Jumat, 05 Juli 2013

DENGAN PERBUATAN

Nats: Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yohanes 3:18)

Kasih adalah pengikat hubungan. Hubungan yang sehat berlangsung timbal balik, bukan hanya satu arah. Kasih dalam hubungan terungkap melalui cara kita memperlakukan orang yang kita kasihi. Sayangnya, dalam hal mengasihi, orang kerap berhenti pada mengucapkan atau membicarakannya. Orang kerap lalai bahwa kasih perlu ditunjukkan dalam bentuk perhatian dan perbuatan.

Pada suratnya yang pertama, Rasul Yohanes berbicara tentang kasih. Ia mendorong kita agar mengasihi dengan perbuatan, bukan dengan perkataan. Kata-kata atau ungkapan dari bibir kita itu memang penting, tetapi menjadi tidak bermakna jika tidak terwujud dalam perbuatan. Perbuatan ini pun, lanjut Yohanes, bergerak dalam koridor kebenaran. Artinya, kita menyadari bahwa kasih itu bukan bersumber dari diri kita sendiri. Kasih itu bersumber dari Allah, yang sudah terlebih dulu mengasihi kita melalui penebusan Kristus (ay. 16), dan dengan demikian memampukan kita untuk mengasihi.

Bagaimana kita menerapkan kasih itu? Jika kita memiliki sesuatu dan melihat saudara kita kekurangan, kita harus segera membantunya (ay. 17). Tidak cukup kita hanya berkata-kata pada seseorang, tanpa benar-benar mencari tahu keadaan atau masalah yang sedang ia hadapi. Akibatnya, kita tidak dapat memberikan bantuan atau dorongan semangat yang tepat. Atau, kita tahu ada teman yang sedang bermasalah, namun kita diam saja, padahal sebenarnya kita dapat membantu. Sebuah perhatian kecil yang tulus, bisa jadi akan sangat bermakna baginya. --Istiasih

PERKATAAN KASIH TANPA DIDUKUNG PERBUATAN
IBARAT SAYUR TANPA GARAM

1 Yohanes 3:11-18

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar