Rabu, 30 Maret 2011

BENIH KEPERCAYAAN

Pada pemakaman Kathryn Lawes, istri mantan sipir penjara di New
York, para narapidana beramai-ramai melayat. Sejenak mereka
menghirup udara bebas. Seusai upacara, tak satu pun dari mereka
berusaha kabur. Dengan patuh, semua kembali ke sel masing-masing.
Apa rahasia-nya? Semasa hidup, Nyonya Lawes membiarkan anak-anaknya
bermain dengan para narapidana itu. Ia percaya mereka akan berlaku
baik kepada anak-anaknya. Kesan dipercayai, itu yang membekas di
hati para narapidana. Maka, mereka tak mau menodai kepercayaan yang
diberikan waktu diizinkan keluar untuk melayat orang yang telah
memercayai mereka.

Sejumput benih kepercayaan ditanam, hasilnya tak mengecewakan. Semua
orang butuh dipercayai. Besar kemungkinan kebaikan dalam dirinya
tumbuh jika ia dipercayai. Kita kagum akan sosok Paulus, penginjil
terbesar sepanjang zaman. Namun, jangan lupa bahwa pada awal ia
menjadi penginjil, Barnabas memiliki peran penting. Peran apa? Ia
percaya kepada Saulus, sementara murid yang lain tidak. Ia mau
menerimanya, sementara yang lain takut, mengingat sepak terjangnya
di masa silam. Berbekal kepercayaan Barnabas, Saulus giat meyakinkan
orang akan pertobatannya dan terus bersaksi bagi Yesus. Hingga kini
kita mengenalnya sebagai Rasul Paulus.

Semua hubungan baik berlandasan kepercayaan. Suasana kerja yang baik
dibangun di atas kepercayaan. Prestasi bertumbuh karena ada
kepercayaan. Pelayanan yang berbuah memerlukan sikap saling percaya.
Sudahkah kita menanam benih percaya-memercayai dalam berkeluarga,
berteman, bekerja sama, bergereja, bermasyarakat? Jika kita ingin
dipercayai, begitu pun orang lain --PAD

ORANG YANG DIPERCAYAI DENGAN CARA YANG BENAR
AKAN MENJADI ORANG YANG DAPAT DIPERCAYA-Abraham Lincoln

Tidak ada komentar:

Posting Komentar