Di suatu sore yang dingin, dua pemuda mampir ke angkringan memesan
teh hangat. Selang beberapa menit, dua gelas teh yang masih mengepul
telah terhidang. Sama persis. Setelah menyeruput sedikit, yang
seorang berkata, "Kawan, sepertinya minuman kita tertukar. Teh ini
rasanya hambar padahal saya memesan teh manis". Temannya menyeruput
teh di depannya, "Tapi, ini teh tawar sesuai pesanan saya. Minuman
kita tidak tertukar". Setelah diamati, minuman mereka memang tidak
tertukar. Di dasar gelas pertama, ada gula setinggi satu centimeter.
Gulanya belum diaduk, sehingga tehnya terasa hambar. Setelah gula
itu diaduk, barulah teh manis bisa dinikmati.
Kehidupan orang kristiani juga seringkali demikian, sukar dibedakan
dari yang bukan kristiani. Banyak orang nonkristiani juga percaya
kepada Tuhan yang Mahaesa, rajin beribadah dan berbuat baik. Rasul
Yakobus bahkan mengingatkan bahwa setan-setan pun percaya kepada
Tuhan dan gemetar terhadap-Nya (ayat 18). Perbedaan baru bisa
dirasakan ketika iman itu menyatu dengan perbuatan (ayat 22).
Yakobus mencontohkan: ketaatan Abraham menunjukkan imannya kepada
Allah yang berkuasa dan menepati janji-Nya; tindakan Rahab
menunjukkan imannya kepada Allah Israel. Iman perlu "diaduk"
sehingga menyatu dengan perbuatan kita sehari-hari.
Proses "diaduk" menjadi proses yang memerlukan kerendahan hati dan
kerap terlewat dalam kehidupan beriman kita sehingga terkadang
keberadaan kita di tengah masyarakat tak bisa memberi "rasa"
apa-apa. Mari memeriksa diri: Apakah yang saya yakini tentang Allah
dapat dirasakan dalam perbuatan saya? Apakah lewat perbuatan saya,
orang bisa mengenali iman saya kepada Allah? --SCL
BANYAK PERBUATAN BAIK BISA DILAKUKAN TANPA IMAN KEPADA KRISTUS,
TETAPI TAK MUNGKIN KITA MENGAKU BERIMAN TANPA BERBUAT BAIK.
Yakobus 2:14-26
teh hangat. Selang beberapa menit, dua gelas teh yang masih mengepul
telah terhidang. Sama persis. Setelah menyeruput sedikit, yang
seorang berkata, "Kawan, sepertinya minuman kita tertukar. Teh ini
rasanya hambar padahal saya memesan teh manis". Temannya menyeruput
teh di depannya, "Tapi, ini teh tawar sesuai pesanan saya. Minuman
kita tidak tertukar". Setelah diamati, minuman mereka memang tidak
tertukar. Di dasar gelas pertama, ada gula setinggi satu centimeter.
Gulanya belum diaduk, sehingga tehnya terasa hambar. Setelah gula
itu diaduk, barulah teh manis bisa dinikmati.
Kehidupan orang kristiani juga seringkali demikian, sukar dibedakan
dari yang bukan kristiani. Banyak orang nonkristiani juga percaya
kepada Tuhan yang Mahaesa, rajin beribadah dan berbuat baik. Rasul
Yakobus bahkan mengingatkan bahwa setan-setan pun percaya kepada
Tuhan dan gemetar terhadap-Nya (ayat 18). Perbedaan baru bisa
dirasakan ketika iman itu menyatu dengan perbuatan (ayat 22).
Yakobus mencontohkan: ketaatan Abraham menunjukkan imannya kepada
Allah yang berkuasa dan menepati janji-Nya; tindakan Rahab
menunjukkan imannya kepada Allah Israel. Iman perlu "diaduk"
sehingga menyatu dengan perbuatan kita sehari-hari.
Proses "diaduk" menjadi proses yang memerlukan kerendahan hati dan
kerap terlewat dalam kehidupan beriman kita sehingga terkadang
keberadaan kita di tengah masyarakat tak bisa memberi "rasa"
apa-apa. Mari memeriksa diri: Apakah yang saya yakini tentang Allah
dapat dirasakan dalam perbuatan saya? Apakah lewat perbuatan saya,
orang bisa mengenali iman saya kepada Allah? --SCL
BANYAK PERBUATAN BAIK BISA DILAKUKAN TANPA IMAN KEPADA KRISTUS,
TETAPI TAK MUNGKIN KITA MENGAKU BERIMAN TANPA BERBUAT BAIK.
Yakobus 2:14-26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar