Jumat, 13 Juli 2012

PRIVASI

  Saat membayangkan apa jadinya jika hak privasi tak pernah ada,
  tiba-tiba saya menjadi sangat malu. Pasti orang akan heran
  mengetahui film tidak pantas yang pernah saya tonton, percakapan
  rahasia saya untuk merusak nama baik orang lain, rencana-rencana
  busuk saya, atau pikiran-pikiran berdosa yang saya nikmati. Namun,
  kenapa saya tak pernah malu kepada Tuhan yang selalu tahu
  gerak-gerik, motivasi, pikiran, dan rancangan-rancangan yang paling
  tersembunyi sekalipun. Saya lebih takut nama baik saya tercemar
  dibandingkan takut pada kekudusan Tuhan.


  Salah satu penyebab kurangnya rasa takut atau malu ketika berbuat
  dosa adalah adanya jaminan keselamatan bagi kita yang beriman kepada
  Kristus. Memang, kita pasti masuk ke tempat perhentian-Nya yang
  kekal (ayat 1, 3). Namun, kita masih harus mempertanggungjawabkan
  hidup kita di hadapan-Nya. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani meminta
  kita waspada (ayat 1) serta taat kepada-Nya (ayat 6, 11). Kita harus
  memegang erat firman Allah untuk menjaga hidup kita tetap bersih
  (ayat 12). Sebaliknya, ketika kita menyadari dosa, kita mesti berani
  menghampiri takhta-Nya (ayat 16). Sebab, Kristus Imam Besar kita
  (ayat 14, 15) yang mendamaikan kita dengan Allah.


  Jadi, ada dua sikap yang tampaknya bertentangan, tetapi harus ada
  secara bersamaan dalam diri orang percaya. Pertama, sikap takut
  berbuat dosa; kedua, sikap berani menghampiri Tuhan Yang Mahakudus.
  Kita harus menyadari bahwa tak ada yang dapat kita sembunyikan dari
  pandangan-Nya. Di lain pihak, setiap kali kita berdosa, kita mesti
  punya keberanian untuk segera datang kepada- Nya, memohon
  pengampunan. --HEM

     KEKUDUSAN TUHAN MEMBUAT KITA HIDUP HATI-HATI DI HADAPAN-NYA.
       KASIH KARUNIA TUHAN MEMBUAT KITA BERANI MENGHAMPIRINYA.

  Ibrani 4:1-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar