Di tengah ketidakberimanan Bapak Orang Beriman yang setelah dua puluh
lima tahun masih saja mengkhawatirkan nyawanya (Kej. 20:11) dan
jatuh ke dosa yang sama, Tuhan menyatakan kasih setia-Nya dengan
tetap "memperhatikan Sara". Dalam perjalanan iman selama dua puluh
lima tahun ternyata Abraham berulang kali menunjukkan sikap kurang
beriman. Sikap ini menyebabkan mereka membuat dosa yang memalukan
di hadapan Firaun (Kej. 12:10-20), lalu mengambil keputusan yang
berbuntut panjang dengan menggunakan Hagar untuk memberikan anak
(Kej. 16:1-16) hingga berulangnya peristiwa Mesir di hadapan Raja
Gerar (Kej. 20:1-18).
Baru saja kita membaca sebuah kisah mengenaskan di perikop sebelumnya,
lalu dalam kontras yang dahsyat perikop yang kita baca hari ini
menyodorkan kesetiaan Tuhan atas janjinya, kendati Abraham dan
Sara berulang kali memilih untuk memakai cara mereka sendiri.
Dalam ayat 1 saja, dua kali ditekankan kesetiaan dan konsistensi
Tuhan, "seperti yang difirmankan-Nya" dan "seperti yang
dijanjikan-Nya." Maka Sara pun mengandung "pada waktu yang
ditetapkan, sesuai dengan firman Allah."
Abraham dan Sara melakukan berbagai upaya dalam keterbatasan pemahaman
mereka, tetapi pada akhirnya rencana Tuhanlah yang terjadi sesuai
kedaulatan-Nya. Ishak dilahirkan sebagai anak perjanjian. Berbeda
dengan kelahiran Ismael yang membawa dukacita, kelahiran Ishak
justru membawa tawa yang dahsyat (6, "Allah sudah membuatkan tawa
untukku"), suatu tanda sukacita yang besar baik bagi Sara maupun
bagi orang-orang di sekitarnya. Berbeda dengan tawa Abraham yang
menyiratkan olokan (Kej. 17:17), tawa Sara adalah tawa sukacita
atas janji yang telah dipenuhi. Ishak pun disunat pada hari
kedelapan, sebagai tanda bahwa ia adalah bagian dari umat
perjanjian.
Gelombang hidup terkadang membuat kita kehilangan arah dan fokus.
Namun Tuhan setia. Ia menepati janji-Nya pada waktunya. Percayalah
dan kita akan terkejut melihat betapa dahsyat janji dan firman
Tuhan.
Kejadian 21:1-7
lima tahun masih saja mengkhawatirkan nyawanya (Kej. 20:11) dan
jatuh ke dosa yang sama, Tuhan menyatakan kasih setia-Nya dengan
tetap "memperhatikan Sara". Dalam perjalanan iman selama dua puluh
lima tahun ternyata Abraham berulang kali menunjukkan sikap kurang
beriman. Sikap ini menyebabkan mereka membuat dosa yang memalukan
di hadapan Firaun (Kej. 12:10-20), lalu mengambil keputusan yang
berbuntut panjang dengan menggunakan Hagar untuk memberikan anak
(Kej. 16:1-16) hingga berulangnya peristiwa Mesir di hadapan Raja
Gerar (Kej. 20:1-18).
Baru saja kita membaca sebuah kisah mengenaskan di perikop sebelumnya,
lalu dalam kontras yang dahsyat perikop yang kita baca hari ini
menyodorkan kesetiaan Tuhan atas janjinya, kendati Abraham dan
Sara berulang kali memilih untuk memakai cara mereka sendiri.
Dalam ayat 1 saja, dua kali ditekankan kesetiaan dan konsistensi
Tuhan, "seperti yang difirmankan-Nya" dan "seperti yang
dijanjikan-Nya." Maka Sara pun mengandung "pada waktu yang
ditetapkan, sesuai dengan firman Allah."
Abraham dan Sara melakukan berbagai upaya dalam keterbatasan pemahaman
mereka, tetapi pada akhirnya rencana Tuhanlah yang terjadi sesuai
kedaulatan-Nya. Ishak dilahirkan sebagai anak perjanjian. Berbeda
dengan kelahiran Ismael yang membawa dukacita, kelahiran Ishak
justru membawa tawa yang dahsyat (6, "Allah sudah membuatkan tawa
untukku"), suatu tanda sukacita yang besar baik bagi Sara maupun
bagi orang-orang di sekitarnya. Berbeda dengan tawa Abraham yang
menyiratkan olokan (Kej. 17:17), tawa Sara adalah tawa sukacita
atas janji yang telah dipenuhi. Ishak pun disunat pada hari
kedelapan, sebagai tanda bahwa ia adalah bagian dari umat
perjanjian.
Gelombang hidup terkadang membuat kita kehilangan arah dan fokus.
Namun Tuhan setia. Ia menepati janji-Nya pada waktunya. Percayalah
dan kita akan terkejut melihat betapa dahsyat janji dan firman
Tuhan.
Kejadian 21:1-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar