Minggu, 20 Maret 2011

UNDANGAN YANG MENGUBAHKAN

Kita selalu melihat orang lain dengan memakai sebuah "kacamata".
Bukan kacamata secara fisik, melainkan "kacamata" mental di dalam
pikiran kita. Dengan "kacamata" mental itu, kita menyikapi segala
sesuatu: menyukainya, menghindarinya, merengkuhnya, mengabaikannya,
memujinya, atau mengkritisinya. "Kacamata" mental masing-masing
orang tak sama. Namun, sedikit banyak "kacamata" mental yang kita
pakai ikut menentukan sikap kita.

Orang yang pekerjaannya memungut cukai, seperti Lewi, biasa dilihat
dengan "kacamata" mental yang buram, bahkan gelap, karena cara hidup
dan pekerjaannya. Pemungut cukai identik dengan orang yang rakus
harta, menindas bangsa sendiri demi keuntungan pribadi, antek
pemerintah penjajah yang hidup makmur dari pemerasan pajak pasar.
Pendek kata, bagi banyak orang Yahudi, pemungut cukai semacam ini
dipandang sebagai orang yang paling berdosa. Karena itu, ketika Lewi
menanggapi ajakan Yesus untuk mengikuti Dia (ayat 28), orang Yahudi
menjadi sinis. Mereka belum bisa melepas "kacamata" mental mereka.

Kenyataannya, Yesus dekat dengan orang-orang berdosa. Akan tetapi,
kedekatan Yesus dengan mereka bukan berarti bahwa Yesus dekat dengan
dosa, melainkan hendak mendekat kepada pribadi yang melakukan dosa,
agar ia diselamatkan. Itu sebabnya Dia memanggil setiap saat:
"Ikutlah Aku ... ikutlah Aku." Siapa pun Anda menurut anggapan
orang, Yesus menawarkan keselamatan dan pemulihan. Dia selalu
memandang kita dengan penuh belas kasih. Dan, tidak pernah ada kata
terlambat untuk datang kepada-Nya --DKL

TOBAT ADALAH LANGKAH PASTI
MENYAMBUT ANUGERAH YANG MAHAHEBAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar