membaca Alkitab. Novel setebal ratusan halaman bisa dilalapnya dalam
satu dua malam. "Novel lebih mudah dipahami, sih. Kalau Alkitab,
saya takut salah tafsir, " alasannya sambil tertawa. Teman saya
tidak sendiri. Banyak orang juga merasa takut atau enggan belajar
firman Tuhan, dan menganggap jemaat awam itu cukup percaya saja apa
yang dikhotbahkan para pendeta atau dituliskan para pengarang buku
rohani. Lucunya, dalam hal lain, mereka bisa sangat kritis.
Ketika Yesus mengatakan bahwa orang-orang Farisi dan Saduki tidak
dapat membedakan tanda zaman, itu tidak berarti mereka tidak punya
kemampuan untuk memahami hal-hal rohani. Sebaliknya, ia justru
menegur mereka, karena sesungguhnya mereka sangat pintar dalam
melakukan analisis tentang hal-hal yang mereka ingin ketahui (ayat
2-3). Namun, mereka tidak menggunakan kemampuan berpikir yang sama
saat melihat berbagai tanda mukjizat yang dilakukan Yesus, dan
beriman kepada-Nya. Masalahnya terletak pada hati mereka yang "jahat
dan tidak setia" (ayat 4). Mereka tidak ingin menerima Yesus sebagai
Sang Mesias dan mencari alasan dengan meminta tanda lebih banyak.
Apakah kita juga memakai kemampuan berpikir kita untuk hal-hal yang
kita mau dan senangi saja, bukan untuk menemukan dan menanggapi
kebenaran? John Piper menyebut dosa ini sebagai "perzinaan" pikiran.
Mari berubah. Beriman pada Tuhan tidak berarti menuhankan atau
meninggalkan logika. Sebaliknya, memakai akal sehat sebaik mungkin
bagi kepentingan Pencipta yang mengaruniakannya. --ELS
KEMAMPUAN BERPIKIR DIKARUNIAKAN TUHAN
AGAR KITA DAPAT MENEMUKAN DAN MERESPONS KEBENARAN.
Matius 16:1-4
satu dua malam. "Novel lebih mudah dipahami, sih. Kalau Alkitab,
saya takut salah tafsir, " alasannya sambil tertawa. Teman saya
tidak sendiri. Banyak orang juga merasa takut atau enggan belajar
firman Tuhan, dan menganggap jemaat awam itu cukup percaya saja apa
yang dikhotbahkan para pendeta atau dituliskan para pengarang buku
rohani. Lucunya, dalam hal lain, mereka bisa sangat kritis.
Ketika Yesus mengatakan bahwa orang-orang Farisi dan Saduki tidak
dapat membedakan tanda zaman, itu tidak berarti mereka tidak punya
kemampuan untuk memahami hal-hal rohani. Sebaliknya, ia justru
menegur mereka, karena sesungguhnya mereka sangat pintar dalam
melakukan analisis tentang hal-hal yang mereka ingin ketahui (ayat
2-3). Namun, mereka tidak menggunakan kemampuan berpikir yang sama
saat melihat berbagai tanda mukjizat yang dilakukan Yesus, dan
beriman kepada-Nya. Masalahnya terletak pada hati mereka yang "jahat
dan tidak setia" (ayat 4). Mereka tidak ingin menerima Yesus sebagai
Sang Mesias dan mencari alasan dengan meminta tanda lebih banyak.
Apakah kita juga memakai kemampuan berpikir kita untuk hal-hal yang
kita mau dan senangi saja, bukan untuk menemukan dan menanggapi
kebenaran? John Piper menyebut dosa ini sebagai "perzinaan" pikiran.
Mari berubah. Beriman pada Tuhan tidak berarti menuhankan atau
meninggalkan logika. Sebaliknya, memakai akal sehat sebaik mungkin
bagi kepentingan Pencipta yang mengaruniakannya. --ELS
KEMAMPUAN BERPIKIR DIKARUNIAKAN TUHAN
AGAR KITA DAPAT MENEMUKAN DAN MERESPONS KEBENARAN.
Matius 16:1-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar