Senin, 09 Juli 2012

IMAN IMPLISIT

John Calvin pernah mengkritik iman orang kristiani pada zamannya
dengan sebutan "iman implisit". Dengan kata lain, kita langsung saja
percaya apa yang disampaikan orang tentang firman Tuhan, tanpa
mengecek kebenarannya langsung dari Alkitab. Tampaknya baik, namun,
bagaimana jika yang disampaikan itu ternyata keliru? Bukankah yang
diimani itu jadi ikut keliru? Tampaknya, "iman implisit" juga
menjangkiti orang kristiani masa kini. Bukankah kita kerap mendengar
orang kristiani yang mengaku mengenal Tuhan, tetapi dengan alasan
bahwa pendetanya yang mengajarkan demikian. Alih-alih mempelajari
firman Tuhan dengan saksama, orang ini hanya mengekor orang lain.



Tidak demikian dengan jemaat di Berea. Di satu sisi, mereka menerima
pengajaran Paulus dan Silas dengan penuh semangat (frasa "kerelaan
hati" dalam ayat 11 berasal dari kata Yunani prothymias, yang lebih
tepat jika diterjemahkan dengan frasa "kesungguhan hati"). Namun, di
sisi lain, mereka menyelidiki pengajaran tersebut di bawah terang
firman Tuhan. Mereka tidak mempraktikkan ketaatan buta yang menelan
mentah-mentah apapun yang dikatakan oleh otoritas manusia. Mereka
menguji sebuah pengajaran sebelum memercayainya.



Apakah kita memiliki "iman implisit"? Apakah kita malas meneliti
firman Tuhan secara serius demi iman kita dan hanya manut dengan
pendapat orang lain? Milikilah sikap jemaat Berea yang selalu
antusias belajar dari orang lain, tetapi juga berupaya untuk
mendalami firman Tuhan secara mandiri. --JIM

IMAN IMPLISIT HANYA DIDASARKAN PADA APA YANG DIKATAKAN ORANG.
IMAN SEJATI DIDASARKAN PADA APA YANG DIKATAKAN FIRMAN TUHAN.

Kisah Para Rasul 17:10-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar