Senin, 06 Juni 2011

GIGIH BERKATA YA

Sebagian orang menggambarkan kekudusan sebagai sikap antipati
  terhadap kesenangan-kesenangan tertentu. Tidak boleh menonton film,   tidak boleh menonton televisi, tidak boleh mendengarkan dan   menyanyikan lagu duniawi, tidak diperkenankan makan hidangan   tertentu. Gambaran seperti itu justru mengaburkan makna kekudusan.      Paulus menggambarkan kekudusan sebagai dua proses berkesinambungan.   Kekudusan mengandung aspek menjauhi (berkata tidak pada) sesuatu,   sekaligus mengejar (berkata ya pada) sesuatu yang lain. Karenanya,   berfokus pada aspek berkata tidak pada dosa saja tidak cukup.   Biasanya itu akan menjerat kita dalam lingkaran setan berusaha,   gagal, berusaha lebih keras, gagal, berusaha lebih keras lagi, gagal   lalu frustrasi.      Kita perlu melengkapinya dengan berkata ya pada Kristus, dengan   menaati kehendak-Nya. Bahkan, inilah seharusnya fokus utama kita.   Penyair Scott Cairns mengungkapkan, "Orang yang paling kuat di dunia   ini tidak cukup untuk menang atas dosanya sekadar dengan berkata   tidak pada dosa itu. Yang kita perlukan ialah anugerah yang   membangkitkan kekuatan disertai dengan kesediaan kita untuk berkata   ya pada sesuatu yang lain, berkata ya, dan ya, dan ya tanpa   henti-henti pada Seseorang, yaitu Kristus."      Anda bergumul dengan dosa tertentu? Tentu saja Anda perlu meminta   anugerah Tuhan agar mampu menjauhinya. Namun, mintalah pula ide dan   kekuatan untuk menemukan dan menjalankan aktivitas yang selaras   dengan kebenaran firman-Nya. Dengan demikian, perhatian Anda tidak   lagi tertuju pada dosa, melainkan terarah pada kasih dan kekudusan   Tuhan --ARS                MAKIN GIGIH KITA BERKATA YA KEPADA KRISTUS                   MAKIN JAUH KITA MENINGGALKAN DOSA    2 Timotius 2:14-26 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar