Minggu, 24 Juli 2011

Merayakan Tuhan sebagai raja

Di dalam dunia ini, posisi dan kuasa tertinggi harus diperebutkan dan
dipertahankan, kalau perlu dengan kekerasan. Konflik yang terjadi
di negara-negara di kawasan Timur Tengah baru-baru ini adalah
contohnya. Dalam kepercayaan purba, dewa-dewa pun bersaing
memperebutkan takhta. Dewa baik bertarung melawan dewa jahat, dan
bumi sering dijadikan sebagai ajang pertempuran itu. Bila dewa
jahat menang maka kacau balaulah dunia ini, sebaliknya jika dewa
baik yang menang maka akan aman dan makmurlah bumi.

Mazmur 24 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang bertakhta di atas
segalanya, tidak ada konflik dengan kuasa-kuasa lain karena hanya
Dialah satu-satunya Allah (1-2). Maka pujian kepada Tuhan sebagai
Raja membuka dan menutup mazmur ini (7-10). Kalau demikian
bagaimanakah seharusnya menyambut dan merayakan Tuhan sebagai
Raja? Pertama, di hadapan Raja manusia harus bersih dari segala
kotoran dan bebas dari segala motif palsu. Itu sebabnya dipakai
ungkapan "yang bersih tangannya dan murni hatinya." Ungkapan ini
menunjukkan kehidupan yang tak bercacat karena dikendalikan oleh
hati yang tulus, yang berakar pada kesetiaan tunggal pada Allah.
Kedua, sejajar dengan yang pertama, ketulusan yang dapat dilihat
oleh sesama manusia dan yang jauh dari kemunafikan yang
memanipulasi nama Allah. Betapa mudah kita bersandiwara di hadapan
orang lain dengan kesalehan semu, padahal tujuannya menipu demi
keuntungan diri sendiri! Hanya orang yang memelihara pasangan
sikap hati dan tindakan ini yang akan menerima berkat Allah (5-6).

Hanya ada satu cara untuk menunjukkan bahwa Allah adalah Raja, yaitu
hiduplah sebagai anak-anak Raja, bukan dengan kesombongan, tetapi
dengan menjaga harkat hidup yang kudus dan penuh kemurahan karena
Tuhan kita adalah Raja yang agung dan penuh belas kasih.

Mazmur 24

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar