Ada orang yang berpikir bahwa Tuhan begitu sibuk sehingga tak punya
waktu untuk mendengarkan dia. Maka ia sering bertindak "menolong"
Tuhan untuk membereskan permasalahannya.
Inilah yang dilakukan Abram dan Sarai ketika belum juga punya anak.
Mereka mencari jalan supaya mereka dapat memiliki anak. Ya, mereka
ingin "menolong" Tuhan menggenapi apa yang telah Ia janjikan
kepada Abram.
Dalam dunia kuno, seorang istri yang tak bisa melahirkan anak dapat
memberikan budaknya kepada suaminya sebagai gundik. Kemudian anak
gundik tersebut akan diambil untuk menjadi anaknya yang sah.
Inilah yang ada dalam pikiran Sarai ketika ia meminta Abram untuk
menghampiri Hagar (2). Rencana Sarai itu menjadi bumerang karena
kemudian Hagar memandang rendah nyonyanya setelah ia mengandung
(4). Mungkin Hagar adalah budak yang diberikan Firaun saat Abram
merantau ke Mesir karena kelaparan (lihat Kej. 12:16). Sebab itu
ia tidak terlalu setia kepada nyonyanya.
Dalam kemarahan, Sarai menindas Hagar sampai ia melarikan diri. Namun
Tuhan membela Hagar, menyuruh dia kembali kepada Sarai. Tuhan
menjanjikan perlindungan dan akan membuat keturunannya menjadi
banyak (9-10). Tuhan juga berfirman bahwa Hagar akan melahirkan
seorang anak laki-laki yang akan dinamai Ismael karena "Tuhan
telah mendengar" tentang penindasan atas dia (11).
Bukan hanya Hagar yang perlu tahu bahwa Allah mendengar pergumulannya.
Abram dan Sarai juga harus tahu bahwa Allah mendengar pergumulan
mereka. Seharusnya mereka datang kepada Tuhan, bukan mengambil
langkah sendiri yang justru membawa masalah baru. Pasti Allah
mendengar dan memberi jalan keluar.
Sadarkah kita bahwa Allah kita adalah Allah yang mendengar? Apakah
kita mau datang kepada Allah dan menantikan jawaban-Nya atas
persoalan kita? Kiranya kita tidak bersikap seperti Abram dan
Sarai, yang menyelesaikan masalah dengan cara kita sendiri, yang
justru menimbulkan masalah baru.
Kejadian 16:1-16
waktu untuk mendengarkan dia. Maka ia sering bertindak "menolong"
Tuhan untuk membereskan permasalahannya.
Inilah yang dilakukan Abram dan Sarai ketika belum juga punya anak.
Mereka mencari jalan supaya mereka dapat memiliki anak. Ya, mereka
ingin "menolong" Tuhan menggenapi apa yang telah Ia janjikan
kepada Abram.
Dalam dunia kuno, seorang istri yang tak bisa melahirkan anak dapat
memberikan budaknya kepada suaminya sebagai gundik. Kemudian anak
gundik tersebut akan diambil untuk menjadi anaknya yang sah.
Inilah yang ada dalam pikiran Sarai ketika ia meminta Abram untuk
menghampiri Hagar (2). Rencana Sarai itu menjadi bumerang karena
kemudian Hagar memandang rendah nyonyanya setelah ia mengandung
(4). Mungkin Hagar adalah budak yang diberikan Firaun saat Abram
merantau ke Mesir karena kelaparan (lihat Kej. 12:16). Sebab itu
ia tidak terlalu setia kepada nyonyanya.
Dalam kemarahan, Sarai menindas Hagar sampai ia melarikan diri. Namun
Tuhan membela Hagar, menyuruh dia kembali kepada Sarai. Tuhan
menjanjikan perlindungan dan akan membuat keturunannya menjadi
banyak (9-10). Tuhan juga berfirman bahwa Hagar akan melahirkan
seorang anak laki-laki yang akan dinamai Ismael karena "Tuhan
telah mendengar" tentang penindasan atas dia (11).
Bukan hanya Hagar yang perlu tahu bahwa Allah mendengar pergumulannya.
Abram dan Sarai juga harus tahu bahwa Allah mendengar pergumulan
mereka. Seharusnya mereka datang kepada Tuhan, bukan mengambil
langkah sendiri yang justru membawa masalah baru. Pasti Allah
mendengar dan memberi jalan keluar.
Sadarkah kita bahwa Allah kita adalah Allah yang mendengar? Apakah
kita mau datang kepada Allah dan menantikan jawaban-Nya atas
persoalan kita? Kiranya kita tidak bersikap seperti Abram dan
Sarai, yang menyelesaikan masalah dengan cara kita sendiri, yang
justru menimbulkan masalah baru.
Kejadian 16:1-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar