Konflik dan kedamaian adalah dua hal yang bertolak belakang. Konflik
membuat ikatan kasih menjadi hilang. Ibu Teresa pernah berkata
"Jika tidak ada kedamaian di antara kita, itu dikarenakan kita
melupakan bahwa kita memiliki satu sama lain."
Dalam perikop ini, kita melihat teladan Abram serta mempelajari
kekuatan kasih yang tanpa batas dan tidak terhalangi oleh
kegagalan sekalipun. Sebenarnya ada dua faktor yang dapat
menghalangi Abram untuk menyatakan kasihnya. Pertama, kekuatan
para musuh. Di pasal ini, penulis mengisahkan adanya dua kekuatan
besar yang bermusuhan, yaitu Kedorlaomer dan sekutunya di satu
pihak serta Sodom dan Gomora beserta sekutunya di pihak lain
(1-7). Kerajaan Kedorlaomer dan sekutunya adalah kerajaan yang
besar. Mereka adalah bangsa yang kuat dan terlatih berperang.
Kedua, adalah konflik yang pernah muncul antara Abram dengan Lot
mengenai ladang penggembalaan. Konflik yang menyebabkan
terpisahnya tempat tinggal mereka, ternyata tidak disimpan Abram
di dalam hatinya. Maka ketika mendengar bahwa Lot menjadi tawanan
perang, Abram menunjukkan kasih yang besar dengan mengerahkan
pasukan untuk mengejar musuh (14), tanpa memikirkan risikonya.
Mengapa Abram bersedia melakukan hal itu? Karena Lot adalah
keponakan, yang sudah dianggap sebagai anaknya. Juga karena
kepercayaan Abram pada kekuatan Tuhan (Kej. 14:20).
Menolong orang saja sudah merupakan sesuatu hal. Apalagi bila menolong
itu membuat kita harus berhadapan dengan risiko. Maka menolong
orang yang pernah bermasalah dengan kita sudah merupakan hal
berbeda. Mungkin kita masih akan pikir-pikir untuk melakukannya.
Namun ingatlah perkataan Tuhan Yesus, "Tetapi kamu, kasihilah
musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka" (Luk. 6:35). Maka
sebaiknyalah kita mengingat bahwa hubungan yang telah terjalin
dengan orang yang pernah berkonflik dengan kita jauh lebih indah
dibanding konflik yang terjadi. Ingatlah, kekuatan kasih justru
semakin nyata ketika diperhadapkan dengan tantangan dan konflik.
Kejadian 14:1-16
membuat ikatan kasih menjadi hilang. Ibu Teresa pernah berkata
"Jika tidak ada kedamaian di antara kita, itu dikarenakan kita
melupakan bahwa kita memiliki satu sama lain."
Dalam perikop ini, kita melihat teladan Abram serta mempelajari
kekuatan kasih yang tanpa batas dan tidak terhalangi oleh
kegagalan sekalipun. Sebenarnya ada dua faktor yang dapat
menghalangi Abram untuk menyatakan kasihnya. Pertama, kekuatan
para musuh. Di pasal ini, penulis mengisahkan adanya dua kekuatan
besar yang bermusuhan, yaitu Kedorlaomer dan sekutunya di satu
pihak serta Sodom dan Gomora beserta sekutunya di pihak lain
(1-7). Kerajaan Kedorlaomer dan sekutunya adalah kerajaan yang
besar. Mereka adalah bangsa yang kuat dan terlatih berperang.
Kedua, adalah konflik yang pernah muncul antara Abram dengan Lot
mengenai ladang penggembalaan. Konflik yang menyebabkan
terpisahnya tempat tinggal mereka, ternyata tidak disimpan Abram
di dalam hatinya. Maka ketika mendengar bahwa Lot menjadi tawanan
perang, Abram menunjukkan kasih yang besar dengan mengerahkan
pasukan untuk mengejar musuh (14), tanpa memikirkan risikonya.
Mengapa Abram bersedia melakukan hal itu? Karena Lot adalah
keponakan, yang sudah dianggap sebagai anaknya. Juga karena
kepercayaan Abram pada kekuatan Tuhan (Kej. 14:20).
Menolong orang saja sudah merupakan sesuatu hal. Apalagi bila menolong
itu membuat kita harus berhadapan dengan risiko. Maka menolong
orang yang pernah bermasalah dengan kita sudah merupakan hal
berbeda. Mungkin kita masih akan pikir-pikir untuk melakukannya.
Namun ingatlah perkataan Tuhan Yesus, "Tetapi kamu, kasihilah
musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka" (Luk. 6:35). Maka
sebaiknyalah kita mengingat bahwa hubungan yang telah terjalin
dengan orang yang pernah berkonflik dengan kita jauh lebih indah
dibanding konflik yang terjadi. Ingatlah, kekuatan kasih justru
semakin nyata ketika diperhadapkan dengan tantangan dan konflik.
Kejadian 14:1-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar