Rabu, 11 Juli 2012

TEH YANG HAMBAR


  Di suatu sore yang dingin, dua pemuda mampir ke angkringan memesan
  teh hangat. Selang beberapa menit, dua gelas teh yang masih mengepul
  telah terhidang. Sama persis. Setelah menyeruput sedikit, yang
  seorang berkata, "Kawan, sepertinya minuman kita tertukar. Teh ini
  rasanya hambar padahal saya memesan teh manis". Temannya menyeruput
  teh di depannya, "Tapi, ini teh tawar sesuai pesanan saya. Minuman
  kita tidak tertukar". Setelah diamati, minuman mereka memang tidak
  tertukar. Di dasar gelas pertama, ada gula setinggi satu centimeter.
  Gulanya belum diaduk, sehingga tehnya terasa hambar. Setelah gula
  itu diaduk, barulah teh manis bisa dinikmati.


  Kehidupan orang kristiani juga seringkali demikian, sukar dibedakan
  dari yang bukan kristiani. Banyak orang nonkristiani juga percaya
  kepada Tuhan yang Mahaesa, rajin beribadah dan berbuat baik. Rasul
  Yakobus bahkan mengingatkan bahwa setan-setan pun percaya kepada
  Tuhan dan gemetar terhadap-Nya (ayat 18). Perbedaan baru bisa
  dirasakan ketika iman itu menyatu dengan perbuatan (ayat 22).
  Yakobus mencontohkan: ketaatan Abraham menunjukkan imannya kepada
  Allah yang berkuasa dan menepati janji-Nya; tindakan Rahab
  menunjukkan imannya kepada Allah Israel. Iman perlu "diaduk"
  sehingga menyatu dengan perbuatan kita sehari-hari.


  Proses "diaduk" menjadi proses yang memerlukan kerendahan hati dan
  kerap terlewat dalam kehidupan beriman kita sehingga terkadang
  keberadaan kita di tengah masyarakat tak bisa memberi "rasa"
  apa-apa. Mari memeriksa diri: Apakah yang saya yakini tentang Allah
  dapat dirasakan dalam perbuatan saya? Apakah lewat perbuatan saya,
  orang bisa mengenali iman saya kepada Allah? --SCL

   BANYAK PERBUATAN BAIK BISA DILAKUKAN TANPA IMAN KEPADA KRISTUS,
     TETAPI TAK MUNGKIN KITA MENGAKU BERIMAN TANPA BERBUAT BAIK.

  Yakobus 2:14-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar