Kamis, 01 Maret 2012

Ambisi kehambaan

Profil Yakobus dan Yohanes mewakili banyak orang yang berjuang merebut
kursi utama dalam suatu organisasi politik, pemerintahan, bahkan
gereja.

Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan agar diberi tempat "basah"
supaya dapat menjadi pembesar (36-37). Padahal Yesus baru saja
berbicara tentang penderitaan yang akan Dia alami (33-34), tetapi
mereka malah mengira bahwa Yesus akan membangun sebuah
pemerintahan baru. Maka tanpa buang waktu dan mungkin karena tidak
mau didahului orang lain, mereka segera memesan posisi istimewa
dalam pemerintahan Yesus nantinya. Mereka ingin memborong dua
kedudukan penting sekaligus: menjadi orang kepercayaan nomor satu
dan nomor dua!

Permintaan Yakobus dan Yohanes memperlihatkan bahwa mereka masih belum
memahami makna kuasa dan kepemimpinan menurut Yesus, Guru mereka.
Menurut pemerintah-pemerintah dunia ini, segala cara bisa
dihalalkan untuk menjalankan pemerintahan, misalnya dengan tangan
besi. Mereka juga dapat melanggengkan jabatan dengan menggunakan
kekerasan. Namun bukan demikian pengajaran Yesus. Sebagaimana
Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani,
begitulah seharusnya para pengikut-Nya.

Pada masa kini, secara umum dikatakan bahwa setiap orang yang terlibat
dalam pekerjaan kerohanian disebut melakukan pelayanan. Padahal
ada kalanya orang terlibat dalam karya pelayanan, tetapi untuk
kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan orang yang
dilayani. Mungkin kita akan bertanya, "Bagaimana mungkin seorang
melakukan pelayanan untuk orang lain, tetapi ditujukan bagi
kepentingan sendiri?" Hal itu bisa terjadi kalau dia ingin mencari
nama di lingkungan sosial kerohanian, misalnya.

Maka kebesaran sejati seorang pemimpin terletak bukan pada seberapa
banyak orang yang bersedia melayani dia, melainkan pada berapa
banyak orang yang dia layani. Karena dalam kerajaan Allah status,
uang, dan popularitas bukanlah hasil yang dapat diperoleh
seseorang dari pelayanan kepemimpinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar