jalur yang tandus dan gersang. Dan, saya mengeluh karena tidak mengerti maksud-Nya di balik perjalanan tersebut. Pernahkah Anda merasakan apa yang pernah saya rasakan?

Tuhan memiliki jutaan misteri yang tak terselami dalam karya dan pemikiran-Nya. Namun, kita dapat meyakini, yaitu bahwa segala perbuatan-Nya tentu berdasar pada kasih-Nya dan demi kebaikan kita. Melindungi kita dari kelengahan, mencegah kita melakukan kebodohan, juga menyiapkan berkat yang dapat kita nikmati dengan penuh kepuasan. Dan, Tuhan menyertai kita sepanjang perjalanan, menghibur dan menguatkan kita dalam menghadapi tantangan. --RE

MESKIPUN HARUS MENGHADAPI PERJALANAN YANG SUKAR
PENYERTAAN TUHAN MEMBUAT HATI KITA TIDAK TAWAR

Yesaya 55:1-13
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 25 Januari 2013

LATIHAN BERTUMBUH

Bagi seorang bayi, makanan yang paling baik adalah air susu ibu. Pada saat itu ia belum mampu mencerna makanan yang keras. Ada beberapa bagian tubuhnya yang belum mampu mencerna makanan dengan sempurna. Bila tetap dipaksakan mengkonsumsi makanan yang keras, bayi itu dapat terkena penyakit sehingga proses pertumbuhannya terganggu. Ketika usianya semakin bertambah, secara bertahap diberi asupan makanan selain susu sampai akhirnya ia disapih. Seiring dengan pertumbuhannya, tubuhnya semakin siap dan mampu mencerna makanan keras denganbaik.

Dalam kehidupan rohani, kadang-kadang kita menemukan orang yang tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Ia masih terus melakukan tindakan kurang terpuji dalam hidupnya, bahkan melenceng jauh dari jalan Tuhan. Kondisi seperti ini menunjukkan keadaan seseorang yang terhambat pertumbuhan rohaninya. Pertumbuhan rohani memang tidak terjadi secara otomatis. Perlu latihan. Latihannya dengan belajar menerapkan dan menaati firman kebenaran sehingga secara bertahap kita semakin tajam mengenali perkara yang baik dan yang jahat. Sikap yang terbuka untuk belajar dan senantiasa siap diperbarui oleh Firman-Nya merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan rohani. Semakin kita bertumbuh, kita akan semakin menyerupai Kristus dan buah Roh-Nya semakin nyata dalam kehidupan kita.

Marilah kita menilik kondisi kita masing-masing dengan saksama. Adakah indra kita semakin peka dalam mengenali jalan Tuhan dan kita semakin sigap dalam menaatinya? --WB

SEMAKIN DEWASA KITA BERTUMBUH SECARA ROHANI
SEMAKIN PEKA KITA DALAM MENGIKUTI JALAN KEBENARAN

Ibrani 5:11-14
Powered by Telkomsel BlackBerry®

MEMBUANG MAKANAN

National Resources Defense Counsel, badan pertahanan pangan nasional AS, pada Agustus 2012 mengeluarkan laporan mengejutkan. Menurut surveinya, warga AS membuang 40% makanan mereka. Nilainya setara dengan 165 miliar dolar per tahun, atau lebih dari 10 kilogram per orang per bulan. Dampaknya luas. Warga AS menderita obesitas paling parah di dunia. Mereka juga memboroskan penggunaan lahan, air segar, dan sekian banyak bahan kimia. Belum lagi, limbah makanan itu menyumbangkan 25% emisi gas metana di negeri itu. Misalkan mereka membuang makanan hanya sebanyak 15%, 25 juta orang akan dapat menikmati kecukupan pangan selama setahun penuh. Sebuah potret yang membuat kita mengelus dada.

Makanan terlalu berharga untuk dihamburkan. Sadarkah Anda bahwa makanan adalah pemberian pertama dari Allah yang tercatat dalam Alkitab? Kejadian 1 memaparkan, Allah menciptakan alam dengan firman-Nya. Puncaknya, Allah menciptakan manusia dan memberkati mereka. Barulah pada ayat 29, untuk pertama kali muncul kata "memberikan". Pemberian ini tidak lain mengacu pada makanan untuk dikonsumsi manusia. Dan firman-Nya menegaskan, pemberian-Nya itu sesuatu yang baik bagi kesejahteraan ciptaan-Nya.

Ketika menjumpai hidangan di meja makan, kita sedang menyambut pemberian yang baik dari Allah. Adakah kita sungguh-sungguh mengucap syukur atas makanan itu? Apakah kita memilih makanan secara arif? Apakah kita makan dengan pola yang sehat, tidak berlebihan, dan tidak menghamburkannya secara sembrono? --ARS

KETIKA KITA MENIKMATI MAKANAN
KITA MENIKMATI KEBAIKAN PEMELIHARAAN ALLAH

Kejadian 1
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 24 Januari 2013

LANGSUNG MARAH

Seorang ibu begitu murka ketika anak gadisnya pulang terlambat. Tanpa banyak bertanya dan tidak memberi putrinya kesempatan untuk menjelaskan, si ibu langsung memuntahkan kalimat-kalimat yang tidak senonoh dan bernada menghakimi. Padahal, keterlambatan putrinya terjadi secara tak sengaja: ban motornya kempis di tengah jalan dan ia harus menuntun motor cukup jauh sebelum menemukan tukang tambal ban. Selain itu, batere telepon genggamnya habis sehingga ia tidak dapat memberi tahu ibunya.

Kita kadang-kadang membiarkan prasangka atau kemarahan menguasai diri kita sehingga kita tidak dapat menanggapi situasi dengan semestinya. Kita tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan penjelasan orang lain dan secara gegabah melontarkan tuduhan. Ledakan amarah yang membabi buta menyebabkan kita menyeburkan perkataan yang tidak pantas dan meninggalkan luka yang mendalam di hati orang yang kita hakimi. Singkatnya, amarah yang tak terkendali menghancurkan hubungan yang baik.

Apa yang tampak oleh mata kita belum tentu mengungkapkan seluruh keadaan secara lengkap. Oleh sebab itu, sudah semestinya kita memberikan kesempatan kepada orang lain menjelaskan duduk perkaranya. Kesediaan untuk mendengarkan ini menolong kita untuk mengendalikan amarah. Sebaliknya, kita memiliki waktu untuk mempertimbangkan perkara secara lebih jernih sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih adil. Dengan itu, kita juga menghormati orang tersebut dan menghargai hubungan dengannya. --RE

LEBIH BAIK MEMBERIKAN SEPASANG TELINGA YANG MAU MENDENGARKAN
DARIPADA MENCECARKAN SERIBU NASIHAT YANG MENGHAKIMI

Yakobus 1:19-27
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 23 Januari 2013

PENANTIAN PANJANG

Kim dan Krickitt Carpenter berkendaraan menuju Arizona untuk merayakan Thanksgiving. Malang tak dapat ditolak, mereka mengalami kecelakaan. Krickitt mengalami koma selama empat bulan. Ketika sadar kembali, ia kehilangan memorinya. Bahkan kenangan pernikahannya selama dua tahun dengan Kim pun terhapus sama sekali. Butuh waktu tiga tahun baginya untuk dapat memiliki hubungan emosional lagi dengan istrinya. Sebuah penantian yang panjang bagi Kim. Penantian untuk dirindukan, dicintai, dan diterima kembali oleh sang suami. Kisah nyata ini akhirnya diangkat menjadi film dengan judul The Vow.

Firman-Nya hari ini juga berbicara tentang penantian. Tuhan merindukan kita untuk menantikan Dia (ay. 18). Dia menantikan Anda berseru dan menunggu pertolongan-Nya (ay. 19). Dia menginginkan agar Anda mengenali-Nya setiap waktu (ay. 20), menunjukkan jalan yang lurus bagi Anda (ayat 21), dan menguduskan hidup Anda dari kecemaran (ayat 22). Dia siap sedia untuk mencukupi segala kebutuhan Anda (ay. 23-25) dan memulihkan Anda sepenuhnya (ay. 26).

Namun, kita perlu menantikan dengan setia hingga waktu-Nya tiba. Tuhan menghendaki, agar kita menantikan Dia bertindak menurut waktu-Nya. Kita mungkin tergoda untuk mendesak Tuhan, agar mempercepat agenda-Nya. Namun, Tuhan memiliki perhitungan yang melampaui pengertian kita. Ketidaksabaran kita hanya akan membuahkan kesia-siaan. Jadi, jika Anda sedang menantikan sesuatu dari Tuhan, bertekunlah. Dia tidak akan pernah mengecewakan dan mempermalukan kita. --MRT

KESEDIAAN KITA UNTUK MENANTI
MENUNJUKKAN PENGHARGAAN PADA SANG PEMBERI JANJI

Yesaya 30:18-26
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 22 Januari 2013

Dengan Apa Yang Ada

Bacaan : Keluaran 4:2, 7

Suatu pelajaran penting! Mujizat Tuhan berawal dari apa yang ada pada kita, baik bakat, karunia, pekerjaan, harta, dlsb. Jika kita mampu memanfaatkannya, maka Tuhan akan membawa kita pada kemajuan hidup yang seturut dengan kehendakNya. Hal inilah yang pernah dialami Musa. Ketika Musa ragu untuk memimpin bangsa Israel, Tuhan bertanya apa yang ada padanya. Dan Musa menjawab bahwa di tangannya ada tongkat. Melalui tongkat itulah akhirnya Tuhan menyatakan mujizat-mujizatNya. Apapun yang ada pada kita jika kita serahkan kepada Tuhan, Ia akan bekerja melalui hal itu untuk menyatakan mujizatNya.

Doa

"Tuhan, ajarlah aku untuk memanfaatkan apa yang ada padaku dalam mengembangkan diri dan menggenapi rencanaMu di dalam hidupku. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

PENYAKIT NANTI

Napoleon Hill mengatakan, "Yang berarti bukan apa yang akan Anda kerjakan melainkan apa yang sedang Anda kerjakan sekarang." Ia hendak menekankan pentingnya melakukan pekerjaan tepat pada waktunya. Secara tidak langsung ia juga mengingatkan, rencana belaka tanpa disertai tindakan untuk mewujudkannya bakal sia-sia.

Masalahnya, tidak sedikit orang yang mengidap penyakit "suatu saat nanti". Ketika semestinya dapat melakukan sesuatu yang bernilai dalam hidup mereka sekarang ini, mereka memilih menundanya dan berkata akan melakukannya pada suatu hari nanti. "Ah, nanti kan masih ada lagi kesempatan, " dalih mereka. Padahal, kesempatan baik yang dibiarkan berlalu belum tentu akan muncul lagi.

Yosua menegur bangsa Israel yang malas dan tidak bersegera menduduki negeri yang sudah diberikan kepada mereka. Mereka sudah ingin bersantai sebelum mencapai garis akhir. Penundaan membuat kita tidak mengalami kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan yang berarti. Kita jadi tidak memetik hasil yang optimal.

Tuhan membukakan kesempatan bagi kita untuk melayani-Nya setiap hari. Jika Roh Kudus menanamkan suatu "niat" untuk berbuat baik, jangan biarkan niat itu tinggal menjadi niat. Ambillah keputusan untuk merealisasikannya sebaik mungkin dengan segenap sumber daya yang Anda miliki--saat ini juga. Jangan biarkan penyakit "suatu saat nanti" menahannya. Jangan sampai kesempatan baik itu berlalu, lalu kita baru tersadar dan menyesalinya ketika terbaring sakit atau sudah tidak mampu berbuat apa-apa. --PET

"KEMARIN" SUDAH BERLALU, "NANTI" BELUM DATANG.
YANG ADA DALAM GENGGAMAN KITA HANYALAH "SAAT INI"

Yosua 18:1-10
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 21 Januari 2013

Pengkhotbah 10:1-15

1 Lalat yang mati menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau
busuk; demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari
pada hikmat dan kehormatan.
2 Hati orang berhikmat menuju ke kanan, tetapi hati orang bodoh ke
kiri.
3 Juga kalau ia berjalan di lorong orang bodoh itu tumpul
pikirannya, dan ia berkata kepada setiap orang: "Orang itu
bodoh!"
4 Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan
tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.
5 Ada suatu kejahatan yang kulihat di bawah matahari sebagai
kekhilafan yang berasal dari seorang penguasa:
6 pada banyak tempat yang tinggi, didudukkan orang bodoh,
sedangkan tempat yang rendah diduduki orang kaya.
7 Aku melihat budak-budak menunggang kuda dan pembesar-pembesar
berjalan kaki seperti budak-budak.
8 Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan
barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular.
9 Barangsiapa memecahkan batu akan dilukainya; barangsiapa
membelah kayu akan dibahayakannya.
10 Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus
memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah
hikmat.
11 Jika ular memagut sebelum mantera diucapkan, maka tukang mantera
tidak akan berhasil.
12 Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang
bodoh menelan orang itu sendiri.
13 Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan
akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan.
14 Orang yang bodoh banyak bicaranya, meskipun orang tidak tahu apa
yang akan terjadi, dan siapakah yang akan mengatakan kepadanya
apa yang akan terjadi sesudah dia?
15 Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia
tidak mengetahui jalan ke kota.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TANDA KEBODOHAN

Dalam sebuah penerbangan Jakarta-Medan, ketika roda pesawat baru saja menyentuh landasan, seorang ibu dan anak remajanya berjalan tergesa-gesa meninggalkan kursi menuju pintu pesawat. Petugas kabin segera berlari menegur mereka, menyuruh duduk kembali, serta mengumumkan agar semua penumpang tidak beranjak sebelum pesawat berhenti sempurna. Para penumpang menyoraki ibu dan anak itu, serta melemparkan berbagai kata-kata pedas khas Medan. Tindakan itu jelas membahayakan diri mereka dan dapat mengganggu penumpang lain.

Kesabaran memang semakin langka pada zaman serbainstan ini. Teknologi menawarkan untuk membuat segala sesuatu jadi cepat dan praktis. Hal ini memengaruhi juga sikap kita kepada orang lain dan kepada Tuhan. Banyak orang menganut slogan "Siapa cepat, dia dapat" atau "Waktu adalah uang". Tidaklah mengherankan, kita hidup dalam dunia yang serba tergesa-gesa.

Pengkhotbah menegaskan bahwa ketidaksabaran merupakan sebuah tanda kebodohan. Kebodohan mengakibatkan berbagai hal buruk. Sebaliknya, kesabaran dapat mencegah kesalahan besar. Sabar berarti tetap tenang dan tabah menghadapi sesuatu atau seseorang. Sifat sabar dikembangkan melalui sebuah proses yang panjang, yaitu karya Roh Kudus dalam diri orang percaya (Gal. 5:22). Sabar bukan berarti pasif dan acuh tak acuh, melainkan memberi kesempatan lebih banyak kepada diri sendiri untuk menelaah dan menyiapkan tindakan terbaik dalam situasi apa pun. Marilah belajar untuk bersabar. --HEM

KESABARAN PADA MULANYA MUNGKIN TAMPAK LAMBAN,
NAMUN PADA AKHIRNYA AKAN MENDATANGKAN KEAMANAN

Pengkhotbah 10:1-15
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 20 Januari 2013

BIBIT

Dalam budaya beberapa masyarakat di Indonesia, ada kepercayaan tentang pentingnya kualitas bibit seseorang. Bibit di sini berarti orangtua sang anak. Menurut kepercayaan ini, orangtua yang baik akan menghasilkan anak yang baik pula, dan sebaliknya. Sebagai contoh, anak seorang raja dipercayai lebih berkualitas daripada anak rakyat jelata. Sebaliknya, anak seorang penjahat dipercayai pasti tidak akan menjadi anak yang baik.

Memang normal kalau seorang anak yang dibesarkan di tengah keluarga yang baik akan cenderung bertumbuh dengan baik, dan sebaliknya. Tetapi, di sisi lain, kualitas orangtua bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik. Bimbingan dan didikan orangtua turut berperan dalam menentukan pembentukan kualitas karakter anak-anak.

Perhatikanlah pengalaman keluarga Imam Eli. Meskipun ia seorang imam besar, anak-anaknya memiliki karakter yang buruk. Hal ini tampaknya terjadi karena sikap Imam Eli sendiri yang cenderung kurang tegas dalam mendidik mereka. Hal ini nampak dari caranya dalam menegur mereka meskipun kesalahan mereka sangat besar (ay. 23-25).

Fakta ini memberikan harapan bagi kita yang memiliki orangtua yang kurang baik. Ya, kita tidak harus menjadi sama dengan orangtua kita. Pengenalan akan Tuhan dan kebenaran-Nya memampukan kita untuk mengembangkan karakter yang baik, karakter Kristus. Di sisi lain, bagi para orangtua, fakta ini menantang kita untuk mendidik anak-anak selaras dengan firman-Nya, agar karakter mereka terbentuk sejak dini. --ALS

KUALITAS KARAKTER SEORANG ANAK TIDAK DITURUNKAN,
TETAPI DIBENTUK MELALUI PENDIDIKAN DARI ORANG TUA

1 Samuel 2:12-25
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 19 Januari 2013

Matius 8:28-34

28 Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu.
29 Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"
30 Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan.
31 Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu."
32 Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air.
33 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu.
34 Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bersyukur

Kalau Mazmur 91 adalah pernyataan iman bahwa Tuhan dapat diandalkan dalam setiap masalah kehidupan, maka Mazmur 92 mengajak kita untuk tidak merespons dengan yang lain kecuali "Bersyukur"!

Bersyukur adalah respons yang tepat untuk kebaikan dan kasih setia Tuhan dalam hidup umat-Nya. Bebal dan bodohlah orang yang menolak memercayai Tuhan, apalagi sudah mengalami kebaikan dan kesetiaan-Nya (7). Pantaslah orang sedemikian disebut fasik dan dimusnahkan (8-9). Itu yang akan terjadi pada para musuh Tuhan (10). Orang yang merespons kebaikan Tuhan dengan benar akan diperkenan-Nya dan tidak terusik dengan keberadaan orang fasik (10-11).

Pemazmur memakai ilustrasi menarik untuk menggambarkan pemeliharaan Tuhan atas orang benar (13-15). Orang benar akan seperti pohon korma. Pohon korma yang tumbuh tinggi dan lurus mencapai 10-20 meter ini mengambarkan integritas. Hampir setiap bagian pohon tersebut (buah, daun, dan batang) memiliki manfaat bagi manusia. Ini anak Tuhan yang berguna dan produktif. Pohon ini ternyata memiliki kekuatan bertahan terhadap tiupan angin keras. Ini ketangguhan terhadap serangan badai kehidupan. Ilustrasi kedua adalah pohon aras Libanon. Pohon yang kuat dan besar serta tinggi ini (kira-kira 30 meter) melambangkan ketangguhan umat Tuhan. Kedua pohon ini subur dan menampilkan kualitasnya karena tumbuh di pelataran rumah Tuhan. Inilah umat Tuhan yang hidup bersumberkan Tuhan. Umat Tuhan yang hidup berbuah dan segar, akan menjadi kesaksian bahwa Tuhan dapat diandalkan dan menjadi tempat perlindungan yang teguh (16).

Hanya orang bodoh yang setelah melihat kebaikan Tuhan, terus mengabaikannya. Kita disebut orang benar karena merespons kebaikan Tuhan dengan menyaksikan perbuatan-Nya kepada sesama dan menyalurkan berkat-Nya kepada mereka dengan melimpah.

Mazmur 92
Powered by Telkomsel BlackBerry®

HARGA SEBUAH PILIHAN

Rut dan Orpa adalah dua perempuan Moab dengan nasib yang hampir sama. Keduanya menjadi menantu bangsa asing di negeri sendiri, lalu menjadi janda pada usia muda. Mereka tinggal bersama Naomi, mertua mereka yang juga sudah menjanda. Ketika Naomi mendengar bahwa bencana kelaparan di Betlehem, Israel, tempat asalnya, telah berlalu, ia berniat pulang kampung. Kelaparan itulah penyebab keluarganya bermigrasi sepuluh tahun lalu. Telah tersedianya kembali makanan di Betlehem --yang berarti Rumah Roti-- menunjukkan bahwa Tuhan telah kembali memperhatikan umat-Nya.

Rut dan Orpa harus memilih: tetap tinggal di negeri mereka atau ikut ke sebuah negeri baru dengan masa depan yang tidak jelas. Naomi mendesak Rut untuk tinggal di Moab, agar tetap dekat dengan handai tolan dan dewa-dewa mereka. Tetapi, Rut bersikeras mendampingi mertuanya. Peneguhan imannya bahkan terlihat dalam argumentasinya. Orpa memilih tinggal, dan ia hilang dari catatan sejarah. Sebaliknya, Rut menjadi salah satu perempuan asing yang dipakai Tuhan untuk melahirkan Yesus, Sang Juru Selamat (Mat. 1:5).

Setiap orang mengambil ratusan, bahkan ribuan, pilihan setiap hari. Ada pilihan yang mudah, namun ada yang sulit. Ada pilihan yang sepertinya tidak berdampak apa-apa, namun ada juga pilihan yang seolah mempertaruhkan seluruh hidup. Pilihan Anda dapat menunjukkan identitas dan kondisi Anda. Apakah iman Anda selalu berperan ketika Anda menentukan berbagai pilihan? --HEM

BAHKAN SAAT ANDA TAK PUNYA PILIHAN,
PILIHLAH TUHAN

Rut 1:1-22
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 18 Januari 2013

SUPERMAN

"Delapan dari sepuluh pebisnis mengalami masalah ketika melakukan regenerasi ke anaknya, " ujar seorang businesscoach yang saya wawancarai. Menurutnya, pada masa seperti inilah biasanya perusahaan digoyang konflik. "Ini karena si pengusaha senior sudah terbiasa menjadi superman!"

Superman? Ternyata yang dimaksudkannya adalah kecenderungan bersikap one man show, keinginan untuk mengendalikan segala sesuatu sendiri, sulit untuk memercayai orang lain. Sindroma yang kerap menjangkiti pebisnis senior adalah merasa paling tahu dan paling andal dalam menjalankan bisnis. Akibatnya, putra-putri yang seharusnya dididik sejak dini untuk menjadi penerus malah merasa tersisih dan akhirnya alih generasi tidak berlangsung secara mulus.

Perumpamaan Kristus dalam bacaan hari ini juga menampilkan sosok superman, seorang kaya yang sibuk mengembangkan usahanya. Apakah itu salah? Tidak. Masalahnya, ia mencurahkan seluruh jiwa dan hidupnya demi bisnisnya itu. Orang sekarang menyebutnya workalholic. Ia tamak dalam bekerja dan mengeruk laba. Tamak, dalam bahasa Yunani adalah pleonexia, berarti keinginan yang tidak terkontrol, tidak ada habisnya. Orang ini sibuk menjadi superman sampai lupa akan hal-hal yang lebih penting dan lebih abadi.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa serbamampu dan mandiri sampai alpa akan anugerah-Nya yang memampukan kita berkarya? Apakah kita masih meluangkan waktu untuk membagikan pengetahuan dan kecakapan kepada generasi penerus kita? --OLV

HARTA SEHARUSNYA HANYA MERUPAKAN ALAT
KETAMAKAN MEMBUATNYA BERBALIK MEMPERALAT KITA

Lukas 12:13-21
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 17 Januari 2013

LANJUT USIA

Pada 2011, penduduk dunia tercatat mencapai jumlah sekitar 7 miliar jiwa, dan kira-kira 1 miliar di antaranya warga lanjut usia (lansia). Indonesia menduduki ranking keempat dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa. Warga lansia ini cenderung kurang mendapatkan perhatian. Tidak tersedia fasilitas yang memadai untuk mempersiapkan dan mengarahkan mereka agar tetap sehat, produktif, dan sejahtera.

Ketika kita masih kecil dan belum mampu mengurus diri sendiri, orangtua kita mencurahkan hidupnya untuk merawat, menghidupi, dan melatih kita agar mampu mandiri. Ironisnya, ketika kekuatan mereka melemah, dan mereka membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengurus hidup pada masa tuanya, tak jarang anak-anak meninggalkan mereka berjuang sendiri.

Bagi para lansia, firman Tuhan pada hari ini bukanlah suatu hiburan kosong. Kepada Israel, Dia menegaskan pemeliharaan-Nya. Masalahnya, Israel justru menganggap Allah meninggalkan mereka dan mereka berpaling pada ilah lain (ay. 6-7). Dengan lembut Tuhan menegur dan mengingatkan mereka akan kasih setia-Nya. Dia memanggil Israel agar kembali kepada-Nya karena Dia akan menyatakan keselamatan-Nya (ay. 4). Di dalam Kristus, Allah menggenapi janji ini, dan Dia tidak akan pernah membiarkan kita dan meninggalkan kita seorang diri--sampai rambut kita memutih sekalipun.

Bagi para anak, firman Tuhan mengundang kita untuk merelakan diri dipakai oleh-Nya dalam mewujudkan janji-Nya kepada orangtua untuk merawat dan mendukung mereka. Bersediakah kita? --SST

ANAK YANG DIBIARKAN TIDAK HORMAT PADA ORANGTUA
TIDAK AKAN HORMAT TERHADAP SIAPA SAJA -BILLY GRAHAM

Yesaya 46:1-13
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 16 Januari 2013

BUBUK KEPAHITAN

Seorang guru hendak mengajarkan sesuatu kepada muridnya. Ia memberikan segenggam tepung biji mahoni untuk dimasukkan ke dalam sebuah cangkir berisi air, lalu menyuruh anak itu meminumnya. Sang murid segera memuntahkan air itu karena tak tahan mencecap rasa pahit yang luar biasa.

Kemudian guru itu kembali memberinya segenggam tepung biji mahoni, kali ini untuk dituangkan ke dalam sebuah telaga bening. Ia menyuruh anak itu mengambil airnya dan meminumnya. Kali ini si murid dapat menikmati air itu, yang tetap terasa tawar dan menyegarkan. "Tepung itu mewakili semua hal buruk dan kepahitan dalam hidup ini. Yang menentukan pengaruhnya adalah seberapa luas wadah yang menampungnya, yaitu hati kita!" kata gurunya bijak.

Penulis surat Ibrani mendorong agar orang-orang percaya tetap bertekun dalam iman, sekalipun banyak kesukaran menghadang dari berbagai sisi, termasuk dari sesama orang percaya. Mengikut Kristus memang tidak menjamin seseorang terbebas dari masalah, bahkan tak jarang menjadikan kehidupan kita kian pelik. Syukurlah, orang percaya telah diberi hati yang baru, hati yang seperti Kristus untuk menghadapinya. Anugerah-Nya memampukan kita untuk menawarkan "bubuk kepahitan" sehingga hati kita tetap manis dan segar.

Apakah Anda bergumul untuk mengampuni orang lain? Apakah Anda kesulitan berdamai dengan seseorang? Apakah gereja mengecewakan Anda? Lihatlah anugerah-Nya--bagaimana Dia mengasihi dan mengampuni Anda tanpa syarat--dan ampunilah mereka yang bersalah kepada Anda. --HEM

KEPAHITAN BUKAN DITENTUKAN OLEH APA YANG KITA ALAMI
MELAINKAN OLEH RESPON HATI KITA TERHADAP PENGALAMAN ITU

Ibrani 12:14-17
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 15 Januari 2013

SAYANG ANAK

Pernah memperhatikan bagaimana para penjual mainan menjajakan dagangannya di terminal bus atau stasiun kereta? Teriakan mereka khas dan mudah dikenali. "Sayang anak... sayang anak...!" Teriakan itu biasanya lumayan sukses memancing para orangtua untuk merogoh kantong dan berbelanja. Ya, orangtua tak ayal ingin menunjukkan rasa sayang pada anak.

Di Alkitab, kita bertemu dengan Hana, ibu yang sangat mengharapkan anak. Ia harus menanti sekian lama. Ia menyaksikan madunya, Penina, melahirkan anak-anak bagi Elkana. Saat mereka beribadah di Yerusalem tahun demi tahun, ia menyaksikan Elkana membagikan jatah persembahan bagi Penina dan anakanaknya. Selama itu, ia tak kunjung dikaruniai keturunan.

Hana baru mengandung setelah ia bernazar akan menyerahkan anaknya bagi Allah (ay. 11). Ia memenuhi nazarnya ketika anak itu lahir, dan nantinya anak itu menjadi hakim termasyhur di Israel sampai zaman raja-Raja. Ya, nama anak itu adalah Samuel. Hana sendiri kemudian dikaruniai beberapa anak lagi. Seandainya Hana tidak bernazar, apakah selamanya Hana akan mandul?

Tuhan mempunyai rencana untuk Samuel. Nazar Hana membuka pintu bagi tergenapinya rencana tersebut. Ia tidak lagi menginginkan anak untuk diri sendiri. Begitulah caranya mengungkapkan rasa sayang pada anak yang dirindukannya: dengan mempersilakan Tuhan memproses anak itu sesuai dengan rencana-Nya. Justru saat kita membiarkan Tuhan menyelesaikan agenda-Nya atas anak kita, Dia memberkati keluarga kita secara berlimpah. --MRT

MENDEDIKASIKAN ANAK KE DALAM TANGAN ALLAH
ADALAH MENYERAHKAN MEREKA KEPADA SANG PENGASUH TERBAIK

1 Samuel 1:1-20
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 14 Januari 2013

Standar ibadah menurut Bapa

Setelah berbicara mengenai karakter surgawi yang harus terlihat oleh sesama, Yesus masuk pada ibadah yang bersifat pribadi. Yang ditekankan di sini adalah sikap yang harus kita miliki dalam ibadah. Yesus mengritik sikap yang salah (1, 5, 7, 16). Ibadah bukan sekadar kewajiban agama, apalagi dilakukan di hadapan orang lain untuk mendapatkan pengakuan.

Memberi sedekah adalah sikap ibadah yang menyatakan kepedulian dan kasih kepada orang-orang yang dipedulikan dan dikasihi Allah. Tujuan kita memberi bukan supaya diketahui dan dipuji orang lain. Memang, sampai saat ini banyak pendanaan pelayanan masih terpola dengan mengedepankan donatur atau penyandang dana. Mereka dianggap berjasa lebih, melampaui orang-orang yang sumbangsihnya berbeda. Hal itu dapat memengaruhi motivasi seseorang dalam pemberiannya.

Berdoa merupakan komunikasi dengan Allah. Dua kesalahan disoroti Yesus. Pertama, kemunafikan. Berdoa sebagai penampilan saleh agar dipuji orang. Begitu gampang kita berkata, 'nanti kami doakan" ataupun meminta pokok-pokok doa untuk didoakan, baik dalam kebaktian, siaran rohani di radio dan televisi. Apakah janji mendoakan itu benar diwujudkan, ataukah hanya kedok penampilan rohani? Kedua, doa sebagai mantra. Doa menjadi kemampuan berkata-kata panjang, diulang-ulang, dan persuasif yang mengharapkan doanya terkabul tanpa pengenalan akan Allah. Inilah doa yang manipulatif dan egosentris. Yesus mengajarkan doa (9-13) yang pada intinya menempatkan diri si pendoa dalam relasi yang benar dengan Allah sebagai Bapa. Yaitu relasi yang kudus, tunduk, dan bergantung penuh kepada-Nya.

Sikap berpuasa yang benar berkenaan dengan apa yang dilihat oleh Bapa dan bukan oleh manusia. Puasa adalah sarana mempererat relasi kita dengan-Nya sehingga kita semakin mengenali kehendak Allah. Berpuasa yang benar membawa kita lebih dekat, bersandar, dan tunduk pada kehendak-Nya.

Peliharalah motivasi ibadahmu untuk menyenangkan Tuhan, bukan untuk popularitas diri. Waktu Tuhan dimuliakan, sesamamu akan diberkati dengan limpah.

Matius 6:1-18
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TEORI PENGASUHAN ANAK

Grace, anak saya, bercerita tentang suka duka dalam merawat anaknya, Jane. Menurutnya, teman-temannya sesama ibu muda mengalami tantangan serupa. Mereka membaca teori tentang pengasuhan anak dari banyak buku yang ditulis penulis Barat. Menarik, namun metode pendekatan dan penekanannya berbeda-beda. Timbul kesan, beberapa aspek hanya cocok dengan kebiasaan orang Barat. Jadi, bagaimana pengasuhan yang alkitabiah itu? Apakah yang utama dalam mendidik anak itu?

Salomo menunjukkan pentingnya takut akan Tuhan. Maksudnya tentu saja bukan takut akan hukuman Tuhan atau takut ditolak oleh-Nya, melainkan rasa hormat dan gentar akan keagungan dan kekudusan-Nya. Takut akan Tuhan mendatangkan berkat bagi keturunan kita (ay. 26) dan merupakan sumber kehidupan sejati (ay. 27). Rasa takut yang muncul berdasarkan pengenalan pribadi akan Allah ini melandasi kebahagiaan yang murni dan tak berkesudahan, serta memampukan kita untuk menangkal dosa dan pencobaan.

Nah, bukankah itu hal yang terpenting bagi orangtua dalam mendidik anak: mendorong mereka untuk memiliki takut akan Tuhan? Sebagai orangtua, kami bersyukur atas anugerah-Nya sehingga anak kami boleh mengenal Tuhan sejak dini -Grace pada umur 12; Lisa pada umur 11; Yahya pada umur 10--dan mereka bertumbuh jadi anak yang takut akan Tuhan. Maka, dalam percakapan tadi, Grace menyimpulkan, hal yang utama dalam mendidik Jane adalah menolongnya mengenal Tuhan Yesus dan bertumbuh dalam pengenalan itu sehingga ia memiliki takut akan Tuhan. --SJ

MENDORONG ANAK BERGAUL KARIB DENGAN TUHAN SEJAK DINI
ADALAH SUMBANGSIH TERPENTING KITA SEBAGAI ORANGTUA

Amsal 14:24­-33
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 13 Januari 2013

MELAYANI DENGAN HATI

Kesuksesan seorang pemimpin bukan hanya bergantung pada pribadinya. Ia tak ayal mendapatkan bantuan dari orang lain, seperti anak buah, keluarga, kolega, atau malah orang di luar organisasinya. Begitu juga dalam kehidupan bergereja. Adakah hamba Tuhan yang sukses dalam pelayanan tanpa dukungan orang lain?

Perikop ini memperlihatkan banyak orang yang berperan di balik kesuksesan Daud sebagai raja. Sebuah kisah yang mengharukan dicatat di sini. Tiga kepala pasukan Daud dengan berani menerobos perkemahan pasukan musuh untuk mengambilkan air minum baginya dari perigi di Betlehem. Betlehem, sebagai kota kelahiran Daud, pasti menimbulkan nostalgia baginya. Ia pun merespon dengan menunjukkan kepedulian pada anak buahnya. Ia memilih tidak meminum air pemberian itu, tetapi mempersembahkannya kepada Tuhan. Tanggapan itu mengungkapkan penghargaannya yang besar kepada ketiga anak buahnya tersebut. Tindakan yang mereka lakukan karena mereka mengasihi Daud, kini digunakan Daud untuk menyatakan kasihnya kepada Tuhan. Baik Daud maupun pendukungnya melayani dengan hati yang mengasihi Tuhan sehingga mereka pun mengasihi satu sama lain.

Kiranya pelayanan kita pun juga memiliki motivasi serupa. Kita melayani satu sama lain karena kasih Tuhan sudah dinyatakan dalam hidup kita dan kita mengasihi Tuhan dengan sukacita. Kiranya orang yang menjadi anak buah mendukung pemimpinnya dengan sungguh-sungguh dan orang yang memimpin memedulikan anak buahnya dengan tulus. --ENO

DUKUNGAN YANG PALING KUAT
ADALAH DUKUNGAN YANG LAHIR DARI KASIH

1 Tawarikh 11:10-25
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 12 Januari 2013

EMPAT KOMITMEN MURID

Jonathan Edward, pelari lompat jangkit dari Inggris, adalah pemegang rekor dunia pada tiga Olimpiade berturut-turut dan ditahbiskan sebagai World Athlete of the Year pada 1995. Prestasi ini tak lepas dari komitmen dan pengorbanannya dalam berlatih. Ia juga berdisiplin dalam pola makan dan tidur. Ia bersaksi, "Komitmen untuk berprestasi seperti dengan komitmen yang diperlukan dalam mengikuti Kristus. Namun, lompat jangkit tidak mendominasi hidup saya; Kristuslah yang mendominasi hidup saya."

Menjadi murid Kristus memerlukan komitmen. Nas hari ini menunjukkan empat komitmen seorang murid. Pertama, mau diajar. Jemaat mula-mula pertama-tama hidup dalam pengajaran rasul-rasul (Kis. 2:42). Firman juga bermanfaat untuk mengajar (2 Tim 3:16). Aktivitas pokok seorang murid adalah belajar. Sebagai murid, kita harus sukarela diajar Tuhan setiap waktu dalam firman.

Kedua, mau dikoreksi kesalahannya. Hal ini rasanya sukar, namun penting. Kita diajar untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah. Ketika membuka firman, kita harus siap untuk berkata, "Saya salah." Jika keyakinan kita yakini tidak sejalan dengan firman, perlu kerendahan hati untuk tidak berdalih.

Ketiga, mau berubah. Sebaiknya, kita harus menutup telinga atau Alkitab kita, jika tidak siap menjadi murid. Pasalnya, menjadi murid harus siap berubah! Dan terakhir, mau menjalankan kebenaran. Firman bukan soal pengetahuan, melainkan bagaimana firman itu "menjadi daging" dalam hidup kita. --MRT

APAKAH GUNANYA PENGETAHUAN ALKITAB
JIKA KEHIDUPAN KITA TIDAK DIUBAHKAN?

Kisah Rasul 11:18-26
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 10 Januari 2013

MUKJIZAT KENTANG

Dalam Faith Like Potatoes, Angus Buchan dan ribuan warga berkumpul di Stadion King Parks, Durban, Afrika Selatan, berdoa meminta hujan turun. Semula seorang petani jagung dan peternak, Angus memutuskan untuk menanam kentang. Ia sudah diperingatkan, tidak bisa bertanam kentang tanpa pengairan yang cukup. Nyatanya, selama empat bulan hujan tak kunjung turun. Angus bisa aja geram dan patah semangat, namun ia memilih untuk tetap percaya.

Suatu hari ia meminta Simeon Bhengu, tangan kanannya, agar menyiapkan pegawai mereka untuk memanen ladang. Ia berdoa dan mengucap syukur atas panen hari itu--tanpa ia tahu kentangnya bertumbuh atau tidak. Ternyata, mereka memanen kentang berukuran besar-besar! Angus bersukacita dan warga setempat menyaksikan keajaiban Tuhan. Ah, siapa menduga bahwa Tuhan memiliki cara lain untuk menumbuhkan kentang?

Cara berpikir kita kerap tidak selaras dengan cara berpikir Tuhan. Rencana Tuhan sering tak terselami oleh daya pikir kita yang terbatas. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Hal itu dapat membangkitkan kekhawatiran, namun dapat pula memperkuat iman kita. Ya, ketika menghadapi jalan buntu, maukah kita terus berdoa dan berusaha dengan tetap percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita? Yakinkah kita bahwa, sekalipun keadaan tampak buruk, Allah sedang mengerjakan sesuatu yang baik? Jawaban Tuhan mungkin tidak senantiasa ajaib seperti pengalaman Angus, namun rencana-Nya pasti mendatangkan kesejahteraan bagi kita. --IST

KITA MEMERLUKAN IMAN SEPERTI KENTANG: IMAN YANG SEDERHANA, NYATA,
DAN MAMPU MENOPANG KITA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI -PETER MARSHALL

Roma 8:18-30
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 09 Januari 2013

TALLIT DAN TZITZIT

Tallit adalah syal yang dipakai oleh orang Yahudi untuk berdoa. Pada keempat ujungnya terdapat tali berpilin yang disebut jumbai atau tzi-tzit (band. Bil. 15:37-41). Jumbai ini bagi orang Yahudi melambangkan pengharapan mereka akan Mesias, ketaatan mereka pada hukum Tuhan, dan penghormatan mereka akan kekudusan Tuhan. Ketika orang Yahudi berdoa, mereka akan memegang jumbai ini dan meletakkannya di kepala mereka.

Menarik untuk dicermati, Lukas secara spesifik menyebut perempuan ini secara sengaja memilih menjamah jumbai jubah Yesus (ay. 44). Bukan bagian yang lain. Tentunya ia telah memperhitungkannya. Dorongan ini tampaknya bukan timbul begitu saja, namun dilandasi pengertian tertentu. Hidup di tengah-tengah masyarakat Yahudi pada waktu itu, tak ayal perempuan ini tahu makna jumbai jubah yang dipakai Tuhan Yesus.

Dari sini kita mengerti, sebenarnya perempuan ini mengharapkan tiga hal terjadi dalam hidupnya. Pertama, sebagai orang najis, ia rindu ditahirkan dan diikat dengan kekudusan Tuhan. Kedua, ia tahu jika ada orang yang dapat menyelamatkan dan menyembuhkannya, Dia pasti Mesias. Dan ketiga, kesiapannya untuk menaati perintah Allah dan meninggalkan dosa. Iman yang benar akan kesembuhan ini yang menarik keluar kuasa Yesus. Yesus tidak perlu berkata, "Aku mau engkau sembuh" atau, "Dosamu sudah diampuni." Yesus hanya meneguhkan iman perempuan itu (ay. 46). Apakah Anda memiliki dasar iman yang benar seperti perempuan ini? --MRT

SAAT IMAN KITA TERBANGUN DENGAN BENAR,
KITA AKAN MENJANGKAU KEAJAIBANNYA

Lukas 8:40-48
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 08 Januari 2013

PEMBUNUH MIMPI

Barangkali hampir semua penemu ditertawakan ketika mereka menyatakan impian mereka. Ketika Bill Gates, misalnya, berbicara bahwa komputer pribadi akan ada di rumah orang banyak, orang tertawa tak percaya. Saat itu komputer dapat berukuran sebesar rumah. Kini, ketika impiannya terwujud, dunia menyanjungnya sebagai sosok yang visioner.

Yusuf bukan hanya ditertawakan oleh saudara-saudaranya karena impiannya, melainkan nyaris dibunuh. Akhirnya, ia dijual seolah barang dagangan. Tidak berhenti sampai di situ, setelah menjadi budak ia difitnah dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Namun, perbudakan dan pemenjaraan terbukti tidak mampu mengubur impiannya. Saat terpuruk di lantai penjara pun ia terus percaya dan berpegang teguh pada janji Allah. Yusuf menunggu sepanjang 22 tahun sebelum impiannya menjadi kenyataan. Saudara-saudaranya kemudian sujud di hadapannya. Namun, lebih dari itu, penggenapan impiannya sekaligus mewujudkan tujuan besar Allah, yaitu menyelamatkan kehidupan umat pilihan yang dipakai Allah dalam rencana penebusan-Nya (Kej. 45:7 dan 50:20).

Ketika Allah memberi kita impian, bukan berarti jalan untuk mewujudkannya akan mulus. Sebaliknya, berbagai rintangan akan berusaha menggagalkan dan membunuhnya. Teruslah percaya dan berpegang teguh pada janji-Nya. Allah yang memberikan impian, Dia pula yang akan menyertai kita menghadapi rintangan dan mewujudkan impian tersebut. Ketika impian itu terwujud, biarlah nama-Nya dipermuliakan. --TS

IMPIAN MENGINGATKAN BAHWA KITA HIDUP BUKAN HANYA UNTUK HARI INI,
MELAINKAN UNTUK MEMPERSIAPKAN SEBUAH MASA DEPAN

Kejadian 37:5-20
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 07 Januari 2013

PETAKA KABAR ANGIN

Setiap tahun pada bulan November, rakyat dari seluruh pelosok Kamboja membanjiri ibu kota Phnom Penh untuk menghadiri Festival Air. Pada 2010, festival akbar ini berubah menjadi petaka: 450 orang tewas di Jembatan Berlian, pusat berlangsungnya festival. Para pengunjung panik karena tersebar kabar angin bahwa jembatan itu tidak stabil. Alhasil, banyak korban tewas terinjak sesamanya dan terjun ke Sungai Tonle Sap.

Kabar angin dapat didengungkan secara iseng, namun dapat pula secara sengaja dengan disertai niat jahat. Efeknya tak jarang lebih kejam dari tikaman pedang tajam. Kabar angin, begitu dilontarkan, akan menyebar secara tak terkendali. Baik pencetus maupun penyebarnya tidak akan mampu mengontrol dampaknya.

Apakah Anda memperhatikan bahwa dua dari enam hal yang dibenci Tuhan dalam perikop hari ini berkaitan dengan kabar angin? Yang satu, lidah dusta (ay. 17), mengacu pada pencetusnya. Yang kedua, saksi dusta (ay. 19), menunjuk pada penyebarnya. Mengapa Tuhan menyampaikan peringatan yang begitu keras? Si pencetus dan si penyebar kabar angin sama-sama pengecut, tidak memiliki sikap ksatria. Kejahatannya bukan hanya membunuh karakter seseorang, namun dapat pula memakan ribuan korban. Bahkan ada perang antarbangsa yang pecah gara-gara kabar angin.

Kita perlu menjaga hati dan lidah dengan penuh kewaspadaan agar tidak mencetuskan atau menyebarkan kabar angin. Bagaimana menjaganya? Dengan mempersilakan firman-Nya, firman kebenaran, menguasai hati kita (lihat Mazmur 119:9-11). --SST

LIDAH AKAN TERKENDALI
JIKA HATI KITA DIKUASAI KEBENARAN

Amsal 6:16-19
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 06 Januari 2013

JALAN DUSTA

Sebelum kebaktian usai, seorang pendeta memberikan pengumuman "Minggu depan saya akan berkhotbah tentang dosa kebohongan. Agar Anda mendapat lebih banyak berkat dari khotbah itu, saya berharap Anda lebih dulu membaca Markus 17." Minggu berikutnya, ia bertanya berapa banyak jemaat yang sudah membaca Markus 17. Beberapa orang mengangkat tangan, sebagian dengan ragu. Pendeta itu tersenyum dan berkata, "Sayangnya, Markus hanya terdiri dari 16 pasal. Jadi, mari kita lanjutkan pembahasan tentang dosa kebohongan."

Saat Kanaan mengalami kelaparan hebat, untuk sementara Abram dan Sarai pindah ke Mesir, yang memiliki persediaan makanan melimpah. Namun, Abram sadar, istrinya yang cantik bisa menarik perhatian, dan itu membuatnya takut. Demi melindungi diri, ia meminta Sarai berdusta, "Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau" (ay. 13). Cara ini tidak menyelesaikan masalah karena Firaun memang ingin mengambil Sarai menjadi istrinya. Jalan dustanya tidak menolong. Syukurlah, Tuhan turun tangan saat Abram salah jalan sehingga rencana-Nya atas Abram dan Sarai tetap dapat terlaksana.

Tuhan meminta kita jujur dalam segala hal, besar dan kecil. Dan, kita hanya dapat melakukannya dengan melekat kepada Dia, yang adalah kebenaran. Ketika kita menjaga hati tetap bersih dan jujur, Tuhan akan memberi kita hati yang tenang, kepercayaan dari orang lain, dan berkat-berkat-Nya. --AW

SEBERAPA KITA JUJUR AKAN MEMBUAT ORANG MENGUKUR
SEBERAPA KITA DEKAT KEPADA TUHAN, SUMBER KEBENARAN

Kejadian 12:10-20
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 05 Januari 2013

MAIN TRAMPOLIN

Friena menjerit histeris ketika sedang bermain trampolin. Saat tubuhnya mulai terlontar naik, teriakannya semakin keras. Meskipun beberapa kali petugas mengingatkannya agar tidak usah takut karena sudah ada alat pengamanan yang memadai, Friena tidak menghiraukannya. Sang ayah, yang sedang asyik memainkan handycam merekam kejadian tersebut, datang mendekat menghampirinya. "Tidak usah takut. Tenang saja, kan ada Papa dan Mama di bawah, " katanya. Secara perlahan, Friena mulai menyesuaikan diri dan menikmati permainan tersebut. Tidak terdengar jeritan dan teriakannya lagi. Yang ada sorak kegirangan saat tubuhnya terlontar naik turun di trampolin.

Ketika badai topan mengamuk dengan dahsyat, murid-murid Yesus sangat ketakutan. Sebagai nelayan berpengalaman, mereka tak berdaya menghadapinya. Mereka lalu membangunkan Yesus. Begitu bangun, Yesus menghardik badai itu dan badai pun langsung reda. Murid-murid Yesus sangat kagum akan kuasa Yesus, dan mereka bertanya-tanya siapa sesungguhnya Dia. Pada waktunya mereka pun menyadari bahwa Dialah Tuhan, penguasa seluruh alam semesta.

Acap kali kita merasa takut ketika diperhadapkan pada kerasnya badai kehidupan. Kita tidak memiliki kekuatan untuk bertahan terhadap amukannya. Kabar baiknya, Yesus senantiasa menyertai kita dan siap sedia menolong kita mengalahkan beragam badai dalam hidup ini. Jadi, jika Yesus ada di dalam perahu kehidupan kita, tak ayal kita akan dimampukan untuk menghadapi badai apa pun yang menerpa. Percayalah! --WB

JIKA TUHAN YESUS ADA DI DALAM PERAHU KITA
TENANGLAH KITA MENGARUNGI BADAI KEHIDUPAN

Markus 4:35-41
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 04 Januari 2013

MEMILIH SAHABAT

Kedekatan seorang sahabat dapat melebihi persaudaraan. Namun, dapat pula orang terjebak dalam persahabatan yang semu. Persahabatan yang sarat dengan kepentingan dan ambisi pribadi. Dalam kehidupan keluarga, sosial, politik, ekonomi, bahkan agama, tidak sedikit orang yang rela "menjual" sahabatnya demi keselamatan dan keuntungan pribadi.

Kisah Yonatan dan Daud menampilkan keindahan persahabatan. Yonatan sangat sedih dan cemas ketika mengetahui bahwa ayahnya berniat membunuh Daud. Yonatan jadi serbasalah: membela ayahnya atau sahabatnya? Bagi Yonatan, Saul adalah ayah sekaligus rajanya. Ia tentu harus hormat dan tunduk kepada raja. Adapun Daud adalah sahabat sekaligus kerabatnya, yang sedang mengalami penindasan. Akhirnya, Yonatan membela Daud karena ia memilih menjunjung kebenaran.

Pembelaannya atas Daud bukan karena kesetiakawanan semata, tetapi atas dasar kasih setia. Setia pada ikatan perjanjian yang pernah mereka ikrarkan bersama, dan setia pada kehendak Tuhan. Yonatan tahu bahwa Tuhan telah menyatakan pilihan-Nya atas Daud, bukan lagi pada Saul. Yonatan berani percaya bahwa Daud akan memperlakukan dia dan keluarganya dengan kesetiaan yang sama. Apa pun hasil akhirnya, kasih setia harus dijunjung tinggi. Itulah sebabnya, mereka saling meneguhkan lagi perjanjian mereka (ay. 17).

Anak Tuhan pun hendaknya menjalin persahabatan yang diwarnai dengan kasih setia dan yang menjunjung kebenaran. Kita bersahabat untuk mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam melakukan kehendak Tuhan. --ENO

SEORANG SAHABAT AKAN MEMPERKUAT LANGKAH KITA
DALAM MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

1 Samuel 20:1-23
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 03 Januari 2013

CATATAN KAKI

Untuk menarik perhatian pembeli, banyak produk yang berjanji memberikan sesuatu secara gratis setelah kita membeli barang dalam jumlah tertentu. Beli dua produk, dapat produk gratis satu. Beli sepeda motor mendapat hadiah televisi gratis. Beli rumah mendapat bonus mobil gratis. Jika saldo tabungan kita mencapai angka tertentu, kita mendapat tiket berlibur ke luar negeri secara gratis. Namun, pada iklan itu biasanya terdapat sebuah catatan kaki bertanda bintang dengan tulisan yang sangat kecil, jauh lebih kecil dari font tulisan iklannya. Bunyinya: "Syarat dan ketentuan berlaku." Jika tidak jeli, banyak pembeli yang merasa tertipu dan akhirnya kecewa.

"Tak ada makan siang gratis, " kata sebuah slogan. Ada benarnya. Jika Anda mendapat sesuatu secara gratis, sesungguhnya itu karena ada seseorang yang telah membayarkannya untuk Anda, dengan atau tanpa Anda sadari.

Orang-orang berdosa dapat diselamatkan dan dibenarkan karena Kristus telah membayar semua utang dosa manusia. Tak ada upaya manusia yang membuatnya dapat diselamatkan. Keselamatan hanya dimungkinkan jika kita beriman kepada Kristus. Karena kasih-Nya, Dia telah membayar utang kita dengan lunas. Tak ada lagi yang perlu kita tambahkan. Pada kebenaran ini terdapat catatan kaki dengan font tulisan yang besar: "Telah dibayar lunas oleh Yesus Kristus".

Ingatlah senantiasa "catatan kaki" kerohanian kita tersebut. Hiduplah sesuai dengan identitas baru kita sebagai orang yang sudah diselamatkan dan dibenarkan. --HEM

TUHAN YESUS KRISTUS SUDAH MELUNASI SELURUH UTANG DOSA KITA
TAK PERLU LAGI KITA MENCICILNYA TIAP HARI DENGAN PERASAAN BERSALAH

Roma 3:21-31

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 02 Januari 2013

ADA POHON ARA

Orang banyak berdesak-desakan menjejali jalan itu. Zakeus, karena tubuhnya pendek, tidak bisa menembus kerumunan orang tersebut. Pandangannya teralang. Tapi ia sangat ingin melihat Yesus. Ia tidak putus asa; segera ia mencari cara lain. Ternyata di dekatnya ada sebatang pohon ara. Segera ia memanjatnya, agar sewaktu Yesus lewat, ia dapat melihat-Nya dari ketinggian. Dan... berhasil! Bukan hanya melihat Yesus, tetapi Yesus bahkan memanggilnya dan menumpang di rumahnya (ay. 5). Itulah awal perubahan dalam kehidupan Zakeus.

Mungkin pada tahun lalu kita menghadapi jalan buntu atau kegagalan dalam hidup. Hal itu membuat kita cenderung takut untuk merencanakan sesuatu pada tahun baru ini. Takut gagal lagi. Kita lebih banyak merenungi pintu yang tertutup daripada memikirkan jalan keluar. Kita tidak melihat pohon ara yang bisa kita panjat. Kita mulai putus asa dengan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak melangkah ke mana-mana, hanya diam di tempat, dan akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.

Dari Zakeus, kita dapat belajar untuk tidak berputus asa apa pun kondisi yang ada. Kita perlu meneguhkan keinginan untuk mengupayakan yang terbaik dalam hidup ini. Mengapa kita tidak mulai melihat peluang di sekeliling kita? Kadang hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan, itu yang akan mengubah atau membawa kehidupan kita menjadi lebih baik. Bawalah setiap pergumulan dan rencana kita tahun ini kepada Tuhan dan biarlah Dia memampukan kita menyelesaikannya. Masih ada pohon ara yang dapat kita panjat tahun ini. --IST

JANGAN HANYA TERFOKUS PADA PINTU YANG TERTUTUP.
LIHATLAH, MASIH ADA JENDELA YANG TERBUKA!

Lukas 19:1-10
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 01 Januari 2013

ROTI GOSONG

Saat Alin masih kecil, ibunya menyajikan makan malam berupa telur goreng, saus, dan beberapa kerat roti. Mungkin karena lelah setelah bekerja seharian, ibu Alin memanggang roti sampai gosong. Alin tegang menunggu respon ayahnya. Ternyata, sang ayah mengambil roti itu sambil tersenyum, memolesnya dengan mentega, lalu memakannya dengan lahap. Ibu Alin meminta maaf, tetapi suaminya menjawab, "Tidak apa-apa, Sayang."

Sebelum tidur, Alin menghampiri ayahnya dan bertanya, mengapa ayah mau makan roti gosong. Sambil memeluknya, si ayah berkata, "Ibumu sudah lelah bekerja. Lagi pula, kita tidak akan sakit karena memakan roti gosong. Bersyukur saja ia masih bersama kita."

Hidup kita juga berisi banyak hal yang tak sempurna. Selain keberhasilan dan kebahagiaan, ada berbagai kegagalan dan kekecewaan. Saat merenung ke belakang, manakah yang menjadi fokus kita? Bagian yang negatif, yang membangkitkan keluh kesah? Atau, bagian yang positif, yang membuat hati kita membara dengan pujian dan syukur?

Sepatutnya kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang melimpahi dan melingkupi kita. Ya, kasih-Nya nyata dalam berbagai aspek kehidupan: dalam pengampunan-Nya yang tak ternilai dan undangan-Nya untuk menikmati damai bersama-Nya (ay. 3-5); dalam penyelamatan-Nya, juga kebajikan dan mukjizat-Nya yang mengikuti kita (ay. 6-9); dalam pintu kesempatan dan mata pencaharian yang Dia sediakan untuk memberi kita kecukupan (ay. 10-14). Sungguh suatu berkat indah yang memahkotai tahun-tahun kita, bukan? --AW

SELAMA JANTUNG KITA MASIH BERDETAK
BERARTI KITA MASIH DAPAT BERSYUKUR MENGHITUNG BERKAT

Mazmur 65
Powered by Telkomsel BlackBerry®