Kamis, 02 Januari 2014

BERHENTI DI SUNGAI BESOR

Nats: Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor itu, berhenti di sana. (1 Samuel 30:10b)

Dunia bertepuk tangan untuk orang yang terus maju. Yang makin tinggi. Makin besar. Makin banyak. Sebaliknya, mereka yang berhenti atau menyerah di tengah jalan tidak mendapatkan tempat, dianggap pecundang. Yang mundur dinilai payah. Begitukah?

Daud memiliki pengalaman menarik. Ketika para pengikutnya dan keluarga mereka ditawan gerombolan orang Amalek, Tuhan mengizinkan mereka mengejar perusuh tersebut. Daud berangkat dengan pasukan berjumlah 600 orang. Tetapi, setiba di tepian sungai Besor, 200 orang terlalu lelah untuk melanjutkan pengejaran. Mereka tinggal dan rehat di sana. Sesudah meraih kemenangan, pasukan yang terus maju mengusulkan kepada Daud, agar mereka yang berhenti di sungai Besor tidak usah diberi bagian jarahan. Daud menolak. Semua orang tetap mendapatkan bagian. Yang terus maju dipuji, yang terpaksa berhenti dipahami. Semua dihargai. Bagi yang terlalu lelah dan terpaksa berhenti, tetap ada tempat tersendiri.

Dari Daud kita belajar bahwa tidaklah cukup mengukur pencapaian seseorang hanya berdasarkan standar maju atau tidak maju: yang maju berarti pemenang; yang berhenti berarti pecundang. Tidak seperti itu. Masih banyak ukuran lain yang perlu dipertimbangkan. Masih cukup tenaga atau sudah terlalu lelah? Sehat atau sakit? Berani atau tidak? Adil atau tidak? Daud mengajak kita untuk berpandangan luas, berjiwa besar, dan berlapang dada. Bersedia menerima dan menghargai orang yang tak sanggup memenuhi harapan akibat dihadang keterbatasan. --Pipi A Dhali

ORANG YANG BERJIWA BESAR SENANTIASA MENYEDIAKAN RUANG
BAGI ORANG LAIN, TERUTAMA MEREKA YANG DIANGGAP SEPELE.

1 Samuel 30:7-25

e-RH Situs: http://renunganharian.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar