Saat anak saya berusia 2, 5 tahun, ia meminta sepeda. Ketika saya
penuhi, betapa senangnya hatinya. Ia mengayuh sepedanya ke sana
kemari, sampai harus diperingatkan untuk lebih perlahan. Tanpa saya
pegang, ia berkeliling halaman sepuasnya dengan sepeda itu. Apakah
ia sudah bisa mengayuh sepeda sendiri? Jelas tidak. Dua roda
tambahan di bagian belakang sepeda itu masih melekat dan menyangga
sehingga anak saya tidak akan jatuh ketika bermain dengan sepedanya.
Dan, roda tambahan itu membuat anak saya percaya diri mengayuh
sepedanya ke mana saja ia mau.
Kontras dengan murid-murid Tuhan. Mereka kehilangan kepercayaan diri
ketika badai datang. Mereka seolah-olah tidak punya pegangan ketika
percikan demi percikan air laut yang ganas menerjang, memasuki
perahu yang mereka tumpangi. Mereka takut kehilangan nyawa. Mereka
bahkan berhenti pada titik di mana mereka meragukan diri sendiri,
kehilangan kepercayaan, bahkan meragukan Tuhan (ayat 38) seolah-olah
Tuhan tidak peduli kepada mereka. Mereka lupa bahwa bersama Tuhan,
hidup menjadi lebih ringan, karena Dia dapat diandalkan.
Apa yang membuat kita khawatir, lemah, ragu, dan cenderung tidak
percaya diri ketika menjalani kehidupan kita? Janganlah seperti para
murid yang meragukan diri sendiri ketika Tuhan justru sedang
bersama-sama dengan mereka. Bertindaklah seperti anak saya. Ia tahu
bahwa dengan roda penyangga itu, ia punya rasa aman dan yakin tidak
akan jatuh. Sebab itu, kita harus menjalani hidup kita dengan penuh
keyakinan karena kita tahu dan yakin Tuhan selalu menyangga hidup
kita --FZ
YANG KITA PERLUKAN HANYA MENJALANI HIDUP
BIARKAN TUHAN MENOPANG BAGIAN YANG SULIT KITA TANGGUNG
Markus 4:35-41
penuhi, betapa senangnya hatinya. Ia mengayuh sepedanya ke sana
kemari, sampai harus diperingatkan untuk lebih perlahan. Tanpa saya
pegang, ia berkeliling halaman sepuasnya dengan sepeda itu. Apakah
ia sudah bisa mengayuh sepeda sendiri? Jelas tidak. Dua roda
tambahan di bagian belakang sepeda itu masih melekat dan menyangga
sehingga anak saya tidak akan jatuh ketika bermain dengan sepedanya.
Dan, roda tambahan itu membuat anak saya percaya diri mengayuh
sepedanya ke mana saja ia mau.
Kontras dengan murid-murid Tuhan. Mereka kehilangan kepercayaan diri
ketika badai datang. Mereka seolah-olah tidak punya pegangan ketika
percikan demi percikan air laut yang ganas menerjang, memasuki
perahu yang mereka tumpangi. Mereka takut kehilangan nyawa. Mereka
bahkan berhenti pada titik di mana mereka meragukan diri sendiri,
kehilangan kepercayaan, bahkan meragukan Tuhan (ayat 38) seolah-olah
Tuhan tidak peduli kepada mereka. Mereka lupa bahwa bersama Tuhan,
hidup menjadi lebih ringan, karena Dia dapat diandalkan.
Apa yang membuat kita khawatir, lemah, ragu, dan cenderung tidak
percaya diri ketika menjalani kehidupan kita? Janganlah seperti para
murid yang meragukan diri sendiri ketika Tuhan justru sedang
bersama-sama dengan mereka. Bertindaklah seperti anak saya. Ia tahu
bahwa dengan roda penyangga itu, ia punya rasa aman dan yakin tidak
akan jatuh. Sebab itu, kita harus menjalani hidup kita dengan penuh
keyakinan karena kita tahu dan yakin Tuhan selalu menyangga hidup
kita --FZ
YANG KITA PERLUKAN HANYA MENJALANI HIDUP
BIARKAN TUHAN MENOPANG BAGIAN YANG SULIT KITA TANGGUNG
Markus 4:35-41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar