Sabtu, 09 April 2011

Bertekun, setia, taat

Bak gayung bersambut, demikianlah keberadaan Yudas Iskariot bagi
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat tidak mendapat cara mudah untuk melenyapkan Yesus
(2), meski terus berupaya. Mereka takut kepada orang banyak.
Mungkin khawatir akan reaksi negatif, yang bisa memudarkan rasa
hormat umat terhadap mereka, selaku pemimpin agama. Suatu rasa
takut yang ganjil sebenarnya, karena sebagai pemimpin agama mereka
bukan takut kepada Allah melainkan kepada manusia.

Maka hasrat yang dimunculkan Iblis di dalam diri Yudas Iskariot,
memberi celah kepada para pemimpin agama untuk melaksanakan
niatnya. Seolah minyak tanah yang disiramkan ke bara, dua pihak
dengan satu hasrat berpadu, bekerja sama, berkolusi,
berkolaborasi. Hasrat yang ditunggangi Iblis tentu saja akan
menghasilkan tindakan-tindakan yang jahat. Tak heranlah bila
kesepakatan itu akhirnya menghasilkan konklusi bahwa Yudas akan
menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
(4-5).

Terlepaskah Yudas dari tanggung jawab atas kesalahannya, karena alasan
bahwa pembunuhan itu didalangi Iblis? Jelas tidak. Keterangan ini
ingin memperlihatkan bahwa Iblislah musuh Tuhan yang sesungguhnya.
Juga betapa destruktifnya seseorang bila ia memberikan kesempatan
kepada si Iblis untuk mengambil tempat dalam hidupnya.

Yudas Iskariot pernah mengikut Yesus. Kala itu ia bersedia
meninggalkan segalanya demi Kristus. Sama seperti murid-murid
Yesus yang lain, dia telah mendengarkan pengajaran Yesus dan
melihat kuasa-Nya melalui mukjizat yang Dia lakukan. Maka
sebenarnya tidak ada alasan untuk kemudian berbalik melawan Yesus,
hingga namanya diingat sepanjang sejarah kekristenan sebagai
pengkhianat. Mungkin saja cinta uang menjadi alasannya
(5-6).Tragis bukan? Ini peringatan keras bagi kita. Jangan
sia-siakan perjalanan panjang yang telah kita lalui bersama Yesus.
Bertekunlah dalam kesetiaan dan ketaatan kita sebab besar upah
yang menanti kita.

Ayat SH: Lukas 22:1-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar