Selasa, 03 Mei 2011

MEMINTA KEJELASAN

"Bu, kurasa kita perlu mulai diet, " kata Pak Agung. Bu Agung
mencebik [mencibir]. "Ia menganggap aku semakin gemuk dan jelek, "
pikirnya. Pada hari lain Bu Agung-dengan niat menghindarkan suaminya
dari kena tilang-berkata, "Mbok ya jangan ngebut kalau nyetir." Pak
Agung merengut, pikirnya, "Huh, selalu saja ia menganggap aku ini
ugal-ugalan." Apabila pola komunikasi semacam itu dibiarkan
berlarut-larut, Anda bisa membayangkan bagaimana kondisi ru-mah
tangga Pak Agung.

Ketidakjelasan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat
menimbulkan luka emosional. Komunikasi yang seharusnya menjadi
jembatan penghubung antarmanusia, justru berdiri tegak menjadi
tembok pembatas. Firman Tuhan mendorong kita mengutamakan kejelasan
dalam berkomunikasi, seperti disarankan Salomo dalam nas hari ini.
Jangan buru-buru menanggapi suatu pesan sebelum kita menyimak dan
memahami benar maksudnya. Tanggapan yang sembrono hanya menimbulkan
masalah.

Apabila kita ragu-ragu atau tidak mengerti saat menerima pesan,
jangan sungkan untuk meminta kejelasan. Metode ini disebut sebagai
mendengarkan secara reflektif. Mendengarkan bukan sekadar berdiam
diri ketika mitra kita berbicara, melainkan menyimak baik-baik untuk
memahami maksudnya.

Untuk memastikan, ulangi apa yang diucapkan orang itu, dan berilah
ia kesempatan untuk menjelaskan. Bu Agung, misalnya, bisa bertanya
baik-baik, "Bapak mengajak Ibu berdiet, ya?" Lalu, biarkan Pak Agung
menjelaskan apa maksudnya, dan kemudian Bu Agung dapat menanggapi
dengan semestinya. Komunikasi yang jelas pun terlaksana --ARS

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF BARU TERLAKSANA
KETIKA KITA MENANGGAPI DENGAN BENAR PESAN YANG DISAMPAIKAN

Amsal 18:9-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar