melakukan persiapan secara lebih baik. Namun kekhawatiran yang
berlebihan dapat merupakan cermin dari ketidakberimanan kita pada
janji pemeliharaan Allah dalam hidup kita.
Penyertaan Allah atas diri Yakub dapat terlihat dari hadirnya
malaikat-malaikat-Nya, baik pada saat permulaan perjalanan Yakub
ke negeri asing (28:12) maupun pada saat pulang dari negeri asing.
Penyertaan Allah juga dapat terlihat dari terbebasnya Yakub dari
tangan Laban. Namun, apakah semua ini dapat menjamin bahwa Yakub
tidak akan merasa khawatir lagi dalam hidupnya? Sayangnya tidak.
Meskipun Allah sudah berbuat banyak bagi Yakub, semua hal itu rupanya
masih tidak mampu melepaskan Yakub dari rasa khawatir terhadap
Esau. Dosa masa lalunya kepada Esau masih mengejar Yakub hingga
saat itu. Berbagai upaya ia lakukan untuk meredam kekhawatiran
tersebut. Mulai dari penyebutan "tuan" bagi Esau dan "hamba" bagi
dirinya, hingga upaya-upaya untuk memberikan persembahan untuk
melunakkan hati Esau. Yakub seakan lupa pada penyertaan Allah yang
begitu luar biasa pada dirinya di hari-hari yang lalu. Kedatangan
Esau benar-benar membuat Yakub takut dan sesak hati (6-7).
Sebenarnya, Yakub bukan tidak percaya pada Tuhan. Ia berdoa,
tetapi kepercayaannya itu tidak begitu saja melepaskan dirinya
dari kekhawatiran. Di satu pihak Yakub percaya kepada Allah dan
karenanya berdoa untuk perlindungannya, tetapi di pihak lain ia
tidak dapat menghilangkan kekhawatiran yang sangat besar itu.
Bukankah kita pun sering bertindak seperti Yakub yang percaya akan
janji pemeliharaan Allah, tetapi juga tetap sangat khawatir? Namun
seperti Allah tetap setia pada Yakub di dalam kekhawatirannya,
biarlah kita juga percaya bahwa Allah pun setia pada kita. Yang
dibutuhkan sekarang adalah belajar untuk memercayakan diri kita
kepada Tuhan. Kiranya melalui hidup Yakub, iman kita kepada Tuhan
dapat semakin mendalam sehingga kita tidak perlu merasa khawatir
secara berlebihan.
Kejadian 32:1-21
berlebihan dapat merupakan cermin dari ketidakberimanan kita pada
janji pemeliharaan Allah dalam hidup kita.
Penyertaan Allah atas diri Yakub dapat terlihat dari hadirnya
malaikat-malaikat-Nya, baik pada saat permulaan perjalanan Yakub
ke negeri asing (28:12) maupun pada saat pulang dari negeri asing.
Penyertaan Allah juga dapat terlihat dari terbebasnya Yakub dari
tangan Laban. Namun, apakah semua ini dapat menjamin bahwa Yakub
tidak akan merasa khawatir lagi dalam hidupnya? Sayangnya tidak.
Meskipun Allah sudah berbuat banyak bagi Yakub, semua hal itu rupanya
masih tidak mampu melepaskan Yakub dari rasa khawatir terhadap
Esau. Dosa masa lalunya kepada Esau masih mengejar Yakub hingga
saat itu. Berbagai upaya ia lakukan untuk meredam kekhawatiran
tersebut. Mulai dari penyebutan "tuan" bagi Esau dan "hamba" bagi
dirinya, hingga upaya-upaya untuk memberikan persembahan untuk
melunakkan hati Esau. Yakub seakan lupa pada penyertaan Allah yang
begitu luar biasa pada dirinya di hari-hari yang lalu. Kedatangan
Esau benar-benar membuat Yakub takut dan sesak hati (6-7).
Sebenarnya, Yakub bukan tidak percaya pada Tuhan. Ia berdoa,
tetapi kepercayaannya itu tidak begitu saja melepaskan dirinya
dari kekhawatiran. Di satu pihak Yakub percaya kepada Allah dan
karenanya berdoa untuk perlindungannya, tetapi di pihak lain ia
tidak dapat menghilangkan kekhawatiran yang sangat besar itu.
Bukankah kita pun sering bertindak seperti Yakub yang percaya akan
janji pemeliharaan Allah, tetapi juga tetap sangat khawatir? Namun
seperti Allah tetap setia pada Yakub di dalam kekhawatirannya,
biarlah kita juga percaya bahwa Allah pun setia pada kita. Yang
dibutuhkan sekarang adalah belajar untuk memercayakan diri kita
kepada Tuhan. Kiranya melalui hidup Yakub, iman kita kepada Tuhan
dapat semakin mendalam sehingga kita tidak perlu merasa khawatir
secara berlebihan.
Kejadian 32:1-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar