Kamis, 09 Juni 2011

HARTA TAK TERNILAI

Kenalan dekat saya, seorang pengusaha sukses, merintis usaha baru,
yakni persewaan alat berat pertambangan. Ia begitu menggebu dengan
usaha baru ini sebab di situ ia bagai mendulang emas. Akibatnya,
yang lama jadi tak terurus. Sayang, beberapa waktu kemudian banyak
tagihan tak dibayar, bahkan seluruh alat beratnya ditelan mitra
bisnis. Meski menang perkara, tetapi surat keputusan hakim tak punya
kekuatan menghadapi preman. Ia pun frustrasi, menyesal, marah.

Saya mengingatkannya akan masa kecilnya yang miskin dan tak punya
apa-apa. Bagaimana ia merintis bisnis dari nol. Saya juga
mengingatkan janji Tuhan dalam Mazmur 37:6. Baru kemudian ia
menyadari, ada harta lebih besar yang ia sia-siakan selama ini,
yakni kekuatan dan penyertaan Tuhan. Ia sadar bahwa menangisi apa
yang sudah dirampok orang hanya akan "menghabiskan" seluruh
hidupnya. Maka, ia bangkit merintis pekerjaan lamanya, mengangsur
utang di bank, dan melupakan kepahitan hatinya. Kini ia kembali
berjaya, walau dengan perjuangan. Bertahun-tahun kemudian terungkap
bahwa orang yang menipunya dulu, kini dipenjarakan sebagai koruptor
besar uang negara.

Harta dunia adalah titipan Tuhan. Ketika berkat datang, kita
bersukacita. Akan tetapi, ketika rugi, tertipu, bangkrut,
bagaimanakah sikap kita? Kiranya kita meneladani Ayub saat
menghadapi kemalangan, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan
ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya, Tuhan
yang memberi, Tuhan yang mengambil" (Ayub 1:21). Janganlah hati kita
melekat pada harta. Mari berpaut pada Sang Sumber berkat, maka kita
takkan berkekurangan --SST

APABILA BERKAT DATANG, BIARLAH KITA MENJADI PENYALUR BERKAT
APABILA KEMALANGAN DATANG, PERCAYALAH TUHAN SELALU ADA DEKAT

Mazmur 37:1-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar