Kamis, 16 Desember 2010

MURID YANG DIKASIHI

Waktu remaja, tatkala membaca Injil Yohanes, saya merasa heran
dengan kata "murid yang dikasihi Yesus". Lama kemudian baru saya
mengerti bahwa itu merupakan pembahasaan saja. Sebab, istilah itu
merujuk pada Yohanes sendiri sebagai penulis.

Jika belum dipahami benar, pernyataan itu seolah-olah bisa membentuk
pengertian bahwa Yesus paling mengasihi Yohanes, lebih daripada
murid-murid yang lain. Bahwa Yesus memiliki "lingkaran dalam",
berisi orang-orang yang lebih Dia perhatikan, setelah itu baru
meluas ke "lingkaran luar". Lebih parah lagi jika kemudian muncul
pemikiran bahwa Yesus itu pilih kasih; bahwa Yesus lebih mengasihi
mereka yang kaya, tampan, terkenal di gereja, yang suka menyanyi di
panggung gereja, dan sebagainya. Bahwa para pengkhotbah terkenal,
pendeta hebat, mereka yang mengundang mukjizat, adalah anak-anak
emas yang lebih dikasihi Tuhan Yesus. Itu salah!

Pengertian baru yang saya peroleh adalah bahwa Yohanes tidak pernah
menulis bahwa Yesus mengasihinya lebih dari yang lain. Namun, ketika
menulis tentang dirinya sendiri, ia sungguh merasa sebagai "pribadi
yang dikasihi" (the beloved). Yohanes menyatakan bahwa ia begitu
tenggelam dalam kasih karunia Tuhan. Dan, itu terbawa dalam detak
napasnya, dalam ingatannya, bahkan dalam gerakan penanya, bahwa ia
dikasihi, ia dikasihi, ia dikasihi. Itu mengubah seluruh cara
pandang saya. Bahwa Tuhan tidak membedakan kasih-Nya. Dan, saya pun
melihat bahwa saya dikasihi, saya dikasihi, saya dikasihi. Sayalah
murid yang dikasihi Yesus --HSL

ANDA-DENGAN SEGALA KEBERADAAN ANDA SAAT INI
ADALAH MURID YANG SANGAT YESUS KASIHI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar