Senin, 14 Maret 2011

DI MANA HATI KITA?

Secara jenaka, seseorang menuliskan bagaimana anak balita
"mengklaim" suatu barang: 1. Kalau aku menyukai sesuatu, berarti
benda itu punyaku; 2. Kalau sebuah benda kupegang, berarti itu
milikku; 3. Kalau aku bisa merebut sesuatu darimu, benda itu jadi
punyaku; 4. Kalau aku melihat sesuatu lebih dulu, benda itu jadi
milikku; 5. Kalau kamu bermain dengan sesuatu, lalu kamu menaruhnya,
benda itu otomatis jadi punyaku; 6. Kalau benda yang kita perebutkan
pecah, maka itu jadi milikmu.

Ketamakan sangat serupa dengan nafsu-keinginan besar untuk memiliki
sesuatu demi kesenangan pribadi. Serupa gambaran tentang balita di
atas, orang tamak hendak memiliki semua yang disukai dan
diingininya. Padahal, ketamakan tak pernah dapat dipuaskan. Dan,
keinginan yang tak terkendali dapat membahayakan diri sendiri dan
orang-orang di sekitarnya. Itu sebabnya Amsal 23:2 memperingatkan,
"Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!"

Jadi, bagaimana melawan nafsu tamak ini? Tuhan meminta kita
menujukan hati pada harta yang kekal (Matius 6:21). Terlalu memburu
harta di bumi hanya akan membuat kita terikat dan diperhamba harta.
Menghabiskan waktu dan kesehatan untuk menumpuk harta, yang takkan
pernah kita bawa di akhir hayat (ayat 19). Sebaliknya, jika Tuhan
menjadi yang terutama, sesungguhnya kita akan hidup lebih tenang.
Kita akan bekerja dengan tahu batas waktu-tidak mengorbankan
keluarga, bahkan masih punya waktu untuk melakukan pelayanan. Pula,
kita bisa bijak menggunakan harta untuk memberkati sesama dan
mendukung pekerjaan Tuhan --AW

MENUMPUK HARTA DI BUMI HANYA BERGUNA SEMENTARA
MENUMPUK HARTA DI SURGA TAK TERBATAS KEUNTUNGANNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar