Kamis, 18 Agustus 2011

BERHATI DEGIL

Orang bijak bisa belajar dari apa pun. Tidak saja dari hal
positif, tetapi bahkan dari hal negatif. Maka, kita bersikap bijak
dengan tetap berusaha belajar sesuatu dari bacaan hari ini, walau
kisahnya men-ceritakan tentang para murid Yesus yang tidak berhati
peka.

Biasanya, kisah Yesus dan para murid berakhir dengan pengalaman
positif. Namun kali ini, sang "narator" melaporkan bahwa para murid
belum juga mengerti, hati mereka tetap "degil" atau "tidak peka"
dalam terjemahan barunya (ayat 52). Kata "degil" berasal dari bahasa
Yunani: poroo, artinya "tertutupi oleh sesuatu yang tebal, mengeras,
tak kunjung paham". Ya, hati para murid tetap poroo, walau mereka
baru mengalami peristiwa hebat: Yesus berjalan di atas air. Ironis,
bukan? Setelah Yesus menyatakan diri pun, para murid tetap "sangat
tercengang dan bingung" (ayat 51). Padahal sebelumnya Yesus juga
baru saja membuat mukjizat: memberi makan 5.000 orang (6:30-44, 52).
Sungguh disayangkan, hati para murid ini begitu kaku, beku, dan
tertutup, sehingga lawatan Tuhan di depan mata tak kunjung
menghasilkan sukacita yang penuh rasa kagum.

Kita pun kerap bersikap seperti para murid. Kita tidak selalu cepat
paham dan tidak selalu mengerti karya Tuhan. Hati kita tetap degil,
keras, kaku, bebal, poroo. Hari ini, mari panjatkan doa untuk satu
hal: meminta kepekaan hati untuk melihat kehadiran dan karya Tuhan
setiap hari. Agar kita dapat senantiasa hidup dengan rasa syukur dan
kagum tiada henti, atas kebaikan-Nya yang tersebar dalam banyak
peristiwa. Hati yang penuh kagum, hormat, dan syukur kepada Allah
akan membangkitkan kekuatan batin yang besar --DKL

BIARLAH HATI KITA SELALU TERBUKA
PADA SETIAP KETERLIBATAN TUHAN DI HIDUP KITA

Markus 6:45-52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar