Senin, 13 Agustus 2012

TIDAK MAU MIKIR

  Teman saya mengaku bahwa ia lebih senang membaca novel daripada
  membaca Alkitab. Novel setebal ratusan halaman bisa dilalapnya dalam
  satu dua malam. "Novel lebih mudah dipahami, sih. Kalau Alkitab,
  saya takut salah tafsir, " alasannya sambil tertawa. Teman saya
  tidak sendiri. Banyak orang juga merasa takut atau enggan belajar
  firman Tuhan, dan menganggap jemaat awam itu cukup percaya saja apa
  yang dikhotbahkan para pendeta atau dituliskan para pengarang buku
  rohani. Lucunya, dalam hal lain, mereka bisa sangat kritis.


  Ketika Yesus mengatakan bahwa orang-orang Farisi dan Saduki tidak
  dapat membedakan tanda zaman, itu tidak berarti mereka tidak punya
  kemampuan untuk memahami hal-hal rohani. Sebaliknya, ia justru
  menegur mereka, karena sesungguhnya mereka sangat pintar dalam
  melakukan analisis tentang hal-hal yang mereka ingin ketahui (ayat
  2-3). Namun, mereka tidak menggunakan kemampuan berpikir yang sama
  saat melihat berbagai tanda mukjizat yang dilakukan Yesus, dan
  beriman kepada-Nya. Masalahnya terletak pada hati mereka yang "jahat
  dan tidak setia" (ayat 4). Mereka tidak ingin menerima Yesus sebagai
  Sang Mesias dan mencari alasan dengan meminta tanda lebih banyak.


  Apakah kita juga memakai kemampuan berpikir kita untuk hal-hal yang
  kita mau dan senangi saja, bukan untuk menemukan dan menanggapi
  kebenaran? John Piper menyebut dosa ini sebagai "perzinaan" pikiran.
  Mari berubah. Beriman pada Tuhan tidak berarti menuhankan atau
  meninggalkan logika. Sebaliknya, memakai akal sehat sebaik mungkin
  bagi kepentingan Pencipta yang mengaruniakannya. --ELS

                KEMAMPUAN BERPIKIR DIKARUNIAKAN TUHAN
          AGAR KITA DAPAT MENEMUKAN DAN MERESPONS KEBENARAN.

  Matius 16:1-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar