Selasa, 26 April 2011

Memaknai pelajaran

Ada ungkapan mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.
Orang yang belajar dari pengalaman akan menuai hal yang baik.
Namun orang yang tidak mau belajar, bisa mengulangi kesalahan yang
sama. Namun banyak orang yang justru belajar secara salah dari
pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Mereka tidak mampu
memahami makna dan inti yang sebenarnya dari peristiwa yang telah
terjadi. Inilah yang dialami oleh Lamekh dalam bacaan kita hari
ini.

Lamekh adalah cucu Kain, saudara Habel yang mati dibunuh Kain. Lamekh
banyak tahu tentang kisah yang terjadi antara Kain dan Habel. Dia
bahkan tahu bahwa Allah telah berfirman untuk melindungi Kain
dalam pelariannya (15). Kisah Kain ini rupa-rupanya tertanam dalam
pikiran Lamekh sehingga ketika terjadi peristiwa Lamekh membunuh
seorang laki-laki karena berseteru dengan dia, Lamekh mengklaim
bahwa Allah juga akan melakukan hal yang sama terhadap dia, bahkan
lebih dari pada itu (23-24). Ini merupakan keyakinan sepihak dari
Lamekh, karena sesungguhnya Allah tidak pernah datang kepadanya
dan menyampaikan hal demikian. Lamekh mendasarkan hal ini pada
pemahamannya yang salah tentang pengalaman Kain, kakeknya. Lamekh
mengerti secara keliru mengenai kebaikan dan kedaulatan Allah yang
diberikan kepada Kain. Dia menganggap bahwa hal yang sama dapat
juga berlaku atas dirinya. Lamekh menghalalkan perbuatan yang
bertentangan dengan kehendak Allah demi mencapai tujuannya sendiri
(24). Kebaikan Allah dimaknai Lamekh secara sempit, demi
pembenaran diri.

Kisah Lamekh menarik untuk direnungkan. Apa yang dia alami adalah
contoh keyakinan yang salah dan kekeliruan dalam memahami sebuah
pengalaman. Tuhan memberikan kepada kita begitu banyak kisah dalam
Alkitab. Mari kita belajar dengan baik dan memahami kebenaran yang
sesungguhnya ada di balik setiap peristiwa yang terjadi. Jangan
sampai keliru dalam memetik pelajaran sebab apabila kita salah,
kita dapat menerapkan hal yang salah pula dalam kehidupan kita.
Tak mungkin menjadi pelaku kebenaran dalam kekeliruan.
Kejadian 4:17-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar