Selasa, 31 Mei 2011

GARANG DAN BAIK


  Dalam novel C.S. Lewis, The Lion, the Witch, and the Wardrobe,   anak-anak Pevensie pertama kali mendengar tentang Aslan saat makan   dengan keluarga berang-berang. Aslan, sang singa, adalah pe-nguasa   Narnia; dimaksudkan sebagai simbol Kristus, Singa dari Yehuda. Bu   Berang-berang berkata, "Kalau ada yang bisa muncul di hadapan Aslan   tanpa lutut gemetar, ia lebih berani dari kebanyakan orang atau   mungkin sekadar bodoh." Mendengar cerita itu, Susan Pevensie   bertanya, "Apakah-apakah aman mendekatinya?" Pak Berang-berang   menjawab, "Aman? Siapa yang menyebut tentang aman? Tentu saja ia   garang. Tetapi ia baik."      Garang, tetapi baik gambaran yang terdengar kontradiktif. Namun,   C.S. Lewis sebenarnya hanya menggemakan keterangan para penulis   Kitab Suci dalam menggambarkan sosok Allah. Mazmur 2, misalnya,   menampilkan sosok Allah Yang Mahakuasa, yang sanggup menghancurkan   para penguasa dunia yang menentang-Nya. Dia tidak dapat didekati   secara sembarangan, tetapi patut disembah selayaknya Raja Agung.   Uniknya, meskipun membangkitkan rasa takut, Allah juga mendatangkan   kebahagiaan. Orang yang berlindung kepada-Nya diberkati, mengalami   kebaikan dan kemurahan-Nya.      Kita cenderung memiliki gambaran yang tidak seimbang tentang Allah,   dan pemazmur mengoreksinya. Apabila ada yang menganggap Allah itu   hanya mengasihi maka ia diingatkan bahwa Allah juga membangkitkan   rasa takut. Apabila ada yang menganggap Allah itu hanya memurkai ia   diingatkan bahwa Allah juga penuh belas kasihan. Kita perlu belajar   menyembah Allah dengan sikap yang patut --ARS            KASIH ALLAH DAN MURKA ALLAH TIDAK DAPAT DIPISAHKAN              ITU DUA SISI DARI PRIBADI-NYA YANG SEMPURNA    Mazmur 2 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar