Kamis, 12 Mei 2011

CURANG

Di sebuah perjalanan dengan kereta api Semarang-Jakarta, saya
menyaksikan sebuah iklan layanan masyarakat tentang praktik
berdagang yang jujur. Di situ digambarkan ada seorang ibu yang
membeli gula di pasar. Setelah menerima barangnya, si ibu curiga
bahwa gula yang ia terima lebih sedikit daripada yang seharusnya.
Maka, ia pergi ke pos uji ulang yang ada di pasar itu. Ternyata
benar bahwa ia telah ditipu. Ia pun kembali kepada si pedagang yang
menjual gula kepadanya dan memperingatkan konsekuensi hukum bagi
mereka yang berdagang dengan timbang-an yang curang.

Tuhan juga sangat peduli dengan praktik bisnis yang jujur. Dalam
perikop kita hari ini, kita mendapati bagaimana Tuhan marah karena
ada orang-orang di Israel yang melakukan kecurangan dalam
menjalankan usaha. Baik itu dengan menggunakan takaran efa yang
kurang, timbangan yang menipu, tindak kekerasan, maupun perkataan
dusta. Atas kecurangan mereka ini, Tuhan menya-takan penghukuman
dengan menarik berkat-berkat-Nya atas mereka.

Dalam menjalankan sebuah usaha, memang kita berusaha mencari
keuntungan. Akan tetapi, anak Tuhan harus melakukannya dengan cara
yang jujur dan menjadi berkat. Sebab, Tuhan jijik terhadap
praktik-praktik curang. Bahkan, hukum juga memandang kecurangan
sebagai pelanggaran. Dalam etika dunia usaha pun, meski mungkin
sempat mendapat untung lebih besar, mereka yang suka menipu akhirnya
akan ditinggalkan para pelanggan. Jadi, jalankanlah setiap usaha
kita dengan jujur. Dan, jadilah berkat lewat cara kita menjalankan
usaha --ALS

TAK ADA GUNA CURANG DEMI MENDAPAT KEUNTUNGAN
SEBAB SESUDAHNYA HATI KITA TAK AKAN TENTERAM

Mikha 6:8-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar