Rabu, 15 Desember 2010

Kelahiran Kristus di Hati

                    LAWATAN ILAHI YANG MEMPERBARUI

 "Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat,
 katanya: Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya
 dan membawa kelepasan baginya." (Lukas 1:67-68)

 Natal adalah peristiwa ketika Allah melawat umat-Nya. Lawatan ilahi
 tersebut membawa pembaruan dalam diri orang-orang yang terlibat di
 dalamnya. Salah satunya, Zakharia.

 Siapakah Zakharia? Ia adalah seorang imam, keturunan Harun, seorang
 dari suku Lewi. Ia berasal dari rombongan Abia. Menurut 1 Tawarikh
 24:1-6, para imam dibagi ke dalam 24 rombongan untuk melayani di
 Bait Allah. Rombongan Abia, rombongannya Zakharia, adalah salah satu
 dari ke-24 rombongan tersebut (24:10). Setiap rombongan bertugas dua
 kali dalam setahun, tiap kali selama satu minggu.

 Zakharia memiliki istri yang berasal dari keturunan imam juga, yaitu
 Elisabet. Keduanya digambarkan sebagai orang-orang yang "benar di
 hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan
 dengan tidak bercacat" (Lukas 1:6). Ungkapan tersebut tidak dimaksud
 untuk menyatakan kesempurnaan mereka, tetapi kesetiaan mereka dalam
 melayani Tuhan.

 Sekalipun mereka melayani dengan setia, hingga usia tua mereka belum
 juga dikaruniai anak. Pada masa itu, memiliki atau tidak memiliki
 anak dipahami sebagai keadaan yang diberkati atau tidak diberkati
 oleh Tuhan. Namun, melawan pandangan umum tersebut, penulis Injil
 Lukas menekankan bahwa penyebab Zakharia dan Elisabet tidak memiliki
 anak hingga usia tua mereka bukan karena mereka tidak hidup benar di
 hadapan Tuhan.

 Akhirnya, ketika Zakharia sedang bertugas di Bait Allah, terjadilah
 sesuatu yang tidak disangka-sangka. Karena anugerah Tuhan, Zakharia
 terpilih untuk masuk ke Bait Allah dan membakar ukupan di sana.
 Tugas tersebut sangat istimewa, karena tidak semua imam
 berkesempatan untuk melakukannya. Selain itu, menurut peraturan
 keagamaan saat itu, seorang imam hanya berkesempatan membakar ukupan
 sekali saja di sepanjang hidupnya.

 Pada kesempatan yang sangat istimewa itulah Tuhan melawat pasangan
 tersebut melalui kehadiran malaikat Gabriel. Allah menyatakan, bahwa
 Ia berkenan menjawab doa-doa mereka dengan cara yang istimewa.
 Tampaknya, kala itu Zakharia sudah tidak terlalu berharap untuk
 memiliki anak, mengingat usia istrinya sudah cukup lanjut. Bisa jadi
 umur mereka sudah lebih dari 60 tahun. Karena itu, berita yang
 disampaikan Gabriel sulit dipercayainya!

 Tuhan berjanji akan memberikan kepada mereka seorang anak yang
 istimewa. Anak itu akan mendatangkan sukacita bukan hanya bagi orang
 tuanya, tetapi juga bagi seluruh Israel. Anak itu akan menjadi besar
 di hadapan Tuhan, dikuduskan untuk mengerjakan tugas khusus dari
 Tuhan. Ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dalam rahim ibunya. Dan
 lebih jauh lagi, ia akan dipakai Tuhan dengan kuat kuasa seperti
 yang dimiliki Elia, untuk membawa bangsanya berbalik kepada Allah.
 Luar biasa! Bukan hanya seorang anak yang akan diterima pasangan
 Zakharia dan Elisabet, melainkan seorang anak yang istimewa!

 Bagaimanapun, kabar gembira itu sulit untuk dicerna oleh Zakharia.
 "Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: 'Bagaimanakah aku tahu,
 bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah
 lanjut umurnya.'" (Lukas 1:18) Pertanyaan yang tampak wajar tersebut
 ternyata ditanggapi Gabriel dengan keras: "Sesungguhnya engkau akan
 menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di
 mana semuanya ini terjadi." (1:20a) Mengapa?

 Dalam kisah berikutnya, Gabriel sang pembawa pesan Allah juga
 menyapa Maria dengan berita yang tidak kalah mengejutkan. Dia akan
 mengandung dan melahirkan sang Juru Selamat. Maria pun terkejut dan
 mengajukan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan Zakharia:
 "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
 (Lukas 1:34b) Namun, berbeda dengan jawabannya yang keras kepada
 Zakharia, jawaban Gabriel kepada Maria sangat positif. Bahkan,
 diakhiri dengan kalimat peneguhan: "Sebab bagi Allah tidak ada yang
 mustahil." (1:37)

 Mengapa begitu? Rupanya, Tuhan yang mengenal hati manusia tahu bahwa
 kedua pertanyaan yang serupa tersebut -- pertanyaan Zakharia dan
 pertanyaan Maria -- dilandasi dua sikap hati yang sangat berbeda.
 Pertanyaan Zakharia dilandasi sikap hati yang tidak percaya.
 "[E]ngkau tidak percaya," kata Gabriel kepadanya (Lukas 1:20).
 Sedangkan Maria, dalam ketidakmengertiannya, merendahkan hati dan
 menyerahkan dirinya ke tangan Tuhan: "Sesungguhnya aku ini adalah
 hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (1:38)

 Di sini kita melihat suatu ironi. Zakharia adalah seorang rohaniwan
 senior, namun ia tidak siap untuk meyakini janji Tuhan yang
 melampaui akalnya. Sedangkan Maria masih muda belia, awam, namun ia
 mau memercayakan dirinya kepada janji Tuhan yang melampaui akalnya.

 Apakah Zakharia tidak sadar bahwa yang sedang berbicara dengannya
 adalah seorang malaikat? Seharusnya sadar. Apalagi perjumpaan itu
 terjadi di Bait Allah. Tidak mungkin seorang manusia biasa dapat
 "nyelonong" masuk dan berpura-pura jadi malaikat. Lantas, mengapa
 Zakharia tetap sulit untuk memercayai apa yang dikatakan sang
 malaikat? Dalam hal ini, sikap Zakharia mencerminkan sikap sebagian
 besar dari kita, umat Tuhan yang hidup di masa sekarang. Kita tahu
 bahwa Allah adalah Allah yang mahabaik, mahakuasa, pencipta langit
 dan bumi, namun pada kenyataannya seringkali kita meragukannya.

 Setelah lawatan ilahi itu, Zakharia menjadi orang yang berbeda. Ia
 tidak lagi memahami Tuhan menurut konsepnya sendiri, tapi sebagai
 Pribadi yang benar-benar berdaulat. Tuhan sanggup memenuhkan
 kehendak-Nya, sekalipun hal itu melampaui akal manusia. Tidak heran,
 menyambut kelahiran anaknya, Zakharia menciptakan kidung yang sangat
 indah bagi Allah (Lukas 1:67-79). Inilah salah satu berkat Natal:
 Lawatan ilahi yang memperbarui. Kelahiran Yohanes Pembaptis telah
 memperbarui hidup Zakharia.

 Kiranya Natal kali ini menjadi saat perjumpaan Saudara dengan Allah.
 Perjumpaan yang akan memperbarui hidup Saudara!

 Diambil dan disunting seperlunya dari:
 Judul buku: Harta Karun Natal
 Penulis: Sutrisna
 Penyusun: Erick Sudharma, dkk.
 Penerbit: Penerbit Mitra Pustaka & Literatur Perkantas Jawa Barat,
           Bandung 2005
 Halaman: 51 -- 56

 Artikel ini juga bisa Anda baca di:
 Nama situs: Situs Natal Indonesia
 Alamat URL: http://natal.sabda.org/lawatan_ilahi_yang_memperbarui
 Tanggal akses: 16 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar