Minggu, 19 Juni 2011

JIKA TUAN MAU

Penderita kusta pada zaman Yesus sungguh menderita. Ia dikucilkan,
juga wajib selalu membawa bel kecil yang ia bunyikan sambil
berteriak, "Najis, najis!" agar orang yang berjumpa dengannya jangan
sampai menyentuhnya. Jangankan bersentuhan, mengenai bayangannya
saja membuat orang lain najis dan harus mentahirkan diri. Sungguh
menyedihkan ketika si kusta harus meneriakkan kepada orang lain
bahwa dirinya najis hingga orang lain patut menjauhinya. Lebih
menyakitkan lagi, jika ia tahu ada sumber pertolongan, tetapi ia
tidak diperbolehkan datang dan meminta kesembuhan.

Akan tetapi, si kusta yang satu ini berbeda. Ia nekat menerobos
masuk ke kota tempat Yesus berada, karena ia yakin Yesus
satu-satunya Pribadi yang mampu mengubah hidupnya. Dengan penuh
harap, ia memohon belas kasihan Yesus: "Tuan, jika tuan mau, tuan
dapat mentahirkan aku". Ia yakin Yesus mampu, tetapi ia sadar tidak
punya hak apa pun untuk memaksa Yesus memedulikannya, kecuali Dia
mau. Ternyata Yesus memang mau. Bahkan, Yesus melakukannya dengan
menyentuh tubuh si kusta yang dianggap najis itu.

Anda dan saya sebagai orang berdosa tak lebih dari si kusta yang
membutuhkan belas kasihan Allah. Namun, kerap kali kita tidak
menanti kemauan Allah terjadi atas hidup kita, tetapi menyodorkan
banyak kemauan kita untuk Dia restui. Memaksakan kehendak kita agar
menjadi kehendak-Nya. Mari belajar meletakkan diri kita secara benar
di hadapan Allah. Kita boleh membawa setiap kebutuhan kita
kepada-Nya, tetapi biarlah kehendak-Nya yang jadi atas hidup kita
--SST

SERAHKAN KEPADA TUHAN APA YANG KITA INGINKAN
DIA JAUH LEBIH TAHU APA YANG KITA PERLUKAN

Lukas 5:12-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar