Jumat, 18 Maret 2011

Yang berkenan di mata Allah

Orang Farisi begitu luar biasa dalam memandang dirinya sendiri. Mereka
bukan hanya menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang paling
"bernilai" di hadapan Tuhan, tetapi juga mampu memberikan
penilaian terhadap orang lain. Dalam doanya, teks ini mengisahkan
seorang Farisi yang merasa pantas melakukan penilaian seperti itu
di hadapan Tuhan (11).

Ini sangat kontras dengan pemungut cukai, sosok yang dalam komunitas
kala itu dituding berperilaku buruk dan jahat. Si pemungut cukai
justru memiliki kerendahan hati dan takut akan Tuhan. Pemungut
cukai itu bahkan tidak berani "memandang" Tuhan, karena menyadari
betapa dirinya benar-benar tidak layak (13).

Tuhan Yesus memaparkan kedua tokoh ini untuk menegur kebiasaan orang
Farisi yang suka menilai diri sendiri lebih berharga dari orang
lain. Padahal menurut Tuhan, mereka yang meninggikan diri justru
akan direndahkan, dan sebaliknya yang merendahkan diri akan
ditinggikan (14).

Melalui perumpamaan ini, Tuhan mengajarkan bahwa orang yang
sungguh-sungguh bertobat, tidak datang kepada Allah dengan
kebanggaan diri seolah dia memang layak menerima pembenaran dari
Allah. Padahal Allah melihat hati dan memandang kejujuran lebih
berharga daripada pembenaran diri. Inilah cara pandang baru, yang
ketika Tuhan Yesus datang, menjadi salah satu hal yang tidak mudah
dimengerti oleh masyarakat, termasuk para petinggi agama Yahudi
dan Farisi. Mereka beranggapan bahwa dengan membawa daftar
berbagai tindakan yang membanggakan, pembenaran bisa mereka
peroleh.

Dewasa ini, masih banyak gereja Tuhan dan juga orang Kristen, yang
memiliki pola pikir Farisi, yang lebih mementingkan hal-hal
lahiriah daripada hati dan motivasi. Betapa berbeda dari cara
pandang Allah dalam melihat umat-Nya. Maka kita perlu memiliki
cara pandang yang sama dengan Allah. Bukan daftar penuh dengan
berbagai tindakan yang membanggakan diri yang akan membuat kita
berkenan di mata Allah, melainkan hati yang menyadari
ketidaklayakan diri dan membutuhkan perkenan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar